LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : By Wihartati
Umur : 1 jam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Swadaya Murni, Sako, Palembang
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
MRS : 18 Agustus 2009
II. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 19 Agustus 2009)
Keluhan Utama
Sesak nafas
Keluhan Tambahan
Bayi lahir tidak langsung menangis
1
Riwayat ibu demam tidak ada. Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
12 jam. Riwayat ketuban kental (-) hijau (-) bau (-).
Riwayat Kehamilan
GPA : G1P0A0
HPHT : 5 November 2008
Periksa hamil : 4 kali
Kebiasaan Ibu sebelum/selama kehamilan
Minum alkohol : Tidak pernah
Merokok : Tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu : Tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : Tidak ada
Riwayat Persalinan
Presentasi : bokong
Cara persalinan : ekstraksi parsial
Obat yang diberikan pada ibu : tidak tahu
2
Lama persalinan : 1 jam
Suhu ibu dalam persalinan : 36,80C
Tanda-tanda fetal distress : tidak tahu
Cairan ketuban hijau, busuk : (-)
Tali pusat : Panjang 50 cm, lilitan/menumbung (+)
Plasenta : Berat 500 gram, uk.17-18 cm, kelainan (-)
Tempat lahir : Palembang, tanggal 18 Agustus 2009
Ditolong oleh : Dokter
Resusitasi
Dilakukan oleh Dokter
3
Reflek isap : kuat
Reflek tangis : kuat
Posisi : normal
Gangguan gerak : tidak ada
Pemeriksaan Khusus
Kepala: Lingkar kepala : 34 cm
UUB : rata
Mata : nistagmus tidak ada; pupil normal, isokor, reflek cahaya +/+
Hidung : NCH ada
Trauma lahir : caput succadenum tidak ada
cephal hematom tidak ada
perdarahan subaponeurotik tidak ada
parese N.f ascialis tidak ada
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan simetris
Retraksi ada, intercostal, subcostal dan epigastrium
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki basah halus nyaring (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi (-), iktus (-), voussur cardiaque (-)
Palpasi : iktus (-), thrill (-)
Auskultasi : HR 135x/menit, irama regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, bising usus (+) normal
4
Anus (+)
5
V. RESUME
Seorang bayi laki-laki lahir di VK kebidanan dengan tindakan ekstraksi
parsial, dari ibu G1P1A0, hamil aterm dengan presbo + tali pusat menumbung +
KPSW 12 jam, lahir tidak langsung menangis. Skor Apgar 4/8. Berat badan lahir
2500 gram, panjang badan 47 cm. Riwayat ibu demam selama hamil tidak ada,
KPSW ada 12 jam, ketuban kental, hijau dan bau tidak ada. Pada pemeriksaan
umum didapatkan kesadaran sadar, denyut jantung 135x/menit, frekuensi pernapasan
88x/menit, temperatur 36,50C, aktivitas aktif, reflek isap kuat dan reflek tangis kuat.
Dari pemeriksaan spesifik ditemukan adanya napas cuping hidung, retraksi
interkostal, subcostal dan epigastrium.
VI. DIAGNOSIS
RDS + Tersangka infeksi + Asfiksia sedang
VII. PENATALAKSANAAN
O2 nasal 1 L/menit
IVFD D10% + NaCl 15% 6cc gtt 5 mikro
Ampisilin 2x125mg
Gentamisin 6 mg/18 jam
ASI/PASI 8 x 5 cc
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia
Quo ad functionam : Dubia
6
FOLLOW UP
Tanggal 20 Agustus 2009
Berat badan : 2500 gram
S : demam ada, sesak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : kuat Dispnu (+) Sianosis (-)
Aktivitas : aktif Reflek isap: kuat Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 124x/menit RR : 68x/menit T : 37,50C
Kepala : NCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (+) interkostal
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 124x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
7
Rontgen thorax: kesan BP
FOLLOW UP
Tanggal 21 Agustus 2009
Berat badan : 2500 gram
S : demam ada, sesak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : lemah Dispnu (+) Sianosis (-)
Aktivitas : hipoaktif Reflek isap: lemah Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 136x/menit RR : 88 x/menit T : 38,20C
Kepala : NCH (+)
Thorax : simetris, retraksi (+) intercostal, subcostal. epigastrium
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 136x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
8
FOLLOW UP
Tanggal 22 Agustus 2009
Berat badan : 2500 gram
S : Demam tidak ada, sesak ada.
