Anda di halaman 1dari 13

GARUT - Seorang Geolog menegaskan Gunung Sadahurip di Desa Sukahurip, Kecamatan

Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, bukan piramida. Gunung berbentuk limas itu tidak
memiliki kaitan dengan nilai sejarah peradaban manusia di masa lalu.

Pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sujatmiko, mengatakan Gunung Sadahurip tidak lebih
dari gunung api purba yang sudah menjadi fosil.

Gunung ini berusia sekira dua hingga lima juta tahun dan sekarang sudah menjadi fosil. Tidak
ada kaitan dengan peradaban prasejarah, tapi bila masih tetap penasaran silakan lakukan
penelitian, jelas Sujatmiko.

Menurut dia, proses pembentukan Gunung Sadahurip berasal dari adanya magma yang tidak
meletus, namun terdorong dari perut bumi. Lava yang keluar kemudian menggumpal, mengeras,
hingga membentuk menyerupai gunung.

Hasil penelitian sementara memang begitu. Hal ini bisa dibuktikan dengan ditemukannya batu-
batuan dari lava yang mengeras dan menjadi fosil di gunung itu, jelasnya.

Salah satu peserta seminar dari ISDM Kementerian Binarko Santoso memperkuat penjelasan
ilmiah tersebut. Dia sependapat Gunung Sadahurip tidak lebih dari sekadar tumpukan lava pada
jutaan tahun lalu.

Karena usia yang sudah lama, lava ini berubah menjadi keras. Biasanya, setiap kali ada lava
keluar dari perut bumi, selalu terdapat kandungan berbagai logam berharga. Misalnya kandungan
logam emas. Saya khawatir, adanya isu piramida di Gunung Sadahurip dimanfaatkan kelompok
tertentu yang ingin mengambil keuntungan dari gunung itu, urainya.

Seorang pembicara lainnya yakni penulis sekaligus Budayawan, Usep Romli, berharap
pemerintah tidak terbuai dengan adanya isu piramida di Gunung Sadahurip. Sebab dia menilai,
pemerintah bisa melupakan tugasnya sebagai pelayan masyarakat.

Tugas pokok dan fungsi pemerintah sebagai pelayan masyarakat akan terlupakan bila terus-
terusan konsenterasi dengan isu ini. Para ahli sudah berpendapat seperti itu, jadi apa lagi yang
ingin dicari, tandasnya.
Gunung Sadahurip Bukan Bangunan
Piramida; Perspektif Ilmu Kebumian
Pak Sujatmiko anggota IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) melakukan ekspedisi kilat ke
Piramida Gunung Sadahurip. Hasil temuan berdasarkan ilmu geologi dan kesimpulannya
kemudian dituangkan dalam tulisan dibawah ini yang sekali lagi menegaskan TIDAK ADA
PIRAMIDA SEPERTI KEYAKINAN GURU UTAMA HIKMATUL IMAN JUGA YAYASAN
TURANGGA SETA ( SAMA SAMA PARANORMAL). Jika memang dilakukan pengeboran
kita lihat saja kenyataan nantinya bahwa tidak ada piramida di Gunung Sadaurip, dan saya harap
jangan cari-cari alasan dengan mungkin nantinya bisa saja mulai berteori konspirasi bahwa ada
Operasi Inteligen Rahasia dari Mesir untuk menggagalkan penemuan Piramida Garut sebab
akan mengurangi kunjungan wisata ke Piramida Mesir atau ada campur tangan alien dengan
teknologi canggih mereka lalu menggagalkan penggalian dan beragam argumen ngeles lainnya
hehehehe

Gunung Sadahurip adalah sebuah gunung kecil terisolir yang terletak di Desa Sukahurip ,
Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Tingginya yang 1463 meter di atas permukaan laut,
membuat gunung mungil ini tampak menyolok di kejauhan, begitu kita memasuki Kecamatan
Wanaraja dari arah Garut . Bentuknya yang mirip dengan bangunan piramida, ditambah dengan
mitos penduduk setempat tentang keanehan dan keangkerannya, apalagi diperkuat oleh bisikan-
bisikan ghoib, membuat Yayasan Turangga Seta yakin bahwa G. Sadahurip adalah sebuah
piramida budaya yang dibangun oleh nenek moyang kita.

