Anda di halaman 1dari 17

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL

DENGAN METODE GARAM KJEDAHL

LAPORAN

disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Instrumen Analitik

Oleh:

Kelompok 5

1B

Rifaldi Hadiansyah (131411046)

Risma Regiyanti (131411047)

Rizki Abi Karomi (131411048)

Dosen Pembimbing: Drs. Agustinus Ngatin, MT

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014
A. TUJUAN
1. Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitrogen dalam cuplikan dengan metode mikro
kledahl secara benar dan jelas.
2. Menjelaskan tahapan proses penentuan kadar nitrogen dalam cuplikan.
3. Mengoperasikan proses destruksi, destilasi, dan titrasi sesuai prosedur.
4. Melakukan percobaan penentuan nitrogen atau protein dengan metode kjedahl di
laboratorium.
5. Menghitung kadar nitrogen total atau protein dalam cuplikan berdasarkan hasil
percobaan.

B. DASAR TEORI

Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total
pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan
asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium
sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara
kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak
mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan
jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Metode ini kurang
akurat bila diperlukan pada senyawa yang mengandung atom nitrogen yang terikat secara
langsung ke oksigen atau nitrogen. Tetapi untuk zat-zat seperti amina,protein,dan lain lain
hasilnya lumayan.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan
secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan
mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam
bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai
berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang
biasanya mengandung 16% nitrogen.
Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi
dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia
yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya
dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro.
1. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g
2. Cara semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari
bahan yang homogen.
Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan
N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis
ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina
ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih
digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan.
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi
menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO 2 dan H2O.
Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses
destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning
menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk
didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang
telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat
proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan
perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:


H destruksi
R-C-COOH NH3 + CO2 + H2O
H2SO4
NH2
CuSO4
Asam amino Na2SO4
(protein)

NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4


Hasil Destruksi
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak terjadi
superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat
ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam
khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam
dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin
dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya
BCG + MR atau PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
(NH4)2SO4 + NaOH NH3 + H2O + Na2SO4
NH3 + HCl 0,1 N NH4Cl
Berlebihan
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida yang
bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai dengan
tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila
menggunakan indikator PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
HCl 0,1 N + NaOH 0,1 N NaCl + H2O
Kelebihan
Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai berikut:
%N = ml NaOH blanko ml NaOH sampel N. NaOH 14,008 100%
Gram bahan x 1000
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N
dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru
menjadi merah muda.
Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai berikut:
%N = ml NaOH blanko ml NaOH sampel N. HCl 14,008 100%
Gram bahan x 1000
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor.
Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun
protein dalam suatu bahan.
Kadar protein (%) = % N x faktor konversi
Nilai faktor konversi berbeda tergantung sampel:
Sampel Factor konversi
1. Sereal 5,7
2. Roti 5,7
3. Sirup 6,25
4. Biji-bijian 6,25
5. Buah 6,25
6. Beras 5,95
7. Susu 6,38
8. Kelapa 5,20
9. Kacang Tanah 5,46

Apabila faktor konversi tidak diketahui, faktor 6,25 dapat digunakan . Faktor ini diperoleh dari
fakta rata-rata nitrogen dalam protein adalah 16 %.
Kadar Protein (%) = N x 100/16
= N x 6,25
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat

Nama Alat Spesifikasi Jumlah


Neraca analitik
Peralatan destruksi 1 perangkat
Peralatan destilasi 1 perangkat
Labu erlenmeyer 250 mL 4
Batu didih 8

2. Bahan

Nama Bahan Spesifikasi Jumlah


Garam kjedahl
50 gram
(CuSO4:Na2SO4 = 3:1)
H2SO4 Pekat 80 mL
NaOH 60% 250 mL
HCl 0,5 N 100 mL
Indikator campuran
Indikator MM
Asam borat 10 gram
Boraks 2 gram
D. PROSEDUR KERJA
Membuat Larutan Asam Borat 2 %

10 gram 500 mL

asam borat aquades

Panaskan Diperoleh 2%

Sampai larutam larutan asam borat 500 mL

homogen

masing-masing 100 mL

Larutan asam borat

+ 3 tetes mixed indikator

Standarisasi HCl

Analit yang digunakan : Boraks (Na2B4O7..10H2O)

