Anda di halaman 1dari 20

Reaksi Redoks dan Sel Volta

Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara
berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas dua
reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi (kehilangan elektron) danreduksi (memperoleh elektron).
Reaksi ini merupakan pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi oksidasisama dengan
elektron yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing reaksi (oksidasi dan reduksi)
disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua setengah reaksi ini untuk
membentuk sebuah reaksi dan reaksi keseluruhannya disebut reaksi redoks.
Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi, yaitu kehilangan
elektron, memperoleh oksigen, ataukehilangan hidrogen. Dalam pembahasan ini, kita
menggunakan definisi kehilangan elektron. Sementara definisi lainnya berguna saat menjelaskan
proses fotosintesis dan pembakaran.
Oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia kehilangan elektron selama
perubahan dari reaktan menjadi produk. Sebagai contoh, ketika logam Kalium bereaksi dengan
gas Klorin membentuk garam Kalium Klorida (KCl), logam Kalium kehilangan satu elektron
yang kemudian akan digunakan oleh klorin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
K > K+ + e-
Ketika Kalium kehilangan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa logam Kalium itu
telah teroksidasi menjadi kation Kalium.
Seperti halnya oksidasi, ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk
menjelaskan reduksi, yaitu memperoleh elektron, kehilangan oksigen, atau memperoleh
hidrogen.Reduksi sering dilihat sebagai proses memperoleh elektron. Sebagai contoh, pada
proses penyepuhan perak pada perabot rumah tangga, kation perak direduksi menjadi logam
perak dengan cara memperoleh elektron. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ag+ + e- > Ag
Ketika mendapatkan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa kation perak
telah tereduksi menjadi logam perak.

Baik oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi sendiri, harus keduanya. Ketika
elektron tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya. Sebagai contoh, reaksi yang terjadi
antara logam seng dengan larutan tembaga (II) sulfat dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi
berikut :
Zn(s) + CuSO4(aq) > ZnSO4(aq) + Cu(s)
Zn(s) + Cu2+(aq) > Zn2+(aq) + Cu(s) (persamaan ion bersih)
Sebenarnya, reaksi keseluruhannya terdiri atas dua reaksi paruh:
Zn(s) > Zn2+(aq) + 2e-
Cu2+(aq) + 2e- > Cu(s)
Logam seng kehilangan dua elektron, sedangkan kation tembaga (II) mendapatkan dua
elektron yang sama. Logam sengteroksidasi. Tetapi, tanpa adanya kation tembaga (II), tidak
akan terjadi suatu apa pun. Kation tembaga (II) disebut zat pengoksidasi
(oksidator). Oksidator menerima elektron yang berasal dari spesies kimia yang telah
teroksidasi.
Sementara kation tembaga (II) tereduksi karena mendapatkan elektron. Spesies yang
memberikan elektron disebut zat pereduksi (reduktor). Dalam hal ini, reduktornyaadalah
logam seng. Dengan demikian, oksidator adalah spesies yang tereduksi dan reduktor adalah
spesies yang teroksidasi. Baik oksidator maupun reduktor berada di ruas kiri (reaktan)
persamaan redoks.
Elektrokimia adalah salah satu dari cabang ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan
bentuk energi listrik menjadi energi kimia dan sebaliknya.
Proses elektrokimia melibatkanreaksi redoks. Proses transfer elektron akan menghasilkan
sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat diterapkan dalam dua jenis sel, yaitu sel
volta dan sel elektrolisis. Sebelum membahas kedua jenis sel tersebut, kita terlebih dahulu akan
mempelajari metode penyetaraan reaksi redoks.
Berikut ini penjelasan sekilas tentang metode setengah reaksi : persamaan redoks yang
belum setara diubah menjadi persamaan ion dan kemudian dipecah menjadi dua reaksi paruh,
yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi; setiap reaksi paruh ini disetarakan dengan terpisah dan
kemudian digabungkan untuk menghasilkan ion yang telah disetarakan; akhirnya, ion-ion
pengamat kembali dimasukkan ke persamaan ion yang telah disetarakan, mengubah reaksi
menjadi bentuk molekulnya.
Sebagai contoh, saya akan menjelaskan langkah-langkah untuk menyetarakan persamaan
redoks berikut :
Fe2+(aq) + Cr2O72-(aq) > Fe3+(aq) + Cr3+(aq)

