Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin
penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil,
diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai
saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan
dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-
apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan
menjadi bibit penyakit di kemudian hari.
Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan
baik, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan
bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang
bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari
masyarakat untuk mengelolanya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam laporan ini adalah
untuk mengetahui bagaimana cara pengelolahan sampah yang baik dan benar
sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan.

C. Tujuan
Untuk menambah wawasan terhadap pengelolahan sampah di Perumahan
Kota Baru Parahyangan

D. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yaitu:
1. Pengertian sampah?
2. Apa jenis-jenis sampah?
3. Pengelolaan sampah di kota besar?

1
4. Komponen sistem pengolahan sampah?
5. Bagaimana cara pengelolahan sampah?

E. Manfaat
Manfaat laporan ini bagi mahasiswa yaitu dapat membuka wawasan kami
bagaimana cara pengelolahan sampah di Perumahan Kota Baru Parahyangan.
Adapun manfaat bagi masyarakat perumahan hasil dari pengomposan sampah
tersebut dapat dimanfaatkan untuk menanam pohon di wilayah perumahan Kota
Baru Parahyangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sampah

2
Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga,
pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industry, puing bahan
bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil
sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai.
Besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah tertentu sebanding
dengan jumlah penduduk, jenis aktivitas dan tingkat konsumsi penduduk tersebut
terhadap barang/material. Semakin besar jumlah penduduk atau tingkat konsumsi
terhadap barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. Setiap
harinya, kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, bandung dan medan menghasilkan
sampah dalam volume yang cukup besar. Hal ini disebabkan jumlah penduduk
yang cukup besar dan termasuk ke dalam kategoro kota besar.
Sampah biasanya dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman manusia.
Jika tempat pembuangan sampah berada dekat dengan pemukiman penduduk,
risikonya sangat besar. Sampah yang dibiarkan menggunung dan tidak diproses
bisa menjadi sumber penyaki. Banyak penyakit yang ditularkan secara tidak
langsung dari tempat pembuangan sampah. Tercatat lebih dari 25 jenis penyakit
yang disebabkann oleh buruknya pengelolaan sampah, salah satunya diare. Selain
itu, dampak pengelolaan sampah yang buruk menimbulkan pencemaran terhadap
air, tanah dan udara.
Selain pemukiman di kota, sampah juga dihasilkan dari pedesaan.
Umumnya, sampah pedesaan sebagian besar berasal dari lahan pertanian berupa
sampah organic dan sampah rumah tangga. Sampah organic desa dapat berupa
jerami padi, sekam padi, sisa sayuran, ataupun dedaunan.

B. Jenis-jenis Sampah
Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari
berbagai aspek, mulai dari hulu sampai hilir. Aspek hulu meliputi kegiatan
pengelolaan sampah pada tingkat penghasil sampah tahap pertama, diantaranya
rumah tangga, hotel, maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada
aspek hulu adalah pemilihan sampah berdasarkan jenisnya.
Berdasarkan bahan aslnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah
organic dan sampah anorganik. Di Negara yang sudah menerapkan pengelolaan
sampah secara terpadu, tiap jenis sampah ditempatkan sesuai dengan jenisnya.
Untuk mempermudah pengangkutan sampah ke TPA (tempat pembuangan

3
sampah akhir), sampah dipilah berdasarkan klasifikasinya. Kegiatan pemilihan
sampah harus dilaksanakan pada tingkat penghasil sampah pertama, yaitu
perumahan maupun perhotelan.
Sampah dipilah menjadi tiga, yaitu sampah organic, non-organik dan B3.
Masing-masing golongan sampah ini mempunyai tempat sendiri-sendiri. Sebagai
contoh, tempat sampah berwarna hijau untuk sampah organic, merah untuk
anorganik dan biru untuk B3. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan
akan memudahkan proses pengelolahan sampah pada tahap selanjutnya.

1. Sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organic basah dan
sampah organic kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa
sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan
organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh, sampah organik kering di
antaranya kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal
dari bahan yang diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang
termasuk kedalam katergori bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang
terbuat dari plastik dan logam.
3. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya
bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng
bekas car semprot atau minyak wangi. Namun, tidak menuutup kemungkinan
sampah yang mengandung jenis racun lain yang berbahaya.
Bila jenis sampah organik dibiarkan atau terlambat diolah akan
mengalami proses pembusukan. Senyawa sulfat yang ada dalam sampah diproses
menjadi sulfida oleh bakteri pembusuk. Secara kimiawa, proses ini mereaksikan
laktat dengan sulfat, menjadi asetat, sulfida, air, dan CO2. Ion sulfida akan
bereaksi dengan H+ dan Fe2+ menjadi H2S dan FeS berupa cairan hitam berbau
busuk. Inilah yang menimbulkan bau atau aroma busuk.
Pupuk organik berasal dari penguraian bahan organik seperti daun
tanaman dan kotoran hewan. Pupuk organik ada beberapa macam, yaitu pupuk
kandang, pupuk hijau, bokashi, dan kompos. Pupuk organik mempunyai