Boraks aquades indikator HCl

Menimbang Melarutkan Penambahan Titrasi dg HCl Catat V HCl &

indikator Lakukan perhitungan


Destruksi

4 tabung destruksi dan Timbang 0.4377 gram,


destruktor (pemanas) 0.9325 gram 1.1720 gram
sampel

Masukkan garam kjedahl


(CuSO4:Na2SO4 = 3:1) Hubungkan dengan Masukkan sampel ke
serta 2 buah batu didih listrik tiga tabung destruksi
ke dalam 4 tabung
destruksi

20 mL asam sulfat Tutup dengan tutup nya


Lemari asam
pekat dan hubungkan dengan
jet pump

Nyalakan air pada


water jet pump
vaccum

Setelah gas hilang, Pindahkan ke alat Tunggu dan amati


putar tombol sampai pemanas dan putar sampai warna berwarna
nomor lima tombol pada angka 7 hijau muda

Setelah berwarna hijau


muda, putar sampai nol,
tunggu 5 menit, matikan
pemanas

Tunggu sampai dingin


Matikan keran

Tambah masing- Kocok sampai homogen


masing tabung 100
mL aquadest
Tunggu sampai suhu
ruang dan lakukan
Destilasi destilasi

Hidupkan air keran yang


menghubungkan alat dengan
destilasi

Tekan tombol ON. Tunggu sampai


10 menit

Pasang tabung destructor pada


perangkat destilasi

Simpan erlenmeyer (asam borat)


2%) pada keluaran destilat

Mengalirkan NaOH pada katup A


sampai larutan pada tabung
berwarna hitam coklat

Buka katup B dan C sampai


volume erlenmeyer 175 mL

Tutup katup B dan Amati larutan

Keluarkan tabung destruksi dari


alat destilasi menggunakan
penjepit dan sarung tangan

Bilas pipa dengan aquadest dan


tutup katup C

Titrasi destilat dengan


menggunakan aquadest.
Ulangi dengan sampel 2. 3 dan
blanko

Bersihkan labu destilasi dengan


aquadest

Matikan alat destilasi, putuskan


hubungan listrik

Titrasi

Siapkan buret dan larutan HCl


yang telah dibakukan untuk titrasi
sampel

Titrasi dan catat volume HCl yang


ditambahkan

Ulangi percobaan dengan sampel


2,3,dan blanko
E. PEMBAHASAN
- Destruksi
Sampel di destruksi dengan memanaskan sampel dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C, H, O, N, S, dan
P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu
bahan. Hasil destruksi adalah ion NH4+ yang menunjukkan keberadaan protein. Ion
ammonium bereaksi dengan ion sufat dari asam sulfat membentuk ammonium sulfat.
Reaksi di katalisis dengan adanya garam kjeldahl.

Garam kjeldahl berfungsi untuk mempercepat proses destruksi dengan menaikkan titik
didih asam sulfat saat dilakukan penambahan H2SO4 pekat, serta mempercepat kenaikan
suhu asam sulfat, sehingga destruksi berjalan lebih cepat dan lebih sempurna. Garam
kjeldahl tersebut terdiri dari campuran Na2SO4 anhidrad dan CuSO4. Ion logam Cu akan
menaikkan titik didih H2SO4 sedangkan Na2SO4 anhidrat akan menarik air yang terdapat
pada sampel. Karena titik didih menjadi lebih tinggi, maka asam sulfat akan
membutuhkan waktu yang lama untuk menguap. Karena hal ini, kontak asam sulfat
dengan sampel akan lebih lama sehingga proses destruksi akan berjalan lebih efektif.
Asam sulfat yang bersifat oksidator kuat akan mendestruksi sampel menjadi unsur-
unsurnya.

