Anda di halaman 1dari 26

Teknik Eksplorasi Tambang

Setelah kita mengetahui tahapan kegiatan tambang atau pertambangan, langkah selanjutnya
adalah kita membahas mengenai Teknik Eksplorasi Tambang.

Menurut Mc. Kinstry H.E :

Teknik Eksplorasi Tambang merupakan Suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan urutan
pekerjaan mulai dari pencarian suatu prospek (reconnaissance) sampai evaluasi dari prospek
tersebut dan memperluas lokasi lain di sekitar daerah yang telah dilakukan kegiatan
penambangan.

Menurut Alan M. Bateman :

Teknik Eksplorasi Tambang merupakan suatu kegiatan yang bertujuan akhirnya adalah
penemuan geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis.

Eksplorasi yang tidak memasukkan pekerjaan prospeksi dikemukakan oleh Peel dan W.C.
Petters:

Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan bahan
galian tersebut ditemukan dan bertujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk kedudukan, sifat dan
nilai dari ekonomi bahan galian tersebut.

Sketsa kegiatan penambangan ada pada gambar Sebagai berikut :

1.1. Berdasarkan posisi melakukan prospeksi baik pendahuluan maupun detil dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :

1. Air bone : terlebih dahulu dilakukan recoqnition flight, kemudian pengukuran dengan
magnometer, dengan radiometer atau dgn pengukuran dgn gelombang elektromagnetis.
Berdasarkan ketinggian terbang maka dibagi menjadi 2 yaitu : Highlevel flight (liputan lebih
luas) low level flight (liputannya sempit).

2. Carborne : Prinsipnya sama dgn diatas, dedektor yang digunakan bisa lebih berat/lebih
sensitif, dedektor dipasang pd kendaraan dan sejajar dgn gerak kendaraan.

3. Manual : Lebih sering digunakan, dilakukan dengan :

- Penyelidikan singkapan (Out Crop) : Dilakukan dgn cara mencari singkapan singkapan vein,
badan bijih atau batuan. Pembawa bijih yang berada di lembah sungai sampai pada bukit.
Penjajakan float (tracing Float) : Potongan bijih dari penghancuran singkapan akan
tertransportasi ketempat yang lebih rendah, penyelidikan dilakukan dgn jalan kaki dari hilir ke
hulu, bentuk ukuran float dapat dalam memperkirakan jarak tempuh float tersebut.
Tracing dgn panning : Untuk ukuran yang halus dapat dilakukan dengan panning
(pendulangan).
Pembuatan parit : Hanya bermanfaat pada tanah penutup yang relatif tipis (kurang dari 2m)
Dibuat tegak lurus dengan strike badan bijih.
Pembuatan sumur uji (Test Pitting) : Bila pembuatan parit tidak sampai badan bijih maka
dibuat sumur uji, sumur uji ini dibuat searah dengan parit/tegak lurus (strike badan bijih),
Eksplorasi Pendahuluan hanya meliputi kegiatan evaluasi hasil prospeksi untuk dapat
memperkirakan nilai ekonomis dari Ekonomi bahan galian, eksplorasi detail Menggunakan peta
skala 1 : 1000 / 1 : 200 yang dapat digunakan untuk pemetaan bawah permukaan.

Penggolongan Bahan Galian :

1. UU no. 11 tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan (pada bab II mengenai
Penggolongan dan Pelaksanaan penguasaan Bahan galian dibagi menjadi 3 Yaitu ;

Golongan Bahan galian strategis (A), Vital (B), Tidak masuk Golongan A dan B. penggolongan
ini didasarkan pada pentingnya bahan galian tersebut bagi negara.

2. Peraturan Pemerintah No. 27 th 1980, penggolongan ini didasarkan pada :
Nilai strategis / ekonomis bahan galian terhadap negara,
Terdapatnya Bahan Galian Dalam alam (genesa),
Penggunaan bahan galian Terhadap industri,
Pengaruh terhadap kehidupan rakyat banyak,
Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan,
Penyebaran pembangunan di daerah.