4
kelebihan dibandingkan pupuk anorganik, beberapa kelebihan tersebut antara
lain:
a. Mengandung unsur hara mikro dan makro lengkap, tetapi dalam jumlah sedikit.
b. Memperbaiki struktur tanah.
c. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah.
Sebutan sampah atau bahan organik yang diproses menjadi pupuk
biasanya bermacam-macam. Tergantung dari jenis bahan asalnya. Pupuk organik
yang bahan bakunya dari kotoran hewan disebut pupuk kandang. Sementara yang
berbahan baku sisa-sisa tumbuhan disebut pupuk hijau.
Tabel 1.1 Bahan organik sebagai bahan baku produk
Asal Bahan yang digunakan
Tumbuhan Jerami, sekam padi, gulma, sabut kelapa, daun-
daunan, ranting, batang, sisa sayuran, sisa buah-
buahan.
Hewan Kotoran sapi, Kambing, Domba, Ayam, Serta
limbah pakan.
Aktifitas Serbuk geregaji, Kertas, Limbah kelapa sawit.
manusia

C. Bakteri Dan Perannya Dalam Menguraikan Sampah Organik


Sebelum Melihat peran bakteri dalam mengurai sampah organik, perlu
kita ketahui peran bakteri secara umum. hal berikut disebabkan karena bakteri
yang berperan dalam proses pengolahan sampah ini memiliki fungsi yang lebih
dari sekedar sebagai pengurai.
Bakteri merupakan mahkluk hidup berukuran kecil (mikroskopik) yang
melakukan aktivitas hidupnya dengan mengurai sisa mahkluk hidup lainnya.
Berdasarkan fungsinya, secara umum bakteri dibagi menjadi dua macam, yaitu
bakteri menguntungkan dan bakteri merugikan (bakteri patogen).
a. Bakteri mengutungkan
Bakteri menguntungkan memproses bahan organik menjadi senyawa yang
dibutuhkan tanaman, hewan, atau manusia. Jenis-jenis mikroba/bakteri yang
menguntungkan diantaranya rhizobium, azolla, dan mikoriza. Sementara dalam
hal pengolahan sampah organik terdapat beberapa jenis bakteri yang bersinergi
satu sama lain membentuk sebuah komuni yang disebut effective microorganisme
(EM) seperti terlihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM serta perannya

5
Jenis Mikroorganisme Peranaan
Bakteri fotosintesis Mensistensi bahan-bahan
(Rhodopseudomonas sp.)
organik menjadi asam
amino, asam nukleik, zat
bioaktif, dan gula dengan
bantuan sinar matahari
Bakteri Asam Laktat - Manghasilakan asam
laktat dari gula
- Menekankan
pertumbuhan jamur yang
merugikan seperti
fusarium
- Mempercepat penguraian
bahan-bahan organik
menjadi humus
Ragi/Yeast - Membentuk zat
(Sacharomices sp.)
antibakteri
- Meningkatkan jumlah sel
akur dan perkembangan
akar
Actinomycetes Menghasilkan zat-zat
bioaktif yang berfungsi
menghambat jamur dan
bakteri patogen seperti
Fusarium
Jamur fermentasi - Menguraikan bahan
(Aspergillus sp.)
organik (selulosa,
karbohidrat) dan
mengubahnya menjadi
alkohol, ester, dan zat
antimikroba
- Dapat menghilangkan bau

b. Bakteri merugikan
Bakteri merugikan melakukan aktivitas dekomposisi menjadi bahan yang
beracun bagi tanaman, hewan atau manusia. Salah satunya adalah fusarium.

6
Fusarium merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan keracunan pada
makanan.
Kondisi tanah tergantung dari populasi dua jenis bakteri tersebut.
a. .Jika bakteri menguntungkan lebih dominan daripada bakteri merugikan maka
tumbuhan akan tumbuh subur pada tanah tersebut. Namun, bila bakteri merugikan
labih dominan daripada bakteri menguntungkan maka tanah tersebut akan banyak
merugikan tanaman.
b. Jika bahan organik ditambahkan ke dalam tanah maka ada dua kemungkinan
yang terjadi. Pertama, pada tanah yang didominasi bakteri bermanfaat, bahan
organik tersebut akan diuraikan menjadi senyawa

D. Pengomposan Sampah
Salah satu upaya untuk membantu mengatasi permasalahan sampah kota
adalah melakukan upaya daur ulang sampah dengan penekanan pada proses
pengomposan yaitu suatu proses mengubah atau memanfaatkan sampah sebagai
bahan baku untuk memproduksi kompos. Proses pengomposan menjadi penting
karena 70-80% sampah kota merupakan bahan organik yang dapat dijadikan
kompos.
Proses pengomposan sampah kota juga menarik untuk dikaji dan
dievaluasi karena sampah organik yang tadinya merupakan bahan yang tidak
berharga, sulit dan mahal untuk dikelola, serta menjadi sumber berbagai masalah
lingkungan, sosial dan ekonomi, ternyata dapat dimanfaatkan sabagai bahan baku
suatu proses produksi. Dengan demikian sampah organik berubah fungsinya
menjadi sumber daya yang berharga.
Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:
1. Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan,
2. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tidak berderai
3. Menambah daya ikat air pada tanah
4. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah
5. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara
6. Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara ini
tergantung dari bahan pembuat pupuk organik)
7. Membantu proses pelapukan bahan mineral
8. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba

