Anda di halaman 1dari 48

Mata Kuliah Mikrobiologi & Parasitologi

Oleh
Anggita Manongga
Destine Lumepaa
Diana Pasuhuk
Eka Yuli Ardyanningsih
Herlisa Katiandagho
Indri A. Kaporoh
Indri Mandagi
Janet J. Sundalangi
Kurnia Yunus
Mercy Cornelis
Melani Lahope
Nila Sari
Nurhayati Arbie
Olpin Tumole
Sasmita Lambaihang
Serafim Makienggung

Dosen Pengampu
Elvi R. Rindengan, S.Si, Apt
NIP : 197806091997032001
Poltekkes Kemenkes Manado

1
Kata Pengantar

Puji sukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporam ini dengan
baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh dosen mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi, selain itu
dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi para pembaca .Dalam laporan
ini, kami membahas tentang Mikrobiologi air, udara dan idustri yang
mencakup tentang pengaruhnya di dalam kehidupan sehari-hari.

Mikrobiologi berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir,


untuk itu kami berusaha menyesuaikan isi laporan ini dengan perkembangan
yang mutakhir.

Tak lupa kamu ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Demikianlah laporan ini
disusun , semoga laporan ini dapat memberikan informasi dan dapat
bermanfaat bagi kita semua .

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak


kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Kami berharap semoga laporan ini berguna
bagi para pembaca khususnya mahasiwa POLTEKKES jurusan farmasi.

Penulis

Kelompok 2

2
Pendahuluan
Mikroorganisme adalah jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut
sebagai mikroba atau mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut
sebagai mikroba bukan hanya
karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa,
tetapi juga
pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad
tingkat
tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1
mm. Ukuran
mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron, 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel
mikroba
umumnya hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop,
walaupun
demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa
alat
pembesar.

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah


salah
satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika,
dan
biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia.
Mikroorganis memerupakan komponen penting pada bidang
kedokteran/kesehatan. Oleh karena itu mutlak setiap insan yang
berkecimpung dalam dunia kedokteran/kesehatan untuk mempelajari dan
mengetahui mikrobiologi yaitu cabang ilmu yang membahas
seluk-beluk jasad renik atau mikroorganisme.

3
Daftar Isi
I. Pembukaan
Kata
Pengantar.................................................................................................
1
Pendahuluan............................................................................................
.........2
Daftar
Isi.............................................................................................................
.3
Tata
tertib........................................................................................................
...4

II. Isi
Pengenalan
Alat...............................................................................................6
Media Pertumbuhan
Mikroba...................................................................9
Sterilisasi..................................................................................................
........11
Laporan Praktikum
I...................................................................................14
Laporan Praktikum
II.................................................................................18
Klasifikasi Staphylococcus dan E.Coli..................................................23
Klasifikasi
Salmonella.................................................................................27
Pewarnaan
Gram..........................................................................................31
Uji
Efektivitas................................................................................................

4
.36

III. Penutup
Kesimpulan..............................................................................................
........41
Daftar
Pustaka................................................................................................42

TATA TERTIB
Laboratorium Mikrobiologi

1. Setiap praktikum harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai,


menggunakan jas praktikum yang bersih, serta menyiapkan buku
praktikum.

2. Letakkan tas dan benda-benda lain milik anda yang tidak diperlukan pada
tempat yang disediakan dan jangan sekali-kali meletakkannya di atas
meja laboratorium.

3. Setiap praktikum harus memepelajari teori praktikum yang akan


dilakukan sebelum praktek berlangsung.

4. Sekalah baik-baik meja laboratorium anda dengan desinfektan sebelum


dan sesudah kegiatan laboratorium.

5
5. Cucilah tangan anda baik-baik dengan air dan sabun sebelum dan
sesudah kegiatan untuk pergi ke kamar kecil.

6. Jangan merokok, makan, minum di laboratorium.

7. Jauhkan tangan anda dari mulut, hidung, mata, dan telinga selama anda
bekerja di laboratorium.

8. Perlakukan semua mikroorganisme yang anda tangani sebagai pathogen


atau mampu menimbulkan penyakit. Kebanyakan bahan yang disediakan
di laboratorium tidak berbahaya, tetapi beberapa diantaranya berbahaya.

9. Anda tidak diperkenankan membawa keluar biakan mikroorganisme


apapun dari ruangan laboratorium.

10. Usahakan supaya mikroorganisme yang anda tangani tidak tercecer


dan tidak tercampur dengan mikroorganisme lain.

11. Bila biakan yang sedang anda pindahkan tercecer ke lantai atau di
meja praktikum, tuangkan desinfektan ke atasnya, seka dengan kertas
tissue atau kapas dan buang di tempat yang disediakan untuk bahan-
bahan bukan kaca yang terkontaminasi.

12. Bila anda memecahkan tabung berisi mikroorganisme, tuangkan


desinfektan keatasnya, sapukan dan buang di tempat yang telah
disediakan untuk pecahan kaca atau tuangkan spipritus dan kemudian
dibakar.

13. Bila anda terkontaminasi atau terluka, hubungi pengawas anda

14. Buanglah sampah-sampah yang tidak terkontaminasi ditempat yang


disediakan.

15. Lup inokulasi dan jarum inokulasi harus disterilkan dengan cara
memijarkan seluruh panjang kawatnya sebelum dan sesudah
penggunaan. Percikan biakan dapat dihindarkan dengan cara memulai
pemanasan di dalam kerucut api sebelah dalam yang berwarna lebih biru.

16. Bila pipet yang sama perlu digunakan lebih dari satu kali, jangan
meletakkannya langsung diatas meja diantara penggunaan, tetapi
letakkan pada penyangga pipet yang disediakan.

6
17. Api pada pembakar Bunsen atau lampu spiritus harus dikecilkan atau
dimatikan pada waktu tidak digunakan.

18. Biakan yang tidak diperlukan lagi serta bahan-bahan bekas pakai yang
mempunyai potensi bahaya harus diletakkan dalam tempatnya masing-
masing yang disediakan:

Cawan petri. Labu dan tabung reaksi diletakkan di tempat yang


disediakan
Pipet harus diletakkan dalam ember atau wadah berisi desinfektan
Kaca objek dan tutup harus diletakkan dalam tempat-tempat khusus
yang telah diber desinfektan. Bakteri yang ada pada kaca objek
belum tentu mati semuanya sekalipun telah di fiksasi dengan
panas, jadi berhati-hatilah menanganinya.
Jangan sekali-kali membuang di tempat cuci

19. Kurangi bercakap-cakap selama praktikum agar tidak merugikan


pekerjaan sendiri ata rekan lain.

20. Setiap pengerjaan praktikum dan pengamatan harus dicatat dengan


cermat.

21. Semua praktikan bertanggung jawab atas kebersihan dan keamanan


ruangan praktikum serta alat-alat yang digunakan.

