Anda di halaman 1dari 11

Nama : Chika G N

NPM : 1406649624
Pengkajian yang dilakukan pada gangguan eliminasi fekal, laboratorium, dan uji diagnostik
I. Pengkajian pada gangguan eliminasi
Pengkajian pada gangguan eliminasi fekal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengkajian
subjektif dan objektif.
A. Pengkajian subjektif
Menurut Hopper, L & Williams, L (2006) pengkajian subjektif dapat dilakukan dengan
melakukan anamnesa dan menanyakan beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan :
Pertanyaan yang dapat ditanyakan selama pengkajian yaitu :
- Tanyakan gejala menggunakan format WHATS UP (Where it is, How it feels,
Aggravating and Alleviating factors, Timing, Severity, Useful data for associated
symptoms and preception by the patient of the problem)
- Bagaimana pola defekasi, Berapa sering defekasi, Bagaimana warna feses,
Bagaimana bagaimana konsistensinya, Apakah ada diare atau konstipasi
- Apakah ada darah di feses atau pada tisu toilet
- Apakah ada perubahan nafsu makan, mual atau muntah, kembung atau kelebihan
gas
- Apakah ada riwayat penyakit pada saluran cerna atau riwayat operasi
2. Obat-obattan
Pertanyaan yang dapat ditanyakan selama pengkajian yaitu :
- Apakah ada obat-obattan yang dikonsumsi saat ini, Bagaimana hubungan obat
tersebut pada sistem pencernaan, Apakah bekerja, Bagaimana anda
mengetahuinya
- Apakah anda baru-baru ini mengkonsumsi obat-obatttan NSAID, aspirin,
antikoagulan, atau steroid
- Apakah anda secara rutin mengkonsumsi laksatif dan makanan berserat
3. Nutrien
Pertanyaan yang dapat ditanyakan selama pengkajian yaitu :
- Seberapa sering anda mengkonsumsi antibiotik
4. Pengkajian nutrisi
Pertanyaan yang dapat ditanyakan selama pengkajian yaitu :
- Tanyakan kebiasaan diet, makanan apa saja yang dikonsumsi akhir-akhir ini
- Apakah anda memiliki riwayat alergi pada makanan
- Apakah anda memiliki ketidaksanggupan mencerna, disphagia, rasa panas dalam
perut, mual, muntah, diare, konstipasi, gas dalam perut, atau inkontinensia
defekasi
- Apakah ada perubahan nafsu makan
- Apakah ada perubahaan berat badan, bertambah atau berkurang
5. Riwayat keluarga
Pertanyaan yang dapat ditanyakan selama pengkajian yaitu :
- Apakah anda memiliki keluarga yang memiliki masalah pada pencernaan seperti
kanker
6. Pengaruh budaya
Pertanyaan yang dapat ditanyakan selama pengkajian yaitu :
- Apakah ada pertimbangan budaya, dimana ada beberapa pertimbangan untuk
mengkonsumsi makanan atau perawatan pengobatan lainnya

