ANDINI
NRP. 01311940000032
Dosen Pengajar
Dr. techn. Endry Nugroho P., S.Si, MT.
Program Studi S1
Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Analitika Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022
2
ABSTRAK
Abstrak
Wine merupakan minuman beralkohol yang biasanya terbuat dari jus anggur yang
difermentasi. Keseimbangan sifat alami yang terkandung pada buah anggur, menyebabkan
buah tersebut dapat difermentasi tanpa penambahan gula, asam, enzyme, ataupun nutrisi lain.
Wine dibuat dengan cara memfermentasi jus buah anggur menggunakan khamir dari type
tertentu. Yeast tersebut akan mengambil kandungan gula yang ada pada buah anggur dan
mengubahnya menjadi alkohol. Wine dibuat dari fermentasi anggur dengan
bantuan Saccharomyces cerevisiae. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai
OD optimal untuk fermentasi anggur dan karakteristik S. cerevisiase. Pembuatan kultur
starter dengan menggunakan media PDB (Potato Dextrose Broth) dan pengukuran OD
dilakukan selama 9 jam dengan menggunakan spektrofotometer. Lalu karakteristik S.
cerevisiase diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x dan 400x. Hasil
praktikum menujukkan bahwa kultur starter yang digunakan untuk fermentasi etanol adalah
Saccharomyces cerevisiae yang berumur 6 jam dengan nilai OD tertinggi sebesar 0.963.
DAFTAR ISI
ABSTRAK.........................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.........................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................6
2.1 Fermentasi.................................................................................................................. 6
2.2 Mikroba Dalam Pembuatan Wine.............................................................................. 7
2.2.1 Botrytis........................................................................................................ 7
2.2.2 Saccharomyces............................................................................................ 7
2.2.3 Khamir (yeast )............................................................................................ 8
BAB 3 METODOLOGI.................................................................................................................. 10
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...............................................................................10
3.2 Prosedur Penelitian...................................................................................................10
3.2.1 Pengamatan Saccharomyces cerevisiae.................................................................10
3.2.2 Pola Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae...........................................10
3.3 Pembuatan Wine.......................................................................................................10
3.3.1 Persiapan Buah Anggur.............................................................................10
3.3.2 Pemotongan dan Pemecahan..................................................................... 10
3.3.3 Pengepresan...............................................................................................11
3.3.4 Fermentasi................................................................................................. 11
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................... 12
4.1 Karakteristik Saccharomyces cerevisiae.................................................................. 12
4.2 Pola Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae..........................................................14
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................16
4
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah,
1. Untuk mengetahui nilai OD optimal untuk fermentasi anggur.
2. Untuk mengetahui karakteristik S. cerevisiase dibawah mikroskop cahaya.
6
2.1 Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere (Yunani) yang artinya mendidihkan, yaitu
berdasarkan dalam ilmu kimia terbentuknya gas-gas dari suatu cairan kimia yang
pengertiannya berbeda dengan air mendidih. Gas yang terbentuk tersebut diantaranya
karbondioksida (CO2) (Afrianti, 2004). Fermentasi merupakan perubahan kimiawi dari
senyawa-senyawa organik yang dilakukan oleh enzim hasil mikroorganisme. Mikroorganisme
yang berperan dalam proses fermentasi ini dari golongan khamir, kapang dan bakteri.
Fermentasi dari berbagai makanan dan minuman dapat melibatkan satu macam atau beberapa
mikroorganisme yang bekerja secara simbiotik (Aditiwati dan Kusnadi, 2013).
Proses Fermentasi merupakan suatu proses biokimia dimana terjadinya perubahan-
perubahan atau reaksi-reaksi kimia dengan bantuan mikroorganisme. Proses fermentasi terjadi
secara anaerob dengan mengubah glukosa menjadi alkohol. Setelah proses fermentasi
berlangsung, yang produk hasilkan adalah alkohol. Fermentasi oleh mikroorganisme,
misalnya Saccharomyces cerevisiae yang dapat menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2
melalui reaksi sebagai berikut:
Pada umumnya reaksi ini merupakan dasar dari pembuatan minuman alkohol yaitu tape,
brem, dan anggur (Retno dkk., 2009). Pada saat fermentasi akan terjadi reaksi secara kimiawi
dan terdapat enzim yang akan berperan dalam fermentasi. Saat proses fermentasi terjadi gula
akan diubah menjadi alkohol karena terdapat enzim yang akan berperan yaitu enzim zimase
yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisiae memiliki peran untuk memecah glukosa
menjadi alkohol dan CO2. Aktivitas enzim amilase akan mengubah pati menjadi maltosa,
enzim maltase akan menghidrolisis menjadi glukosa. Pada proses ini adalah proses yang
masih memerlukan oksigen, kemudian pada pembentukan alkohol proses yang terjadi tidak
memerlukan oksigen (Widyaningrum, 2009). Menurut Afrianti (2004) fermentasi berdasarkan
kebutuhan O2 yang dibedakan menjadi dua, yaitu :
Fermentasi aerob (proses respirasi) merupakan fermentasi yang membutuhkan oksigen.
