OLEH
KELOMPOK :3
I. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah mahasiswa diharapkan mampu :
Menerapkan bioproses di bidang agroindustri dengan melibatkan mikroba jenis
khamir
Membuat mnuman beralkohol (wine) dari sari buah-buahan melalui proses fermentasi
dengan menggunakan mikroba Saccharomyces cerevisiae
Menghitug kadar alkohol dan nilai brix dari proses fermentasi
Anggur buah adalah jenis minuman sari buah yang dibuat dengan cara peragian.
Proses peragian berlangsung selama 7-15 hari. Kandungan gula pada bahan diubah
menjadi alkohol oleh ragi. Ragi tersebut mulai bekerja aktif bila terlihat ada gelembung-
gelembung udara. Pada proses ini, bahan-bahannya harus ditempatkan dalam botol yang
tertutup rapat (tanpa udara).
Minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah lain yang kadar alkoholnya
berkisar di antara 8% hingga 15% biasanya disebut sebagai wine buah (fruit wine). Wine
adalah sari buah segar dari kumpulan buah anggur segar yang tumbuh di area terbuka dan
diragikan berdasarkan kebiasaan dan tradisi setempat, dengan tanpa menambah
sedikitpun barang pengganti atau bahan asing lainnya. Sari buah tadi diragikan sampai
masak dan kemudian diperam beberapa tahun lamanya agar anggur itu menjadi matang.
Anggur tadi mempunyai kadar alkohol 16%.
Pektinase
Enzim pektinase pada dasarnya sudah ada dalam buah anggur, namun berada
dalam bentuk inaktif pada pH saat pembuatan wine. Oleh karena itu, perlu penambahan
pektinase dari luar. Pektinase secara komersial dihasilkan dari Aspergillus niger.
Pektinase komersial biasanya diaktifkan pada suhu 45 - 55ºC dan bekerja dengan baik
pada pH 4,8 sampai 5.
Dalam pembuatan wine, pektinase berperan dalam menghidrolisis pektin tak larut
(protopektin). Enzim ini bekerja pada proses maceration (penghancuran buah) dan
clarification (penjernihan). Pektin yang terhidrolilis menyebabkan viskositas jus buah
menurun sehingga lebih mudah mengalir dan lebih jernih karena kekeruhan (cloudiness)
pada jus disebabkan karena kandungan pektin dalam jus tersebut.
Glikosidase
Dalam pembuatan anggur (wine), enzim ini berperan dalam melepas residu gula
dari molekul yang lebih kompleks. Beberapa senyawa pembentuk flavor pada anggur
terikat pada residu gula, contohnya monoterpenten dan turunan C13- norisoprenoid.
Senyawa prekursor aroma tidak bersifat volatil. Ketika residu gula ini dihilangkan,
prekursor tersebut menjadi volatil dan berkontribusi terhadap aroma khas wine. Anggur
yang mengandung glikosidase mampu melepaskan senyawa aromatik terpenol dari
prokursor non-aromatik. Namun, dalam pembuatan wine, enzim ini tidak terlalu efisien
karena pH optimumnya yang berada pada pH 5, sedangkan pH wine antara 3 – 4. Proses
penjernihan pada must juga akan menyebabkan aktivitas glikosidase terhenti.
Beta – glukanase
Protease
Pada proses pembuatan wine, kandungan protein berasal dari proses autolisis sel
yeast dan dari anggur sebagai bahan mentah. Aktivitas enzim proteolitik endogenus
seperti protease, yang dilepaskan dari autolisis yeast akan menyebabkan hidrolisis
komponen protein menjadi asam amino selama proses fermentasi. Enzim ini dapat
dihasilkan oleh Aspergillus oryzae dan memiliki pH maksimum sekitar 2.0 dan stabil
pada suhu sekitar 50°C. Menurut penelitian, penggunaan campuran protease komersial
dari yeast yang diberikan pada pembuatan wine akan memberikan efek positif pada rasa
dan aroma wine.
Divisi : Eumycophyta
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Sacharomycetales
Famili : Sacharomycetaceae
Genus : Sacharomyces
Fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur bersama-sama dengan bahan
yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan menghasilkan wine. Bahan
untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan menghasilkan alkohol
dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan alkohol akan tetap
tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol atau alkohol
telah mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan.
NO ALAT BAHAN
Cek kadar alkohol dan nilai brixnya setiap hari selama 3 hari
8
6 Series2
4 Linear (Series2)
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (hari)
11.5
11
f(x) = − 0.14 x + 11.06
R² = 0.0460093896713606
Nilai Brix
10.5 Series2
Linear (Series2)
10
9.5
9
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (hari)
VII. Perhitungan
VIII. Pembahasan
Kerusakan wine secara organoleptik dapat dideteksi dari warna, rasa, dan bau. Penyebab
kerusakan tersebut dikarenakan cara pembuatan yang kurang baik, penyimpanan, dan penyajian
yang keliru. Wine yang disimpan pada temperatur tinggi dapat menyebabkan wine terasa seperti
dimasak atau dipanaskan, dimana karakter freshnessnya sudah hilang dan aromanya terasa
seperti buah-buahan yang telah dimasak. Sedangkan kerusakan karena penyajian dapat
menyebabkan oksidasi wine menjadi asam cuka (tersedia oksigenyang cukup). Oksidasi juga
bisa disebakan karena sumbat botol (cork) yang dipakai mempunyai kualitas yang kurang bagus,
sehingga memungkinkan udara masuk kedalam botol.
Beberapa karakter aroma lain yang dapat dijadikan indikator kerusakan wine adalah :
1. Bau sayuran busuk
2. Bau belerang
3. Bau apel busuk
4. Bau telur busuk
5. Bau apek
Kerussakan wine secara mikrobiologi dapat disebabkan oleh Bakteri Asam Laktat
(BAL) dari jenis Leuconostoc, pediococcus, dan Lactobacillus. Bakteri jenis ini dapat
memetabolisme gula, asam, dan unsur lain yang ada dianggur menghasilkan beberapa senyawa
yang menyebabkan pembusukan. Setelah fermentasi alkohol selesai, maka secara alami akan
terjadi proses MLF (Malolactic Fermentasi) yang dilakukan oleh BAL. Reaksi ini mengubah
dekarboksilasi L-malic acid menjadi L-lactic acid dengan menurunkan kadar keasaman wine dan
menaikkan pH antara 0,3 sampai 0,5. Setelah proses MLF selesai, maka kehidupan dari BAL
tergantung pada komposisi wine dan bagaimana wine ditangani. Jika wine memiliki pH tinggi (>
3,5) dan SO2 tidak memadai, maka bakteri BAL dapat tumbuh dan merusak wine atau penyebab
kebusukan.
IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka
Hernindyaningrum Anisa, dkk. Aplikasi Enzim dalam Pembuatan Wine. 2010. Diakses
dari http://yuphyyehahaa.blogspot.com/2011/09/aplikasi-enzim-dalam-
pembuatan-wine.html. [Diambil pada tanggal 3 Desember 2016]