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : lemah Dispnu (+) Sianosis (-)
Aktivitas : hipoaktif Reflek isap: lemah Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 120x/menit RR : 72x/menit T : 37,40C
Kepala : NCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (+) subcostal dan epigastrium
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 120x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
FOLLOW UP
Tanggal 23 Agustus 2009
Berat badan : 2500 gram
S : Demam tidak ada, sesak tidak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : Kuat Dispnu (-) Sianosis (-)
Aktivitas : hipoaktif Reflek isap: Kuat Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 122x/menit RR : 56x/menit T : 370C
Kepala : NCH (-)
9
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 122x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
FOLLOW UP
Tanggal 24 Agustus 2009
Berat badan : 2550 gram
S : Demam ada, sesak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : lemah Dispnu (+) Sianosis (-)
Aktivitas : hipoaktif Reflek isap: lemah Anemis (-) Ikterik (-)
10
HR : 120x/menit RR : 80x/menit T : 37,80C
Kepala : NCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (+) subcostal dan epigastrium
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 120x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
FOLLOW UP
Tanggal 25 Agustus 2009
Berat badan : 2600 gram
S : Demam tidak ada, sesak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : lemah Dispnu (+) Sianosis (-)
Aktivitas : hipoaktif Reflek isap: lemah Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 120x/menit RR : 76x/menit T : 37,30C
Kepala : NCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (+) subcostal dan epigastrium
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 120x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
11
A : BP + sepsis + Asfiksia sedang
P: IVFD D10%+NaCl 15% 6cc gtt 11 mikro
Meropenem 3x55 mg
ASI/PASI 8 x 20 cc
FOLLOW UP
Tanggal 26 Agustus 2009
Berat badan : 2650 gram
S : Demam tidak ada, sesak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : lemah Dispnu (-) Sianosis (-)
Aktivitas : hipoaktif Reflek isap: lemah Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 148x/menit RR : 88x/menit T : 36,70C
Kepala : NCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 148x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
FOLLOW UP
Tanggal 27 Agustus 2009
12
Berat badan : 2600 gram
S : Demam tidak ada, sesak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : lemah Dispnu (-) Sianosis (-)
Aktivitas : hipoaktif Reflek isap: lemah Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 120x/menit RR : 70x/menit T : 36,70C
Kepala : NCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 120x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
FOLLOW UP
Tanggal 28 Agustus 2009
Berat badan : 2650 gram
S : Demam tidak ada, sesak tidak ada
O : sensorium : compos mentis Refleks tangis : kuat Dispnu (-) Sianosis (-)
Aktivitas : aktif Reflek isap: kuat Anemis (-) Ikterik (-)
HR : 164x/menit RR : 60x/menit T : 37,10C
Kepala : NCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR 164x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)
13
Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
15
II.2 Etiologi
II.3 Patogenesis
Asfiksia terjadi ketika bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan 1
menit setelah lahir. Bayi dengan apnue primer akan tampak biru dengan akselerasi
denyut jantung. Bayi ini biasanya akan membaik secara spontan namun harus
diakselerasi dengan stimulasi fisik dan kimiawi. Keadaan ini kadang disebut asfiksia
livida.
16
Bayi dengan sekunder apnue (terminal apnue) tidak akan membaik tanpa
resusitasi. Bayi ini putih atau sianosis, tanpa respon, flaksid, denyut jantung <100 dan
perfusi yang jelek. Kondisi ini kadang disebut asfiksia pallida.
Namun pada kamar bersalin kita tidak dapat membedakan primer dan
sekunder apnue maka resusitasi harus dilakukan pada semua bayi apnue dan
menganggapnya sebagai apnue sekunder.
Setelah resusitasi dilakukan barulah kita dapat menentukan apnue primer
ataukah apnue sekunder. Bayi dengan apnue pimer mengalami peningkatan denyut
jantung dan akan bernapas spontan sebelum berwarna merah muda serta sering terjadi
gasping atau menangis sebelum menjadi apnue. Sedangkan bayi dengan apnue
sekunder akan berwarna merah muda sebelum mengalami respirasi spontan.
Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan
persalinan akan mempengaruhi oksigenisasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat
mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi ini dapat ringan serta
sementara atau menetap, tergantung dari perubahan homeostasis yang terdapat pada
janin. Perubahan homeostasis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya
anoksia atau hipoksia yang diderita.
17
c) Gangguan peredaran darah ke paru-paru karena tetap tingginya resistensi
pembuluh darah pulmonal.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler ini mempunyai akibat buruk terhadap sel-sel
otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau timbulnya gejala-gejala lanjut pada
anak yang hidup. Dalam garis-garis besar perubahan-perubahan yang terjadi pada
asfiksia adalah:
II.4 Diagnosis
18
2. Intra partum
a. Pemeriksaan pH darah janin: dengan menggunakan amnioskop yang
dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda bahaya
b. Tanda tanda gawat janin: kelainan gerakan janin, cairan amnion hijau dan
kental, pH darah janin < 7,2, denyut jantung janin abnormal
3. Post partum
Nilai APGAR, merupakan suatu skoring yang berhubungan erat dengan
beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima menit setalah bayi
lahir. Angka ini penting artinya karena dapat dipergunakan sebagai pedoman
untuk menentukan cara resusitasi yang akan dikerjakan.