22. Setiap praktikan diwajibkan untuk membersihkan mikroskop dan


mengembalikannya ke tempat yang semula setelah praktikum selesai
selain itu praktikan harus atau diharuskan untuk membersihkan meja
kerja, memeriksa nyala api, listrik dipadamkan, menutup kran air dan gas,
mencuci tangan dengan desinfektan atau Lysol, kemudian melapor ke
pengawas.

23. Setiap praktikan tidak di benarkan melakukan percobaan lair diluar


acara praktikum.

24. Cuilah jas laboratorium anda sehingga bersih pada waktu anda dating
kembali ke laboratorium pada waktu berikutnya.

A.Pengenalan Alat
1. MIKROSKOP

7
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat atu mengenali benda-
benda renik yang terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya

BAGIAN-BAGIAN MIKROSKOP

1. Lensa okuler
Lensa yang dekat dengan mata pengamat.pengamat lensa
inibberfungsiuntuk membentuk bayangan meja, tegak, dan diperbesar
dari lensa objektif
2. Lensa objektif
Lensa ini berada dekat padaobjek yang dimati, lensa ini membentuk
bayangan nyata, terbalik, diperbesar. Dimanalensa ini diatur oleh
revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.
3. Tabung mikroskop
Tabung ini berfungsi untuk mengatur focus dan menghubungkan lensa
objektif dengan lensa okuler.
4. Makrometer (pemutar kasar)
Makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikoskop secara
tepat
5. Mikrometer (Pemutar halus)
Pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop
secaralambat, dan bentuknya lebih kecil daripadamakrometer.
6. Revolver
Mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya.
7. Reflektor
Terdiri dari 2 jenis cermin, yaitu cermin datardan cermin cekung.
Reflector berfungsi untuk memantulkan cahaya ddari cermin ke meja
objek melalui ubang yang terdapat di mea objek dan menuju mata

8
pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang dibutuhkan
terpenuhi. Sedangkan jika kerang cahaya maka menggunakan cermin
cekung karena berfungsi mengumpulkan cahaya.
8. Diafragma
Berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk
9. Kondensor
Berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk. Alat ini dapat
diputar dan dinaik-turunkan.
10. Meja mikroskop
Sebagai tempat meletakkan objek yang dimati.
11. Penjepit kaca
Berfungsi sebagai tempat untuk menjepit kaca yang melapisi objek
agar tidak mudah bergeser
12. Lengan mikroskop
Berfungsi sebagai pegangan mikroskop.
13. Kaki mikroskop
Berfungsi menyangga / menopang mikroskop.
14. Sendi inklinasi (pengatur sudut)
Berfungsi mengatur sudut/ tegaknya mikroskop.

2. AUTOCLAVE

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagaimacam


alatdan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap
air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15psi atau sekitar 2 atm dan
dengan suhu 121C (250F). jadi tekanan yang bekerja ke seluruh
permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi ( 15Psi = 15 pounds per
square inch ).

9
Medium yang akan bergantung pada banyak sediktnya barng yang
agak kecil daripada dikumpul dalam satu botol yang besar. Setelah
pintu autoclave ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap dibuka dan
temperature akan terusmenerus naik sampai 121C.

BAGIAN-BAGIAN AUTOCLAVE
1. Tombol pengatur waktu mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. Pengukur tekanan
4. Klep pengaman
5. Tombol on-of
6. Thermometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades
9. Sekrup pengaman
10. Batas penambahan air

3. INKUBATOR

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi/ memeram mikroba pada suhu


yang terontrol (umumnya diatas suhu ambient). Alat ini dilengkapi dengan
pengatur suhu dan pengatur waktu.semakin kecil ukuran incubator maka
semakin rentan pula perubahan suhunya saat pintu incubator dibuka. Perlu
dipertimbangkan pula keseragaman suhu yang ada didalam dengan
memperhatikan pada penempatan elemen panas atau terhadap kipas
penyebar suhu. Pintu kaca yang terdapat pada beberapa model dibiarkan
tertutup saat melihat biarkan secara sekilas supaya tidak terjadi penuruna
suhu. Tipe lain incubator berdasarkan kegunaannya secara khusus adalah :

Shaker incubator : incubator yang dilengkapi dengan pengocok untuk


aerasi biakan

10
Cooded incubator : incubator untuk suhu inkubasi dibawah suhu
ambeient.
Co2 incubator : incubator yang mampu menyediakan keadaan kaya
co2.
Automatic temperature change incubator : incubator yang dilengkapi
dengan pengatur perubahan suhu automatis sehingga tidak perlu
memindahkan kultur ke incubator lain saat membuthkan perubahan
suhu secara tetap.
Portable incubator : indicator jinjing atau mudah dibawa yang
umumnya diaplikasikan untuk mikrobiologilingkungan.

Incubator room : suatu ruang yang diubah menjadi incubator sesuai


dengan keperluan dan syarat mikrobiologinya.
Bagian-bagia incubator :

1. Tombol panel : berfungsi mengatur suhu yang diperlukan


2. Pintu incubator
3. Rak incubator : berfungsi sebagai tempat meletakkan bahan
Kalibrasi incubator

Catat suhu incubator setiap hari sebelum bekerja


Bila penyimpanan suhu melebihi 2, maka pengaturan suhu
disetel kembali
Bagian dalam incubator dan rak dibersihkan secara teratur dan
desinfektan.

B. Media Pertumbuhan Bakteri

A. Definisi Media
Media adalah suatu substrat yang diperlukan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakan mikroba.

Syarat media :

1. Mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan


dan pengembangbiakan mikroba

2. Mempunyai tekanan osmotik, tegangan permukaan dan pH yang


sesuai dengan kebutuhan mikroba

11
3. Steril, sebelum ditanami mikroba tidak ditumbuhi oleh mikroba lain
yang tidak diharapkan.

B. Jenis Media
a. Berdasarkan Bentuknya
Dengan ada tidaknya bahan tambahan berupa zat pemadat seperti agar-
agar atau gelatin, dikenal 3 bentuk media yaitu :

1. Media padat, media yang ditambahi tepung agar-agar sebanyak 12-


15%. Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan bakteri atau
kapang.

2. Media semi padat atau semi cair, media yang ditambahi tepung agar-
agarsebanyak 50% atau kurang dari yang seharusnya. Umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air
dan hidup anerobik atau fakultatif.

3. Media cair, media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya


digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.

b. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisi media di bagi atas :

1. Media alami, yaitu media yang disusun dari bahan-bahan alami seperti
kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur dsb.

2. Media semi sintesis, yaitu media yang disusun dari bahan-bahan alami
dan bahan-bahan sisntesis.contoh : Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton
10,0 gramEkstrak daging 10,0 gramNaCl 5,0 gramAquadest 1000 ml

3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia.