Penggolongan ini dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Golongan Bahan Galian strategis (A) : Minyak bumi, lilin bumi, bitumen, gas alam. Bitumen
padat , aspal, antrasit, batubara, uranium, rhadium,nikelt, kobalt, timah.
b. Golongan Bahan Galian Vital (B) ; Besi, mangan, bauksit ,tembaga, emas, platina, perak,
arsen, antimon, bismut, yurium, kriolit,barit, yodium, brom,belerang.
c. Golongan Bahan Galian Tidak A dan B : Nitrat, asbes, talk, mika, grafit, yarosit, leusit , tawas,
oker, batu permata, kaolin, kwarsa

Klasifikasi endapan bahan Galian : diperlukan untuk menentukan perhitungan cadangan,
klasifikasi ini menyangkut homogenitas endapan, penyebaran kadar dan bentuk geometrinya,
dikategorikan menjadi :

1. Endapan Bahan Galian A / Simplex Geometri : Ekonomi bahan galian dengan koefisien
variaasi yang rendah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu ;

- Simple Geometri Simple grade Distribution (End. Batubara, besi, bauksit, nikel, tembaga),
Simple Geometri Complex Grade Distribution (Tembaga disseminated, emas stockwork).

2. Endapan Bahan Galian B (Complex Geometri Simple Grade distribution) :

Endapan Bahan Galian dengan koefisien variasi rendah, misal ; endapan logam dasar, Ciri
cirinya :
Kadar homogen,
faktor geometri kompleks,
kadar pada batas endapan sangat bervariasi,
analisis variografi perlu dilakukan lebih rinci, sebelum dilanjutkan dgn perhitungan
perhitungan secara geostatik.
Cadangan hasil perhitungan umumnya memberikan hasil yang berbeda setelah ditambang.
interprestasi geologi sangat penting dalam penentuan batas cadangan.
kadar yang tinggi perlu dikelola sendiri.

3. Endapan Bahan Galian C (Complex Geometri Complex grade Distribution ) :

Endapan Bahan Galian dgn koefisien variasi Tinggi. Ciri cirinya :
Bentuk geometri komplek,
Kadar pada batas endapan sangat bervariasi,
kadar pada tubuh bijihnya sendiri juga sangat bervariasi,
Pengambilan contoh dan interprestasi geologi merupakan hal yang sangat penting.
asumsi asumsi subjektif dari geolog memegang peranan yang sangat penting,
Umumnya metode perhitungan cadangan bijih klasik merupakan metode yang tepat.
Mining faktor biasanya tidak memuaskan.
Estimasi lokal umumnya merupakan persoalan, hal ini tergantung dari grid pengambilan
contoh.

Tahapan Pekerjaan Eksplorasi :

1. Tahap persiapan :

Meliputi :

a. Penentuan Tujuan yang perlu dicantumkan :
Eksploprasi pendahuluan/detil,
ekonomi bahan galian atau endapan Bijih.

b. Meneliti literatur, meliputi :
Pendataan citra yang tersedia, peta dasar, peta geologi, peta topografi, foto udara,
analisis regional dalam bentuk sejarah, strukturdan morfologi.
laporan Penyelidikan terdahulu, teori dan metoda metoda lapangan yang ada,
sosial budaya,
hukum.

c. Pemilihan metode : metode langsung dan tidak langsung:

langsung ;
permukaan : pemetaan langsung, penyelidikan singkapan, penjajakan float, pembuatan parit
uji, pembuatan sumur uji,
Bawah tanah : Pemboran inti, adith test

tidak langsung :
foto udara dan citra satelit, geofisika, geokimia

d. Peralatan : pemilihan alat tergantung pd metode yang digunakan.
e. Anggota tim: Geologis, eksploler.
f. Biaya.
g. Waktu (kapan, dimana, bagaiman dll)
h. perbekalan : Peta dasar, alat ukur , surveying, alat tulus.
i. Jalur eksplorasi.
j. Perijinan.

Adapun surat izin KP dirumuskan Sebagai berikut :
a. Surat Keputusan penugasan Pertambangan bentuk dari KP untuk Pemerintah,
b. Surat izin Pertambangan untuk rakyat bagi KP untuk KP rakyat,
c. Surat Keputusan Kuasa Pertambangan untuk KP kepada : Perusahaan negara, Perusda, Badan
koperasi, perusahaan swasta, perorangan.
d. Izin Pertambangan Daerah bagi KP untuk bahan galian Golongan C.

2. Tahap Kerja Lapangan : tahap pengukuran dan pengambilan data lapangan. meliputi :
a. Observasi lapangan : bertujuan untuk mendapatkan gambaran praktis mengenai kondisi dan
keadaan lapangan.
b. Pemetaan : Pemetaan tidak mutlak dilaksanakan tetapi disesuaikan dengan tujuan kegiatan
eksplorasi.
c. Pengambilan conto : conto disesuaikan dengan tujan eksplorasi.
d. pengambilan data geologi : didapatkan dari studi literatur.