1. Menuliskan persamaan reaksi keseluruhan


Fe2+ + Cr2O72- > Fe3+ + Cr3+
2. Membagi reaksi menjadi dua reaksi paruh
Fe2+ > Fe3+
Cr2O72- > Cr3+
3. Menyetarakan jenis atom dan jumlah atom dan muatan pada masing-masing setengah
reaksi; dalam suasana asam, tambahkan H2O untuk menyetarakan atom O dan H +untuk
menyetarakan atom H
Fe2+ > Fe3+ + e-
6 e- + 14 H+ + Cr2O72- > 2 Cr3+ + 7 H2O
4. Menjumlahkan kedua setengah reaksi; elektron pada kedua sisi harus saling meniadakan;
jika oksidasi dan reduksi memiliki jumlah elektron yang berbeda, maka harus disamakan
terlebih dahulu
6 Fe2+ > 6 Fe3+ + 6 e- (1)
6 e- + 14 H+ + Cr2O72- > 2 Cr3+ + 7 H2O (2)
6 Fe2+ + 14 H+ + Cr2O72- > 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O [(1) + (2)]
5. Mengecek kembali dan yakin bahwa kedua ruas memiliki jenis atom dan jumlah atom yang
sama, serta memiliki muatan yang sama pada kedua ruas persamaan reaksi
Untuk reaksi yang berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH - dalam jumlah
yang sama dengan ion H+pada masing-masing ruas untuk menghilangkan ion H+. Persamaan
reaksi tersebut berubah menjadi sebagai berikut :
6 Fe2+ + 14 H+ + 14 OH- + Cr2O72- > 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O + 14 OH-
6 Fe2+ + 14 H2O + Cr2O72- > 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O + 14 OH-
6 Fe2+ + 7 H2O + Cr2O72- > 6 Fe3+ + 2 Cr3+ +14 OH-
Berikut ini adalah contoh lain penyelesaian penyetaraan persamaan reaksi redoks :
Cu(s) + HNO3(aq) > Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + H2O(l)

1. Mengubah reaksi redoks yang belum disetarakan menjadi bentuk ion


Cu + H+ + NO3- > Cu2+ + 2 NO3- + NO + H2O
2. Menentukan bilangan oksidasi dan menuliskan dua setengah reaksi (oksidasi dan reduksi)
yang menunjukkan spesies kimia yang telah mengalami perubahan bilangan oksidasi
Cu > Cu2+
NO3- > NO
3. Menyetarakan semua atom, dengan pengecualian untuk oksigen dan hidrogen
Cu > Cu2+
NO3- > NO
4. Menyetarakan atom oksigen dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan oksigen
Cu > Cu2+
NO3- > NO + 2 H2O
5. Menyetarakan atom hidrogen dengan menambahkan H+ pada ruas yang kekurangan hidrogen
Cu > Cu2+
4 H+ + NO3- > NO + 2 H2O
6. Menyetarakan muatan ion pada setiap ruas setengah reaksidengan menambahkan elektron
Cu > Cu2+ + 2 e-
3 e- + 4 H+ + NO3- > NO + 2 H2O

7. Menyetarakan kehilangan elektron dengan perolehan elektron antara kedua setengah reaksi
3 Cu > 3 Cu2+ + 6 e-
6 e- + 8 H+ + 2 NO3- > 2 NO + 4 H2O

8. Menggabungkan kedua reaksi paruh tersebut dan menghilangkan spesi yang sama di kedua
sisi; elektron selalu harus dihilangkan (jumlah elektron di kedua sisi harus sama)
3 Cu > 3 Cu2+ + 6 e- .. (1)
6 e- + 8 H+ + 2 NO3 > 2 NO + 4 H2O .. (2)
3 Cu + 8 H+ + 2 NO3- > 3 Cu2+ + 2 NO + 4 H2O .. [(1) + (2)]
9. Mengubah persamaan reaksi kembali ke bentuk molekulnya dengan menambahkan ion
pengamat
3 Cu + 8 H+ + 2 NO3- + 6 NO3- > 3 Cu2+ + 2 NO + 4 H2O + 6 NO3-
3 Cu + 8 HNO3 > 3 Cu(NO3)2 + 2 NO + 4 H2O
10. Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa semua atomnya telah setara, semua muatannya
telah setara, dan semua koefisiennya ada dalam bentuk bilangan bulat terkecil
Metode lain yang digunakan dalam menyetarakan persamaan reaksi redoks
adalah metode perubahan bilangan oksidasi (PBO). Saya akan menjelaskan langkah-langkah
penyetaraan reaksi redoks dengan metode PBO melalu contoh berikut :
MnO4-(aq) + C2O42-(aq) > Mn2+(aq) + CO2(g)
1. Menentukan bilangan oksidasi masing-masing unsur
MnO4- + C2O42- > Mn2+ + CO2
+7 -2 +3 -2 +2 +4 -2
2. Menentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi serta besarnya perubahan
bilangan oksidasi
Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +7 menjadi +2; besarnya perubahan
bilangan oksidasi () sebesar 5

C mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4; besarnya perubahan


bilangan okisdasi () sebesar 1

3. Mengalikan perubahan bilangan oksidasi () dengan jumlah atom yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi
Mn : = 5 x 1 = 5
C := 1 x 2 = 2
4. Menyamakan jumlah atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada masing-masing
ruas
MnO4- + C2O42- > Mn2+ + 2 CO2
5. Menyamakan perubahan bilangan oksidasi (); bilangan pengali dijadikan sebagai koefisien
reaksi baru
Mn dikalikan 2 dan C dikalikan 5, sehingga kedua unsur sama, yaitu sebesar 10
2 MnO4- + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2
6. Dalam tahap ini, reaksi hampir selesai disetarakan; selanjutnya atom O dapat disetarakan
dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan atom O; sementara untuk menyetarakan
atom H, gunakan H+
16 H+ + 2 MnO4- + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2+ 8 H2O
7. Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa semua atomnya telah setara, semua muatannya
telah setara, dan semua koefisiennya ada dalam bentuk bilangan bulat terkecil
Untuk reaksi yang berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH - dalam jumlah
yang sama dengan ion H+pada masing-masing ruas untuk menghilangkan ion H+. Persamaan
reaksi tersebut berubah menjadi sebagai berikut :
16 OH- + 16 H+ + 2 MnO4- + 5 C2O42- > 2 Mn2++ 10 CO2 + 8 H2O + 16 OH-
16 H2O + 2 MnO4- + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O + 16 OH-
8 H2O + 2 MnO4- + 5 C2O42- > 2 Mn2+ + 10 CO2 + 16 OH-
contoh penyelesaian persamaan reaksi redoks dengan metode PBO :
MnO(s) + PbO2(s) + HNO3(aq) > HMnO4(aq) + Pb(NO3)2(aq) + H2O(l)