Menurut Potter & Perry (2013), pengkajian secara subjektif dapat dimulai dengan cara
mengulang kembali kebiasaan defekasi pasien, termasuk normal atau tidak normal.
Pengkajian tersebut dapat dikaji dari beberapa faktor yaitu :
1. Pola kebiasaan eliminasi : termasuk frekuensi dan berapa lama perhari
2. Pasien menggambarkan karakteristik feses : untuk menentukan feses normal, berair,
atau bentuknya lembut atau keras, tipe warna, dan adanya darah. Bentuk feses dan
jumlah feses setiap hari
3. Identifikasi kebiasaan rutin eliminasi, Seperti minum minuman yang hangat, makan
makanan yang spesifik atau adakah waktu tertentu untuk defekasi
4. Kaji penggunaan obat-obattan di rumah : kaji keseringan untuk memakai obat enema,
laksatif atau makanan yang bentuknya padat sebelum defekasi
5. Adanya pengalihan defekasi : jika pasien memiliki ostomi, kaji frekuensi atau
pengeluaran feses, karakteristik feses, bentuk dan keadaan stoma (warna kemerahan
dan iritasi), tipe pengumpul feses yang digunakan, dan metode untuk
mempertahankan fungsi dari stoma
6. Perubahan pada nafsu makan : termasuk perubahan pola makan dan perubahan
defekasi (kurang atau lebih)
7. Riwayat diet : mengkaji pilihan diet perhari, kebiasaan makan makanan buah, sayur,
sereal, roti, dan kebiasaan makan teratur atau tidak
8. Gambaran kebutuhan cairan sehari-hari : termasuk tipe dan jumlah cairan
9. Riwayat operasi atau penyakit pada saluran cerna : informasi ini membantu
menjelaskan gejala, potensial dari perbaikan pola eliminasi defekasi yang normal, dan
riwayat keluarga degan kanker pada saluran cerna
10. Riwayat obat-obattan : tanyakan pasien apakah sering mengkonsumsi obat-obattan
(seperti : laksatif, antasida, suplemen zat besi, dan analgesik) yang berpengaruh pada
proses defekasi atau karakteristik feses
11. Status emosional : perubahan emosi secara signifikan dapat merubah frekuensi
defekasi. Selama pengkajian observasi emosi pasien, tinggi-rendahnya nada suara,
dan kelakuan yang tampak stress secara signifikan
12. Riwayat aktivitas : tanyakan pada pasien tentang tipe aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh pasien
13. Riwayat nyeri atau ketidaknyaman : tanyakan pasien adakah riwayat nyeri pada
abdomen atau nyeri pada lubang anus. Tipe, frekuensi, dan lokasi nyeri untuk
mengidentifikasi penyebab masalah tersebut
14. Riwayat sosial : pasien memiliki perbedaan dalam penyusunan tempat tinggal.
Dimana pasien memiliki pengaruh pada kebiasaan toileting. Tanyakan pada pasien
tentang kebiasaan toileting. Tanyakan berapa jumlah kamar mandi yang dimiliki.
Berapa lama jarak untuk menuju ke kamar mandi. Jika pasien sendiri pastikan ada
yang membantu pasien untuk defekasi
15. Mobilitas dan kemampuan : tanyakan bagaimana kemampuan mereka untuk
memperoleh defekasi. Bila mobilitas pasien tidak memungkinkan, pasien
membutuhkan orang lain untuk membantu mereka defekasi
Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2012) pengkajian subjektif yang dapat dilakukan
dengan menanyakan beberapa keluhan yaitu:
1. Nyeri
Nyeri dapat menjadi gejala umum pada gangguan pencernaan. Hal-hal yang perlu
dikaji yaitu karakteristik nyeri, durasi, pola, frekuensi, lokasi, penyebaran, dan waktu
timbulnya nyeri. Faktor lainnya yang mempengaruhi nyeri seperti makanan yang
dikonsumsi, kebutuhan istirahat, dan kelainan vaskuler
2. Indigestif
Ketidaknyamanan pada bagian atas abdomen atau distress saat makan dapat disebut
sebagai indigestif. Gejala ini biasanya menunjukkan gangguan pada saluran cerna
atau distress abdomen. Distress abdomen yang dialami pasien biasanya dikarenakan
adanya kelainan gerakan peristaltik pada lambung atau gangguan pada persarafan
yang mengatur kerja peristaltik lambung atau saluran cerna lainnya. Lambung tidak
akan toleran dengan makanan yang mnegandung lemak, sayuran mentah, dan
banyaknya penyedap makanan yang menyebabkan distress pada lambung
3. Intestinal gas
Akumulasi gas pada saluran cerna dapat menyebabkan sendawa atau buang angin. Hal
ini perlu dikaji untuk mengetahui ketidakmampuan pasien untuk buang angin akibat
penyakit gallblader atau intolerasi pada makanan. Perasaan penuh dengan gas atau
sendawa juga banyak dikeluhkan oleh pasien karena menimbulkan rasa tidak nyaman
bagi pasien
4. Mual dan muntah
Perhatikan warna dan bentuk muntah. Bisa saja yang keluar adalah darah atau
beberapa partikel makanan.
5. Perubahan pada kebiasaan defekasi dan karakteristik feses.
Kaji perubahan kebiasaan defekasi seperti adakah diare atau konstipasi. Kaji
karakteristik feses sesuai riwayat kesehatan pasien seperti :
- Feses besar sekali, berminyak, berbusa, warna feses abu-abu seperti kemilau perak
- Feses berwarna abu-abu terang atau seperti tanah liat, karena tidak adanya urobilin
- Feses tampak seperti pus atau terdapat gulungan mukus
- Feses kecil, kering, massa keras seperti bati atau disebut dengan scybala, yang
terkadang keluar darah akibat trauma rectal saat feses melewati rektum
- Feses terlepas, berair, atau berdarah