Keyakinan mereka kemudian dituangkan dalam suatu hipotesa yang menyimpulkan bahwa selain
di G. Sadahurip, terpendam bangunan piramida budaya di gunung-gunung berbentuk piramida
lainnya di Jawa Barat antara lain G. Kaledong dan G. Haruman , keduanya di Garut, dan G.
Lalakon di Bandung. Hipotesa mereka ini tentu saja mengundang kontroversi khususnya bagi
kalangan ilmuwan kebumian mengingat geomorfologi model piramida yang merupakan produk
dari proses geologi dan gunung api sangat umum ditemukan di banyak penjuru dunia.

Walaupun demikian , berkat semangat dan kemahiran Yayasan Turangga Seta dalam
menyosialisasikan hipotesanya dan memanfaatkan nama besar dari beberapa pakar ilmu
kebumian yang di awal penelitian mereka ikut berpartisipasi, maka akhirnya Staf Khusus
Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana di Binagraha terpancing untuk ikut nimbrung
melalui tim bentukannya yaitu Tim Bencana Katastropik Purba. Tim inilah yang beberapa
waktu lalu mengklaim telah menemukan Piramida Sadahurip, yang selain tertinggi dan
terbesar di dunia, juga tertua yaitu lebih dari 6000 tahun sebelum Masehi.

Pernyataan-pernyataan lainnya yang tak kalah kontroversialnya kemudian dilemparkan ke


masyarakat luas antara lain tentang temuan pintu masuk ke ruang piramida di perut G.
Sadahurip , dan yang terakhir tentang kehebatan para pendiri piramida yang diyakini telah
mampu memindahkan seluruh kandungan batuan yang sebelumnya menyusun lembah Batu
Rahong untuk dijadikan bahan bangunan Piramida Sadahurip.
Pernyataan terakhir ini yang sebetulnya dapat dijelaskan dengan konsep ilmu rupa bumi atau
geomorfologi mengindikasikan bahwa Tim Bencana Katastropik Purba tidak dilengkapi dengan
tenaga ahli kebumian yang mumpuni, yang selain dapat membaca dan menerjemahkan gejala
alam yang telah dan sedang terjadi, juga dapat menjaga martabat dan kehormatan institusi
kepresidenan yang seharusnya selalu kita junjung tinggi.

Gunung Sadahurip asli bentukan alam


Kepastian bahwa G. Sadahurip merupakan bentukan alam murni tanpa campur tangan manusia,
apalagi tenaga ghoib, didapat setelah penulis melakukan pengamatan geologi langsung di
lapangan pada tanggal 8 Januari 2012. Dalam kegiatan ini tim penulis didukung dan dikawal
oleh Dan Ramil 1103 Wanaraja Garut, Kapten TNI Didi Suryadi beserta beberapa orang
anggotanya , dan Sekretaris Desa Sukahurip, Bapak Syarip Hidayat. Target pengamatan
pertama adalah morfologi G. Sadahurip yang tampak simetris sempurna dari arah Wanaraja,
tetapi ternyata menjadi tidak simetris dari arah selatan / Kampung Cicapar.

Gunung Sadahurip tidak berbentuk piramida dilihat dari Cicapar

Pengamatan selanjutnya difokuskan kepada fenomena geologi yang ditemukan di sepanjang


perjalanan , dari mulai Kampung Cipacar sampai ke puncak G. Sadahurip dan kemudian turun
ke Kampung Sokol. Singkapan batuan yang ditemukan berupa batuan beku andesit dalam bentuk
aliran lava dan batuan intrusif yang masif , yang di beberapa tempat melapuk meninggalkan
struktur kulit bawang atau kekar tiang.

Pelapukan mengulit bawang di lereng Sadahurip dengan batuan asli kolom-kolom andesitis

Selain dari itu, ditemukan juga batuan piroklastika hasil kegiatan gunung api yang kebanyakan
telah lapuk . Dengan variasi batuan semacam ini yang sangat umum ditemukan di morfologi
gunung berbentuk piramida, maka dapat disimpulkan bahwa G. Sadahurip adalah sebuah
gunung api kecil yang utuh dengan bentuk menyerupai piramida. Fenomena semacam ini oleh
van Bemmelen disebut sebagai lava dome (The Geology of Indonesia, 1949) dan oleh Arthur
Holmes sebagai cumulo dome (Principles of Physical Geology, 1984).