Contoh media untuk pertumbuhan bakteri Clostridium disusun dari :

K2HPO4 0,5 gram

KH2PO4 0,5 gram

MgSO4.7H2O 0,1 gram

NaCl 0,1 gram

FeSO4.7H2O 0,01 gram

MnSO4.7H2O 0,01 gram

12
CaCO3 Seangin

c. Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan pengaruh zat yang ditambahkan kedalamnya maka media
dapat dibedakan menjadi :
1. Media umum (general medium) merupakan media yang
dipergunakan untuk pertumbuhan satu atau lebih kelompok mikroba,
misalnya kaldu nutrisi untuk bakteri, agar kentang dekstrosa untuk
jamur dan sebagainya.

2. Media perkayaan(enrichment medium). Media yang umumnya


mengandung bahan-bahan tertentu untuk memberikan kesempatan
tumbuh lebih cepat didalam bahan. Contoh : kaldu selenit, atau kaldu
tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja.

3. Media selektif. Media yang digunakan untuk menunjang


pertumbuhan mikroba tertentu, sementara pertumbuhan mikroba yang
lainnya terhambat. Misalkan Mc Conkey agar dan Eosin Methylen Blue
Agar (EMB) mengandung zat warna mengahambat bakteri gram positif
tetapi bakteri negatifnya tetap dapat tumbuh.

4. Media diferensial. Media yang digunakan untuk pertumbuhan


mikroba tertentu serta sifat-sifatnya mengandung indicator untuk
memebedakan mikroba berdasarkan penampilan pada media tersebut.

5. Media penguji. Media yang digunakan untuk menguji senyawa


tertentu dengan bantuan mikroba.

6. Media identifikasi. Media yang digunakan untuk mempelajari atau


membuktikan satu atau lebih fungsi metabolic khas dari mikroba yang
diperlukan untuk diidentifikasi. Contoh Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
untuk identifikasi enterobakter.

7. Media perhitungan. Media yang digunakan untuk menghitung jumlah


mikroba pada suatu bahan.

Contoh Perhitungan Media


Perhitungan Media Agar SS (Salmonela-Shigella Agar)
Perbandingan :
60 gr/1 liter = 60gr/1000 ml
Pembuatan media umum

13
2 x 15 cawan petri x 7,5 ml = 225ml + 10%= 247,5 ml
250 ml
60 gr=15 gr
Untuk 1liter 60gr, untuk 250ml 1000 ml

C. Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis
organism hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi,
bakteri, mycoplasma,virus) yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.
Proses ini melibatkan aplikasi biocidal_agent atau proses fisik dengan tujuan
untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Sterilisasi di desain untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan
tipe mikroorganismenya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein, atau
membrane mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut
sterilant.

Istilah lain yang umum dikenal adalah disinfeksi,yang merupakan


proses pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit. Agen disinfeksi adalah desinfektan, yang biasanya
merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk objek-objek tak hidup.
Desinfeksi tidak menjamin objek menjadi steril karena spora viable dan
beberapa mikroorganisme tetap dapat tersisa.

Sanitasi berhubungan erat dengan desinfeksi. Pada proses sanitasi,


populasi mikroorganisme direduksi sampai mencapai level atau tingkatan
yang dianggap aman oleh standar kesehatan masyarakat. Agen sanitasi di
sebut sanitizer. Contoh sanitizer yang umum digunakan adalh sanitizer
untuk membersikan peralatan makanan restoran.

Antiseptis merupakan proses pencegahan infeksi dengan cara


inaktivasi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimia. Agen
antiseptis disebut antiseptik. Proses ini tidak merusak jaringan inang dan
tidak setoksik desinfektan. Subtansi yang dapat membunuh mikroorganisme
umumnya memiliki nama dengan akhiran sida (cide). Contohnya adalah
germisida (germicide) yang membunuh banyak pathogen tetapi tidak
berefek pada endospora bakteri; bakterisida; fungisida; algasida; virusida.
Sedangkan subtansi yang tidak bersifat membunuh mikroorganisme dan
hanya berfungsi untuk menghambat pertumbuhan umumnya memiliki nama
akhiran statik (static). Cotohnya adalah fungistatik dan bakteriostatik.

Mikroorganisme memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap


metode sterilisasi tertentu. Endospora bakteri resisten terhadap panas,
iradiasi, dan detergen; virus tanpa envelop resisten terhadap pelarut organic
14
dan detergen; mycoplasma dan virus tidak dapat dihilangkan dengan filter
steril yang memiliki ukuran pori 0,2 nanometer.Efesiensi metode sterilisasi
dan efektivitas agen antimikroba di pengaruhi oleh hal-hal berikut ini.

Ukuran populasi
Populasi mikroorganisme yang besar memerlukan waktu lebih
lama sampai tercapainya kematian dibandingkan populasi yang
kecil.
Komposisi populasi
Bentuk endospora bakteri lebih resisten dibandingkan bentuk
vegetatifnya.
Konsentrasi/ intensitas agen antimikroba
Makin tinggi konsentrasi agen, makin banyak mikroorganisme
yang dapat dimatikan. Pada titik tertentu, peningkatan
konsentrasi tidak meningkatkan kecepatan pembunuhan.
Beberapa agen antimikroba justru lebih efektif pada konsentrasi
lebih rendah. Contohnya: etenol 70% lebih efektif dibandingkan
etanol 95%.
Lama paparn
Semakin lama populasi mikroorganisme terpapar agen
antimikroba, semakin banyak mikroorganisme yang mati.
Temperature
Peningkatan temperatur dapat meningkatkan aktivitas agen
antimikroba
Linkungan sekitar
Kondisi lingkungan sekitar dapat menghalangi ataupun
mempercepat destruksi. Untuk dapat memetikan
mikroorganisme terdapat dalam bahan protein seperti nanah,
jaringan, atau eksudat jaringan.

Jenis-jenis sterilisasi :
a. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengtan bahan kimia
tidak akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara
membunuh mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Panas kering
membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh
panas kering tidak sebaik panas basah. Pemanasan basah dapat memakai
otoklaf, tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf adalah alat serupa tangki
minyak yang dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi merupakan metode
dengan mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Pasteurisasi
adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah
mikrooranisme tanpa merusak fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat
memakai oven dan pembakaran. Selain itu dapat dilakukan penyinaran
dengan sinar gelombang pendek.

b. Sterilisasi secara kimia

15
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik
terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek
yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat
iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat
dipakai untuk sterilisasi antara lain halogen (senyawa klorin, yodium),
alkohol, fenol, hidrogen peroksida, zat warna ungu kristal, derivat akridin,
rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO, uap formaldehid
ataupun beta-propilakton
c. Sterilisasi secara mekanik.
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan. Penyaringan
dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring

Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:


1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin
sterilisasinya, namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja,
misalnya: benda-benda dari logam (instrument), benda-benda dari kaca,
benda-benda dari porselen.
Caranya yaitu:
1. Siapkan bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand spritus,
korek api.
2. Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom
tersebut. Selanjutnya dinyalakan dengan api.
3. Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b. Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini
memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi
pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu
benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.
Caranya yaitu:
1. Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
2. Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
3. Berilah indikator pada setiap set
4. Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai aluminium foil.
5. Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
6. Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah.
Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:
a) Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 C, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan
tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif
membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol
5%.
Caranya yaitu:

16
1. Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau
kotoran lain.
2. Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3. Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope Rusia).
5. Seluruh permukaan harus terendam.
b) Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan
dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan,
agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan.waktu
sterilisasi 30 menit.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta
didesinfeksi.
2. Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam
dandang
c) Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum
digunakan dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut
autoclave.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan
didesinfeksi
2. Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
3. Kemudian dibungkus kain/kertas.
4. Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.
3. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan
kering. Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan
pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh
zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi
udara dan biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.Misalnya: di kamar
operasi, kamar isolasi, dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat dilakukan
dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan.
Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah
untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-
obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam
perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis
filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman.
Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.