0 1 2
Appereance (warna kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan
Pulse Rate (frekuensi nadi) Tidak ada <100 >100
Grimace (reaksi rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
mimic
Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
seikit fleksi
Respiration effort (usaha Tidak ada Lemah/tdak Baik/menangis
bernafas) teratur
19
b. 5-7 asfiksia ringan.
c. 3-4 asfiksia sedang
d. 0-2 asfiksia berat.
II.5 Komplikasi
Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan komplikasi yang terjadi langsung
(dini) dan komplikasi lanjutan.
Komplikasi yang terjadi langsung seperti asidosis metabolik, sindroma gawat nafas
(SM dan TTN), gagal jantung, gagal ginjal akut, ensefalopati hipoksik iskemik.
Sedangkan komplikasi lanjutan seperti terjadinya epilepsi, mikrosefali, serebral palsi,
retardasi mental, gangguan belajar, dan gangguan tingkah laku beserta emosi.
II.6 Prognosis
Prognosis dari asfiksia neonatorum bergantung pada berapa lama neonatus
tersebut tidak dapat bernafas.
Sebagai contoh, penelitian klinis menunjukkan bayi dengan nilai Apgar yang rendah
pada 5 menit pertama lebih menunjukkan hasil yang secara signifikan lebih baik
dibandingkan dengan yang 10 menit. Asfiksia yang berkepanjangan (prolonged)
dapat menyebabkan kematian apabila asfiksia terjadi lewat dari 10 menit.
II.7 Penatalaksanaan
a. Tindakan umum:
Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai Apgar.
Segera setelah bayi lahir, diusahakan agar bayi mendapat pemanasan yang baik.
Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari tubuhnya. Penggunaan sinar
lampu untuk pemanasan luar dan untuk mengeringkan tubuh bayi mengurangi
evaporasi. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan saluran
nafas bagian atas. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan
20
timbulnya kerusakan-kerusakan mukosa jalan nafas, spasme laring, atau kolaps
paru-paru. Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernafas, rangsangan
terhadapnya harus segera dikerjakan. Hal ini dapat berupa rangsangan nyeri
dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau pada
bayi-bayi tertentu diberi suntian vitamin K.
b. Tindakan Khusus:
Asfiksia sedang
- Rangsang + pemberian oksigen
- Pernafasan kodok (tutup mulut hidung serempak: 30 kali permenit)
- Pernafasan bag to mouth/ mouth to mouth
- Jika gagal lakukan sesuai asfiksia berat.
Asfiksia berat
- Intubasi endotrakeal
- Kompresi dada
- Obat-obat: natrium bikarbonat 2-5 cc
- Adrenalin 1/10.000
21
Ventilasi tekanan positif dapat diberikan dengan balon resusitasi dan intubasi
endotrakeal (ETT)
22
23
Kompresi dada
Indikasi: frekuensi jantung < 60 kali permenit setelah 30 detik mendapat VTP
dengan oksigen 100%.
Frekuensi
Sternum ditekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior rongga dada dengan 3
kali penekanan dan 1 kali ventilasi dalam 2 detik (45 kali kompresi dada dan
15 kali ventilasi selama 30 detik).
Eveluasi
Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada dan ventilasi, periksa
frekuensi jantung tau nadi. Bila frekuensi jantung:
< 60 kali permenit: lanjutkan tindakan kompresi dada dan ventilasi dan
pemberian epinefrin.
Hentikan tindakan penekanan dada tetapi lanjutkan ventilasi dengan
oksigen 100%.
Intubasi endotrakeal
Ventilasi tekanan positif dapat diberikan dengan balon resusitasi dan sungkup atau
dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakeal (ETT) bila VTP dengan balon dan
sungkup kurang efektif.
Indikasi
- Bila terdapat mekonem dan bayi mengalami depresi nafas, tonus otot atau
denyut jantung maka intubasi dilakukan pada kesempatan pertama (perlu
melakukan penghisapan mnelalui trakea untuk mengeluarkan mekoneum)
sebelum memulai tindakan resusitasi yang lain.
24
- Bila VTP dengan balon dan sungkup tidk efektif (tidak mengembangkan
dada) atau membutuhkan pemberian VTP agak lama, dicurigai ada hernia
diafragmatika, pemberian surfaktan dan bayi berat badan sangat rendah.