3. Tahap Pengolahan Data : Data hasil pengukuran dapat segera dilakukan pengolahan di
lapangan atau langsung dikirim kekantor. Macam macam laboratorium yang digunakan adalah
: laboratorium Krismin, petrologi, mekanika tanah, mekanika batuan, Pengolahan bahan galian,
Kimia, Batubara, X-ray fluorescence, X-ray diffraction. Studio yang digunakan :
Penginderaan jauh, pemetaan, geofisika.

4. Tahap Pelaporan : Pembuatan laporan setelah pengolahan data dan analisis selesai
dilaksanakan. tahap ini menurut surat keputusan Dirjen pertambangan umum no 667.
K/201/040000/1986 tgl 11 november 1986 tentantg tata cara pengajuan dan penilaian
permohonan KP/Perpanjangan KP :

Kata Pengantar, Daftar isi, Daftar Tabel, Daftar gambar, Daftar Peta, Daftar Lampiran, Isi
laporan,
Bab I Pendahuluan (Maksud/tujuan penelitian, Anggota tim penyelidikan, jadwal
penyelidikan, penyelidikan yang pernah dilakukan sebelumnya),
Bab II Keadaan Umum Daerah Penyelidikan (Kesampaian dan sarana hubungan, masalah
lingkungan daerah penyelidikan (Penduduk, iklim, topografi, vegetasi), Geologi)
Bab III Kegiatan Penyelidikan : Cara Penyelidikan, Tahapan penyelidikan (Pemetaan,
Pemboran/sumur uji, parit uji, Pengambilan contoh, analisa contoh Bab IV. Hasil Penyelidikan :
Pengukuran, Pengeboran sederhana/sumur uji/parit uji, kadar kualitas dan penyebaran, Daerah
prospek.
Bab V. Kesimpulan dan saran : Keadaan geologi yang penting, Keadaan endapan Bahan
galian, Daerah yang memiliki prospek.

Sedangkan bentuk kerangka eksplorasi Yaitu :

Sama diatas sampai Isi laporan :

Bab I. Pendahuluan ; Maksud/ tujuan penyelidikan,
Keadaan endapan dan lokasi daerah penyelidikan,
penyelidikan yang perbnah dilakukan sebelumnya (yang melaksanakan waktu dan cara
penyelidikan, Kesimpulan utama penyelidikan), Penyelidikan yang dilakukan kini, hal hal yang
dilakukan dalam laporan.
Bab II Geografi dan Keadaan Geologi :
Geografi daerah penyelidikan (Lokasi dan kesampaian daerah, keadaan daerah penyelidikan,
morfologi daerah penyelidikan), Geologi daerah penyelidikan (Geologi umum, geologi lokal,
keadaan endapan).
Bab III Kegiatan Eksplorasi/ Penyelidikan : Metode Penyelidikan, Tahapan penyelidikan,
Uraikan Pekerjaa (Pengukuran, pemetaan,Pemboran,Parit uji/sumur uji, Pengambilan contoh,
analisa contoh.)
Bab IV . Hasil Penyelidikan : Hasil Bor, Hasil pengukuran, hasil sumur uji/parit uji, kadar
bahan galian dan penyebarannya, Perhitungan cadangan (dasar/cara perhitungan klasifikasi
cadangan, besarnya cadanhgan).
Bab. V. Kesimpulan dan Saran : Keadaan geologi yang penting, hasil penyelidikan,
Kemungkinan penambangan dan pengembangan.

Daftar bacaan / Pustaka.

Penentuan Daerah Eksplorasi :

1. Petunjuk Regional : Meliputi :

A. Petunjuk Mineralogis : kesatuan kandungan mineral ukuran metallogenic province dari suatu
distrik tertentu sampai daerah yang membentang dari ratusan sampai ribuan km, berdasarkan
distribusi mineral yang ditemukan, tempat penemuan struktur, umur batuan dapat berupa jalur
mineralisasi, meliputi :

- Jalur Nias : Dari asia, P. Simelue, P. Enggano dan selatan jawa Berumur kapur sampai tersier
awal dengan kemungkinan endapan Mn.
Jalur Bengkulu : Kepulauan Banyak, Selatan jawa, nusa tenggara, batuannya Volkanik dan
pluto, berumur kapur sampai tersier akhir (bagian luar Fe, bagian tengah, au, Ag, dan Cu, bagian
dalam Cu, Zn, Hg dan Mn.
Jalur Barisan Bobaris : Aceh, pegunungan bukit barisan,lampung, bobari.