17
D. Praktikum I
Judul Praktikum : Pembuatan Media dan Proses Sterilisasi
Hari / Tanggal : Rabu / 10 September 2013
Metode : Pembuatan Media (Nutrient Agar) dan (Lactose Broth)
dan Proses
Sterilisasi
Tujuan : Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Media dan Proses
Sterilisasinya
dengan menggunakan Autoklaf

Pembuatan Media Nutrient Agar


1. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pembuatan media Nutrient
Agar,. Pertama-tama harus ditimbang terlebih dahulu.Berdasarkan
cara kerja Nutrient Agar yakni harus mensuspensikan 20g Nutrient
Agar dalam 1 liter air demineral (aquades),namun karna yg akan
dibuat dalam 380ml air deminera,maka kita harus menimbang 7,6g
N.A ditambah dengan berat kertas perkamen 0,3 menjadi
7,9g,ditimbang di Neraca Analitik / timbangan analitik.

2. Apabila N.A telah ditimbang sebanyak 7,6g,selanjutnya masukan


380ml aquades yg di ukur menggunakan gelas ukur kedalam
erlenmeyer yg teleh berisi 7,6g N.A Kemudian aduk menggunakan
batang pengaduk sehingga menjadi homogen atau N.A menjadi larut.

3. Didihkan N.A di atas hot plate stirer sambil diaduk terus-menerus,


sampai media N.A menjadi jernih.

4. Apabila N.A telah didihkan dan menjadi jernih, N.A diangkat dari hot
plate kemudian erlenmeyer yang telah berisi N.A jernih segera
disumbat dengan kapas dan kemudian dibungkus dengan kertas kaf
dan diikat dengan benang katun.

5. Lakukan sterilisasi dalam autoklaf.

6. Apabila telah steril, panaskan kembali erlenmeyer N.A jernih di atas


hot plate stirer, kemudian tunag N.A jernih dalam erlenmeyer ke dalam
cawan petri sampai merata (bagian bawah badan cawan terlapisi oleh
N.A secara menyeluruh). Erlenmeyer dipegang dengan kedua tangan
sedemikian rupa agar dapat tertuang ke dalam petri, bagian luar
erlenmeyer dilapisi dengan lap halus untuk mengurangi atau
melindungi panas dari erlenmeyer (dinding erlenmeyer) terhadap
tangan.

7. Pada saat menuang N.A jernih, tiap sekali tuang mulut erlenmeyer
dipanaskan pada pembakar spiritus (cara sterilisasi).

18
8. Setelah dituang, cawan petri yang berisi N.A jernih dimasukkan ke
dalam kulkas atau lemari pendingin agar menjadi padat

Cara Sterilisasi N.A dan L.B Menggunakan Autoklaf


1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam
autoklaf, jika air kurang dari batas yang ditentukan maka dapat
ditambahkan air sampai batas tersebut.

2. Masukkan keranjang autoklaf yang telah berisi bungkusan N.A dan


L.B (dalam erlenmeyer dan tabung reaksi)

3. Tutup autoklaf dengan penutup autoklaf, tutup dengan rapat lalu


kencangkan dengan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar
dari bibir autoklaf, untuk mengencangkan klep pengaman dilakukan
secara berpasangan atau arah klep pengaman yang sama.

4. Tutup katup pengeluaran uap.

5. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit


pada suhu
121C

6. Saat autoklaf telah dinyalakan lampu on-of akan menyala,


apabila proses sterilisasi sedang berlangsung maka lampu
sterilization menyala. Sedangkan ketika terjadi alarm peringatan
cpntohnya batas air maka lampu lac of water akan menyala.

7. Perhitungan waktu 15 menit dimulai sejak tekanan dalam autoklaf


telah mencapai 2 atm.

8. Jika alarm tanda proses sterilisasi telah selesai berbunyi, maka


tunggu sampai tekanan dalam autoklaf turun hingga sama dengan
tekanan udara di lingkungan (jarum pada pressure telah menunjuk
angka 0).

9. Buka klep-klep pengaman dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-


hati

Nutrient Agar
A. Perhitungan bahan

2 x 23 x 7,5 ml = 345 ml + 10 % = 380 ml


Jadi, 380 ml/1000 ml x 20 g = 7,6 g

19
B. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang N.A sebanyak 7,6 g menggunakan timbangan digital

3. Larutkan N.A dengan aquades sebanyak 380 ml dalam labu


erlenmeyer

4. Didihkan diatas hot plate sambil diaduk dengan batang


pengaduk, sampai jernih

5. Kemudian setelah mendidih, N,A dibungkus dengan kertas kaf


dan diikat
dengan benang katun
6. Panaskan kembali diatas hot plate

7. Tuang ke dalam cawan petri

8. Dinginkan didalam lemari pendingin atau kulkas

Lactose Broth
A. Perhitungan bahan

3 x 23 x 5 ml = 345 ml + 10% = 380 ml


Jadi, 380 ml /1000 ml x 13 g = 4,94 g

B. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang L.B sebayank 4,94 g menggunakan timbangan digital

3. Larutkan L.B dengan aquades sebanyak 380 ml dalam labu erlenmeyer

4. L.B yang ada dalam erlenmeyer dituang ke dalam gelas bekker sedikit
demi sedikit yang bertujuan untuk memudahkan menuang L.B ke
dalam tabung reaksi

5. L.B yang ada dalam gelas bekker dituang ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 ml tiap tabung (5 ml diukur dengan satu sampel tabung
reaksi)

6. Tabung yang telah dimasukkan L.B tutup kembali dengan kapas mulut
tabung yang sebelumnya harus dibuka untuk memasukkan L.B dan
letakkan tabung dalam gelas bekker

Langkah Pengambilan Mikroba dalam Cawan Petri

20
1. Pijarkan jarum inokulasi diatas lampu bunsen

2. Panaskan juga cawan petri (pinggiran) yang berisi mikroba, buka


tutup cawan petri dengan tangan kiri

3. Ambil mikroba dengan jarum inokulasi dengan cara memasukkan


inokulasi ke dalam cawan petri tanpa merusak media, tutup kembali
cawan petri dan panaskan lagi