Metode penelitian geologi sederhana yang penulis uraikan ini sebetulnya merupakan materi
kuliah Geologi Dasar di seluruh Fakultas Geologi di Indonesia yang seharusnya
dipertimbangkan oleh Tim Bencana Katastropik Purba dalam melaksanakan penelitiannya.
Dengan demikian maka pemakaian beragam peralatan super canggih seperti geolistrik
superstring, georadar, foto satelit 3 D IFSAR resolusi 5 meter, dan bahkan penentuan umur
dengan metode Karbon C-14 atau radiocarbon dating yang tentunya telah menguras dana dan
tenaga yang tidak kecil akan dapat dihindari.

Antara bisikan ghoib dan pertimbangan ilmiah


Dalam wawancaranya dengan VIVAnews pada tanggal 15 Februari 2011, Yayasan Turangga Seta
yang didirikan sekitar tahun 2004 mengakui bahwa metode penelitian yang mereka terapkan
banyak didasarkan atas kepekaan beberapa anggotanya terhadap kehadiran ghoib yang mereka
sebut sebagai parallel existence (penulis menyebutnya sebagai bisikan ghoib). Mereka terkesan
bangga menyebut timnya sebagai MIT atau Menyan Institute of Technology dengan
argumentasi bahwa dalam melakukan perburuan situs prasejarah , yang mungkin dengan ritual
pembakaran kemenyan untuk mengundang roh, mereka kadang-kadang mendapat sokongan
informasi lokasi dari informan tak kasatmata (VIVAnews, 17 Maret 2011).

Dengan keyakinan semacam itu maka dapat dimengerti mengapa dalam sosialisasi pertamanya di
hadapan Wagub Jabar tanggal 3 Maret 2011, Yayasan Turangga Seta terkesan kurang senang
ketika penulis dan Drs. Lutfi Yondri M.Hum., pakar arkeologi dari Balar Bandung, memberikan
masukan ilmiah , padahal maksudnya agar Yayasan Turangga Seta yang sebagian besar
anggotanya masih muda-muda dapat lebih berhati-hati , baik dalam melakukan penelitian
ataupun dalam prosedur dan perizinannya (sesuai dengan isi Undang-Undang Cagar Budaya
No. 11 Tahun 2010).

Masukan serupa tetapi sedikit lebih keras diberikan lagi kepada perwakilan Yayasan Turangga
Seta ketika memperkenalkan hipotesanya di Jurusan Tambang ITB pada tanggal 6 Mei 2011
yang dihadiri juga oleh penulis dan Drs. Lutfi Yondri M.Hum. Pernyataan mereka ketika itu
cukup tegas bahwa mereka lebih percaya kepada bisikan ghoib atau parallel existence dari pada
pertimbangan ilmiah.

Selain peringatan secara langsung, sanggahan melalui media internet dan media cetak
dilayangkan juga antara lain oleh Mang Okim (milis IAGI 20 Maret 2011 : Piramida G.
Lalakon di Bandung, Akhir Sebuah Harapan), Dr. Ir. Budi Brahmantyo M.Sc. (PR 3 Agustus
2011: Gunung Lalakon, Sebuah Karya Alam), dan lain-lain. Artikel dan tulisan berikut lampiran
gambar-gambar yang menjelaskan dan menyanggah hipotesas piramida tersebut dan telah dikutip
oleh Google, dipastikan telah dibaca juga oleh Yayasan Turangga Seta.

Selain dari itu, beberapa pakar geologi terkemuka di Indonesia yang pada awalnya mendampingi
dan mendukung secara sukarela penelitian mereka, kemudian menarik diri setelah menyadari
adanya penyimpangan metode dan arah penelitian mereka dari kaidah-kaidah ilmu kebumian
yang baku (pengakuan Dr.Ir.Danny Hilman M.Sc. di Nasional, 4 April 2011, dan bantahan keras
Dr.Ir. Andang Bachtiar M.Sc. di FB karena nama dan reputasinya dimanfaatkan secara tidak
benar). Dengan adanya sanggahan dan bantahan dari para pakar tersebut, maka sungguh sulit
dimengerti bahwa Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana justru terpengaruh
dan bahkan mendukung penuh kegiatan eksplorasi dan penggalian arkeologi yang di beberapa
lokasi diketahui melanggar ketentuan dan prosedur yang digariskan dalam Undang-Undang RI
No. 11 Tahun 2010 .