7
9. Menerunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

Ada beberapa macam pupuk dari bahan organik yang dikenal, yaitu pupuk
kandang, humus, pupuk hijau, dan pupuk guano. Pupuk hijau dan pupuk guano
tidak mengalami proses penguraian atau pengkomposan, sedangkan pupuk
kandang dan humus melalui proses pengkomposan.
Kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami
degradasi/penguraian/ pengomposan sehingga berubah bentuk dan sudah tidak
dikenal bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman, dan tidak berbau. Bahan
organik ini bersal dari tanaman maupun hewan, termasuk kotoran hewan. Namun,
khusus pupuk yang dibuat dari kotoran hewan biasa disebut pupuk kandang.
Adapun humus adalah hasil proses humifikasi atau perubahan-perubahan lebih
lanjut dari kompos. Proses humifikasi ini dapat berlangsung hingga ratusan tahun.
Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung dalam jangka
waktu yang cukup lama. Sebagai contoh, pembuatan kompos memerlukan waktu
2-3 bulan bahkan ada yang 6-12 bulan, tergantung dari bahannya. Sementara
untuk membuat pupuk kandang dibutuhkan waktu 2-3 bulan. Tenggang waktu
pembuatan pupuk organik yang cukup lama, sementara kebutuhan pupuk terus
meningkat maka kemungkinan akan terjadi kekosongan ketersediaan pupuk. Oleh
karena itu, para ahli melakukan berbagai upaya untuk mempercepat proses
pengomposan tersebut melalui berbagai penelitian. Bebeapa hasil penelitian
menunjukkan proses pengomposan dapat dipercepat menjadi 2-3 minggu atau 1-
1,5 bulan, tergantung pada bahan dasarnya.
Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh
tanaman, karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak
sama dengan C/N tanah. Nilai C/N merupakan hasil perbandingan antara
karbohidrat dan nitrogen. Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik
mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan
tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman. Namun, umumnya bahan organik
yang segar mempunyai C/N yang tinggi, seperti jerami padi 50-70, daun-daunan
>50 (tergantung jenisnya), cabang tanaman 15-60 (tergantung jenisnya), kayu
yang telah tua dapat mencapai 400.
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N ratio bahan organik hingga
sama dengan C/N tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan, maka

8
proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Waktu
yang diperlukan untuk menurunkan C/N tersebut bermacam-macam dari 3 bulan
hingga tahunan. Hal ini terlihat dari proses pembuatan humus di alam, dari bahan
organik untuk menjadi humus diperlukan waktu bertahun-tahun (humus
merupakan hasil proses lebih lanjut dari pengomposan).
Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti :
1) Karbohidrat, selulose, hemiselulose, lemak, dan lilin menjadi CO2 danair
2) Zat putih telur menjadi amonia, CO2 dan air
3) Peruraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman
Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan
senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan demikian, C/N semakin
rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah.
Pengomposan atau dekomposisi merupakan peruraian dan pemantapan
bahan-bahan organik secara biologi dalam temperatur termofilik (temperatur yang
tinggi) dengan hasil akhir bahan yang cukup bagus untuk digunakan ke tanah
tanpa merugikan lingkungan. Temperatur termofilik terjadi karena kelembaban
dan suasana aerasi yang tertentu. Setelah temperatur tercapai, mikroorganisme
dapat aktif menguraikan bahan organik.
Pengomposan dapat terjadi dalam kondisi aerobik dan anaerobik.
Pengomposan aerobik yang terjadi dalam keadaan ada O 2 , sedangkan
pengomposan anaerobik tanpa O2, dan senyawa antara seperti asam organik.
Dalam proses pengompoan anaerobik sering menimbulkan bau yang tajam
sehingga teknologi pengomposan banyak ditempuh dengan cara anaerobik.
Dengan mengetahui proses, dekomposisi dan faktor yang
mempengaruhinya maka proses dekomposisi dapat dilakukan dengan baik.
Proses dekomposisi dapat berjalan lancar bilakondisi lingkungan terkontrol.
Kondisi yang perlu dijaga adalah kadar air, aerasi, dan temperatur.
a. Kadar air
Kadar air harus dibuat dan dipertahankan sekitar 60%. Kadar air yang kurang dari
60% menyebabkan bakteri tidak berfungsi, sedangkan bila lebih dari 60% akan
menyebabkan kondisi anaerob. Padahal proses penguraian dengan Stardec akan
berlangsung dalam kondisi aerob. Kadar air dapat diukur dengan cara yang
mudah yaitu dengan meremas bahan. Kadar air 60% dicirikan dengan bahan yang
terasa basah bila diremas,tetapi tidak menetes.

9
b. Aerasi
Pada dekomposisi aerob, oksigen harus tersedia cukup di dalam tumpukkan.
Apabila kekurangan oksigen, tumpukkan kompos harus di balik seminggu sekali.
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara force aeration (menghembuskan
udara melalui cerobong). Namun, pemberian aerasi yang terbaik adalah dengan
pembalikan bahan. Perlakuan ini sekaligus untuk homogenisasi bahan.
c. Temperatur
Selama proses dekomposisi, temperatur dijaga sekitar 60oC selama 3 minggu.
Pada temperatur tersebut, selain bakteri bekerja secara optimal, akan terjadi
penurunan C/N ratio dan pemberantasan bakteri patogen maupun biji gulma.
1. Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pengomposan yaitu nilai
C/N bahan, ukuran bahan, campuran bahan, mikroorganisme yang bekerja,
kelembaban dan aerasi, temperatur, dan keasaman (pH). Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat antara lain
sebagai berikut:
a. Nilai C/N bahan
Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan
semakin tinggi.
b. Ukuran bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses
pengomposannyakarena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri.
Untuk itu, bahan organik perlu dicacah sehingga berukuran kecil. Bahan yang
keras sebaiknya dicacah hingga berukuran 0,5-1 cm, sedangkan bahan yang tidak
keras dicacah dengan ukuran yang agak besarm sekitar 5cm. Pencacahan bahan
yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang terlalu hancur
(banyak air) kurang baik (kelembabannya menajdi tinggi).
c. Komposisi bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat bila
ditambah dengan kotoran hewan. Ada juga yang menambah bahan makanan dan
zat pertumbuhan yang dibuthkan mikroorganisme sehingga selain dari bahan
organik, mikroorganisme juga mendapatkan bahan tersebut dari luar.
d. Jumlah Mikroorganisme
Biasanya dalam proses ini bekerja bakteri, fungsi, actinomycetes, dan protozoa.
Sering ditambahkan pula mikroorganisme ke dalam bahan yang dikomposkan.
Dengan bertambahnya jumlah mikroorganisme, diharapkan proses pengomposan
akan lebih cepat.
e. Kelembaban dan aerasi