4. Masukkan mikroba ke dalam tabung reaksi yang berisi media lactose


broth tanpa meyentuh dinding bagian dalam tabung reaksi,
sebelmnya panaskan dahulu mulut tabung reaksi di atas lampu
bunsen, lalu masukkan mikroba, dan panaskan kembali mulut
tabung reaksi dan sumbat dengan kapas, letakkan dalam rak tabung

5. Jarum inokilasi kembali dipijarkan


6. Tabung reaksi yang berisi mikroba simpan dalam inkubator

7. Lakukan pengamatan terhadap mikroba selama 3 x 24 jam

E.Praktikum II
JUDUL : Inokulasi Bakteri Pada Media Cair dan Media Padat

Hari/tanggal : Rabu/ 25 september 2013

Metode : Pembenihan Bakteri

Inokulasi adalah salah satu cara peremajaan secara aseptik ke dalam


media steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula adalah
bahan yang mengandung mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.

Tujuan inokulasi adalah untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan,


dan menyimpan mikroba. Nutrisi dan lingkungan yang menunjang
pertumbuhan mikroorganisme serta suatu teknik kerja aseptis yang dapat
mencegah adanya kontaminan dalam biakan diperlukan untuk mendapatkan
kultur yang murni. Untuk meningkatkan keberhasilan inokulasi mikroba
diperlukan beberapa media yaitu media tumbuh, peralatan dan metode
inokulasi.

Alat dan Bahan

o Alat yang digunakan :

21
lampu spiritus/ bunsen
Kawat ose
Tabung reaksi
Inkubator
Cawan petri
Rak tabung reaksi
Kapas
Label
Korek api
Masker
o Bahan yang digunakan :
Bakteri Escherichia coli
Bakteri Staphylococcus Aureus
Media cair (lactose broth)
Media padat (nutrient agar)
Alkohol

Cara kerja pengambilan mikroba dalam cawan petri ke tabung reaksi


(media cair) :

o Cucilah tangan dan spray dengan alkohol sebelum memulai


inokulasi, gunakan masker
o Nyalakan lampu spiritus , siapkan jarum ose, siapkan cawan petri
yang berisi biakan murni Staphylococcus Aureus dan tabung reaksi
yang berisi media cair (lactose broth), yang telah diberikan /tempel
label SA yaitu Staphylococcus Aureus.
o Pijarkan jarum ose pada api lampu spiritus /bunsen sampai seluruh
kawatnya pijar
o Ambil cawan petri yang berisi biakan / bakteri Staphylococcus
Aureus, panaskan pinggiran cawan petri dalam keadaan masih
tertutup
o Buka tutup cawan petri dengan tangan kiri, gores ose pada
permukaan media yang terdapat bakteri dengan perlahan, jangan
sampai merusak media, tutup kembali cawan petri,letakkan cawan
petri keposisi awal
o Ambil tabung reaksi yan g berisi medium LB, buka sumbatan kapas
dengan jari kelingking , dan kapas jangan sampai terjatuh dari jari
kelingking. Panaskan mulut tabung reaksi pada lampu spiritus
dengan cara memutar tabung reaksi, setelah itu masukkan ose

22
kedalam tabung reaksi, tanpa menyentuh dinding bagian dalam
tabung.
o Kemudian ose dimasukkan sampai kedalam tabung.
o Angkat ose, panaskan kembali mulut tabung reaksi,sumbat dengan
kapas, setelah itu letakkan kedalam rak tabung reaksi. Pijarkan
kembali ose secara menyeluruh (kawat).
o Letakkan ose pada posisi awal
o Masukkan tabung reaksi yang telah berisi bakteri
o akukan pengamatan selama 2 x 24 jam
o Cucilah tangan kembali dan spray dengan alkohol

Cara kerja menggores pada cawan petri (media padat) :

o Cucilah tangan dan spray dengan alkohol sebelum memulai


inokulasi
o Nyalakan lampu spritus, siapkan jarum ose, dan siapkan tabung
reaksi yang telah berisi biakan murni E.Coli dan cawan petri yang
berisi media padat ( Nutrient agar)
o Pijarkan kawat jarum ose secara menyeluruh
o Ambil tabung reaksi yang berisi biakan murni bakteri E.Coli,
panaskan terlebih dahulu mulut tabung reaksi sebelum dibuka
dengan cara memutar pada lampu spiritus.
o Buka sumbat kapas tabung reaksi dengan jari kelingking, kapas
jangan sampai terlepas, masukkan ose tanpa menyentuh dinding
bagian dalam tabung reaksi sampai kedasar tabung reaksi,
gerakkan secara perlahan ujung ose, angkat ose keluar tanpa
menyentuh bagian dinding, tutup kembali sumbatan kapas,
letakkan tabung ke posisi awal.
o Ambil cawan petri yang berisi media padat (nutrient agar),
panaskan pinggiran cawan petri sebelum dibuka dengan cara
memutar pada lampu spiritus, buka tutup cawan petri sebelum
dibuka dengan cara memutar pada lampu spiritus, buka tutup
cawan petri dengan tangan kiri.
o Masukkan jarum ose yang sudah terdapat bakteri E.Coli kemudian
gores bakteri pada media padat secara zig zag, keluarkan ose,tutup
kembali cawan petri dengan rapat, panaskan kembali sisi cawan
petri.
o Pijarkan kawat jarum ose secara menyeluruh
o Bungkus kembali cawan petri yang telah berisi bakteri
o Masukkan kedalam inkubator

23
o Setelah melakukan inokulasi cucilah tangan dan spray dengan
alkohol
o Lakukan pengamatan

Hasil Pengamatan dalam cawan petri

Hari ke Escherichia Coli


1 +
2 +

Hari Pertama

24
Hari Kedua

25
Hasil pengamatan dlam tabung reaksi

Hari Staphylococcus Aureus


1 _
2 +

Hari Pertama Hari Kedua

Ket : Jernih Ket : Keruh

Kesimpilan
A. Dalam cawan petri
1. Dari data yang di dapat, siejak diadakan penggoresan bakteri
dalam cawan petri sampai hari ke- 2, jumlah bakteri yang
dibiarkan semakin bertambah
2. Dapat disimpulkan bahwa penggoresan bakteri pada cawan petri
berhasil, ditandai dengan adanya koloni-koloni bakteri yang
tumbuh pada goresan yang dilakukan walaupun terdapat
kesalahan dalam tekhnik penggoresan pada beberapa cawan
petri
B. Dalam tabung reaksi
1. Dari data yang di dapat, bahwa hari pertama bakteri SA belum
muncul di tandai dengan tidak terjadinya perubahan warna
2. Pada hari ke-2 muncul endapan berwarna putih , walaupun
perubahan warna belum sepenuhnya terjadi

26
F. Klasifikasi Bakteri
A. Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus

Kingdom : Eubacteria
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak


bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. Berbentuk kokus
dan tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda
tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media
agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna
kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari
berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen
dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-
asetilglukosamin.

Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif


yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim
koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus
aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah
merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin

27
alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin
dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan
makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin
menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin
merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena
luka bakar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o 37o
C dengan suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini
dapat tumbuh pada pH 4,0 9,8 dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan
pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai
komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam
nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya
thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.
Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin,
leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin
dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak
mengandung asam amino atau protein.
Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran
pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung,
mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.
Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar
keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi,

S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti


jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada
manusia dan hewan.

Bakteri Staphylococcus aureus dapat terinfeksi pada :

- Bayi-bayi yang baru lahir

- Wanita yang menyusui

- Orang-orang dengan kondisi kronis, seperti ; diabetes

- Penyakit paru

- Pemakaian obat suntikan

- Mereka dengan luka-luka atau penyakit kulit, luka bekas operasi

28
- Orang-orang dengan sistem
kekebalan/imun yang melemah

Staphylococcus aureus tumbuh pada


media cair dan padat seperti, NA (Nutrien
Agar) dan BAP (Blood Agar Plate).

Gambar bakteri Staphylococcus aureus

B. Klasifikasi Bakteri E. coli

Kingdom : Monera

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gommaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus :
Escherichia

Spesies :
E. Coli

29
Secara morfologi E.coli merupakan kuman berbentuk batang pendek,
gemuk, berukuran 2,4 x 0,4 sampai 0,7, Gram negative, tak bersimpai,
bergerak aktif dan tidak berspora. Secara tipikal bakteri yang mesofilik ini
akan tumbuh pada suhu 7-10C sampai 50C dengan suhu optimal bagi
pertumbuhannya adalah 30C.

Bakteri Escherichia coli (E. coli) biasanya terdapat dalam jaringan atau
saluran pernapasan ayam yang sakit. bakteri ini akan melimpah pada air
yang kualitas nya jelek, terutama setelah turunya hujan. E.coli bersifat
patogen dan infeksinya dapat berbentuk kematian embrio pada telur tetas,
infeksi yolksac, omfalitis, koliseptikemia, airsacculitis (radang kantong
udara), enteritis, infeksi alat reproduksi (salpingitis). E.coli disebut juga
koliform fekal, hal ini karena E.coli ditemukan di dalam saluran usus ternak
dan saluran usus manusia dan didapatkan dalam feses, sehingga E.coli
dikenal sebagai indikator kontamisasi kotoran. E.coli berkembangbiak
dengan cara membelah diri. Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah
sehingga membentuk sel-sel tunggal, pada beberapa generasi sel-sel
membelah searah dan tidak saling terpisah sehingga membentuk filamen
yang terdiri atas deretan mata rantai sel yang disebut trikom. Heterokist
dapat mengikat nitrogen bebas di udara, contohnya pada Gleocapsa.
Heterokist adalah sel yang pucat, kandungan selnya terlihat homogen
(terlihat dengan mikroskop cahaya) dan memiliki dinding yang transparan.
Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding sel vegetatif, sedangkan akinet
terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga menjadi besar dan penuh
dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penebalan
eksternal oleh tambahan zat yang kompleks.

Ciri-ciri bakteri :
- Merupakan bakteri dari kelompok gram negatif
- Berbentuk batang dari pendek sampai kokus
- Berdiameter 1,1-1,5 x 2,0-6,0 m
- Terdapat tunggal, berpasangan dan dalam rantai pendek
- Tidak berspora
- Motil atau tidak motil
- Aerobik, anaerobik fakultatif
- Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi

Keuntungan dari bakteri E. Coli

30
- Dalam usus besar manusia berfungsi menekan pertumbuhan bakteri
jahat dan juga membantu dalam proses pencernaan termasuk dalam
proses pembusukkan sisa-sisa makanan.
- Membantu produksi vitamin K dalam proses pembusukkan sisa makanan.

Kerugian dari bakteri E. Coli


- Dalam jumlah berlebihan bakteri E. Coli dapat mengakibatkan diare.
- Jika E. Coli sampai masuk ke saluran kencing dapat mengakibatkan
infeksi saluran kemih/kencing (terutama pada wanita karena posisi anus
dan saluran kencingnya cukup dekat sehingga kemungkinan bakteri
menyebrang cukup besar).

Gambar bakteri E. coli

G. Klasifikasi Bakteri Salmonella

Kerajaa Bacteria
n:
Filum: Proteobakteria
Kelas: Gamma
Proteobakteria
Ordo: Enterobakterial
es

31
Famili: Enterobakteriak
ceae
Genus: Salmonella
Lignieres 1900
Spesies

S. bongori
S. enterica

Salmonella adalah suatu genusbakterienterobakteriagram-negatif


berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit
foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan
menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward
Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald
Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali
menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.

A. Patogenitas

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui


makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan
oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami
salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella Gejala
lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga
serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S.
enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),
karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang
disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus
meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki
keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi
Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan
kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan
tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan
mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

B. Media tumbuh

Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media,


salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang
dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar,
dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-
diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang

32
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa
gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella.
Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan
bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga
jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan
komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi
laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal
dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan
berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan
indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.

C. Jenis - Jenis Salmonella

Salmonella Typosa

Salmonella genus adalah genus bacteria enterobacteria gram negatife


berbentuk tongkat yang mengakibatkan penyakit paratifus, tifus dan food
borne. Spesies-spesies salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan
hydrogen sulfide(Jawetz, 2005)

Salmonella merupakan kuman gram negative, tidak berspora dan


panjangnya berfariasi. Kebanyakan spesies bergerak dengan flagel peritrih.
Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan
sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dan
glukosa dan manosa. Kuman ini dapat hidup dalam air yang dibekukan
dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu
misalnya hijau brilliant, natrium tetrationat dan natrium dioksikholat.
Senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk
isolasi salmosella dari tinja(Lay bco, 1994)

Salmonella Thypimorium

Morfologi spesies ini adalah batang lurus pendek dengan panjang 1-1,5
mikrometer. Tidak berbentuk spora, gram negatife dan ciri-ciri morfologi dan
fisiologi sangat erat hubungannya dengan genus lain dalam family
enterobacteriaceae. Biasanya bergerak motil dengan menggunakan
peritrichous flagella, dan kadang terjadi bentuk non motilnya. Memproduksi
asam dan gas dari glukosa, maltose, mannitol dan sorbitol, tetapi tidak
memfermentasi laktosa, sukrosa atau salian tidak membentuk indol, susu
koagulat atau gelatin cair(Robinson, 1998).

