Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KUNJUNGAN MATA KULIAH

MANAJEMEN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN


KE ECOWISATA MAMMINASATA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan


nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan setiap individu untuk hidup sehat sehingga terwujudnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kesehatan merupakan keadaan seimbang, sejahtera jasmani dan rohani


yang memungkinkan setiap orang untuk hidup sehat secara sosial,
ekonomi yang tidak hanya bebas dari kecacatan.

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu


menopang keseiimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia (HAKLI)

Kelurahan Parangbanua kecamatan Palangga kabupaten Sulawesi


Selatan merupakan salah satu kelurahan yang masih mudah terjangkau
dari aspek transportasi dan akses informasi sehingga tidak menjadi
permasalahan dalam proses perumusan dan pelaksanaan program,
namun masih banyak masalah kesehatan lingkungan yang muncul
karena akibat dari rendahnya kesadaran dan kemauan dari masyarakat
serta belum optimalnya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah
sehingga masih dibutuhkan keseriusan dalam proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi atas yang
direncanakan.

B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan kunjungan lapangan adalah untuk mengetahuai
sistem manajeman program kesehatan lingkungan yang ada di
kelurahan Parangbanua Kecamatan palangga.

C. Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui :
1. Sistem perencanaan Program Kesehatan Lingkungan dikelurahan
Parangbanua Kecamatan palangga
2. Proses pelaksanaan program Kesehatan Lingkungan dikelurahan
Parangbanua Kecamatan palangga
3. Proses Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
di kelurahan Parangbanua Kecamatan palangga

BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis
Desa Parang Banoa merupakan salah satu desa yang ada di
kecamatan Palangga 12 km dari kota Makassar. Luas keluarahan ini
adalah 424, 56 Ha.
Batas administrasi Desa Parang Banoa
Sebelah Utara : Kecamatan Bontomarammu
Sebelah Selatan : Desa Toddotoa
Sebelah Barat : Kelurahan Tetebatu
Sebelah Timur : Desa Kampili
Seperti wilayah Indonesia pada umumnya iklim di wilayah ini adalah
iklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan
B. Kondisi Demografis
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari desa Parang Banoa
(profil desa tahun 2011). Bahwa jumlah penduduk Desa Parang Banoa
sebanyak 2.641
Agama
Warga kelurahan Parang Banoa pada umumnya beragama Islam.
Kelurahan Parang Banoa meiliki 24 mesjid
Suku
Pada umumnya Kelurahan Parang Banoa adalah suku Makassar.
Pendidikan
Masyarakat kelurahan Parang Banoa pada umumnya tamat SD,
sebagian tidak bersekolah atau tidak tamat SD, disusul tamat SLTP,
SMA dan sebagian kecil berpendidikan akademik dan perguruan
tinggi
Prasarana Kesehatan
Prasaran kesehatan di Kelurahan Parang Banoa memiliki satu unit
puskesmas pembantu (pustu) yang terdapat di lingkungan
Tattakang dan satu unit pos pelayanan terpadu (posyandu) di
lingkungan Parang Banoa.
Mata Pencarian
Masyarakat Kelurahan Parang Banoa pada umumnya bekerja
sebagai petani dan sebagian kecil bermata pencaharian sebagai
peternak, wiraswasta, PNS, buruh dll, ada juga yang tidak bekerja.
Sarana Pendidikan
Di Kelurahan Parang Banoa terdapat 1 unit taman bermain kanak-
kanak, 2 unit Sekolah Dasar. Masyarakat yang ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMP dan SMA harus keluar dari wilayah
Kelurahan Parang Banoa
C. Status Kesehatan
a. Kesehatan Lingkungan
Sesuai kunjungan lapangan yang dilakukan terdapat beberapa
masalah kesehatan lingkungan yang merupakan masalah sanitasi
dasar anatara lain :
1. Ketersediaan Tempat sampah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan maka masalah
ketersediaan tempat sampah masih sangat minim hal ini dapat
dilihat dari masih banyaknya sampah yang masih berserakan
dipekarangan rumah. Hal ini terjadi karena proses pengeloaan
sampahnya yang dilakukan hanya dikumpulkan pada tempat
terbuka dan dibakar namun menjadi masalah bila pada musim
hujan sampah-sampah yang dikumpulkan tidak dapat dibakar
sehingga menjadi tempat berkembang biak vektor penyakit
seperti lalat, kecoa, tikus dan juga menimbulkan bau yang tidak
sedap dan dari sisi estetika sangat mengganggu
pemandangan.