B. kandungan mineralnya : Sumatra : as. Intermediet Ag, Au, Pb, Zn, Kalimantan Ultrabasa :
AU, Ag. Pt.

- Jalur Bangka : Malaysia barat, Riau, pulau Lingga, singkep. Pulau banka, Pulau Belitung
Batuannya berumur Paleozoikakir sampai mesozik awal Mineralnya Sn, Wo, Monasit dan
Zircon.
Jalur serawak Sulu : Serawak Utara, tarakan, sabah, sampai Ke kepulauan Sulu Berumur
kapur sampai tersier awal. Mineralnya Au, Ag, Hg dan Mn.
Jalur Barat Sulawesi : Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Pualau Selayar,
mineralisasi pada tersier awal sampai pliosin Mineral Au, Ag, U, Pb, Zn, Mc.
Jalur Sulawesi tenggara : Kepulauan Talaud sampai Sulawesi Tenggara, Batuan Ultra basa
Pada mezoik tengah Mineral Ni- Fe laterit, Cr dan mg.
Jalur Waigeo : Halmahera Timur, Kepala Burung utara, sampai Irian bagian Utara, Batuan
Ultrabasa, asam, intermediete terjadi pada tersier akhir

C. Assosiasi mineralnya : Cr, Co, ni, Fe laterit Au.
Jalur Timor : Berasal dari Endapan australia, pulau Timor Kala mezoik, asosiasi : Cu, Mn. j.
Jalur Jaya Wijaya : Pegunungan Jaya Wijaya, Irian bagian Tengah.
Jalur Sula : Kepulauan Sula, Banggai, Misool, australia utara Mineral Au dan mn.
Metallogenic Province ; Kesatuan kandungan Mineral yang dicirikan dengan adanya komposisi
mineral, bentuk dan intensitas mineralisasi (Petroscheck, 1965), Menurut Bateman (1950) :
Satuan wilayah yang dicirikan dengan adanya mineralisasi yang relatif banyak dengan satu tipe
yang dominan.

2. Petunjuk Fisiografis : Menurut Westerveld (1949) Endapan Bahan Galian di Indonesia dapat
dikelompokkan berdasarkan teori orogen, tektonik, magnetik purba, jenis batuan : Indonesia
dibagi menjadi 5 Orogen ;
Orogen Malaya : Pulau di daerah timur Sumatra, dan Kalimantan barat yang berumur Yura
bahan galian : timah putih, bauksit, emas, tembaga dan Mo.
Orogen Sumatra : Pulau sumatra, kalimantan selatan bagian Timur yang berumur kapur bahan
galian Fe, Zn, Cu Au, Ag, Intan dan Ni.
Orogen Sunda : Pantai barat sumatra, jawa, Nusa tenggara, sulawesi dan sulawesi utara
berumur miosen tengah batuannya Au, Ag dan mn.
Orogen maluku : Bagian Barat sumatra, timor maluku, dan Sulawesi bagian Timur berumur
pliosen Bahan galian Ni, Fe, cr dan Cu.
Orogen Halmahera
irian ; Halmahera dan Irian Batuannya : Au, Ni, Cu.

3. Petunjuk Geomorfologi : Petunjuk berdasarkan kenampakan morfologi dan pola pengaliran :
air terjun menunjukkan adanya batuan yang resisten atau sesar,
Bukit memanjang menunjukkan adanya vein/urat,
Dataran, Alluvial dan teras sungai menunjukkan endapan bijih placer,
Tanggul pantai beraasosiasi dgn pasir besi,
Bukit berbentuk kerucut menunjukkan batukapur.

4. Petunjuk litologi : Mengkaitkan hubungan antara jenis batuan dengan endapan mineral :
Emas umumnya pada batuan ultrabasa,
Batubara pd batuan sedimen klastik.
a. Batuan asam assosiasinya, mineral mineral sulfida yang mengandung mineral logam
logam (Au, CU, Pb, Pb,Zn), mineral mineral oksida : Timah (Sn 0, Mineral hidroksida :
Alumunium (Al), Mineral radioaktif.
b. Batuan intermediate umumnya mengandung emas (Au), perak (ag)
c. batuan Basa dan ultra basa memberikan lingkungan pengendapan baik untuk intan, Nikel,
kobal, platina.
d. Batuan Metamorf berasosiasi dgn Marmer, asbes dan batu permata.
e. Batuan Sedimen berasosiasi dengan karbonat gamping.