33
Salmonella entereditis

Salmonella entereditis adalah penyebab penyakit usus, gejalanya berupa


sakit atau kejang-kejang pada bagian perut, demam, hilangnya nafsu makan,
mual, dan diare. Pada enteriditis akut, meskipun berlangsung singkat dan
tidak begitu serius, dapat sangat menguras tenaga bayi dan orang dewasa
yang mengidapnya. Memasak telur dan daging ayam dengan sempurna
dapat mematikan bakteri salmonella(Lay bco, 1994)

D. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Salmonella

Salmonella Thyposa

a) Penyebab penyakit Typus ( Hepatitis A atau dulu orang menyebutnya sbg


penyakit kuning karena seluruh tubuh si penderita berwarna kekuningan )
adalah bakteri bernama Salmonella Typhi. Orang yang terkena
penyakit typus sering disebut demam tifoid. demam ini memeliki gejala
awalnya pusing seperti mau flu, demam disertai nyeri, mual dan lemas,
panas, perut terasa mual dan sebah (penuh), badan terasa tidak enak dan
lekas capek. Demam tifoid merupakan penyakit sistemik, bersifat
endemik, dan masih merupakan problema kesehatan diberbagai Negara
berkembang di dunia.

Ciri-ciri terkena demam typus.

a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
c. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di
hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan
lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,
akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar
lagi lewat mulut.
d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air
besar).
e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa
lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan
rasa sakit di perut.

34
f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman
dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang
parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

Sumber penyebab hepatitis, terutama penyakit typus lebih banyak


disebabkan kuman yang menempel di bekas cucian gelas, sendok, piring dan
sebagainya dengan kondisi air cucian yang tak diganti, tangan yang kotor.
Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan yang sudah basi, daging
mentah, maupun kotoran.Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman tifoid. Penularan penyakit
ini terjadi karena makanan dan minuman, urin atau feases manusia yang
tercemar kuman tifoid. Kuman masuk ke dalam tubuh bersama makanan
atau minuman yang tercemar melalui lambung, kelenjar limfoid, usus halus
dan kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Bakteri tersebut masuk ke
dalam peredaran darah berlangsung singkat, terjadi 24 72 jam tetapi
belum menimbulkan gejala. Setelah akhir masa inkubasi 120 216 jam
bakteri tersebut melepaskan endotoksin, menyebar ke seluruh tubuh dan
menimbulkan gejala demam tifoid.

Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadi
penguapan panas tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang
tinggi. Penyakit demam yang disebabkan oleh Salmonella typhi, yang
merupakan bakteri penyebab diare yang disertai demam tifoid (tifoid fever)
yang diawali demam lebih dari seminggu dan kondisi tubuh seseorang
seperti akan menderita flu. Demam sukar turun walau sudah minum obat
dan disertai nyeri kepala yang hebat.

H. Pewarnaan Gram

35
Zat Warna

Pengenalan bentuk (morfologi) mikroba, kecuali untuk kelompok mikroalge,


harus dilakukan melaui pewarnaan terlebih dahulu. Karena tanpa melalui
pewarnaan, maka bentuk tersebut tidak akan dapat diamati secara jelas.
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik
secara langsung bersama (bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung
(melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah untuk:
a. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi ataupun jamur.
b. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
c. melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam.
d. melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat
fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus
yang akan memberikan reaksi kalau mengenai bagian tubuh jasad. Karena
pewarna tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif atau negatif.
Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH
mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarna yang yang
bermuatan positif, misalnya metilin biru, hasil pewarnaan akan jelas.
Secara kimia, zat warna dapat digolongkan ke dalam senyawa basa dan
senyawa asam. Jika warna terletak pada muatan positif maka senyawa
tersebut dinamakan zat warna basa. Sebaliknya jika warna terdapat pada ion
bermuatan negatif maka senyawa tersebut dinamakan zat warna asam.

Jenis Pewarnaan yang Umum Digunakan

JENIS CARA PELAKSANAAN CONTOH


Pewarnaan Gram
Positif Tunggal (sederhana) Pewarnaan Tahan
Bertingkat Asam
Pewarnaan
Struktur Sel:
- Spora

- Flagella
- Kapsula
Negatif - Granula

Tahapan Dalam Pewarnaan Gram

36
HASIL PEWARNAAN
TAHAPAN PERLAKUAN Gram Gram
Positif Negatif
Pewarnaan
Kristal Violet Ungu Ungu
Awal
(30 det)
Larutan
Mordan Tetap Tetap
Jodium
(30 det)
Tidak
Dekolorai Etanol 95% Tetap
berwarna
(10-20 det)
Zat Warna Ungu
Safranin Merah
Lawan muda
(10-20 det)

Contoh zat warna basa misalnya: metilin biru, safranin, safranin merah
netral, dan sebagainya, dengan anionnya adalah Cl - , SO42- , CH3COO- , CO-
OHOO- dan sebagainya. Sedang zat warna asam misalnya Na eosianat, eosin,
fukhsin, fukhsin asam, merah kongo dan sebagainya, dengan kationnya
adalah Na+ , K+ , Ca+ , NH3+.
Disamping zat warna asam dan zat warna basa juga didapatkan zat warna
indiferen seperti sudan III, dimetil amid azo benzol dan zat warna netral
seperti eosin metilin biru.
Salah satu sifat dan zat warna untuk penggunaan pewarnaan mikroba ialah
bahwa zat warna asam pada umumnya mempunyai sifat bersenyawa lebih
cepat dengan bagian-bagian sitoplasma sel, sedang zat warna basa mudah
bereaksi dengan bagian-bagian inti sel.
Faktor-faktor penentu keberhasilan dalam pewarnaan:
1. Fiksasi :
yang dilakukan sebelum zat warna digunakan. Bertujuan untuk:
a) Melekatkan sel pada gelas obyek
b) Membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih mudah diwarnai
daripada sel dalam keadaan hidup
c) Melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif NH3+ yang akan
bereaksi dengan gugus OH+ dan zat warna.
d) Mencegah terjadinya otolisis sel yang proses pecahnya sel yang
disebabkan oleh enzim yang ada didalamnya.
e) Merubah daya ikat zat warna
Fiksasi dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan ataupun
pengeringan secara dingin, sedang yang paling umum dilakukan secara
kimia dengan penambahan sabun, formalin, fenol dan sebagainya.

37
2. Peluntur Warna :
Bermaksud untuk warna sel yang telah diwarnai. Senyawa ini digunakan
untuk menghasilkan keadaan yang kontras pada sel mikroba sehingga
dengan jelas dapat dilihat di bawah mikroskop misalnya.
Pada umumnya sel mikroba yang mudah diwarnai akan lebih cepat pula
dilunturkan, sedang sebaliknya sel mikroba yang sukar diwarnai akan sulit
pula untuk dilunturkan.