B. Pengkajian objektif
Pengkajian objektif dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan head to toe
pada gangguan eliminasi fekal. Menurut Hopper, L & Willian, L (2006) pemeriksaan
head to toe dapat dilakukan sebagai berikut :

Kategori Pengkajian fisik yang ditemukan Kemungkinan temuan abnormal/


penyebab
Tinggi badan, Normal tinggi badan, berat - Penurunan berat badan,
berat badan, badan sesuai dengan IMT (index mengindikasikan
dan IMT massa tubuh) ketidakadekuatan nutrisi atau
(index massa malabsorpsi dan kehilangan berat
tubuh) badan yang cepat
mengindikasikan peyakit kanker.
Rongga mulut - Rongga mulut basah, - Bau mulut mengidentifikasikan
mukosa mulut pink, tidak infeksi atau kurangnya kebersihan
ada luka, inflamasi, lembut, mulut
dan tidak kotor - Lidah kering dengan kerutan
- Lidah berwarna pink dan mengidentifikasikan dehidrasi
kasar yang disebabkan oleh muntah
- Gigi utuh/lengkap atau diare
- Gigi tidak lengkao menyebabkan
ketidakadekuatan nutrisi
Inspeksi - Permukaan abdomen datar, - Ketidakteratutan permukaan
abdomen bulat, cembung, dan abdomen seperti menonjol atau
bentuk simetris adanya massa
- Warna kulit harus sama mengidentifikasikan distensi
dengan warna kulit tubuh, abdomen, tumor, hernia, atau
tidak tampak scar atau operasi sebelumnya. Beberapa
tidak ada perubahan warna scar, penggunaan dressing, dan
- Area sekitar anus tampak ostomi harus dicatat kemudian
normal diidentifikasi bentuk stoma pasien
- Scar menunjukkan pasien pernah
mengalami operasi atau
perlukaan. Striae muncul saat
hamil atau bertambahnya berat
badan. Bruising terjadi akibat
luka atau berubahnya fungsi liver.
Perhatikan adanya caput medusae
dan spider angiomas. Warna
jaundice untuk
mengidentifikasikan adanya
gangguan liver atau penyakit gall
bladder.
- Inspeksi daerah sekitar anus,
adakah luka, perubahan warna,
inflamasi, dan hemoroid. Catat
bila ditemukan keadaan abnormal
di sekitar anus
Auskultasi - Suara usus lemah dan - Suara hiperaktif (bising usus lebih
abdomen terdengar di semua kuadran dari 35x/menit) terjadi karena
abdomen. Normalnya bising peningkatan motilitas usus seperti
usus 5-15x/menit diare. Suara hipoaktif (bising usus
- Suara sirkulasi vaskular atau kurang dari 5x/menit) terjadi
bruit aorta tidak terdengar karena penurunan motilitas
seperti setelah operasi abdomen,
ileus paralitik, atau obstruksi
saluran cerna
- Suara deruman yang terdengar di
sekitar hati menandakan penyakit
gagal hati kronik
Perkusi - Saat diperkusi, lambung - Perkusi dilakukan untuk
abdomen akan terdengar suara sonor mendeteksi adanya cairan, udara,
sampai timphani dan massa di abdomen serta untuk
- Hepar terdengar suara pekak mengidentifikasi ukuran dan
- Usus terdengar suara pekak lokasi organ abdomen (organ liver
- Kandung kemih terdengar dan spleen)
suara sonor - Suara pekak mengidentifikasi
- Ginjal : pada CVA lokasi air dan suara gedebuk
(costovertebral angel dalam mengidentifikasi cairan
tenderness) normalnya tidak atau organ padat
akan terasa nyeri saat
diperkusi
Palpasi - Tidak teraba nyeri, tekanan - Tekanan otot dan nyeri dapat
abdomen otot, massa akan teraba saat diindikasikan adanya kelainan
dipalpasi, dan abdomen abdomen (massa abdomen)
harus teraba lembut - Pasien dengan asites atau penyakit
- Ukuran abdomen harus liver akan mengalami kenaikan
tepat untuk pasien tanpa ukuran dan peningkatan penyakit
kenaikan ke arah yang lebih buruk