2. Ketersediaan Jamban dan Sistem Pengolahan Air Limbah


Masyarakat dikelurahan parangbanua lebih banyak
menggunakan Jamban/WC pribadi namun masih ada
penggunaan Jamban secara bersama-sama sehingga dari sisi
kenyaman belum terjamin dengan baik.
Untuk sistem pengolahan air limbah masih sangat minim hal ini
dapat dilihat dari masih banyaknya genangan air dari hasil
kegiatan rumah tangga seperti mandi, cuci, kakus dan hasil
kegiatan dari aktifitas didapur yang menjadi tempat perindukan
vektor nyamuk, lalat, kecoak dan tikus sehingga berpotensi
menimbulkan penyakit seperti diare, Hepatitis dan malaria
sebagaiman yang dikeluhkan oleh masyarakat pada saat
wawancara.
3. Penyediaan Air Bersih
Dalam penyediaan air bersih masyarakat masih banyak
menggunakan sumur gali, penampungan air hujan dan air isi
ulang. Secara fisik penyediaan air bersih tidak menjadi masalah
karena memenuhi standar yaitu tidak berbau, tidak berasa dan
tidak berwarna kecuali pada musim hujan terjadi perubahan
warna pada air sumur gali sehingga masyarakat harus membeli
air isi ulang.
4. Pemanfaatan Pekarangan Rumah
Untuk pemanfaatan pekarangan rumah, masyarakat masih
belum optimal dalam pemanfaatannya hal ini dapat dilihat dari
masih banyaknya lahan kosong yang tidak dipergunakan untuk
tanaman obat keluarga ataupun pemanfaatan lain yang dapat
menunjang perekonomian masyarakat setempat kecuali pada
beberapa rumah yang dimanfaatkan untuk peternakan. Namun
menimbulkan masalah karena ternaknya lebih banyak dilepas
sehingga berkeliaran dihalaman rumah bahkan sampai dijalan
raya sehingga kotorannya menjadi masalah karena dapat
menimbulkan bau dan menjadi tempat berkerumunnya lalat
yang berpotensi terhadap timbulnya berbagai penyakit.
5. Penggunaan Pestisida
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk
membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan,
ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk
kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan hasil survei lapangan
yang telah dilakukan didapatkan beberapa masalah dalam
penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, yaitu :
a. Kurangnya pengetahuan petani mengenai tatacara
penggunaan/penyemprotan pestisida di persawahan. Antara
lain adalah
Masyarakat (petani) tidak menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) dengan lengkap ketika melakukan
penyemprotan
Tingkat pengetahuan petani mengenai penanganan bekas
botol pestisida (limbah) belum terlalu mumpuni. Hal ini
dibuktikan dengan mereka masih membuang bekas botol
pestisida di sekitar persawahan mereka atau membuang
di sungai yang mana dapat mencemari tanah dan air
sungai
Masyarakat (petani) ketika melakukan penyomprotan
kurang memperhatikan arah angina tau berlawanan arah
angin, yang mana akan berbahaya bagi kesehatan
mereka.
b. Kurangnya pengawasan dalam hal ini Komisi Pengawasa
Pupuk dan Pestisida (KPPP) terhadap penggunaan pestisida
oleh masyarakat (petani)

BAB III
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Program Kesehatan Lingkungan
B. Pelaksanaan Program

Solusi yang dapat kami tawarkan untuk mengatasi permasalahan-


permasalahan penggunaan/penyemprotan pestisida adalah sebagai
berikut:
1. Pihak terkait (KPPP, akademisi, dinas kesehatan) harus melakukan
penyuluhan mengenai tatacara penggunaan/penyemprotan
(kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan) secara
berkesinambungan
2. Pihak terkait (KPPP dan dinas kesehatan) sebaiknya memfasilitasi
atau memberikan perlengkapan keselamatan (APD) disertai
dengan tatacara penggunaannya kepada masyarakat (petani)