Disimilasi bahan-bahan yang disertai dengan pengambilan oksigen. Semua mikoorganisme
memerlukan sumber energi untuk hidup. Sumber energi yang didapatkan berupa hasil
metabolisme dari bahan pangan, dimana mikroorganisme itu berada. Glukosa adalah bahan
energi yang digunakan mikroorganisme untuk tumbuh. Adanya oksigen, mikroorganisme
akan mencerna glukosa yang menghasilkan air, karbondioksida dan sejumlah besar energi.
Contoh : fermentasi asam asetat, asam nitrat dan sebagainya. Fermentasi anaerob merupakan
fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen, mikroorganisme akan mencerna bahan energi
tanpa adanya oksigen. Energi yang dipecah hanya sebagian, yang dihasilkan dari pemecahan
energi adalah sebagian dari energi, karbondioksida dan air termasuk sejumlah asam laktat,
asetat, etanol, asam volatil, dan alkohol.
7
protein. Protein memiliki berbagai fungsi sebagai transportasi asam amino dan gula, ATPase,
dan sitoskeleton.
2.2.3 Khamir (yeast )
Khamir mempunyai ukuran lebih besar dari bakteri yaitu 20 mikron. Pertumbuhan dapat
secara uniseluler, tetapi juga dapat melakukan perkembanganbiakan dengan pertunasan.
Khamir dapat bermanfaat tetapi juga ada yang bersifat merusak bahan pangan. Khamir
terutama Saccharomyces cerevisiae dapat melakukan proses fermentasi bermanfaat untuk
pembuatan makanan dan minuman beralkohol misalnya bir, wine, roti, brem dan lain-lainnya.
Khamir yang merusak bahan pangan misalnya dapat menyebabkan kerusakan pada sirup, sari
buah, jeli, daging dan lain-lainnya.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada wine pertama, keasaman atau
pH. Kapang, khamir dan bakteri asam laktat toleran terhadap asam pada pH 3,3 sampai 3,5
lebih rendah dari sebagian besar pH wine. Kedua, kadar gula, pada dry wine dengan kadar
gula rendah (sekitar 0,1 persen atau kurang ) jarang mengalami kerusakan oleh mikroba tetapi
dengan kadar gula 0,5 sampai 1,0 persen lebih mudah dirusak oleh mikroba. Ketiga,
konsentrasi alkohol. Toleransi mikroba terhadap alkohol bervariasi. Kadar alkohol 14 sampai
15 persen dapat menghambat kerusakan must oleh mikroba. Jenis Leuconostoc terhambat
pada kadar alkohol di atas 10 persen. Keempat, konsentrasi zat-zat tambahan. Jenis
Acetobacter dapat membentuk vitamin sendiri, tetapi bakteri asam laktat sangat
memerlukannya. Sumber dari zat-zat ini dapat berasal khamir wine yang melepaskan zat-zat
tersebut karena terjadi hidrolisis pada sel-sel khamir. Kelima, konsentrasi tannin. Tannin dan
gelatin yang ditambahkan untuk klarifikasi dapat mengurangi jumlah mikroba, tetapi
umummya dosis yang ditambahkan kurang mencukupi untuk menghambat pertumbuhan
mikroba.