1. Mengubah reaksi redoks yang belum disetarakan menjadi bentuk ion


MnO + PbO2 + H+ + NO3- > H+ + MnO4- + Pb2++ 2 NO3- + H2O
2. Menentukan bilangan oksidasi masing-masing unsur
MnO + PbO2 + H+ + NO3- > H+ + MnO4- +Pb2+ + 2 NO3- + H2O
+2 -2 +4 -2 + 1 +5 -2 +1 +7 -2 +2 +5 -2 +1 -2
3. Menuliskan kembali semua unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi; ion pengamat
tidak disertakan
MnO + PbO2 > MnO4- + Pb2+
+2 -2 +4 -2 +7 -2 +2
4. Menentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi serta besarnya perubahan
bilangan oksidasi
Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +2 menjadi +7; besarnya perubahan
bilangan oksidasi () sebesar 5
Pb mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +4 menjadi +2; besarnya perubahan
bilangan okisdasi () sebesar 2
5. Mengalikan perubahan bilangan oksidasi () dengan jumlah atom yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi
Mn : = 5 x 1 = 5
Pb : = 2 x 1 = 2
6. Menyamakan jumlah atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada masing-masing
ruas
MnO + PbO2 > MnO4- + Pb2+
7. Menyamakan perubahan bilangan oksidasi (); bilangan pengali dijadikan sebagai koefisien
reaksi baru
Mn dikalikan 2 dan Pb dikalikan 5, sehingga kedua unsur sama, yaitu sebesar 10
2 MnO + 5 PbO2 > 2 MnO4- + 5 Pb2+

8. Dalam tahap ini, reaksi hampir selesai disetarakan; selanjutnya atom O dapat disetarakan
dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan atom O; sementara untuk menyetarakan
atom H, gunakan H+
8 H+ + 2 MnO + 5 PbO2 > 2 MnO4- + 5 Pb2+ + 4 H2O
9. Mengubah persamaan reaksi kembali ke be ntuk molekulnya dengan menambahkan ion
pengamat
10 NO3- + 2 H+ + 8 H+ + 2 MnO + 5 PbO2 > 2 MnO4- + 5 Pb2+ + 4 H2O + 2 H+ + 10 NO3-
2 MnO + 5 PbO2 + 10 HNO3 > 2 HMnO4 + 5 Pb(NO3)2 + 4 H2O
10. Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa semua atomnya telah setara, semua muatannya
telah setara, dan semua koefisiennya ada dalam bentuk bilangan bulat terkecil
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa saat sepotong logam seng
dicelupkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat, akan terjadi reaksi redoks. Logam seng akan
teroksidasi menjadi ion Zn2+, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi logam tembaga yang
menutupi permukaan logam seng. Persamaan untuk reaksi ini adalah sebagai berikut :
Zn(s) + Cu2+(aq) > Zn2+(aq) + Cu(s)
Ini merupakan contoh perpindahan elektron langsung. Logam seng memberikan dua
elektron (menjadi teroksidasi) ke ion Cu2+ yang menerima kedua elektron tersebut
(mereduksinya menjadi logam tembaga). Logam tembaga akan melapisi permukaan logam
seng.
Seandainya kedua reaksi paruh tersebut dapat dipisahkan, sehingga ketika logam
seng teroksidasi, elektron akan dilepaskan dan dialirkan melalui kawat penghantar untuk
mencapai ion Cu2+ (perpindahan elektron tidak langsung), kita akan mendapatkan sesuatu yang
bermanfaat. Selama reaksi kimia berlangsung, akan terjadi aliran elektron yang menghasilkan
energi listrik. Peralatan yang dapat mengubahenergi kimia (reaksi redoks) menjadi arus
listrik (aliran elektron = energi listrik) dikenal dengan Sel Volta atau Sel Galvani.
Salah satu contoh sel volta yang sering digunakan para kimiawan adalah Sel Daniell. Sel
volta ini menggunakan reaksi antara logam Zn dan ion Cu2+ untuk menghasilkan listrik. Sel
Daniell diberi nama menurut penemunya, John Frederic Daniell, seorang kimiawan Inggris
yang menemukannya pada tahun 1836).
Pada Sel Daniell, sepotong logam seng dimasukkan ke dalam larutan seng (II) sulfat,
ZnSO4(aq), pada satu wadah. Sementara, sepotong logam tembaga juga dimasukkan ke dalam
larutan tembaga (II) sulfat, CuSO4(aq), pada wadah lainnya. Potongan logam tersebut
disebut elektroda yang berfungsi sebagai ujung akhir atau penampung elektron.