C. Pengawasan Program
D. Kegiatan pembinaan pengawasan pupuk dan pestisida diarahkan
untuk meningkatkan peran dan kemampuan petugas pengawas
Kabupaten/Kota serta pembinaan terhadap distributor, kios pupuk
dan pestisida terkait dengan peraturan perundang-undangan
tentang pupuk dan pestisida. Hasil pembinaan pengawasan pupuk
dan pestisida seharusnya ditindaklanjuti, terutama terhadap kasus
peredaran yang mengarah kepada tindak pidana. Penyelesaian
tindak kasus pidana pupuk dan pestisida dikoordinasikan dengan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang ada di daerah atau
dengan pihak Polda yang merupakan bagian dari anggota Komisi
Pengawasa Pupuk dan Pestisida (KPPP) Provinsi.
E. Pembinaan pengawasan pupuk dan pestisida dilaksanakan secara
terpadu oleh anggota Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida
dan dilaksanakan secara periodek. Khusus untuk pupuk bersubsidi
pembinaan pengawasan lebih diarahkan kepada ketersediaan
pupuk, penyaluran pupuk dari Distributor ke Kios Pengecer dan dari
Kios Pengecer kepada Kelompok Tani yang sudah tercantum dalam
Rencana Difinitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Sementara untuk
pupuk non subsidi dan pestisida lebih diarahkan kepada legalitas
pupuk dan pestisida yang beredar di lapangan. Mengingat masih
banyaknya beredar pestisida dengan bahan aktif Indosulfan seperti
Akodan, Akodani dan Indodan, maka focus utama pengawasan
peredaran pestisida sebaiknya diarahkan kepada produk tersebut,
karena produk pestisida dimaksud adalah produk legal.
F. Evaluasi Program

Dalam upaya mengoptimalkan setiap program yang dilakukan


dikelurahan maka sangat diperlukan proses monitoring dan evaluasi
secara rutin sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan
sesuai dengan yang direncanakan terutama program penyehatan
lingkungan seperti penyediaan air bersih, penyadiaan tempat sampah,
pemanfaatan jamban dan penggunaan sistem pengolahan air limbah,
pemanfaatan pekarangan rumah dan penggunaan pestisida.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyehatan lingkungan seperti penyediaan air bersih, penyadiaan
tempat sampah, pemanfaatan jamban dan penggunaan sistem
pengolahan air limbah, pemanfaatan pekarangan rumah dan
penggunaan pestisida.
B. Saran

Harus mengoptimalkan keterlibatan masyarakat dalam setiap


perumusan program yang direncanakan dan akan dilakukan oleh
pemerintah sehingga adanya rasa kepemilikan, kesadaran dan
kemauan masyarakat dalam mewujudkan program yang
direncanakan.
Pentingnya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam
upaya mengoptimalkan program yang telah dilaksanakan

LAMPIRAN

Suasana
briefing sebelum
observasi lapangan

Observasi Kondisi
Lingkungan di Masyarakat
sekitar
Pekarangan Parangbanua
Kondisi tempat pembuangan sampah
masyarakat yang tidak dikelola dengan baik (tempat sampah terbuka)

Gambaran genangan air hasil pembuangan air limbah rumah tangga yang
dibuang secara langsung di sekitar pekarangan dan terbuka sehingga
menjadi tempat perindukan nyamuk

Pemanfaatan pekarangan yang kurang tertata dan menjadi tempat


pembuangan sampah secara bebas
Observasi Kondisi di Lokasi Ecowisata Mamminasata

Terdapat papan keterangan tentang jenis dan kegunaan dari semua jenis
pohon/tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan

Kondisi pembuangan sampah yang masih belum terkelola dengan baik


Suasana tempat pertemuan sekolah alam yang terletak di tengah-tengah
penataan pepohonan/tanaman yang di budidaya

Salah satu kegiatan pembudidayaan cacing tanah di sekitar ecowisata


yang memiliki banyak manfaat

Anda mungkin juga menyukai