Keenam, jumlah belerang dioksida yang terdapat. Untuk mencegah kerusakan
umumnya ditambahkan sebanyak 75 sampai 200 ppm. Efektivitas belerang oksida ini
tergantung pada jenis mikroba tersebut. Suhu penyimpanan. Kerusakan umumnya sangat
cepat pada suhu 200°C sampai 35°C. Kerusakan akan menurun dengan turunnya suhu
penyimpanan. Ketujuh, tersedianya udara. Dengan tidak adanya udara mencegah
pertumbuhan mikroba yang bersifat aerob, misalnya kapang, dan Acetobacter tetapi bakteri
asam laktat dengan baik dalam keadaan anaerob. Cairan buah anggur dapat merupakan tempat
pertumbuhan mikroba. Cairan buah anggur terasa manis mengandung 18 sampai 24 % gula,
pH antara 3 - 4, asam yang tertitrasi sebagai asam tartarat sekitar 3 - 8 gram per liter dan
mengandung belerang dioksida yang ditambahkan kedalamnya. Mikroba dalam wine sulit
hidup dari pada dalam cairan buah anggur, karena dalam wine terdapat alkohol (kadar alkohol
dalam wine 7 - 20 % v/v).
Mikroba yang terdapat dalam cairan buah anggur adalah khamir, bakteri asam asetat
dan laktat. Sedangkan kapang terutama hanya terdapat pada cairan buah anggur. Banyak
mikroba dapat tumbuh pada lapisan lilin yang terdapat pada bagian bunga anggur dan
mikroba ini akan terseleksi secara alami, ada yang dapat hidup terus atau akan mengalami
kematian. Beberapa macam mikroba dapat merusak anggur (wine) yang sedang dalam proses
fermentasi seperti misalnya Bacillus pembentuk spora. Khamir liar terdapat pada buah anggur
dan banyak juga terdapat pada tanah-tanah pekarangan/perkebunan anggur dan dengan
adanya bantuan lalat Drosophylla khamir dapat pindah ke buah anggur. Di antara khamir ini
9
adalah Saccharomyces yang mampu dapat tumbuh dalam sari buah anggur dan mampu
mengubah gula menjadi alkohol. Bahkan diantaranya dapat hidup sampai pada kadar alkohol
18 %. Bakteri yang terdapat sangat terbatas dan umumnya terdapat dua kelompok bakteri 1.
Bakteri asam laktat, diantaranya yang masuk dalam bakteri pembentuk asam laktat adalah
Lactobacillus (berbentuk batang panjang), Leuconostoc (batang pendek) dan bakteri
Pediococcus (bebentuk bulat). 2. Bakteri asam asetat atau Acetobacter terutama membentuk
asam asetat dan etil asetat Jadi dapat dikatakan relatif sedikit terdapat genus-genus mikroba
yang tumbuh pada buah anggur dan pada wine.
10
BAB 3 METODOLOGI
3.3.3 Pengepresan
Setelah tangkai buah anggur dihilangkan dan dihancurkan dan setelah penambahan
belerang dioksida ke dalam cairan buah (must), siap dilakukan pengolahan selanjutnya.
Apabila buah anggur putih yang akan dijadikan wine umumnya dilakukan pemisahan cairan
must atau cairan buah dari bahan-bahan padatnya (kulit, biji, dan bagian-bagian pulp) disebut
pomace. Apabila wine merah yang dihasilkan dan pemisahan cairan (wine) dari bahan
padatnya terjadi selama proses fermentasi dengan menggunakan peralatan yang sama. Cairan
buah (must) dapat disimpan dalam sebuah tangki yang besar dan dapat ditambahkan enzim
pemecah pektin untuk memecahkan jaringan-jaringan yang terdapat di dalamnya. Cairan
bebas ini dapat dikeluarkan dari bagian bawah tangki. Cairan buah yang diperoleh dengan
cara ini disebut free -run. lawannya disebut press-run. Umumnya diperoleh 60 sampai 70
persen cairan free run. Apabila cara ini tidak digunakan umumnya 41 dilakukan
mengumpulkan bagian free run yang diperoleh tanpa pengepresan atau dengan pengepresan
ringan dan kemudian digabungkan menjadi satu dengan bagian berikutnya yang dipres. Wine
yang dihasilkan dari hasil pengepresan mutunya lebih rendah karena mengandung tannin
tinggi.
3.3.4 Fermentasi
Fermentasi dilakukan dalam tangki. Tangki diisi tiga perempatnya, karena pada
permukaan cairan buah yang mengalami fermentasi terjadi buih akibat terbentuknya CO2 dan
terjadi pengembangan volume. Fermentasi hendaknya berlangsung dengan perlahanlahan
tetapi setelah dua belas sampai dua puluh empat jam fermentasi berlangsung dengan cepat.