Kawat penghantar akan menghubungkan elektroda-elektrodanya. Selanjutnya, rangkaian


sel dilengkapi pula denganjembatan garam. Jembatan garam, biasanya berupa tabung
berbentuk U yang terisi penuh dengan larutan garam pekat, memberikan jalan bagi ion untuk
bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menjaga larutan agar muatan listriknya tetap
netral.
Sel Daniell bekerja atas dasar prinsip reaksi redoks. Logam seng teroksidasi dan
membebaskan elektron yang mengalir melalui kawat menuju elektroda tembaga. Selanjutnya,
elektron tersebut digunakan oleh ion Cu2+ yang mengalamireduksi membentuk logam tembaga.
Ion Cu2+ dari larutan tembaga (II) sulfat akan melapisi elektroda tembaga, sedangkan elektroda
seng semakin berkurang (habis). Kation-kation di dalam jembatan garam berpindah ke wadah
yang mengandung elektroda tembaga untuk menggantikan ion tembaga yang semakin habis.
Sebaliknya, anion-anion pada jembatan garamberpindah ke sisi elektroda seng, yang menjaga
agar larutan yang mengandung ion Zn2+ tetap bermuatan listrik netral.
Elektroda seng disebut anoda, yaitu elektroda yang menjadi tempat terjadinya
reaksi oksidasi. Oleh karena anodamelepaskan elektron, maka anoda kaya akan elektron
sehingga diberi tanda negatif (kutub negatif). Sementara, elektroda tembaga disebut katoda,
yaitu elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi reduksi. Oleh karena katoda menerima
elektron, maka katoda kekurangan elektron sehingga diberi tanda positif (kutub positif).
Reaksi yang terjadi pada masing-masing elektroda (reaksi setengah sel) adalah sebagai berikut :
Anoda (-) : Zn(s) > Zn2+(aq) + 2e-. (1)
Katoda (+) : Cu2+(aq) + 2e- > Cu(s). (2)
Reaksi Sel : Zn(s) + Cu2+(aq) > Zn2+(aq) + Cu(s) [(1) + (2)]
Munculnya arus listrik (aliran elektron) yang terjadi
darianoda menuju katoda disebabkan oleh perbedaan potensial elektrik antara kedua elektroda
tersebut. Melalui percobaan, perbedaan potensial elektrik antara katoda dan anoda dapat diukur
dengan voltmeter dan hasilnya berupa potensial standar sel (Esel). Semakin besar perbedaan
potensial elektrik, semakin besar pula arus listrik dan potensial standar sel yang dihasilkan.
Reaksi yang terjadi pada sel volta dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih ringkas,
yaitu notasi sel. Sesuai dengan kesepakatan, reaksi oksidasi dinyatakan di sisi kiri, sementara
reaksi reduksi dinyatakan di sisi kanan. Notasi sel untuk Sel Daniell adalah sebagai berikut :
Zn(s) / Zn2+(aq) // Cu2+(aq) / Cu(s)
Saat konsentrasi ion Cu2+ dan Zn2+ masing-masing 1 M, terlihat pada voltmeter bahwa
besarnya potensial standar sel (Esel) bagi Sel Daniell adalah 1,10 V pada suhu 25C. Oleh
karena reaksi sel merupakan hasil penjumlahan dari dua reaksi setengah sel, maka potensial s
tandar sel merupakan hasil penjumlahan dari duapotensial standar setengah sel.
Pada Sel Daniell, potensial standar sel merupakan hasil penjumlahan potensial elektroda Cu
dan Zn. Dengan mengetahui potensial standar dari masing-masing elektroda, kita dapat
menentukan besarnya potensial standar sel lain yang terbentuk. Potensial yang digunakan
dalam pemahasan ini adalah potensial standar reduksi.
Potensial standar reduksi masing-masing elektroda dapat ditentukan dengan
membandingkannya terhadap elektrodastandar (acuan), yaitu elektroda hidrogen standar
(SHE =Standard Hydrogen Electrode). Keadaan standar yang dimaksud adalah saat tekanan gas
H2 sebesar 1 atm, konsentrasi larutan ion H+ sebesar 1 M, dan dan pengukuran dilakukan pada
suhu 25C. Sesuai dengan kesepakatan, SHE memilikipotensial standar reduksi sebesar nol
(Ered SHE = 0).
2 H+ (1 M) + 2 e- > H2 (1 atm) Ered = 0 V
SHE dapat digunakan untuk menentukan besarnyapotensial standar reduksi
(Ered) elektroda lainnya. Dengan demikian, kita dapat menyusun suatu daftar yang berisi urutan
nilai Ered elektroda-elektroda, dari yang terkecil (paling negatif) hingga yang terbesar (paling
positif). Susunan elektroda-elektroda tersebut di kenal dengan istilah Deret Volta (deret
kereaktifan logam).
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H + Cu
Ag Hg Pt Au
Logam-logam yang terletak di sisi kiri H+ memiliki Eredbertanda negatif. Semakin ke
kiri, nilai Ered semakin kecil (semakin negatif). Hal ini menandakan bahwa logam-logam
tersebut semakin sulit mengalami reduksi dan cenderung mengalami oksidasi. Oleh sebab itu,
kekuatan reduktor akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya, logam-logam yang terletak di
sisi kanan H+ memiliki Ered bertanda positif. Semakin ke kanan, nilai Ered semakin besar
(semakin positif). Hal ini berarti bahwa logam-logam tersebut semakin mudah
mengalami reduksi dan sulit mengalami oksidasi. Oleh sebab itu, kekuatan oksidator akan
meningkat dari kiri ke kanan. Singkat kata, logam yang terletak disebelah kanan relatif terhadap
logam lainnya, akan mengalami reduksi. Sementara, logam yang terletak di sebelah kiri relatif
terhadap logam lainnya, akan mengalami oksidasi. Logam yang terletak disebelah kiri relatif
terhadap logam lainnya mampu mereduksi ion logam menjadi logam (mendesak ion dari
larutannya menjadi logam). Sebaliknya, logam yang terletak di sebelah kanan relatif terhadap
logam lainnya mampu mengoksidasi logam menjadi ion logam (melarutkan logam menjadi ion
dalam larutannya).
Sebagai contoh, kita ingin merangkai sebuah sel voltadengan menggunakan elektroda Fe
dan Ni. Berdasarkan susunan logam pada deret volta, logam Fe terletak di sebelah kiri relatif
terhadap logam Ni.
Hal ini menandakan bahwa logam Ni lebih mudah tereduksi dibandingkan logam Fe.
Akibatnya, dalam sel volta, elektroda Ni berfungsi sebagai katoda, sedangkan elektroda Fe
berfungsi sebagai anoda. Reaksi yang terjadi pada sel voltaadalah sebagai berikut :
Katoda (+) : Ni2+ + 2 e- > Ni . (1)
Anoda (-) : Fe > Fe2+ + 2 e- . (2)
Reaksi Sel : Fe + Ni2+ > Fe2+ + Ni [(1) + (2)]
Notasi Sel : Fe / Fe2+ // Ni2+ / Ni
Sesuai dengan kesepakatan, potensial sel (Esel)merupakan kombinasi
dari Ered katoda dan Ered anoda, yang ditunjukkan melalui persamaan berikut :
Esel = E katoda E anoda
Potensial reduksi standar (Ered) masing-masing elektroda dapat dilihat pada Tabel
Potensial Standar Reduksi. Dari tabel, terlihat bahwa nilai Ered Fe adalah sebesar -0,44 V.
Sementara nilai Ered Ni adalah sebesar -0,25 V. Dengan demikian, nilai Esel Fe/Ni adalah
sebagai berikut :
Esel = -0,25 (-0,44) = +0,19 V
Suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontanapabila nilai Esel positif. Reaksi tidak
dapat berlangsungspontan apabila nilai Esel negatif. Reaksi yang dapat
berlangsung spontan justru adalah reaksi kebalikannya.
Apabila larutan tidak dalam keadaan standar, maka hubungan antara potensial sel
(Esel) dengan potensial sel standar (Esel) dapat dinyatakan dalam persamaan Nerstberikut ini :
E sel = Esel (RT/nF) ln Q
Pada suhu 298 K (25C), persamaan Nerst berubah menjadi sebagai berikut :
E sel = Esel (0,0257/n) ln Q
E sel = Esel (0,0592/n) log Q
Esel = potensial sel pada keadaan tidak standar
Esel = potensial sel pada keadaan standar
R = konstanta gas ideal = 8,314 J/mol.K