10
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban sekitar 40-
60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara
optimal. Kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi dapat menyebabkan
mikroorganisme tidak berkembang atau mati. Adapun kebutuhan aerasi
tergantung dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut aerobik dan
anaerobik.
f. Temperatur
Temperatur optimal sekitar 30-50oC (hangat). Bila temperatur terlalu tinggi
mikroorganisme akan mati. Bila temperatur relatif rendah mikroorganisme belum
dapat bekerja atau dalam keadaan dorman. Aktivitas mikroorganime dalam proses
pengomposan tersebut juga menghasilkan panas sehingga untuk menjaga
temperatur tetap optimal sering dilakukan pembalikan. Namun, ada mikrobe yang
bekerja pada temperatur yang relatif tinggi, yaitu 80 oC, seperti Trichoderma
pseudokoningii dan Cytophaga sp. Kedua jenis mikrobe ini digunakan sebagai
aktivator dalam proses pengomposan skala besar atau skala industri, seperti
pengomposan tandan kosong kelapa sawit.
g. Keasaman (pH)
Keasaman atau pH dalam tumpukkan kompos juga mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme. Kisaran pH yang baik yaitu sekitar 6,5-7,5(netral). Oleh karena
itu, dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur atau abu dapur
untuk menaikkan pH.
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator.
Beberapa aktivator yang tersedia di pasaran antara lain OrgaDec, Stardec, EM-4,
Fix-up Plus, Harmony. Proses pengomposan tersebut ternyata juga dapat
melibatkan hewan lain (organisme makro) seperti cacing tanah yang bekerja sama
dengan mkirobe dalam proses peruraian. Dalam hal ini cacing memakan bahan
organik yang tidak terurai, mencampur bahan organik, dan membuat rongga-
rongga aerasi. Kehadiran cacing dapat mempercepat penghancuran bahan organik
oleh mikroorganisme. Peruraian oleh mikroorganisme disebut pengomposan atau
composting, sedangkan keterlibatan cacing (vermes) dalam proses pengomposan
disebut vermicomposting dan hasilnya disebut casting.
Teknik Pengomposan Dengan Aktivator EM4
Untuk mempercepat proses pengomposan umumnya dilakukan dalam kondisi
aerob karena menimbulkan bau. Namun, proses mempercepat pengomposan
dengan bantuan effective microorganism (EM4) berlangsung secara anaerob

11
(sebenarnya semi anaerob masih ada sedikit udara dan cahaya). Dengan metode
ini, bau yang dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan
baik.
1. Mengenal EM4
Larutan effective microorganism 4 yang disingkat EM4 ditemukan pertama kali
oleh Prof.Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang, Adapun
penerapannya di Indonesia banyak dibantu oleh Ir. Gede Murah Wididana,M.Sc.
larutan EM4 ini berisi Mikroorganisme permentasi.
Jumlah mikroorganisme permentasi didalam E4 sangat banyak, sekitar 80 Genus.
Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
mempermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada 5
golongan yang pokok yaitu, bakteri potosintetik, lactobacillus sp, setreptomyces
sp, ragi (yeast), actinomycetes. Effective microorganism 4 (EM4) mengandung
bakteri yang dapat mempercepat pengomposan, hasil pegomposan sering disebut
bokhasi.
1. Bakteri Fotosintetik
Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat memsintesis senyawa nitrogen,
gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolit yang diproduksi dapat
diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk
perkembangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan.
2. Lactobacillus sp
Bakteri asam laktat
Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan
karbohidrat lain yang bekerja sama dengan baktrifotointetis dan ragi. Asam laktat
ini merupakan bahan strelisasi yang kuat yang dapat menekan mikroorganisme
berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.
3. Streptomyces sp
Streptomyces sp mengeluarkan enzim Streptomisin yang bersifat racun terhadap
hama dan penyakit yang merugikan.
4. Ragi/Yeast
Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara permentasi.
Subtansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk pertumbuhan sel dan
pembelah akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangbiakan atau pembelahan
mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan bakteri asam
laktat.
5. Actinomycetes
Actinomycetes merupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang
mengambil asamamino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintetis dan

12
mengubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur
dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esensial untuk
pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme lain.
Dalam proses fermentasi bahan organik,mikroorganisme akan bekerja dengan
baik bila kondisi nya sesuai. Proses permentasi akan berlangsung dalam kondisi
anaerob, pH rendah (3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air
sedang 30-40%, kandungan antioksidan dari tanaman rempah dan obat, adanya
mikroorganisme mepermentasi dan suhu sekitar 40-50oC.