Selama proses destruksi, terjadi reaksi berikut:

Cu2SO4 + 2H2SO4 2CuSO4 + 2 H2O + SO2


protein / (CHON) + O2 + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4

Proses destruksi di tandai dengan perubahan warna larutan menjadi warna biru dan
bening. Setelah itu larutan di dalam labu kjeldahl didinginkan terlebih dahulu dan
kemudian diencerkan dengan penambahan 50 ml aquades.
F. DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
1. Standarisasi HCl
Untuk standarisasi pertama
Berat Boraks = 0,1011 gr
Mr Boraks = 381,2 gr/mol
Volume HCl = 58 mL

NHCl = = 0,0914 N

Untuk standarisasi kedua


Berat Boraks = 0,1001 gr
Mr Boraks = 381,2 gr/mol
Volume HCl = 5,6 mL

NHCl = = 0,0925 N

2. Pembuatan Larutan NaOH 30% (b/v)


Volume = 500 mL

% NaOH =

Berat NaOH =

= 150 gram

3. Pembuatan Larutan Asam Borat 2% (b/v)


Volume = 500 mL

% Asam borat =

Berat asam borat =

= 10 gram
4. Tabel Data Titrasi

Berat Sampel/Susu Berat garam Volume asam Volume asam


NO
(gram) kjedahl (gram) sulfat (mL) klorida (mL)
1 Blanko 7,5 20 0,5
2 0,4353 7,5 20 16,8
3 0,9325 7,5 20 25,7
4 1,1700 7,5 20 27,1

% Nitrogen dalam sampel


a. Sampel 0,0 gram (Blangko)
Volume HCl untuk titrasi blanko (V0) = 0,5 ml

b. Sampel 0,4353 gram


Volume HCl untuk titrasi sampel (Va) = 16,8 ml
Volume HCl untuk titrasi blanko (V0) = 0,5 ml
Konsentrasi HCl (N) = 0,09255 N
Berat eqivalen nitrogen = 14 gr/mol
Berat Sampel (p) = 0,4353 gram = 435,3 mgram

= 3,7986 %

c. Sampel 1,0091 gram


Volume HCl untuk titrasi sampel (Va) = 31 ml
Volume HCl untuk titrasi blanko (V0) = 0,0 ml
Konsentrasi HCl (N) = 0,0854 N
Berat eqivalen nitrogen = 14 gr/mol
Berat Sampel (p) = 1,0091 gram = 1009,1 mgram
= 3,6729 %
d. Sampel 1,5024 gram
Volume HCl untuk titrasi sampel (Va) = 46,2 ml
Volume HCl untuk titrasi blanko (V0) = 0,0 ml
Konsentrasi HCl (N) = 0,0848 N
Berat eqivalen nitrogen = 14 gr/mol
Berat Sampel (p) = 1,0091 gram = 1502,4 mgram

= 3,6507 %

% Nitrogen rata rata

% N rata-rata =

5. Kadar Protein dalam sampel


Harga f (faktor konversi kandungan N) pada susu bubuk = 6,38

% protein = f x % Nrata-rata
% protein dalam sampel = f x % Nrata-rata
= 6,38 x 3,7074 %
= 23,6532 %

% Protein % Protein yang


Sampel % Nitrogen
berdasarkan praktek tertera pada sampel
0,4973 gram 3,7986 % 23,6532 % 11 %
1,0091 gram 3,6729 %
1,5024 gram 3,6507 %
Rata-Rata 3,7074 %

6. Data Pengamatan Kertas Timbang

Berat kertas awal (gr) Berat Kertas akhir (gr)


0,2749 0,2731
0,2600 0,2588
0,2693 0,2690

7. Pengamatan Saat Praktek

No Proses Pengamatan Gambar


.
1. Destruk Sebelum pemanasan / awal, campuran
si berwarna kekuning-kuningan.

Setelah pemanasan beberapa saat, tabung


destruksi yang mengandung sampel,
menguap dan mengeluarkan gas berwarna
putih.

Setelah cukup lama, muncul gas warna


putih dan sampel berubah warna menjadi
hitam pekat.

Sekitar satu jam dari pemanasan, sampel


yang berwarna hitam berubah menjadi hijau
bening. Hal ini menandakan bahwa proses
destruksi untuk mendegradasi protein telah
selesai.
Kemudian ditambahkan aquadsest 100 ml
sedikit demi sedikit, dan laruutan pun
berubah menjadi biru muda.

2. Distilasi Setelah dialirkan larutan NaOH, larutan yang


mengandung sampel menjadi berwarna hitam
gelap.

Larutan asam borat + indikator yang


diletakkan pada penampungan distilat,
sebelumnya berwarna pink, dan setelah
didestilasi berubah menjadi hijau bening.
3. Titrasi Hasil Distilat yang berwarna hijau bening

dititrasi dengan HCl ( 0,085 N) hingga

warna distilat kembali seperti warna semula


(pink).

Anda mungkin juga menyukai