Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3

POSTUR KERJA

NAMA-KU
D221 1Y YYY
KELOMPOK XXX

LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama,
yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen
tersebut, komponen manusia haruslah menjadi sentral dalam sistem kerja yang
bersangkutan, karena pada dasarnya manusia selain berperan sebagai perencana
dalam perancangan suatu sistem kerja, juga sebagai pelaksana dan pengendali
yang harus berinteraksi dengan sistem untuk dapat mengendalikan proses yang
sedang berlangsung pada sistem kerja secara keseluruhan.
Komponen penyusun sistem kerja yang kurang baik dapat
mempengaruhi postur kerja seorang dalam bekerja. Sikap kerja (postur)
memegang peranan penting. Dengan memiliki postur kerja yang benar, pekerja
akan memerlukan sedikit istirahat, lebih cepat, dan lebih efisien dalam bekerja,
sebaliknya postur kerja yang keliru dan dalam jangka waktu panjang akan
mengakibatkan berbagai macam resiko cidera.
Untuk mengetahui potensi cidera akibat postur kerja yang kurang baik
dapat dianalisis dengan metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) dan
Rapid Entire Body Assessment (REBA), dimana akan dihasilkan skor akhir yang
dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kondisi tersebut. Penyesuaian
komponen sistem kerja terhadap fisik manusia yang menggunakan komponen
tersebut akan sangat membantu kerja manusia tersebut sehingga sistem akan
berjalan optimal.

B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memahami analisa postur kerja.
2. Praktikan mampu menganalisa postur kerja pekerja.
3. Praktikan mampu mengaplikasikan metode rula dan reba untuk
mengurangi resiko kerja.

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 1
BAB II
TEORI DASAR

A. Pengertian Postur Kerja


Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari
suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan
ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan
baik. Akan tetapi bila postur kerja operator tersebut tidak ergonomis maka
operator tersebut akan mudah kelelahan. Apabila operator mudah mengalami
kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator tersebut juga akan
mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

B. Pengaruh Postur Kerja Terhadap Musculoskeletal


Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang
disebabkan oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja.
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan
segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.

C. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)


RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan
suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas
(upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang
akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang
memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb).
Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian
untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja.
Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah
dideskripsikan oleh McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load
factors) yang meliputi :

1. Jumlah gerakan
2. Kerja otot statis
3. Gaya
4. Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 2
5. Waktu kerja tanpa istirahat
Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di
atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), RULA dikembangkan
untuk :
1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk
penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan
dengan anggota tubuh bagian atas;
2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan
melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan halhal yang dapat
menyebabkan kelelahan otot;
3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi
yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental,
lingkungan dan organisasional; dan biasanya digunakan untuk melengkapi
persyaratan penilaian dari UK Guidelines on the prevention of work-
related upper limb disorder (Panduan dalam pencegahan cidera kerja yang
berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas di negara Inggris).
Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap. Tahap
pertama adalah pengembangan metode untuk merekam postur kerja, tahap kedua
adalah pengembangan sistem penilaian dengan skor, dan yang ketiga adalah
pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan panduan pada
tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian lanjut yang
lebih detail.

TAHAP 1 : Pengembangan metode untuk merekam postur kerja


Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan,
tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup
yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta
pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini
untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala
kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin
saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam
penilaian.

Grup A. Lengan bagian Atas, lengan bagian bawah dan pergelangan


tangan:
Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi
skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin,
Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt. Skornya
sebagai berikut:

a. 1 untuk ekstensi 20 dan fleksi 20


b. 2 untuk ekstensi lebih dari 20 atau fleksi antara 20-45;
c. 3 untuk fleksi antara 45-90;
d. 4 untuk fleksi lebih dari 90.

Grup B. Leher, punggung dan kaki :


Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan
oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan jangkauannya sebagai berikut
Tuliskan Nama-mu MODUL 3:
Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 3
a. 1 untuk fleksi 0-10;
b. 2 untuk fleksi 10-20;
c. 3 untuk fleksi lebih dari 20;
d. 4 bila dalam posisi ekstensi.

TAHAP 2 : Pengembangan sistem skor untuk pengelompokan bagian tubuh.


Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili
tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh. Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle)
dan tenaga (force) dengan Skor Postur A menghasilkan Skor C. sedangkan
penjumlahan dengan Skor Postur B menghasilkan Skor D.

TAHAP 3 : Pengembangan Grand Score dan Action List


Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi
suatu grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas
penyelidikan / investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan
Skor D telah diberikan peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan
estimasi resiko cidera yang berkaitan dengan pembebanan muskuloskeletal.
Berdasarkan grand score dari Tabel C, tindakan yang akan dilakukan
dapat dibedakan menjadi 4 action level berikut :
a. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima
selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.
b. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh
dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.
c. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan segera.
d. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan
dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

D. Rapid Entire Body Assessment (REBA)


REBA sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko
gangguan tubuh secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data
mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi,
pengulangan dan pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan
sebuah indikasi tingkat resiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang
harus diambil.
Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau
grup yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan postur tubuh kiri dari
batang tubuh (trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas
postur kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm),
dan pergelangan tangan (wrist). Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala
postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor
beban/kekuatan dan pegangan (coupling).
REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan
dalam sebuah pekerjaan:
1. Keseluruhan bagian badan digunakan.
2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 4
3. Melakukan sebuah pembebanana seperti mengangkat benda baik secara
rutin maupun sesekali.
4. Perubahan tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sehingga
dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Kamera, handycam, atau alat lain yang dapat mendokumentasikan
gambar
2. Beban

B. Prosedur Praktikum
1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan
postur kerja serta alat tulis.
2. Tiap kelompok mengobservasi pekerjaan yang ada di lapangan.
3. Merekam aktivitas kerja.
4. Melaksanakan pengamatan terhadap objek melalui video.
5. Mencatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan postur kerja.
6. Melakukan perhitungan perhitungan kerja.
7. Membuat laporan praktikum, analisis data, dan perbaikan sistem kerja.

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 6
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 7
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 8
DAFTAR PUSTAKA

1. Andrian, Deni. 2013. Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Secara

Biomekanika Pada Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus: PT. Semen

Baturaja).
2. http://mutiamanarisa.wordpress.com/2010/03/25/rula-rapid-upper-limb-

assessment/ Diakses : 4 Januari 2015


3. Susihono, Wahyu. 2012. Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengurangi

Keluhan Musculoskeletal Dengan Pendekatan Metode OWAS (Studi

Kasus Di UD. Rizki Ragil Jaya - Kota Cilegon).


4. Tarwaka, PGDip.sc. 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan

Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press, Solo.

Tuliskan Nama-mu MODUL 3:


Kelompok XXX
D221 1Y YYY Postur Kerja Hal 9

Anda mungkin juga menyukai