Selain berfungsi dalam proses permentasi dan dekomposisi bahan organik, EM4
juga mempunyai manfaat yang lain, seperti:
1) Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
2) Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, dan
3) Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan
produksi

13
BAB III
METODOLOGI

A. Lokasi
Marketing Gallery Kota baru Parahyangan, Bumi Indraprasta Home & Living
Centrev, Jl. Panyawangan Kav. 6-B No.6, Jawa Barat 40553

B. Populasi
Total populasi yaitu seluruh rumah/kepala yang ada di Perumahan Kota Baru
Parahyangan

C. Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data kelompok kami menggunakan cara wawancara dengan
Koordinator/penanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup di Kota Baru
Parahyangan dan melakukan observasi di lapangan secara langsung mengenai
pengelolahan sampah.

D. Pengelohan Data
Penggolahan sampah rumah tangga di Kota Baru Parahyangan . Pemilihan
sampah di rumah tangga diyakini sebagai salah satu cara efektif untuk
mengurangi timbunan sampah di masyarakat kota baru parahyangan . pemilihan
akan efektif jika setiap rumah tangga mengenali jenis- jenis sampah secara
umum. oleh karena itu warga di kota baru parahyangan di berikan pemahaman
tentang beberapa jenis sampah dan cara penanganannya melalui modul pemilihan
sampah . ada sampah yang dikenalkan yaitu sampah organic dan sampah non
organic. Waktu pengangkutan sampah di kota baru parahyangan dilakukan setiap
3 hari 1x bila sampah organik di di manfaatkan untuk pupuk kompos yang terdiri
dari sampah taman sedangkan sampah non organik yang laku di jual biasanya
10% di kumpulkan khusus agar dapat di manfaatkan oleh pengumpul sisa dari
sampah non organik 90% di buang ke TPS Sukamukti .

14
Proses Komposting Sanitasi Town Management Kota Baru Parahyangan
Proses Gambar / Foto Keterangan
Pengangkutan Kapasitas truk : 5
sampah taman m3/truk
Volume sampah :
22 m3 / hari

Pemilihan Sampah datang


sampah yang dipilah
dipisahkan menjadi
3 bagian , yaitu :
Bahan kayu
kompos
Kayu bakar
Residu (dibuang ke
TPA)

Pencacah Pencacahan di
( bahan baku lakukan untuk
kompos ) menyeragamkan
ukuran sampah
agar mudah
diuraikan oleh
bakteri pada saat
pengomposan

Pembuatan pile Sampah yang


sudah dicacah, di
campur dngan
larutan EM4
(aktivator
bioreaktor).
Sampah kemudian
disusun berbentuk
persegi panjang
dengan dimensi

15
panjang = 2m,
lebar = 1m dan
tinggi = 1m .

Fermentasi / Pematangan
pematangan kompos ditandai
kompos adanya perubahan
warna sampah
menjadi coklat
kehitaman.
Fermentasi ini
membutuhkan
waktu selama satu
bulan .

Pengayakan Pengayakan
dilakukuan untuk
memperoleh
ukuran partikel
kompos sesuai
dengan kebutuhan .
Pengayakan juga
bertujuan untuk
memisahkan bahan
bahan yang tidak
dapat dikomposkan
atau bahan yang
lolos dari proses
pengomposan .

Vermicomposting Vermecomposting
merupakan proses
lanjutan kompos .
pada proses ini
kompos
difermentasi
kembali dengan
menggunakan
cacing dan kotoran
sapi. Lamanya

16
proses fermentasi
dilakukan selama
kurang lebih dua
minggu .

Aplikasi di Pupuk kompos


lapangan yang sudah dibuat
dapat di
aplikasikan ke
lapangan sesuai
kebutuhan .

BAB IV
GAMBARAN UMUM

A. Profil Kota Baru Parahyangan

17
Kota Baru Parahyangan adalah suatu kota yang dikembangkan oleh PT.
Lyman Property (Lyman Group). Kota ini terbentuk pada tahun 2002.Terletak di
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Kota Baru Parahyangan, sebagai kota
satelit, mempunyai keunikan desain yang berbeda dengan Kota baru lainnya,
yaitu dengan menghadirkan visi dan spirit sebagai KOTA PENDIDIKAN, yang
akan memberikan kontribusi kepada seluruh penghuni dan masyarakat Bandung.
Spirit pendidikan ini akan disebar pada keseluruhan proyek, baik secara master
plan maupun segmental, yang juga menempatkan institusi formal seperti sekolah
dan universitas maupun informal, dengan menghadirkan taman-taman bertema,
pusat ilmu pengetahuan & teknologi. Pembangunan Kota Mandiri akan
mengakomodasikan beberapa fungsi yang berkaitan satu dengan yang lainnya,
seperti hunian yang terdiri dari perumahan berkepadatan rendah, menengah dan
tinggi, condominium, apartemen, town house yang dilengkapi dengan fasilitas
kota bisnis seperti Office Parks, Open Mall, hotel, ritel, dsb. Dan rekreasi seperti
arena rekreasi air, jogging track, 18 holes golf course, hotel resort, pasarseni, dan
sarana pendidikan yang akan tersedia dari grup bermain anak-anak (play group)
hingga universitas.

B. Visi dan Misi


- Visi
Kota Baru Parahyangan merupakan proyek berskala kota pertama di area
Bandung Raya yang akan menampung segala fasilitas dan fungsi perkotaan.
Dengan proyeksi jumlah penduduk 100.000 orang lebih, diharapkan Kota Baru
Parahyangan menjadi kota mandiri yang memberikan kesejahteraan bagi
penghuni dan masyarakat sekitarnya, baik secara moril maupun materiil. Kota
mandiri ini bertujuan membentuk komunitas baru yang tidak membebani kota
Bandung dan sekitarnya yang sudah sangat padat.