Suhu awal lebih rendah pada fermentasi awal dan berlangsung lebih lambat. Karena pelepasan
panas pada waktu terjadinya proses fermentasi suhu naik, laju fermentasi meningkat. Apabila
fermentasi dilakukan di tempat yang sejuk, hilangnya panas dari dalam wadah mungkin cukup
umtuk mencegah naiknya suhu berlebihan pada fermentor. Pada umumnya kenaikan suhu
hendaknya dapat diatur. Menurut Frazier (1967) diperlukan sekitar 2 sampai 5 persen strain S.
cerevisiae yang dimasukan ke dalam cairan buah (must) untuk terjadinya fermentasi.
Untuk memperoleh pigmen merah dapat diekstrak dari kulit buah dengan pemanasan
dan kemudian ditambahkan kembali ke dalam cairan buah untuk memperoleh anggur merah.
Pencampuran ini dilakukan tidak kontinyu, sesuai dengan fermentasi alkohol yang
memerlukan keadaan anaerob. Suhu optimal dalam kisaran antara (23,90°C. - 26,70°C.) perlu
dipertahankan selama proses fermentasi untuk membuat anggur merah dan lama fermentasi 3
sampai 5 hari. Untuk membuat anggur putih memerlukan waktu fermentasi 7 sampai 14 hari
pada suhu 10 sampai 21,10 °C. Suhu yang terlalu tinggi menghambat perkembangan khamir
dan memungkinkan pertumbuhan mikroba lain misalnya bakteri lactobacilli yang dapat
menimbulkan kerusakan. Sedangkan suhu yang terlalu rendah perkembangan khamir wine
akan lambat sehingga memungkinkan khamir liar, bakteri asam laktat, dan mikroba-mikroba
yang lain tumbuh. Selama proses fermentasi keluar panas dan erat kaitannya dengan suhu
atmosfir sehingga diperlukan adanya pendingin.
12
BAB IV PEMBAHASAN
Gambar 2. S. cerevisiae dibawah mikroskop cahaya (a) Perbesaran 400x (b) Perbesaran
100x (Purwodadi,2006).
Berdasarkan praktikum ini, S. cerevisiae yang ditumbuhkan pada media PDB (Potate
Dextrose Broth) kemudian divorteks untuk mencampur sel dalam medium, sel terbukti tetap
membentuk flok (gumpalan sel) yang melayang dalam medium dan dapat mengendap di dasar
medium dalam waktu tujuh menit. Menurut Kida dkk. (1991) flokulasi yeast didefinisikan
sebagai agregasi yeast sel secara aseksual, reversible, dan tergantung pada kalsium yang
membentuk flok dimana terdiri dari sejumlah besar sel yang dengan cepat dapat mengendap
pada medium pertumbuhan cair
Berdasarkan Gambar 2, S. cerevisiae membentuk kumpulan sel yang berdekatan antara
satu dengan sel yang lain. Hal ini dikarenakan adanya flokulin yang melekat pada dinding sel
glikoprotein akan berikatan dengan α-manan karbohidrat dari sel yang lain (Teinissen dan
Steensma, 1995). Miki dkk (1982), menambahkan adanya ion Ca2+ yang berperan sebagi
kofaktor dalam mengaktifkan permukaan protein sehingga meningkatkan kemampuan lektin
untuk berikatan dengan α-manan karbohidrat. Oleh karena itu, penampakan Saccharomyces
cerevisiae pembentuk flok bila dilihat melalui mikroskop magnetik dalam bentuk tiga dimensi
adalah seperti pada Gambar 3.
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa isolasi yeast dapat diperoleh
dari minuman anggur merah. Hasil identifikasi yeast yang disolasi adalah Saccharomyces sp.
Fase pertumbuhan pada isolat; lag (0– 1 jam), eksponensial (1 – 6 jam), dan stasioner (6 – 9
jam). Kultur starter yang digunakan untuk fermentasi etanol adalah S. cerevisiae yang
berumur 6 jam dengan nilai OD 0.963, konsentrasi sel dianggap paling maksimal serta fase
adaptasi sel terhadap medium fermentasi selanjutnya dapat dipercepat sehingga proses
fermentasi berjalan lebih cepat.
16
DAFTAR PUSTAKA