5. Petunjuk Stratigrafi : Petunjuk yang mengkaitkan formasi batuan yang mengan dung mineral.
6. Petunjuk struktur : Petunjuk yang mengkaitkan kontrol struktur geologi dgn terdapatnya
mineral.
7. Petunjuk iklim dan Topografi

Pembatasan daerah Eksplorasi Meliputi :

1. Prospeksi :Kreiter membagi 3 tahap : reconnaissance dengan menggunakan peta geologi skala
1 : 1000000 atau 1: 500000, tahap preliminary dengan skala 1 : 200000 atau 1 : 100000, tahap
detailled skala 1 : 50000.
2. Eksplorasi Pendahuluan : peta yang digunakan skala 1 : 10000 atau 1 ; 5000, batas luasan
yang ditentukan peta skala 1 : 10000 adalah berkisar antara 10 100 km, sedangkan luasan
untuk peta skala 1 : 5000 adalah berkisar antara 5- 25 km
3. Eksplorasi detil : Pada Eksplorasi detil yang digunakan adalah skala 1 : 2000 atau peta skala 1
: 1000, batas luasan yang ditentukan utk peta skala 1 : 2000 adalah berkisar 1-3 km sedangkan
batas luasan untuk peta skala 1 : 1000 adalah 1 km
4. Eksplorasi Lanjut : Peta yang digunakan adalah skala 1 : 200 atau peta skala 1 : 100, batasan
luasan ini tidak ditentukan.

Pengambilan Conto merupakan Suatu proses pengambilan sejumlah kecil dari populasi (gas,
cairan, padatan, tumbuhan) yang mewakili sifat fisik dan sifat kimia secara keseluruhan polasi
tersebut.

Tujuan : Untuk menentukan ada atau tidaknya endapan bahan galian (Prospeksi) atau
menentukan bentuk, kadar dan kedudukannya dipermukaan bumi(eksplorasi).

Komponen Utama menurut Spero Carras ada 4 yaitu :

- Komponen Statistik: Berhubungan Dgn angka dari suatu pengambilan conto dan individu
massanya.
Komponen Geologi : Berhubungan Dengan orientasi dan jumlah pengambilan conto.
Komponen fisik, melibatkan 2 conto : proses fisik pada pengambilan conto, sifat fisik dari
populasi yang diambil contonya.
Komponen kimia : Berhubungan Dengan proses kimia pada pengujian akhir suatu conto.

Metoda pengambilan conto :

1. Channel sampling : Cara konvensional yang dilakukan pd sumur uji, drits, cross cut, rise,
shaft. pengambilan conto metoda ini membuat saluran selebar 75-100 mm dalamnya 12 mm
memotong bijih atau batuan Samping, pengambilan conto yang ideal harus konstan panjangnya,
lebarnya, dan kedalamanya, utk mengurangi kemungkinan tjd kesalahan dlm memperkirakan
pengambilan conto.
2. Chip sampling : Proses pengambilan conto pada batuan, yang tersingkap, biasanya diterapkan
pada penyelidikan dengan pola teratur dalam kemajuan penambangan.
3. Broken Ore sampling : Pengambilan conto pada sekumpulan batuan yang telah dipisahkan dari
batuan Induknya, baik scr manual maupun scr mekanis.
4. Grab sampling : Seperti broken ore sampling tetapi dilakukan apabila broken ore telah diluar
stope atau sudah diatas alat angkut.
5. Bulk sampling : Pengambilan conto dari conto yang sudah ada.
6. Core sampling dan Cutting : sangat penting dalam penyediaan conto untuk evaluasi dan
kelengkapan data untuk memperluas cadangan bijih pada operasi tambang.

Berdasar materi conto yang diambil maka pengambilan conto dapat dibagi ;

1. Rock sampling : Pengfambilan conto pada batuan dapat berupa singkapan dan badan bijih.
2. Soil Sampling : Pengambilan conto tanah menguntungkan pada daerah yang tidak terlihat
adanya singkapan.
3. Stream sedimen Sampling : Aliran sedimen merupakan tempat pengendapat material.
4. Placer Sampling ; Pengambilan dengan peralatan auger drill, banka bor empire drill dan jet
drill.
5. Water sampling : Dimungkinkan tidak stabil ditempat penampungan yang tidak terlalu lama.
6. Vegetasi sampling : Pengambilan conto hampir sama dengan conto tanah dan conto air.
7. Vapor sampling : efektif untuk pengambilan conto vapor mercury.