II. Laboratorium
Menurut Potter & Perry (2013) pemeriksaan diagnostik dan laboratorium dapat digunakan
sebagai informasi masalah eliminasi. Berikut tabel analisis laboratorium terkait fungsi
eliminasi fekal :
Ukuran dan nilai normal tes laboratorium Interpretasi
- Total bilirubin : 0,3- 1 mg/dL - Kenaikan bilirubin mengindikasikan
- Alkaline phospate : 30-120 unit/L penyakit hepatobiliar, obstruksi pada
- Amilase : 60-120 unit/dL saluran empedu, anemia, dan reaksi
- Carcinoembrionik antigen (CEA) : transfusi
kurang dari 5 ng/ml - Kenaikan nilai alkaline phospate
mengindikasikan penyakit obstruksi
hepatobiliar, karsinoma hepatobiliar,
tumor tulang, dan proses penyembuhan
tulang
- Kenaikan amilase secara abnormal pada
pankreas seperti dalam proses inflamasi
atau tumor, kolesistis, nekrotik bowel,
dan ketoasidosis diabetik
- Kenaikan nilai CEA mengindikasikan
kanker atau proses inflamasi pada
saluran cerna atau organ hepatobiliar

Analisis laboratorium biasanya digunakan untuk mengetahui kondisi patalogi seperti


tumor, perdarahan, dan infeksi. Selain tes laboratorium, tes spesimen feses juga menentukan
penyebab masalah eliminasi fekal. Saat mengambil spesimen feses, perawat harus dapat
memastikan bahwa tempat pengambilan feses telah sesuai dan proses pengiriman ke
laboratorium tepat waktu. Gunakan tehnik aseptik saat mengambil bahan spesimen. Karena
sekitar 25% dari spesimen feses terdapat bakteri yang berasal dari kolon, yang bila tidak
menggunakan handscoon perawat dapat terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Pemeriksaan
feses biasanya menggunakan tes guaiac untuk memeriksa darah samar feses atau Fecal Occult
Blood Tes (FOBT), dengan menggunakan mikroskopik (Potter & Perry, 2013).

Menurut Potter & Perry (2013) berikut beberapa karakeristik feses yang ditemukan saat
pemeriksaan feses :
Karakteristik Normal Abnormal Penyebab abnormal
Warna Infant : kuning, - Putih atau pekat - Tidak adanya cairan
dewasa : coklat seperti tanah liat empedu
- Hitam atau melena - Ingesti zat besi atau
- Merah perdarahan daerah atas
- Pucat dengan lemak dan bawah saluran
- Berlendir polos pencernaan, hemoroid
- Berlendir darah - Malabsorpsi lemak
- Spastik konstipasi,
kolitis, terlalu banyak
tegangan
- Feses berdarah,
inflamasi, infeksi
Bau Bau tajam Noxious change Darah di feses atau infeksi
tergantung pada
tipe makanan
yang dimakan
Konsistensi Lembut - Cair - Diare, menurunnya
- Keras absorpsi
- Konstipasi
Frekuensi Bervariasi : infant - Infant : lebih dari 6
4-6 kali perhari kali perhari atau
(saat menyusui) kurang dari sekali
atau 1-3 kali setiap 1-2 hari
perhari (melalui - Dewasa : lebih dari
botol) dan dewasa 3 kali perhari atau
2-3 kali dalam kurang dari satu kali
seminggu seminggu

Jumlah 150g/hari Hipomotilitas atau


(dewasa) hipermotalitas
Bentuk Mirip dengan Kecil seperti ujung Obstruksi, peristaltik yang
diameter rektum pensil cepat
Konstituante Makanan yang Berdarah, pus, Perdarahan internal, infeksi,
(unsur belum dicerna, berlendir, kelebihan iritasi, inflamasi, swallowed
pokok) kematian bakteri, lemak objects, sindorm
lemak, pigmen malabsorpsi, enteritis,
empedu, air, penyakit pankreatik,
berlendir pembedahan saluran cerna