Pelajaran berharga bagi kita semua


Gencarnya issue tentang Piramida G. Sadahurip ini , yang oleh masyarakat Garut diartikan
sebagai adanya bangunan piramida dan/atau kandungan harta karun di perut G. Sadahurip,
membuat aparat Kecamatan Pangatikan dan Desa Sukahurip di Garut menjadi sibuk luar biasa.
Selain karena membanjirnya para pengunjung ke puncak G. Sadahurip sejak sekitar 6 bulan
terakhir , yang ketika penulis mendaki gunung ini pada tanggal 8 Januari 2012 jumlahnya
mencapai lebih dari 200 orang, beberapa instansi terkait dan Pemkab Garut tentunya tak kalah
sibuknya melayani permintaan dan pertanyaan para pejabat di Jakarta tentang issue piramida
tersebut.

Wisatawan yg penasaran isu piramida melewati lereng Sadahurip dengan lapisan lava andesitis

Hikmah dari semua itu adalah meningkatnya minat masyarakat dan para pelajar untuk mendaki
sampai ke puncak G. Sadahurip melalui jalan setapak dan lereng terjal yang tidak ringan. Untuk
melayani pengunjung, paling sedikit tiga warung jajanan telah dibangun mendadak oleh
penduduk setempat di lereng G. Sadahurip. Hal ini memberikan indikasi bahwa masyarakat
sangat mendambakan sarana wisata minat khusus yang sebetulnya bisa diciptakan oleh para
pemangku kekuasaan kalau mau.

Sehubungan dengan itu, maka walaupun G. Sadahurip bukan bangunan piramida budaya,
alangkah baiknya kalau minat masyarakat khususnya para remaja dan pelajar yang dengan
semangat pantang menyerah mendaki sampai ke puncak G. Sadahurip dapat dipertahankan.
Dengan anggaran yang tidak seberapa dan bahkan melalui kerja gotong royong, jalan ke puncak
G. Sadahurip dapat diatur dengan membuat tangga-tangga sederhana. Pemandangan alam dilihat
dari puncak G. Sadahurip sungguh luar biasa antara lain G. Kaledong dan G. Haruman serta
beberapa gunung lainnya yang bentuk piramidanya tak kalah indahnya dari G. Sadahurip.

Kerucut Gunung Kaledong dan Gunung Haruman yg merupakan sisa-sisa gunung api purba, juga
disangka piramida Segede ituuu???

Dan kepada Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, pesan moral yang
kiranya perlu disampaikan adalah agar tidak terjun terlalu jauh dalam masalah-masalah yang
sebetulnya dapat dilakukan oleh lembaga dan instansi serta institusi pendidikan terkait. Alangkah
ironisnya bahwa hilangnya bangunan sangat penting di puncak G.Sadahurip yaitu beton
Trianggulasi T 74 yang dibongkar karena dikira mengandung harta karun, lepas dari perhatian,
padahal hukuman bagi pencurinya di zaman kolonial Belanda begitu berat.

Bandung, 12 Januari 2012, Sujatmiko

Pengurus IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) dan Sekjen KRCB (Kelompok Riset Cekungan
Bandung)

https://metafisis.net/2012/02/11/gunung-sadahurip-bukan-bangunan-piramida-
perspektif-ilmu-kebumian/
Gunung Sadahurip yang diduga terdapat bangunan Piramida di Desa Sukahurip, Pangatikan, Garut,
Jabar.
Badan Geologi Kementerian ESDM bekerja sama dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jabar Banten
menggelar Geo Seminar "Geologi dan Arkeologi Gunung Purba Jabar" di Auditorium Badan Geologi di
Bandung, Jumat.

Seminar yang dihadiri oleh insan geologi dan arkeologi dari berbagai kalangan itu mengupas secara
khusus atau studi kasus Gunung Padang, Gunung Sadahurip, dan Gunung Lalakon yang disebut-sebut
sebagai timbunan piramida.

"Silakan saja mereka yang menyatakan pendapat adanya piramida di Gunung Sadahurip dan Gunung
Lalakon, kami tunggu keseriusan penelitian mereka. Namun, secara keilmuan geologi dan arkeologi tidak
bisa memberikan pembenaran alasan yang mereka sampaikan," kata Peneliti Badan A rkeologi (Balar)
Bandung, Luthfy Yondri, dalam paparannya.

Menurut Luthfy, berdasarkan disiplin ilmu yang dimilikinya tidak menemukan adanya lintasan budaya
piramida di Indonesia.

