WORK SAMPLING
Nama
Nim
KELOMPOK xx
LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja suatu sistem kerja ditentukan oleh performansi dari pekerjanya,
yaitu berupa tingkat keefektifan pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu metode untuk menghitung tingkat keefektifan
tersebut, salah satu caranya adalah melakukan sampling pekerjaan (work
sampling). Pada awalnya sampling pekerjaan dikembangkan di Inggris oleh
L.H.C. Tippet pada pabrik-pabrik tekstil di Inggris. Sampling pekerjaan
menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu statistik.
Sampling pekerjaan dapat dilakukan terhadap tenaga kerja tak
langsung, tenaga kerja langsung, maupun terhadap mesin. Sampling pekerjaan
adalah suatu prosedur pengukuran yang dilakukan dengan melakukan
kunjungan-kunjungan pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan secara acak
(random). Kunjungan-kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui apa yang
terjadi atau kegiatan apa yang sedang dilakukan di tempat kerja yang
bersangkutan, frekuensi kegiatan tersebut, dan berapa persen waktu yang
dipergunakan untuk pekerjaan itu. Semakin banyak kunjungan yang
dilakukan, semakin kuat dasar (berupa tingkat ketelitian) untuk mengambil
kesimpulan.
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memisahkan pekerjaan pada sistem kerja menjadi
elemen-elemen kerja yang produktif dan non-produktif.
2. Praktikan mampu melakukan pengukuran waktu kerja secara langsung
dengan menggunakan metode work sampling.
3. Praktikan dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil sampling
pekerjaan untuk melakukan perbaikan/pengaturan kerja dalam upaya
meningkatkan efektifitas, efesiensi, dan produktifitas kerja.
BKA = p3
p 1 p
n
BKB = p 3
p 1 p
n
Dimana : p p i
dan n n i
k k
Sofyan Ash Shiddieqy MODUL 1:
Kelompok 5
D221 13 307 Work Sampling Hal 2
Dengan pi = Persentase produktif di hari ke-i
k = Jumlah hari pengamatan
N =
Dimana :
C. Faktor Penyesuaian
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,
maka harus diadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu
pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian/rating factor. Faktor ini adalah
sebagai berikut :
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas batas
kewajaran (normal) maka rating factori akan lebih besar dari satu (p>1
atau p> 100%)
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan
di bawah kewajaran (normal) maka rating factor akan lebih kecil dari
satu (p < 1 atau p< 100%).
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor
diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%)
Guna melaksanakan pekerjaan normal maka dianggap bahwa operator
tersebut cukup berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usaha-
usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan
dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Berikut ini
D. Faktor Kelonggaran
Waktu normal untuk suatu pekerjaan adalah untuk menunjukkan
bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan
pekerjaan pada kecepatan tempo kerja normal. Walaupun demikian pada
kenyataannya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator
tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari. Operator akan
sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu khusus untuk keperluan
seperti kebutuhan pribadi, istirahat untuk melepas lelah dan alasan-alasan lain
di luar kontrolnya.
X =
Dimana :
X = Waktu siklus
x = Waktu Pengamatan
n = Jumlah pengamatan yang dilakukan
2. Waktu normal
Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan
factor penyesuaian , yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan faktor
penyesuaian. Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan
rating performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor
tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai
performance Rating/speed Rating). Rating Faktor ini umumnya
Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan sebagai
waktu baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja,karena disini factor-
faktor yang berkaitan dengan waktu kelonggaran (allowance time) agar
operator bekerja sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.
3. Waktu baku
Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap
part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk
mengatasi kelelahan atau untuk faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan.
Namun jangka waktu penggunaannya waktu standard ada batasnya.
Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan
mengaplikasikan rumus berikut:
B. Metode Praktikum
1. Praktikum modul ini dilaksanakan di luar laboratorium. Masing-masing
kelompok praktikan mencari suatu sistem kerja untuk dilakukan
pengamatan dan pengukuran waktu dengan metode work sampling.
2. Pemilihan sistem kerja yang akan diukur harus sesuai dengan
karakteristik metode sampling.
3. Pada sistem kerja yang diamati, lakukan tahap-tahap pengukuran waktu
dengan metode work sampling.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Utama : Jakarta.
4. Wignjosoebroto,Sritomo. 2006. Ergonomi : Studi Grerak dan Waktu. ITS :
Surabaya.