T = suhu mutlak (K) [dalam hal ini, kita menggunakan temperatur kamar, 25C atau 298 K]
n = jumlah mol elektron yang terlibat dalam redoks
F = konstanta Faraday = 96500 C/F
Q = rasio konsentrasi ion produk terhadap konsentrasi ion reaktan
Selama proses reaksi redoks berlangsung, elektron akan mengalir
dari anoda menuju katoda. Akibatnya, konsentrasi ion reaktan akan berkurang, sebaliknya
konsentrasi ion produk akan bertambah. Nilai Q akan meningkat, yang menandakan bahwa
nilai Esel akan menurun. Pada saat reaksi mencapai kesetimbangan, aliran elektron akan terhenti.
Akibatnya, Esel = 0 dan Q = K (K= konstanta kesetimbangan kimia). Dengan demikian, konstanta
kesetimbangan kimia (K) dapat ditentukan melalui sel volta.
Sebagai contoh, sel konsentrasi dengan elektroda Zn, masing-masing memiliki
konsentrasi ion seng sebesar 1,0 M dan 0,1 M. Larutan yang relatif pekat akan mengalami
reduksi, sementara larutan yang lebih encer mengalami oksidasi. Potensial standar sel (Esel)
untuk sel konsentrasi adalah nol (0). Reaksi yang terjadi pada sel konsentrasi Zn adalah
sebagai berikut :
Katoda (+) : Zn2+ (1,0 M) + 2 e- > Zn .. (1)
Anoda (-) : Zn > Zn2+ (0,1 M) + 2 e-.. (2)
Reaksi Sel : Zn2+ (1,0 M) > Zn2+ (0,1 M) .. [(1) + (2)]
Notasi Sel : Zn / Zn2+ (0,1 M) // Zn2+ (1,0 M) / Zn
Potensial sel konsentrasi dapat diperoleh melalui persamaan Nerst berikut :
E sel = Esel (0,0257/2) ln ([Zn2+] encer / [Zn2+] pekat)
E sel = 0 (0,0257/2) ln [(0,1] / [1,0])
E sel = 0,0296 volt
Potensial sel konsentrasi umumnya relatif kecil dan semakin berkurang selama proses
reaksi berlangsung. Reaksi akan terus berlangsung hingga kedua wadah mencapai keadaan
konsentrasi ion sama. Apabila konsentrasi ion kedua wadah telah sama, Esel = 0 dan aliran
elektron terhenti.
Aplikasi pengetahuan sel volta dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contoh aplikasi sel voltaadalah penggunaan batu baterai. Baterai adalah sel galvani, atau