Yang ditemukan dalam beberapa situs tertua di Indonesia, seperti di Situs Gunung Padang adalah
bangunan punden berundak.

"Bangunan tertua di Indonesia berbentuk punden berundak, dan beda dengan struktur piramida," kata
Luthfy.

Hal sama juga diungkapkan oleh peneliti Geologi Prof Dr Sutikno Bronto dan Sudjatmiko yang
menyebutkan, secara ilmu kebumian, alasan dari tim yang mengatasnamakan Tim Katastopik Purba itu
tidak relevan.

"Kalau memang penasaran, silakan gali sebagai sampel, namun jangan sampai lapisan batuan dianggap
bronjong penutup dinding piramid, " kata Sudjatmiko.

Dari sisi pengembangan ilmu kebumian, pembelajaran geologi berdasarkan pandangan geologi gunung
api mampu mengidentifikasi adanya gunung api purba.

Gun ung api purba adalah gunung api yang sekarang sudah mati, bahkan sudah terkikis sangat lanjut
sehingga fitur fisis tubuh gunung api sudah tidak sejelas gunung api aktif masa kini.

"Dalam beberapa hal sisa tubuh gunung api purba sudah tertimbun atau ditumpangi oleh batuan yang
lebih muda, itulah sebabnya gunung api purba juga disebut fosil gunung api," katanya.

Sujatmiko yang juga pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menyebutkan, karena memunculkan
kontroversi dan meresahkan masyarakat, maka pihaknya melakukan kajian geologi di Gunung Sadahurip
pada 19 Maret 2011 dan Gunung Lalakon 8 Januari 2012.

Intinya, menurut dia, tidak mengarah atau menguatkan pendapat adanya bangunan piramida, meski
demikian, pihaknya menghargai pendapat itu.

"Pendekatan kami berdasarkan ilmu kebumian tidak menunjuk ke arah itu, kemungkinan adanya
bangunan man made sangat kecil," kata Sudjatmiko yang juga Sekjen KRCB itu menambahkan.
Source ANT/ kompas
http://pc-endurance.blogspot.co.id/2012/02/ahli-geologi-kupas-gunung-purba.html
Rumor adanya bangunan piramida di dalam Gunung Lalakon dan Sadahurip membuat penasaran
sejumlah pakar geologi di Bandung. Sejak tahun lalu, mereka ikut meneliti di lokasi dan
mengkaji sejarah pembentukan kedua gunung tersebut. Hasilnya, mereka yakin kedua gunung itu
terbentuk alami, bukan berisi piramida ciptaan manusia.

Menurut pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sujatmiko, berdasarkan kajian geologi, ia
sudah bisa memastikan dalam dua jam. Gunung Lalakon dan Sadahurip tidak berisi piramida.
"Itu gunung api kecil berbentuk (limas) piramida, tapi bukan piramida," ujarnya di Auditorium
Museum Geologi Bandung, Jumat, 3 Februari 2012.

Menurut dia, tak perlu menggali tubuh gunung untuk membuktikannya, melainkan cukup dari
morfologi. Batuan di kedua gunung tersebut sebagian besar merupakan andesit atau batu belah.
Pada singkapan batuan, kata Sujatmiko, tidak ada kandungan mineralnya. "Tidak ada batu mulia
atau emas di sana," katanya.

Ia mempertanyakan dugaan adanya penimbunan batu atau bronjong oleh manusia zaman dulu
untuk menutupi piramida. Sebab, batunya berukuran besar-besar. "Bagaimana mengangkutnya?
Pakai helikopter?" tanyanya.

Gunung Lalakon berada di daerah Soreang, Kabupaten Bandung. Sedangkan Gunung Sadahurip
berada di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Yayasan Turangga Seta, kata Sujatmiko,
mengklaim kedua gunung tersebut berisi piramida.

Selain dari bentuknya yang agak mirip dari sisi tertentu, yayasan itu juga mengajak para ahli
kebumian dari Bandung untuk membuktikan piramida tersebut.

Peneliti utama dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, juga mengatakan tak ada jejak
artefak atau peninggalan buatan manusia di kedua gunung tersebut. "Di Indonesia tidak ada
budaya piramida, kecuali punden berundak," ujarnya.

Adapun pakar gempa dari Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto, mengatakan para ilmuwan harusnya
mengumpulkan bukti yang kuat dulu sebelum membuat kesimpulan. Ia mencontohkan kasus
penemuan fosil manusia purba di Gua Pawon yang sebelumnya tak dipercaya Balai Arkeologi.