Berdasarkan standard Nasional Indonesia, dibagi ;

- Pengambilan conto dari aliran batubara,
pengambilan conto batubara dari gerbong, conto batubara dari kapal laut,
batubara dari tumpukan,
pada permukaan kerja batubara.

Untuk Eksplorasi lanjut untuk Pengambilan conto di permukaan dapat dilakukan dgn 2 cara :

- Cara Pillar : Dilakukan menurut tahapan kerja sebagai berikut : mengambil conto blok batubara
berbentuk 4 persegi panjang dengan lebar 30-45 cm dan luas 450 cm, diteruskan bidang
perlapisan atas dan bawah , yang menandakan batas selang pengambilan conto, conto diambil
secara berkesinambungan dari atap ke lantai.
Cara strip / channel : menggali sebuah channel atau grove ke dalam permukaan batubara
dengan luas paling sedikit 100 cm, kumpulan semua bongkaran hasil diatas lembaran plastik
bersih kemudian mengambil batubara sebanyak 15 kg/m dari ketebalan batubara.

Pola pengambilan conto : utk material lepas dan batuan :
bujur sangkar,
4 persegi panjang,
segitiga,
Rhomboid.

Interprestasi menurut obyek yang di interprestasi dpt dibagi menjadi 3 :

- Interpretasi Analitik: dilakukan dgn 2 pedoman : Pedoman perubahan bertahap : dilakukan dgn
prosedur matematik dan prosedur grafis, sama sama menggunakan fungsi linear, secara
numerik dianggap sama sepanjang garis lurus vyang menghubungkan 2 titik pengamatan,
Pedoman titik terdekat : Nilai titik diantara 2 titik pengamatan dipertimbangkan tetap / sama dgn
ttk didekatnya.
Interpretasi Natural/Intrinsic : Interpretyasi yang dilakukan terhadap kriteria geologi, teknologi,
maupun ekonomi,
Interpretasi Empirik : Interpretasi yang berpedoman Pada hasil hasil penelitian atau
pengamatan sebelumya dan dianggap sama dengan lokasi yang diteliti.

Peralatan Pengambilan Conto :

1. Rotary Drilling :
melibatkan semua metode pemboran dalam kegiatan pengambilan conto dengan menghindari
pemukulan dan penghancuran, digunakan untuk material yang lunak sampai setengah kasar,
termasuk :

- Auger drilling : cocok utk kondisi lunak dan dangkal, memuaskan dalam kondisi kering dan
tidak memuaskan untuk kondisi basah,
Conventional auger Drilling : Biasanya dikaitkan dengan truk/traktor, kedalaman rata rata
dapat mencapai 50 m, conto dikeluarkan dalam auger fligh dan conicol mount yang berputar,
Dry stick Auger Drilling : Variasi dari Convensional auger drilling, conto ditarik secara
manual untuk memperkecil kontaminasi.
Hallow auger Drilling : Bentuk khusus dari auger drilling, rongga auger membiarkan core barel
masuk tepat melalui pusat auger yaitu sebagai tempat pengumpul conto.
Conventional rotary drilling : Pengambilan conto untuk batuan keras misal : oksida dan sulfida.

2. Bucket Drilling :
Bentuk perkembangan dari pemboran dalam rangka mengetes pondasi suatu gedung, aplikasi
digunakan untuk pengambilan conto emas Alluvial.

3. Churn Drilling :
Metode Pemboran yang dapat digunakan endapan Emas alluvial, menggunakan casing
berdiameter 20 cm, core masuk dalam casing dengan alat pemecahnya chopping bit dan
dimasukkan aliran air dengan pompa.

4. Percussion Drilling :
Pengambilan conto dengan kedalaman berkisar 150 m, relatif murah tetapi tidak begitu teliti.

5. Diamond (core) Drilling :
Pengambilan conto dalam bentuk pengambilan conto yang akurat.

6. Vacuum Drilling :
Digunakan utk kedalaman sampai 50 m digunakan utk sistem dalam kondisi batuan yang relatif
lunak.

7. Banka bor :
Untuk eksplorasi endapan Placer didunia.

8. Jet Drilling :
Pemboran yang dilengkapi dengan chasing dan chisel pointed bit, memanfaatkan tenaga
perbedaan muka air.