- Misi
Kota Baru Parahyangan memiliki misi untuk mengembangkan :
1. Pendidikan baik formal maupun non formal.

18
2. Sumber daya manusia Indonesia yang berdaya kompetisi global dengan
menghadirkan fasilitas pendidikan yang berkualitas.
3. Pemberdayaan Masyarakat.
4. Fasilitas kota dengan skala dan standar internasional.
Di Kota Baru Parahyangan terdapat berbagai macam rumah dengan berbagai latar
di antaranya :
Tatar Wangsakerta
Tatar Pitaloka
Tatar Jingga nagara
Tatar Rambut kasih
Tatar Banyak sumba
Tatar Ratnas asih
Tatar Larang tapa
Koridor Bandoeng Tempo Doeloe
Tatar Mayang sunda
Tatar Naganingrum
Tatar Candra resmi

C. Penghargaan
Terdapat beberapa penghargaan yang diberikan kepada Kota Baru Parahyangan
antara lain, yaitu:
1. Top Developer of The Year 2014 (Property & Bank Award 2014)
2. The Most Favourite Residential 2013 (Green Property Awards 2013)
3. Green Building (Green Property Awards 2012)
4. Developer Of The Year (7th Anniversary Indonesia Property & Bank Award
2012)

D. Konsep
Konsep pengembangan Kota Baru Parahyangan berlandaskan kepada 3 pilar
utama, yaitu :
1. Pilar Budaya. Nilai budaya yang luhur di adopsi untuk terus hidup dan melekat di
hati masyarakat, sehingga tercipta suatu kota yang berbudaya. Implementasinya
antara lain pada penamaan cluster, jalan & fasilitas di lingkungan Kota Baru
Parahyangan yang mengadopsi budaya Bumi Parahyangan.
2. Pilar Sejarah. Perkembangan sejarah kota Bandung di awal abad 20 menjadi
inspirasi dalam implementasi pilar sejarah di Kota Baru Parahyangan.

19
Penerapannya dilakukan antara lain pada konsep Garden City dan gaya arsitektur
bangunan seperti Art Deco, Indo Eropa, Victorian, dan lain sebagainya.
3. Pilar Pendidikan. Pendidikan merupakan investasi terbaik untuk kemajuan dan
kesejah teraan masa depan. Kota Baru Parahyangan menjadikannya sebagai dasar
pengembangan kota mandiri yang diimplementasikan dalam bentuk pendidikan
formal dan non formal.
Kota Baru Parahyangan dibangun dengan memperhatikan keseimbangan
antara bidang sosial, ekonomi dan lingkungan, sehingga menjadi suatu pola
pengembangan yang terpadu dan berkelanjutan demi tercapainya kehidupan yang
lebih berkualitas.
Kota Baru Parahyangan memprakarsai Gerakan Hayu Hejo!,gerakan yang
menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk
dukungan terhadap gerakan ini diwujudkan dalam fasilitas berikut antara lain:
1. Jalursepeda& Pedestrian
2. Septic tank sistembiofil
3. Biopori
4. Menggalakkan kegiatan menanam pohon
5. Pengelolaan sampah (menuju zero waste)
6. Melaksanakan kegiatan-kegiatan umum bertema hijau seperti janji air, ketahanan
lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
7. Penerapan desain arsitektur sesuai iklim tropis yang hemat energy dan
ramahlingkungan dengan mengoptimalkan bukaan untuk penerangan alami serta
desain atap dan plafond yang tinggi sehingga tercipta penghawaan alami (cross
ventilation).

BAB V
HASIL PENGAMATAN

5.1 Tabel Pengelolahan sampah di Perumahan Kota Baru Parahyangan dari bulan
Juni sampai bulan Desember tahun 2014

Vol.
Vol. Sampah Vol. Sampah Vol. Vol. Sampah Outstandin
No Periode Kotor Bersih Outstanding I Terproses g II
(m3) (m3) (m3) (m3) (m3)
1 Juni 465 269,5 200,5 189,3 80,2

20
2 Juli 673 353,5 268,5 182,4 171,1
3 Agustus 511 292,1 218,9 144 125,7
Pembersihan oleh Tim Pak Kohar 377
59,7
4 September 515 293,3 221,7 321,6 -37,7
5 Oktober 574 422,4 151,6 396 26,4
6 November 593 410,2 182,8 295,2 115
7 Desember 558 330,4 227,6 356,8 -26,4
Jumlah Outstanding 77,3
Rata Rata Per
Bulan 556 339 210 269 127
Rata Rata Per
Minggu 139 85 53 67 32
Rata Rata Per
Hari 23 14 9 11 5

5.2 Diagram Pengelolahan sampah di Perumahan Kota Baru Parahyangan dari bulan
Juni sampai bulan Desember tahun 2014

21
800

700

600

500

400
Vol. sampah kotor
300 Vol. sampah Bersih
Vol. sampah terproses
200

100

Interprestasi :
Dari data hasil pengelolahan sampah di Perumahan Kota Baru Parahyangan
sampah kotor yang paling banyak diangkut pada bulan Juli 2014 sebanyak 673
m3 dengan rata-rata sampah perbulan sebanyak 556 m 3 dan sampah bersih yang
paling banyak diangkut pada bulan oktober 2014 sebanyak 422,4 m3 dengan rata-
rata sampah per bulan 339 m3. sedangkan sampah yang dapat diproses kembali
(Recycle) terdapat pada bulan oktober 2014 yaitu sebanyak 396 m 3. dengan rata-
rata sampah perbulan 269 m3.