Menurut peneliti yang ikut dalam penggalian piramida di kedua gunung tersebut, masih ada yang
belum terungkap soal gunung piramida itu sehingga menimbulkan kontroversi.

ANWAR SISWADI https://m.tempo.co/read/news/2012/02/04/095381702/benarkah-ada-


piramida-di-gunung-sadahurip-dan-lalakon
GARUT, KOMPAS.com
Gunung Sadahurip di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut,
Jawa Barat, merupakan tumpukan lava yang mengeras. Dengan demikian, secara
ilmiah gunung ini tidak bisa disebut sebagai peninggalan bersejarah berupa
piramida.

"Ini bisa dibuktikan dengan ditemukannya batu-batuan dari lava yang mengeras
dan menjadi fosil di gunung itu," kata Pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia,
Sujatmiko, dalam seminar "Tidak Ada Piramida di Gunung Sadahurip" di Gedung
Korpri, Garut, Selasa (14/2/2012).

Sujatmiko menyarankan agar pemerintah tidak meneruskan penelitian di Gunung


Sadahurip yang berbentuk seperti piramida itu karena berdasarkan kajian tidak ada
kaitan nilai sejarah peradaban manusia. Ia menjelaskan, gunung tersebut seperti
gunung api purba yang sudah menjadi fosil sehingga tidak bisa disebut sebagai
gunung yang terbentuk oleh manusia dengan peninggalan piramida bersejarah.

Gunung Sadahurip yang diperkirakan berusia dua hingga lima juta tahun, kata
Sujatmiko, terbentuk akibat adanya magma yang tidak meletus. Magma itu
mendorong perut bumi, selanjutnya lava yang keluar membentuk permukaan bumi
menyerupai gunung. "Tidak ada kaitan dengan peradaban prasejarah, tetapi kalau
penasaran, silakan lanjutkan penelitian," katanya.

Pendapat yang sama disampaikan anggota staf Kementerian Energi Sumber Daya
Mineral (ESDM), Binarko, yang menjadi peserta dalam seminar itu. Ia menyatakan
bahwa Gunung Sadahurip merupakan gunung biasa yang terbentuk secara alami
dari lava yang menumpuk menyerupai gunung.

Menurut dia, setiap kali magma keluar dari perut bumi terdapat berbagai
kandungan, seperti logam berharga dan kandungan emas di kawasan Gunung
Sadahurip. Adanya kandungan yang berharga itu membuat Binarko khawatir bahwa
penyebaran isu soal adanya piramida justru dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok
yang ingin mengambil keuntungan. "Lebih baik distop, tetapi kalau memang merasa
penasaran, silakan saja lakukan penelitian yang sesuai prosedur dan mengantongi
izin," katanya.

Budayawan Usep Romli yang menjadi pembicara dalam seminar itu berharap
pemerintah tidak terbuai isu peninggalan bersejarah sehingga meninggalkan tugas
pokok sebagai pelayan masyarakat. "Kalau terus-terusan konsentrasi dengan isu
gunung piramid, saya khawatir tugas pokok dan fungsi pemerintah sebagai pelayan
masyarakat terlupakan," katanya.

Berkembangnya informasi adanya peninggalan bersejarah di Gunung Sadahurip


berasal dari Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi
Arief, yang kemudian membentuk Tim Bencana Katastropik Purba. Tim ini menduga
ada bangunan berbentuk piramida yang usianya lebih tua dari Piramida Giza di
Mesir.
http://regional.kompas.com/read/2012/02/14/21414277/Gunung.Sadahurip.dari.Lav
a.Bukan.Piramida
INILAH.COM, Garut - Arkeolog dan para ahli geologi menyatakan bila
Gunung Sadahurip di Desa Sadahurip Kecamatan Pangatikan Kabupaten
Garut bukanlah gunung piramida seperti yang selama ini ramai
disangkakan.

Lapisan bebatuan yang terdapat di tubuh gunung tersebut tak lebih merupakan
lapisan bebatuan sebagai akibat pembekuan lava seperti halnya gunung-gunung
lain di wilayah Kabupaten Garut yang mempunyai bentuk kerucut yang sepintas
mirip piramida.