Penyimpangan dlm pengambilan conto :

- Pengambilan conto lebih dari 1 orang / lebih dari 1 prosedur,
Penggaraman conto yang terjadi karena sisa pewngambilan conto pada peralatan tidak
dibersihkan terlebih dahulu,
Percampuran conto untuk kadar tinggi dan rendah yang seharuisnya dipisahkan menjadi 2 buah
conto,
Kecendereungan mendapatkan lokasi berkadar tinggi,
Kecenderungan menggunakan metodemudah dan murah.
kelemahan dari material yang diambil.

Preparasi Conto adalah suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperkecil berat dan ukuran
conto yang dapat mewakili seluruh material conto yang diambil.

Pengambilan Conto Pada Material Lepas -> Preparasi I (Cone and Quatering) -> Kantong
Conto -> Preparasi II (Crushing and Grimding) -> Screen -> Splitter-> (Uji
Laboratorium 1,2,3) -> Diagram alir preparasi conto

Tahap Preparasi Conto Batubara :

1. Pengeringan conto dilakukan untuk meyakinkan bahwa terhadap conto tersebut dapat
dilakukan penggerusan dan pembagian conto dengan memakai peralatan tertentu tanpa
kehilangan berat atau terkotori;
2. Pengecilan ukuran butir dilakukan dengan cara pemecahan bongkahan batubara sampai ukuran
tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut;
3. Pengadukan conto dilakukan dengan cara mengaduk conto dengan peralatan tertentu untuk
mendapatkan conto yang homogen;
4. Pembagian conto dilakukan dengan cara mengurangi berat conto dengan alat pembagi conto
(riffle) tanpa merubah ukuran butiran, sehingga diperoleh conto yang mewakili seluruh conto
asal.

Penanganan bahan galian dilaboratorium kristal dan mineral meliputi pengamatan sbb :

Bentuk : Mineral mempunyai bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang datar berdasarkan hukum
tertentu dan tetap; Kategori bentuk kristal berdasarkan porosnya :

1. Sistem reguler (tiga poros sama panjang dan saling tegak lurus),
2. Sistem tetragonal (tiga poros saling tegak lurus dan dua diantaranya sama panjang),
3. Sistem rombus (tiga poros saling tregak lurus tetapi tidak sama panjang),
4. Sistem monoklin (tiga poros tidak sama panjang, satu poros tegak lurus terhadap dua poros
lainnya yang saling menyudut),
5. Sistem triklin (tiga poros berbeda panjangnya dan ketiganya saling membentuk sudut miring),
6. Sitem heksagonal (Mempunyai 6 poros 3 diantaranya membentuk sudut 60 yang sama panjang
dan tegak lurus terhadap satu poros lainnya yang dapat lebih panjang/pendek)

Warna : Berdasarkan warna yang nampak
Kilap : Berdasarkan kilapnya mineral dabagi menjadi 2 ; kilap logam dan bukan logam
Cerat (streak) : Didasarkan pada warna goresan pada porselin
Belahan, Pecahan, Kekerasan, Berat jenis, Daya tahan terhadap pukulan

Pada laboratorium Petrologi : Bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup batuan asal endapan
bahan galian tertsebut sekaligus dapat mengungkapkan tabir tentang Genesa Bahan Galian.
Pengamatan conto secara kristal optik dapat menentukan : indeks bias kristal, sudut pemadaman,
warna interferesi, orientasi kristl dan tanda optik kristal, ortientsi mineral, sumbu optik kristal.

Pada laboratorium mekanika tanah ; Pengujian conto yang dilakukan adalah :

1. Kadar air (%) (merupaskan perbandingasn antara berat air yang terkandung dalam tanah dg
berat kering tanah),
2. Berat jenis tanah (Perbandingan antara berat butir-butir dengan berat air destilasi di udara dg
volume yang sama dan temperatur tertentu),
3. Batas cair tanah (Kadar air tanah tersebut pada keadaan batas peralihan antara cair dan
keadaan plastis tanah),
4. Batas plastis dan index plastisitas (Kadaer air minimum (%) bagi tanah tersebut yang masih
dalam keadaan plastis).
5. Batas susut (kadar air max dari pengurangan kadar air yang tidak menyebabkan berkurangnya
volume tanah).
6. Distribusi ukuran butir tanah (pengertian tanah yang tidak mengendung butir apabila tertahan
saringan no. 10).
7. Pemadatan tanah (Hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah apabila didapatkan dengan
tenaga pemedatan tertentu),
8. Penilaian CBR,
9. Kecepatan konsolidasi (besarnya penurunan tanah apabila tanah mendapatkan beban),
10. Kuat tekan-bebas tanah kohesif,
11. Geser langsung,
12. Triaxsial (Penentuan parameter geser tanah dengan alat triaxsial pada kondisi consolidated-
undraided tanpa pembacan pengukuran tekanan pori,
13. Kepadatan tanah lapang,
14. Geser putar undrained,
15. Koefisien permeabilitas.