Menurut Black & Hawks (2009) ada beberapa studi feses lainnya yang dapat
mendeteksi kelainan malabsorpsi. Seperti lemak dalam diet yang diemulsikan oleh empedu
dan pankreas. Apabila sekresi empedu dan pankreas yang dihasilkan tidak cukup, keadaan ini
akan menyebabkan steatore (sekresi lemak berlebihan pada feses). Pemeriksaannya dengan
cara mengumpulkan feses selama 72 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung
80 hingga 100 gr lemak untuk mengonfirmasi steatore dan kemudian akan dilakukan
pengkajian berikutnya pada insufisiensi pankreas atau seriawan seliaka.
Pemeriksaan serologi seriawan seliaka merupakan pemeriksaan antibodi gliasin yaitu
Ig G dan Ig A pada klien dengan keluhan diare. Pemeriksaan ini memiliki kekurangan dalam
spesifitas untuk penyakit seliaka dan untuk tujuan skrinning, namun dapat mengkaji respon
dari diet bebas gluten. Hasil positif pada tes ini bila tes transglutaminasi yaitu enzim yang
dihasilkan fibroblas ketika usus kecil terinflamasi positif dan harus diikuti dengan biopsi usus
kecil, yang kemudian akan diperiksa kadar Human Leukocyte Antigen (HLA) untuk
mengonfirmasi diagnosis selanjutnya.
Leukosit feses dapat juga ditemukan pada kasus kolitis infeksi dan penyakit inflamasi
usus, laktoferin feses adalah glikoprotein pengikat zat besi yang disekresikan oleh sebagian
besar membran mukosa dan cukup sensitif (80%) dan sangat spesifik (100%) untuk
membedakan penyakit inflamasi usus versus irritable bowel syndrome.
Uji elektrolit feses dapat membedakan antara diare sekretorik dan osmotik. Diare
sekretorik memiliki diagnosis banding yang sangat banyakm tetapi jarang terjadi. Diare
osmotik lebih umum terjadi, sering kali encer, dan disebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat,
khususnya karbohidrat yang tidak dapat diserap atau konsumsi magnesium eksogen. Rentang
osmosis pada feses adalah perbedaan antara osmolalitas feses dan dua kali konsentrasi
sodium dan potasium feses yang normalnya berada antara 50 dan 125 mOsm/kg. Pada diare
sekretorik (peningkatan jumlah air dalam feses) rentang osmotik adalah kuranf dari 50
mOsm/kg. Pada diare osmotik (kurangnya absorbsi elektrolit atau peningkatan konsumsi zat
terlarut yang tidak dapat diserap) rentang osmotik adalah kurang dari 125 mOsm/kg.

III. Uji diagnostik


Menurut Black & Hawks (2009) pemeriksaan diagnostik menyediakan informasi mengenai
asal dan keparahan gangguan gastrointestinal bagian bawah. Umumnya digunakan
pemeriksaan laboratorium, radiografi, ultrasonografi, endoskopi, sitologi, dan berbagai
pemeriksaan lainnya.
1. Uji invasif
- Flat plat abdomen
Flat plat abdomen adalah pemeriksaan rontgen dari organ abdomen. Alat tersebut
digunakan untuk mnegidentifikasi tumor, obstruksi, iskemi usus, kalsifikasi
pankreas, penumpukan gas abnormal (yang menandakan obstruksi usus), dan
penyempitan
- Stadium barium pada gastrointestinal bawah
Barium enema diberikan untuk pemeriksaan radiografi (dengan atau tanpa
fluoroskopi) dari usus besar. Barium sulfat (teknik kontras tunggal) atau barium
sulfat dan udara (teknik kontras ganda) dimasukkan melalui dubur. Pemeriksaan
tersebut diperlukan untuk klien dengan riwayat perubahan pola defekasi , nyeri
abdomen bawah, atau feses disertai darah, mukus, atau nanah. Prosedur ini
membantu untuk mendeteksi keberadaan tumor, divertikuam stenosis, obstruksi,
inflamsi, kolitis ulseratif, dan polip.
- Computed tomography
Computed tomography (CT) digunakan untuk mengkaji divertikulitis akut dan
pembentukan abses, mendiagnosis kanker kolorektal, dan stadium tumor rektal.
CT adalah pemeriksaan alternatif dari barium enema, untuk klien yang tidak dapat
menahan barium.
- Scintigrafi
Scintigrafi digunakan untuk mendiagnosis hambatan pengosongan gaster dan juga
transit pada usus kecil dan kolon. Klien diminta menelan makanan yang diberi
radioaktif dan sebuah kamera guna maengambil gambar dari saluran
gastrointestinal pada interval 2,4,6, dan 24 jam. Scintigrafi dapat mengidentifikasi
sindrom dismotilitas ketika tidak ada obstruksi mekanik ditemukan
- Ultrasonografi
Ultrasonografi digunakan untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam
pankreas, hati, kandung empedu, limpa, dan jaringan retroperitoneal
- Manometri
Manometri rektal digunakan untuk mengukur tekanan dari sfingter internal dan
eksternal saat istirahat dan saat kontraksi, serta sensasi dan fungsi rektal pada
klien yang dicurigai dengan disfungsi pelvis atau inkontinensia fekal. Penemuan
positif menandakan terjadinya defisit neurogenik atau luka pada sfingter.
2. Uji invasif
- Endoskopi
Endoskopi adalah visualisasi secara langsung dari sistem gastrointestinal dengan
menggunakan selang yang fleksibel dan dilengkapi dengan sinar. Dokter dapat
mengobservasi secara langsung sumber perdarahan dan lesi di permukaan dan
menetukan status dari jaringan yang mulai sembuh.

- Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi adalah pemeriksaan endoskopik dari lapisan kolon sigmoid
bagian distal, rektum, dan anal kanal dengan menggunakan dua instrumen :
sebuah protoskop dan sebuah sigmoidoskop. Indikasi menggunakan alat tersebut
adalah perubahan dalam pola defekasi, nyeri abdomen bawah dan nyeri perianal,
prolaps rektal saat defekasi, pruritus anal, dan keluarnya darah, mukus, atau nanah
pada feses.
- Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah pemeriksaan secara visual dari seluruh lapisan kolon dengan
menggunakan fiberoptik endoskop yang fleksibel. Prosedur ini diindikasikan
untuk klien dengan riwayat konstipasi dan siare, perdarahan rektal yang persisten,
atau nyeri abdomen bagian bawah. Ketika hasil pemeriksaan proktosigmoidoskopi
dan barium enema adalah negatif atau tidak mencapai konklusi apapun,
kolonoskopi dapat digunakan untuk skrining klien yang memiliki risiko tinggi
menderita kanker kolon.
- Endoskopi kapsul video
Terdiri dari kapsul endoskopi yang dapat ditelan, perekam data, dan sebuah
stasiun kerja. Kapsul tersebut dapat menangkap dua gambar per detik dan
memiliki baterai yang dapat bertahan selama 8 jam. Setelah klien menelan kapsul
tersebut, gambar-gambar yang ditangkap ditransmisikan melalui komunikasi
radiofrekuensi digital menuju unit perekam data eksternal yang dipasangkan pada
pinggang klien, hal tersebut memberikan visualisasi langsung dari usus kecil
ketika terdapat suspek perdarahn gastrointestinal yang tersembunyi atau lesi, yang
tidak dapat terlihat oleh endoskopi tradisional. Setelah berpuasa selama satu
malam, klien diminta menelan kapsul video tersebut dan mengenakan unit
perekan data selama 8 jam. Pemeriksaan ini diindikasikan untuk menemukan
perdarahan gastrointestinal yang tersembunyi yang tidak dapat dijelaskan melalui
pemeriksaan standar
- Enteroskopi balon ganda
Merupakan sebuah sistem dimana sebuah endoskopi dan sebuah selang diisi balon
yang dapat dikembangkan, sehingga endoskop tersebut dapat melalui seluruh
bagian usus kecil. Teknologi ini mengizinkan visualisasi dan intervensi terapi
terhadap patologi usus kecil.

Menurut Potter & Perry (2013) Berbagai macam jenis radiologi dan tes diagnostik
digunakan untuk mengetahui kemampuan eliminasi fekal. Baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mengetahui struktur saluran cerna secara kasat mata. Berikut beberapa
jenis tes diagnostik dan radiologi yang digunakan untuk mengetahui gangguan eliminasi
fekal :
Daftar pustaka :

Potter & Perry.(2013).Fundamentals of nursing 8th ed.Canada : ELSEVIER

Smeltzer & Banner.(2012).Brunner & Suddarths textbook of medical surgical nursing 10th
ed.United of America : Lippincott-Raven publisher
Williams, L & Hopper, P.(2006).Understanding medical surgical nursing 3th ed.United
States of America : Davis Company

Black & Hawks.(2009).Medical surgical nursing : clinical management for positive


outcomes 8th ed. Book 2. USA : Elsievier Inc

Anda mungkin juga menyukai