- Bila perlu kompresi dada, intubasi memudahkan koordinasi kompresi dan
ventilasi dan memaksimalkan efisiensi VTP.
25
Nalokson 0,4 mg/mL 0,1 mg/kg Iv,et,im,sq Berikan cepat
Hidroklorit 1 mL (0,25 Iv, ET diutamakan.
mL/kg) IM, SQ dapat pula
1 mg/mL 1 mL 0,1 mg/kg
digunakan.
(0,1 mL/kg
BAB III
26
ANALISIS KASUS
Bayi laki-laki berusia 1 jam datang dengan keluhan utama lahir tidak langsung
menangis dan keluhan tambahan sesak nafas. Dari anamnesis didapatkan bayi lahir di
VK kebidanan dengan tindakan ekstraksi parsial dari ibu G 1P1A0 hamil aterm +
presbo + tali pusat menumbung + KPSW 12 jam. Bayi lahir tidak langsung
menangis, Apgar score 4/8. Berat badan lahir 2500 gram. Riwayat ketuban kental (-)
hijau (-) bau (-). Pasien kemudian dirawat di neonatus Departemen Kesehatan Anak
RSMH.
Pada pemeriksaan umum didapatkan berat badan 2500 gr, panjang badan 47
cm kesadaran kompos mentis, denyut jantung 135x/menit, pernapasan 75x/enit,
temperatur 36,50C, aktif, tonus otot normal, reflek isap kuat, reflek tangis kuat.
27
infeksi, yaitu ibu dengan riwayat KPSW 12 jam. Pada pemeriksaan laboratorium juga
didapatkan leukosit 20.600/mm3.
Keadaan tersangka infeksi berubah menjadi suatu klinis sepsis karena adanya
faktor resiko didukung dengan gejala klinis sepsis seperti bayi tampak lemah, dispnu,
dan ikterik. Kemudian menjadi sepsis setelah hasil CRP didapatkan + 48 dan
trombosit kurang dari 100.000/mm3. Semua penderita sepsis neonatarum dilakukan
lumbal punksi untuk melihat apakah ada komplikasi dari sepsis, yaitu meningitis.
Pada penderita ini menunjukkan hasil normal LP, yaitu hasil sel 11
Maka penatalaksanaan adalah O2 nasal 1 L/menit, IVFD D5% + NaCl 15%
6cc gtt 5 mikro, Ampisilin 2x125mg, Gentamisin 6 mg/18 jam.. Pemberian O 2 nasal 1
L/menit untuk mengatasi sesak nafasnya. Pemberian IVFD D10% + NaCl 15% 6cc
gtt 5 mikro karena disesuaikan dengan berat badan bayi. Pemberian antibiotik
ampisilin dan gentamisin diberikan sebagai terapi pada tersangka infeksi dan
bronkopneumoni. Antibiotika gentamisin diganti dengan ceftazidime karena dalam
waktu 3 hari belum ada perbaikan klinis. Ceftazidime diganti dengan antibiotika yang
lebih poten yaitu meropenem karena belum juga menunjukkan adanya perbaikan
klinis.
Asfiksia berat kematian sekitar 20%, sisanya hidup dengan sequele gangguan
intelektual dan defisit neurologis. Pada kasus ini, pasien didiagnosa dengan asfiksia
sedang yang juga disertai dengan sepsis dan bronkopneumonia. Mengingat asfiksia
merupakan suatu gangguan bernafas yang dapat berkomplikasi pada banyak sistem,
tetapi masih dapat diatasi dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat, maka pasien
ini kami prognosis dengan dubia baik vitam ataupun functionam.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. IDAI. Asfiksia Neonatorum.Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak . 2004 :
272-276.
2. World Health Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical Guide-
Revision. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 1999. Available
at: www.who.int/reproductive-
health/publications/newborn_resus_citation/index.html. Accessed August 18,
2009.
3. American Academy of Pediatrics and American College of Obstetricians and
Gynaecologists. Care of the neonate. Guidelines for perinatal care. Gilstrap
LC, Oh W, editors. Elk Grove Village (IL): American Academy of Pediatrics;
2002.p. 196-7
4. Lee, et.al. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in
Southern Nepal: A Prospective, Community-Based Cohort Study.
PEDIATRICS Vol. 121 No. 5 May 2008, pp. e1381-e1390
(doi:10.1542/peds.2007-1966). (Tingkat Pembuktian: IIb).
29
9. Anonym/ http/emedicine/perinatal asphxia.2006. available on 18 August
2009.
30