gabungan dari beberapa sel galvani , yang dapat digunakan sebagai sumber arus
listrik. Beberapa jenis baterai yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
1. The Dry Cell Battery
Dikenal dengan istilah sel Leclanche atau batu baterai kering. Pada batu baterai kering,
logam seng berfungsi sebagaianoda. Katodanya berupa batang grafit yang berada di tengah sel.
Terdapat satu lapis mangan dioksida dan karbon hitam mengelilingi batang grafit dan pasta
kental yang terbuat dari amonium klorida dan seng (II) klorida yang berfungsi sebagai elektrolit.
Potensial yang dihasilkan sekitar 1,5 volt.
Reaksi selnya adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : 2 NH4+(aq) + 2 MnO2(s) + 2 e- > Mn2O3(s) + 2 NH3(aq) + H2O(l) (1)
Anoda (-) : Zn(s) > Zn2+(aq) + 2 e- .. (2)
Reaksi Sel : 2 NH4+(aq) + 2 MnO2(s) + Zn(s) > Mn2O3(s) + 2 NH3(aq) + H2O(l) + Zn2+(aq)
.. [(1) + (2)]
Pada batu baterai kering alkalin (baterai alkalin), amonium klorida yang bersifat asam
pada sel kering diganti dengan kalium hidroksida yang bersifat basa (alkalin). Dengan bahan
kimia ini, korosi pada bungkus logam seng dapat dikurangi.
2. The Mercury Battery
Sering digunakan pada dunia kedokteran dan industri elektronik. Sel merkuri mempunyai
struktur menyerupai sel kering. Dalam baterai ini, anodanya adalah logam seng (membentuk
amalgama dengan merkuri), sementara katodanyaadalah baja (stainless steel cylinder).
Elektrolit yang digunakan dalam baterai ini adalah merkuri (II) Oksida, HgO. Potensial yang
dihasilkan sebesar 1,35 volt.
Reaksi selnya adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : HgO(s) + H2O(l) + 2 e- > Hg(l) + 2 OH-(aq) (1)
Anoda (-) : Zn(Hg) + 2 OH-(aq) > ZnO(s) + H2O(l)+ 2 e- .. (2)
Reaksi sel : Zn(Hg) + HgO(s) > ZnO(s) + Hg(l) . [(1) + (2)]
3. The Lead Storage Battery