Untuk meyakinkan hal tersebut, arkeolog dan para pakar geologi dari Institut
Teknologi Bandung (ITB) mengunjungi langsung lokasi. Mereka juga menyertakan
puluhan mahasiswa geologi untuk berwisata bersepeda naik gunung sekaligus
belajar geologi di lapangan. Mereka juga sempat mengemukakan pandangan
mereka mengenai Gunung Sadahurip di depan warga setempat.

Langkah serupa dilakukan puluhan anggota komunitas Geotrek Indonesia. Sebelum


mengunjungi langsung lokasi Gunung Sadahurip, mereka menyempatkan diri
memberikan pencerahan kepada warga seputar gunung tersebut dilihat dari sisi
geologis dan kebudayaan. Termasuk pengertian tentang yang disebut piramida.

Pakar geologi, Sujatmiko menegaskan bila pada Gunung Sadahurip tidak ditemukan
adanya sentuhan manusia dalam pembentukan gunung tersebut. Menurutnya,
Gunung Sadahurip murni vulkanik.

Hal senada dikemukakan dosen Geologi ITB Budi Brahmantyo. Dia menyebutkan,
berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukannya, bisa dipastikan Gunung
Sadahurip adalah gunung vulkanik yang merupakan bagian dari asosiasi gunung api
Gunung Talaga Bodas dan Gunung Galunggung.

"Hamparan lembah bebatuan yang disebut Batu Rahong dan disebut-sebut sebagai
bekas lokasi pengambilan bebatuan untuk membangun piramid itu sebenarnya
merupakan batuan andesit lava. Itulah asosiasi gunung api. Jelas terlihat dari
morfologi dan lereng-lerengnya," ujarnya.[jul]
http://m.inilah.com/news/detail/1824120/gunung-sadahurip-garut-bukan-piramida
http://dimensilain.com/misteri-gunung-sadahurip-di-garut/

1. Gunung Sadahurip itu bukan bentukan manusia. Artinya bukan terbentuk karena adanya upaya
manusia untuk membangun piramida seperti pembangunan piramida di Mesir.

2. Gunung Sadahurip itu murni terbentuk akibat peristiwa geologi yang terjadi pada jutaan tahun
lampau.

3. Bentuknya yang menyerupai piramida disebabkan adanya gempa yang cukup besar kala itu
dengan episentrum di bawah gunung itu. Tepat di bawah gunung itu ada sesar yang saling
berseberangan. Ketika ada gempa maka energii dari bawah terpompa ke atas hingga
memunculkan gundukan material yang lalu membentuk gunung tersebut. Bentuknya yang seperti
piramida itu terjadi karena energy ketika gempa itu tegak simetris dan beresonansi, maka
bentuknya material yang menyembul itu menjadi simetris dan karena resonansinya itu maka
strukturnya berlapis-lapis menyerupai bangunan punden berundak.
4. prosesnya yang sudah jutaan tahun itu, maka struktur materialnya membatu, dan dilapisan
luarnya berupa tanah pada umumnya di permukaan bumi lainnya.

Gunung Sadahurip hanya merupakan gunung api purba yang usianya mencapai
sekitar 2 juta hingga 5 juta tahun dan kini sudah menjadi fosil.
Proses berdirinya Gunung Sadahurip tersebut, katanya berawal dari magma yang
tidak meletus tapi terdorong dari perut hingga akhirnya menjadi lava yang muncul
ke permukaan bumi hingga menyerupai gunung. gunung tersebut di dalamnya
terdapat batu-batuan dari lava yang mengeras dan sudah menjadi fosil. Gunung
Sadahurip hanyalah sebuah gunung biasa yang terbentuk secara alami dari magma
yang keluar dari perut bumi sehingga setelah keluar, magma tersebut berubah
menjadi lava menumpuk seperti gunung. Karena usianya sudah lama, lava tersebut
berubah menjadi batu-batuan keras. Hanya saja, setiap kali magma yang keluar dari
perut bumi biasanya mengandung berbagai logam berharga seperti halnya
kandungan emas.

http://www.garutkab.go.id/pub/news/detail/7884-Piramida-Gunung-Sadahurip-Diragukan/
Sadahurip adalah gunung yang terbentuk dari proses desakan magma dari perut
Bumi. Desakan material leleh dan panas ini keluar perlahan dari tanah kemudian
membentuk struktur serupa kerucut sebagaimana yang bisa dilihat pada saat ini.

Anda mungkin juga menyukai