Kapasitas produksi tenaga pilling per orang per hari dalam kondisi reguler
(cuaca panas dan area dropping sampah mendekati pilling) adalah sebanyak 3 m3,
dengan klasifikasi jobdesk meliputi 2 tenaga pilling, 2 tenaga pencacah dan 2
tenaga pemilah. Jika incoming waste rata rata perhari sebanyak 23 m3 dengan
asumsi total sampah yang akan diproses menjadi kompos sebanyak 14 m3, maka
akan dibutukan sebanyak 4 orang , sedangkah untuk sampah residu sebanyak 9
m3 dibutuhkan sebanyak 2 orang
Luas Area Piling Kompos : panjang x lebar : =4067.25 m2
Kapasitas area pile : 72 pile
: 72 x @24 m3
: 1728 m3

22
Incoming waste : 23 m3
Nett Waste : 14 m3
Residu : 9 m3
Total per Bulan : 364 m3
Area Pile akan penuh : 4.7 bulan
Jika tidak ada pembuangan ke TPA maka dibutuhkan area semakin banyak
(perluasan lahan) guna menampung residu yang mengalami proses pembusukan
lebih dari 6 bulan.
Kesimpulan : Tetap terdapat outstanding krn residu sampah > area lahan

BAB VI
PEMBAHASAN

23
A. Sampah
Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari
berbagai aspek, mulai dari hulu sampai hilir. Aspek hulu meliputi kegiatan
pengelolaan sampah pada tingkat penghasil sampah tahap pertama, diantaranya
rumah tangga, hotel, maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada
aspek hulu adalah pemilihan sampah berdasarkan jenisnya.
Berdasarkan bahan aslnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah
organic dan sampah anorganik. Di Negara yang sudah menerapkan pengelolaan
sampah secara terpadu, tiap jenis sampah ditempatkan sesuai dengan jenisnya.
Untuk mempermudah pengangkutan sampah ke TPA (tempat pembuangan
sampah akhir), sampah dipilah berdasarkan klasifikasinya. Kegiatan pemilihan
sampah harus dilaksanakan pada tingkat penghasil sampah pertama, yaitu
perumahan maupun perhotelan.
Sampah dipilah menjadi tiga, yaitu sampah organic, non-organik dan B3.
Masing-masing golongan sampah ini mempunyai tempat sendiri-sendiri. Sebagai
contoh, tempat sampah berwarna hijau untuk sampah organic, merah untuk
anorganik dan biru untuk B3. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan
akan memudahkan proses pengelolahan sampah pada tahap selanjutnya.

B. Kompos
Bahan baku kompos adalah sampah organik seperti sisa sayur, buah dan
makanan serta daun atau rumpuy-rumputan dari kebun. Umumnya komposisi
bahan organik sampah kota berkisar 70-80%, sehingga memberikan peluang yang
besar untuk bisa memanfaatkan sampah kota menjadi kompos.
Berikut ini adalah tinjauan karakteristik sampah organik kota dalam
hubungannya dengan persyaratan-persyaratan fisik dan kimia untuk proses
pengomposan sitem open windrow, sebuah sitem pengomposan yang cocok
dengan kondisi indonesia.
Sampah kota biasanya memiliki kadar air antara 40-60%. Nilai tersebut
cukup cocok untuk proses pengomposan dimana kadar air yang optimal untuk
proses pengomposan 50-60%. Sementara itu rasio Karbon dan Nitrogen 30-40
berbanding 1, dimana rasio yang optimum adalah 30 barbanding 1.

24
Proses pengomposan open windrow merupakan proses aerob. Oleh karena
itu mestinya paling sedikit 50% konsentrasi Oksigen di udara harus dapat
mencapai seluruh bagian dari bahan organik yang dikomposkan. Untuk itu,
ukuran dari bahan baku sebaiknya 2,5-7,5 cm. Sampah kota umumnya sudah
memiliki ukuran tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa sampah
kota memiliki sifat dan karakteristik yang cukup optimal untuk dijadikan sebagai
bahan baku kompos. Dari berbagai kegiatan produksi kompos yang dilakukan di
BPPT, terlihat bahwa proses pembuatan kompos dari sampah kota dapat berjalan
dengan baik dan telah menghasilkan kompos dengan kualitas yang baik pula.

C. Proses Pengolahan Sampah Organik dan Non Organik Di Perumahan Kota


Baru Parahyangan

1. Sampah oranic
Sampah datang, diposting dimasukan ketempat pencacahan. Setelah
pencacahan belum bisa di aplikasikan, karena masih berupa sampah. Jadi proses
selanjutnya ditumpukkan, proses ini dinamakan file. File ini merupakan
tumpukan sampah yang telah di cacah dan menggunakan bakteri untuk
pembusukannya. Tetapi, tidak menggunakan bakteri pun tidak menjadi masalah,
tetapi dengan bakteri akan mempercepat dalam proses pembusukan. Dalam
proses file ini memakan waktu selama 2 bulan maka dilakukan penggilingan
yang bertujuan untuk mengecilkan sampah organic. Namun setelah melakukan
proses pemecahan dan penggilingan masih ada sampah yang organicnya maka
proses selanjutnya pengayakan, proses pengayakan ini yang benar benar
diambil adalah sampah organic untuk dijadikan kompos. Satu file itu sekitar 8
kubik tetapi dalam proses file ini sampah sampah menyusut menjadi 4 kubik.
Dari file itu didapatkan 50 karung setelah sampah sampah itu menyusut
sebanyak 50%. 1 karut sebanyak 20kg. Setelah proses pengayakan maka proses
selanjutnya pengemasan. Sampah yang telah memenuhi proses dan dijadikan
kompos maka kompos ini hanya digunakan untuk penanaman pohon di
perumahan Kota Baru Parahyangan. Karena, bertujuan untuk penggeseran dari
pupuk kimia. Jadi dikonsumsi sendiri.
2. Sampah domestik/Non organik