Dikenal dengan sebutan baterai mobil atau aki/accu. Baterai penyimpan plumbum
(timbal) terdiri dari enam sel yang terhubung secara seri. Anoda pada setiap sel adalah
plumbum (Pb), sedangkan katodanya adalah plumbum dioksida (PbO 2). Elektroda
dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat (H2SO4).
Reaksi selnya pada saat pemakaian aki adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : PbO2(s) + 4 H+(aq) + SO42-(aq) + 2 e-> PbSO4(s) + 2 H2O(l) (1)
Anoda (-) : Pb(s) + SO42-(aq) > PbSO4(s) + 2 e- (2)
Reaksi sel : PbO2(s) + Pb(s) + 4 H+(aq) + 2 SO42-(aq)> 2 PbSO4(s) + 2 H2O(l) . [(1) + (2)]
Pada kondisi normal, masing-masing sel menghasilkan potensial sebesar 2 volt. Dengan
demikian, sebuah aki dapat menghasilkan potensial sebesar 12 volt. Ketika reaksi diatas terjadi,
kedua elektroda menjadi terlapisi oleh padatan plumbum (II) sulfat, PbSO 4, dan asam sulfatnya
semakin habis.
4. The Lithium-Ion Battery
Digunakan pada peralatan elektronik, seperti komputer, kamera digital, dan telepon
seluler. Baterai ini memiliki massa yang ringan sehingga bersifat portable. Potensial yang
dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar 3,4 volt. Anodanya adalah Li dalam grafit,
sementara katodanya adalah oksida logam transisi (seperti CoO2). Elektrolit yang digunakan
adalah pelarut organik dan sejumlah garam organik.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : Li+(aq) + CoO2(s) + e- > LiCoO2(s) . (1)
Anoda : Li(s) > Li+ (aq) + e- . (2)
Reaksi sel : Li(s) + CoO2(s) > LiCoO2(s) . [(1) + (2)]
5. Fuel Cell
Dikenal pula dengan istilah sel bahan bakar. Sebuahsel bahan bakar hidrogen-
oksigen yang sederhana tersusun atas dua elektroda inert dan larutan elektrolit, seperti kalium
hidroksida. Gelembung gas hidrogen dan oksigen dialirkan pada masing-masing elektroda.
Potensial yang dihasilkan adalah sebesar 1,23 volt.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : O2(g) + 2 H2O(l) +4 e- > 4 OH-(aq) ..(1)
Anoda (-) : 2 H2(g) + 4 OH-(aq) > 4 H2O(l) + 4 e- (2)
Reaksi sel : O2(g) + 2 H2(g) > 2 H2O(l). [(1) + (2)]
Korosi adalah persitiwa teroksidasinya besi membentuk karat besi (Fe 2O3.xH2O). Korosi
besi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya air, gas oksigen, dan asam. Karat besi dapat
mengurangi kekuatan besi. Oleh karena itu, korosi besi harus dicegah.
Korosi merupakan salah satu reaksi redoks yang tidak diharapkan. Reaksi yang terjadi
selama proses korosi adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- > 2 H2O(l) (1)
Anoda (-) : 2 Fe(s) > 2 Fe2+(aq) + 4 e-. (2)
Reaksi sel : 2 Fe(s) + O2(g) + 4 H+(aq) > 2 Fe2+(aq)+ 2 H2O(l) .. [(1) + (2)]
Esel = +1,67 volt
Ion Fe2+ akan teroksidasi kembali oleh sejumlah gas oksigen menghasilkan ion Fe 3+ (karat
besi). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
4 Fe2+(aq) + O2(g) + (4+2x) H2O(l) > 2 Fe2O3.xH2O(s) + 8 H+(aq)
Untuk melindung logam besi dari proses korosi, beberapa metode proteksi dapat diterapkan,
antara lain :
1. Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan cat
2. Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan minyak (gemuk)
3. Melapisi permukaan logam besi dengan oksida inert (seperti Cr2O3 atau Al2O3)
4. Proteksi Katodik (Pengorbanan Anoda)
5. Melapisi permukaan logam besi dengan logam lain yang inert terhadap korosi
Metode ini menggunakan logam-logam yang kurang reaktif dibandingkan besi (logam-
logam dengan Ered lebih besar dari besi), seperti timah dan tembaga. Pelapisan secara sempurna
logam inert pada permukaan logam besi dapat mencegah kontak besi dengan agen penyebab
korosi (air, asam, dan gas oksigen). Akan tetapi, apabila terdapat cacat atau terkelupas (tergores),
akan terjadi percepatan korosi.

Sel Elektrolisis
. Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi
redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang
dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-
hari (lihat Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang
diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan
kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel
elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut : 2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel voltaadalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti
dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun
lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan
elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai
tempat berlangsungnya reaksi.
Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan.
Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di
anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal
dengan istilah sel Downs) :
Katoda (-) : 2 Na+(l) + 2 e- > 2 Na(s).. (1)
Anoda (+) : 2 Cl-(l) Cl2(g) + 2 e- .. (2)
Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) > 2 Na(s) + Cl2(g).. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda
dan gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti
dengan larutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari
reaksi elektrolisis larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat
Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial
Standar Reduksi, air memiliki Ered yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air lebih
mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda adalah
air. Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai Ered ion Cl- dan air hampir
sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka oksidasi
ion Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi
di anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan garam
NaCl adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq).. (1)
Anoda (+) : 2 Cl-(aq) > Cl2(g) + 2 e-.. (2)
Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) > H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) . [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH-
-
(basa) di katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat
dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi
sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan
umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.
Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na 2SO4. Pada katoda, terjadi
persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai Ered, maka air yang
akan tereduksi dikatoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di anoda.
Oleh karena bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6,
maka spesi SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang
akan teroksidasi di anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 4 H2O(l) + 4 e- > 2 H2(g) + 4 OH-(aq).. (1)
Anoda (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-.. (2)
Reaksi sel : 6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-(aq) .. [(1) + (2)]
6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l). [(1) + (2)]
2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) .. [(1) + (2)]
Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah
peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga ditemukan
pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.
Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang
tidak inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi
dianoda, sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab
logam yang tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi
produk yang dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan
garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq).. (1)
Anoda (+) : Cu(s) > Cu2+(aq) + 2 e-.. (2)
Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) > Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) .. [(1) + (2)]
Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
reaksi elektrolisis :
1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda
tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di anoda