Pada laboratorium mekanika batuan : uji sifaty fisik batuan, uji kuat tekan uniaxsial, uji triaksial,
uji geser langsung, uji keceptan rambat gelombang ultrasonik, uji kuat tarik tidak langsung, uji
schimidt hammer, uji beban titik.

Pada Laboratorium pengolahan bahan galian :

1. Cuminution dan sizing, dengan tahap :
a. Tahap primary crusing, alat jaw crusher dan gyratory crusher;
b. Tahap secondary crushing, alat sama dengan diatas, disk crusher, hammer mill, roll crusher;
c. Tahap fine crushing,

2. Faktor konkresi,

3. Derajat kemagnetan (perbandingan antara material yang tertarik magnet dengan jumlah
material keseluruhan dalam %)

Hal yang diperhatikan dalam comminution:

Umpan terbesar; Nip angle (sudut efektif yang dapat menjepit umpan); Reduction ratio
(perbandingan umpan dan produk); derajat liberasi (prosentase terpisahnya butir mineral
terhadap butir mineral keseluruhannya)

Pada Laboratorium kimia :

1. Metode volumetri (menggunaskan zat tertentu);
2. Metode gravimetri (mengendapkan zat yang telah diketahui kemudian menetapkan kadarnya
dengan cara menimbang); 3. Metode kompleksometri (menggunakan EDTA dengan
membandingkan dengan kurva standar);
4. Metode Spektofotometri (menentukan panjang gelombang maximal serapan komplek dengan
alat spektronik);
5. Metode X-ray.

Perataan kadar dapat dibagi menjadi 3 :

1. Satu dimensi (pada sumur uji, conto inti bor, conto sayatan yang diambil pada terowongan dan
conto cuting pemboran);
2. Dua dimensi;
3. Tiga dimensi;
4. Berat;
5. Core dan sludge.

Pengenalan obyek foto udara dan citra satelit dapat dilakukan melalui unsur-unsur interprestasi :

1. Rona dan warna,
2. Textur,
3. Pola,
4. Bentuk,
5. Ukuran,
6. Bayangan,
7. Hubungan dengan keadaan sekitarnya.

Pengukuran:

1. Skala citra (membandingkan jarak fokus terhadap ketinggian terbang. skala = f/H; f= fokus, H
= tinggi terbang. Cara lain membandingkan jarak pada citra dan jarak sebenarnya di lapangan.
Skala = d/D),
2. Pengukuran beda tinggi (menggunakan paralaks Bar, dh = (dp . H) /( b + dp) ; b = (d1 + b2)/2,
keterangan : dh= beda tinggi, h = tinggi terbang, dp= beda paralaks A dan B, b= jarak titik pusat
sebenarnya dengan titik pindahan).

Penentuan luas dan volume ; Pengukuran luas dan penyebaran Ekonomi Bahan Galian dapat
dihitung diatas lembar citra : Metode persegi empat, Metode segitiga, Metode strip, Metode
planimetri.

Itulah pembahasan mengenai Teknik Eksplorasi Tambang, mudah-mudahan miner dan geologist
bisa memahami dan mengembangkan sendiri mengenai Teknik Eksplorasi Tambang.
Incoming search terms:

lokasi tambang mangan talaud
teknik-teknik eksplorasi bahan tambang
Metode pembanjaran lurus dalam pengukuran lapangan dicirikan dengan
4 jenis kegiatan yang dilakukan pada eksplorasi langsung permukaan
pemetaan eksplorasi galena endapan placer
Pencarian dan pengukuran data singkapan bahan galian
pengertian singkapan (out crop loc)
tambang mangan di serawak
tekhnik eksplorSi galena
TEKNIK GEOLOGI DENGAN TEKNIK PERTAMBANGAN MANA LEBIH LUAS

Anda mungkin juga menyukai