25
Melaksanakan kontraktor, yang melaksanakan pemilahan sampah ini
bukan anjuran dari pihak Kota Baru Parahyangan. Tetapi mereka pun dari
pemilahan ini bisa dihentikan maka melakukan pemilahannya langsung dari truk
untuk tidak memakan waktu banyak. Pemilahan ini hasilnya untuk pekerja, pihak
Kota Baru Parahyangan hanya ingin sampah sampah domestiknya diangkut ke
TPA. Pihak Kota Baru Parahyangan hanya memperbolehkan kontraktor
melakukan pemilahan hanya diluar jam kerja. Proses sampah domestic ini yaitu :
Diambil dirumah penghuni Kota Baru Parahyangan lalu diangkut ke TPA Kota
Baru Parahyangan. Penghuni diberikan polibag untuk sampah. Iuran kebersihan
mencakup kebersihan, keamanan, dan perbaikan intra struktur. Kapasitas 1
polibag itu untuk 2 hari maka petugas mengambil sampah dari rumah-rumah ke
TPA. Pihak Kota Baru Parahyangan melakukan sosialisasi kepada penduduk
untuk mengeluarkan sampah 2 hari sekali, karena petugas berkeliling mulai dari
pagi hari.
60% sampah tanam dijadikan kompos, 40% dibuang ke TPA. Sampah
domestic dilakukan pemilahan yaitu untuk kepentingan pekerja memilah
bernilai ekonomi hingga dapat dijual maka dari itu pemilahannya diluar jam
kerja. Kota Baru Parahyangan ini memiliki taman nursery, jadi kompos pun
dipakai taman tersebut. Jenis pohon yang ada ditaman ini sebanyak ratusan.
Bahan untuk penanaman pohon di taman nusery kompos, tanah lembang, sekar
padi. Setelah ditanam di taman nursery maka selama beberapa bulan untuk
pembentukan pertumbuhan tubuh tumbuhan yang telah jadi seperti palem, maka
di aplikasikan di lapangan. Pergantian lapangan sudah mati di taman nursery ini
untuk stok bibit-bibitnya saja.

D. Interprestasi
Dari data hasil pengelolahan sampah di Perumahan Kota Baru
Parahyangan sampah kotor yang paling banyak diangkut pada bulan Juli 2014
sebanyak 673 m3 dengan rata-rata sampah perbulan sebanyak 556 m3 dan sampah
bersih yang paling banyak diangkut pada bulan oktober 2014 sebanyak 422,4 m 3
dengan rata-rata sampah per bulan 339 m 3. sedangkan sampah yang dapat
diproses kembali (Recycle) terdapat pada bulan oktober 2014 yaitu sebanyak 396
m3. dengan rata-rata sampah perbulan 269 m3.

26
E. Standar Baku Mutu Pengomposan
Pupuk organic yang dikomposkan dan diguanakan secara in situ dilahan
pertanian tidak memerlukan pengawasan dan peraturan tertentu. Namun apabila
kompos tersebut diproduksi secara luas untuk dijual secara komersial, maka
diperlukan suatu regulasi agar kompos yang diperjualbelikan tersebut memenuhi
standar mutu yang dapat diterima. Dari hasil pengkomposan di perumahan kota
baru parahyangan digunakan secara in situ sehingga tidak memerlukan baku mutu
tertentu karena pemakaian dipakai untuk keperluan tanaman di lingkungan
perumahan tersebut.

BAB VII
PENUTUP

27
A. Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah dapat berupa padat, cair, dan gas. Sampah juga
di bedakan menjadi dua jenis yaitu smapah organik dan non organik. Semua
mempunyai peranan masing-masing. Namun jika tidak di olah dengan baik
sampah dapat mendatangkan masalah atau bencana bagi lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah
organic dan sampah anorganik.
Terkadang orang berfikir bahwa sampah barang tak berguna dan hanya
merugikan baik untuk manusia atau lingkungan di sekitarnya. Namun jika ada
kesadaran sikap menghargai lingkungan dan sikap peduli terhadap lingkungan,
sampah yang tadinya merugikan dapat berubah menjadi sebuah keuntungan atau
manfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya. Salah satu upaya untuk
membantu mengatasi permasalahan sampah kota adalah melakukan upaya daur
ulang sampah dengan penekanan pada proses pengomposan yaitu suatu proses
mengubah atau memanfaatkan sampah sebagai bahan baku untuk memproduksi
kompos. Proses pengomposan menjadi penting karena 70-80% sampah kota
merupakan bahan organik yang dapat dijadikan kompos.
B. Saran
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan
sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan serta kepeduliaan terhadap lingkungan. Peraturan yang
tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para perusak
lingkungan akan terus merusak sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA

28
http://aldyputra.net/2012/01/pengertian-sampah-organik-dan-non-organik/.
Diunduh pada tanggal 23 September 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah. Diunduh pada tanggal 23
September 2012
http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=13242. Diunduh tanggal 24
September 2012

29

Anda mungkin juga menyukai