3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion aluminium,
maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam
proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis) pada
permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan
sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin disepuh
berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam penyepuh
berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi ion logam
yang sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses elektrolisis, lempeng
perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak tersebut kemudian akan
diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini relatif mudah dan tanpa
biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri perabot rumah tangga dan peralatan
dapur.
Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F).
Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday equivalen
dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan setengah mol
elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x
1023partikel. Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x 10 -19 C. Dengan
demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel elektron 1
Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)
Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Faraday = Coulomb / 96500
Coulomb = Faraday x 96500
Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus
listrik (Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb,
Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Coulomb = Ampere x Detik
Q=Ixt
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Faraday = (Ampere x Detik) / 96500
Faraday = (I x t) / 96500
Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang
dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan
koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda, kuantitas produk
elektrolisis dapat ditemukan.
Berikut ini adalah beberapa contoh soal aspek kuantitatif sel elektrolisis :
1. Pada elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert dihasilkan gas oksigen sebanyak 5,6 L
pada STP. Berapakah jumlah listrik dalam Coulomb yang dialirkan pada proses tersebut?
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : Ag+ + e- > Ag
Anoda (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-
Gas O2 terbentuk di anoda. Mol gas O2 yang terbentuk sama dengan 5,6 L / 22,4 L = mol O2

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan mol gas O2, maka jumlah
mol elektron yang terlibat adalah sebesar 4 x = 1 mol elektron.
1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 C
Jadi, jumlah listrik yang terlibat adalah sebesar 96500 C

2. Unsur Fluor dapat diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaF. Berapakah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan 15 L gas fluorin ( 1 mol gas mengandung 25 L gas) dengan arus
sebesar 10 Ampere?
Penyeleasian :
Reaksi elektrolisis lelehan NaF adalah sebagai berikut :
K (-) : Na+(l) + e- > Na(s)
A (-) : 2 F-(l) > F2(g) + 2 e-
Gas F2 terbentuk di anoda. Mol gas F2 yang terbentuk adalah sebesar 15 L / 25 L = 0,6 mol F2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan 0,6 mol gas F2, akan
melibatkan mol elektron sebanyak 2 x 0,6 = 1,2 mol elektron
1,2 mol elektron = 1,2 Faraday
Waktu yang diperlukan dapat dihitung melalui persamaan berikut :
Faraday = (Ampere x Detik) / 96500
1,2 = (10 x t) / 96500
t = 11850 detik = 3,22 jam
Jadi, diperlukan waktu selama 3,22 jam untuk menghasilkan 15 L gas fluorin
3. Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang mengandung lelehan CaCl 2 selama
1,5 jam. Berapakah jumlah produk yang dihasilkan pada masing-masing elektroda?
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis lelehan CaCl2 adalah sebagai berikut :
K (-) : Ca2+(l) + 2 e- > Ca(s)
A (+) : 2 Cl-(l) > Cl2(g) + 2 e-
Mol elektron yang terlibat dalam reaksi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Faraday = (Ampere x Detik) / 96500
Faraday = (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 mol elektron
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol Ca yang dihasilkan adalah setengah dari
mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, massa Ca yang dihasilkan adalah :
Massa Ca = mol Ca x Ar Ca
Massa Ca = x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 40 = 0,506 gram Ca

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, mol gas Cl2yang dihasilkan adalah setengah dari
mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, volume gas Cl2 (STP) yang dihasilkan adalah :
Volume gas Cl2 = mol Cl2 x 22,4 L
Volume gas Cl2 = x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 22.4 L = 0,283 L gas Cl2
Jadi, produk yang dihasilkan di katoda adalah 0,506 gram endapan Ca dan produk yang
dihasilkan di anoda adalah 0,283 L gas Cl2 (STP)
4. Dalam sebuah percobaan elektrolisis, digunakan dua sel yang dirangkaikan secara seri.
Masing-masing sel menerima arus listrik yang sama. Sel pertama berisi larutan AgNO 3,
sedangkan sel kedua berisi larutan XCl3. Jika setelah elektrolisis selesai, diperoleh 1,44 gram
logam Ag pada sel pertama dan 0,12 gram logam X pada sel kedua, tentukanlah massa molar
(Ar) logam X tersebut!
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 :
K (-) : Ag+(aq) + e- > Ag(s)
A (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-
Logam Ag yang dihasilkan sebanyak 1,44 gram; dengan demikian, mol logam Ag yang
dihasilkan sebesar 1,44 / 108 mol Ag
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol elektron yang dibutuhkan untuk
menghasilkan logam Ag sama dengan mol logam Ag (koefisien reaksinya sama)

Sehingga, mol elektron yang digunakan dalam proses elektrolisis ini adalah sebesar 1,44 /
108 mol elektron

Reaksi elektrolisis larutan XCl3 :


K (-) : X3+(aq) + 3 e- > X(s)
A (+) : 2 Cl-(l) > Cl2(g) + 2 e-

Arus yang sama dialirkan pada sel kedua, sehingga, mol elektron yang digunakan dalam
proses elektrolisis ini sama seperti sebelumya, yaitu sebesar 1,44 / 108 mol elektron
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol logam X yang dihasilkan sama dengan 1 /
3 kali mol elektron, yaitu sebesar 1 / 3 x 1,44 / 108 mol X
Massa logam X = 0,12 gram; dengan demikian, massa molar (Ar) logam X adalah
sebagai berikut:
mol = massa / Ar
Ar = massa / mol
Ar = 0,12 / (1 / 3 x 1,44 / 108) = 27
Jadi, Ar dari logam X adalah 27

Anda mungkin juga menyukai