3. Substrat :
Yang berhubungan dengan kandungan sel yang terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak dan asam nukleat. Zat warna asam ataupun basa yang dapat
bereaksi dengan isi sel akan dipengaruhi oleh kehadiran senyawa diatas,
apakah menjadi cepat ataupun lambat. Sehingga berdasarkan pada
komposisi kandungan selnya, sel tersebut dapat dibagi menjadi sel yang
asidofilik, sel basofilik dan sel sudanofilik. Ini berarti bahwa sel asidofilik
dapat mengikat zat warna asam, sel basofilik dapat mengikat zat warna basa
dan sudanofilik yang larut dalam minyak.

4. Intensifikasi pewarnaan :
Bermaksud untuk mempercepat pewarnaan mikroba, misalnya dengan
penambahan mordan, sehingga zat akan terikat lebih kuat dalam jaringan.
Mordan juga sesuai dengan sifatnya terbagi menjadi mordan asam, yaitu
yang dapat bereaksi dengan zat warna basa, misal asam tanin dan asam
pikrat. Kedua mordan basa, yaitu yang dapat bereaksi dengan zat warna
asam, misal FeSO4, K-antomonium, asetil pirimidinium klorida dan
sebagainya. Selain dengan penambahan mordan, intensifikasi dapat pula
dilakukan dengan meningkatkan zat warna, temperatur pewarnaan, misal
antara 60 900C.

5. Zat warna penutup :


Yang diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan untuk memberikan
warna kontras pada sel mikroba yang diwarnai yang tidak menyerap warna
mula. Misal metilin biru, safranin, eritrosin dan sebagainya.

Tipe Pewarnaan
Sesuai dengan jenisnya pewarnaan terhadap mikroba ada dua kelompok
besar, yaitu:

38
Yang dimaksud dengan pewarnaan tunggal atau pewarnaan sederhana,
yaitu cara pewarnaan yang hanya menggunakan satu jenis pewarna saja,
misal dengan metilin biru, gentian violet, fukhsin basa, safranin dan
sebagainya.
Sedag yang dimaksud dengan pewarnaan bertingkat yaitu cara pewarnaan
dengan menggunakan beberapa jenis pewarna secara bertahap. Ini
mengingat bentuk dan sifat sel mikroba yang berbeda penerimaannya
terhadap pewarna, sehingga pada akhirya cara pewarnaan bertingkat ini
dapat pula dipergunakan sebagai salah satu cara untuk membedakan
kelompok mikroba.
Salah satu pewarnaan bertingkat yang paling banyak dipergunakan dan
sangat populer ialah pewarnaan Gram yang dikembangkan oleh Christian
Gram (1884), yang kemudian lebih disempurnakan secara bertahap.
Tahapan pewarnaan Gram dapat menghasilkan dua kelompok besar
bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif.
Hasil Gram positif dan Gram negatif ini disebabkan oleh perbedaan
kandungan dinding sel bakteria yaitu bahwa kandungan senyawa
peptidoglikan pada dinding sel Gram negatif.
Sistem pewarnaan Gram dilaksanakan berdasarkan tahapan yang sudah
ditentukan didalam penggunaan pewarna ataupun pelunturnya.
Berbeda dengan pewarnaan negatif, maka ini tidak ditujukan untuk
memberikan warna kepada jasad (sel) tetapi justru terhadap latar
belakang tempat dimana sel tersebut ditempatkan. Dalam beberapa hal,
cara ini lebih menguntungkan karena disamping bentuk sel akan secara
jelas terlihat sesuai dengan warna alaminya serta ukuran aslinya, juga
bentuk sel tidak kembali. Zat warna yang digunakan untuk sistem ini
antara lain dalam bentuk Na eosinat, yang dalam larutan akan berubah
menjadi ion Na+ dan eosin, misalnya yang terdapat pada pewarna nigrosin.

39
PRAKTIKUM PEWARNAAN GRAM
Alat dan Bahan
Alat Bahan
Kaca objek Biakan Kuman : Escherichia coli
Mikroskop
Staphylococcus
Ose Zat warna : Karbol kristal ungu
0,5%
Lampu spritus Cairan lugol
Cawan petri alkohol 96%
Rak tabung reaksi air fukhsin 0,5%
Botol semprot Aquades
Minyak imersi

Cara Kerja
1. Membuat preparat
Kaca objek dibersihkan dahulu dengan kain yang bersih, kemudian
dilewatkan diatas api untuk menghilangkan lemak, biarkan dingin. Sebelum
dipakai buat batas bulatan dengan spidol. Jika kuman yang diperiksa
ditanam dalam media cair, ambil satu sengkelit ditaruh diatas kaca objek,
sebarkan seluas 1-2cm2 (diambil dengan ose yang sudah dipijarkan).
Jika kuman yang diperiksa ditanam pada media padat, maka dibuat suspensi
kuman dengan satu sengkelit NaCl fisiologis atau aquades steril di atas kaca
objek. Biarkan mengeringdi udara atau dipercepat dengan melewatkan
diatas api (difiksasi).
2. Tuangkan larutan Karbol Kristal Ungu pada sediaan dan biarkan selama 5
menit
3. Cuci dengan air
4. Tuangkan cairan Lugol selama 45-60 detik, kemudian dicuci dengan air
5. Cuci dengan alkohol dengan cara mencelupkan dalam bejana berisi
alkohol 96% dan goyang-goyangkan selama 30 detik, atau sampai zat warna
bersih
6. Cuci dengan air
7. Tuangkan air Fukhsin, biarkan selama 1-2 menit, cuci dengan air dan
keringkan
8. Tetesi minyak imersi di atas sediaan, periksa dengan mikroskop

40
Pengamatan : 1. Kuman gram positif berwarna ungu biru
2. Kuman gram negatif berwarna ungu merah
Kesimpulan
Dengan pewarnaan gram kita dapat mengetahui bentuk jasad bakteri
apakah bakteri tersebut termasuk bakteri gram positif atau gram negatif.
Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa bakteri gram negatif yang
seharusnya berwarna ungu merah saat diamati di bawah mikroskop elektron
berwarna ungu biru. Hal tersebut diakibatkan oleh penambahan zat warna
(karbol kristal ungu) yang terlalu lama atau melebihi dari waktu yang
ditentukan dan pemucatan dilakukan terlalu cepat tidak sampai zat warna
benar-benar menghilang

I. Uji Efektivitas
Tujuan : Menguji aktivitas antimikroba dari bahan-bahan alami dan kimia.

Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang


mikroorganisme dan interaksi mereka dengan organisme lain dan
lingkungannya. (Singleton.2006).

Sejarah tentang mikrobadimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh


Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat
sederhana,dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek,
tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-
300 kali. (Skou, dan Sogaard Jensen. 2007).

Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk
bertahan hidup. Jasad tersebut dapat hidup hampir di semua tempat di
permukaan bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas, dari ligkungan yang
asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan
(Afriyanto 2005).

Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa


tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba
itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten
adalah antimikroba (Gobel, 2008). Anti mikroba adalah senyawa yang dapat
menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat
membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga
antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada kadar

41
rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel,
2008).

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau


menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara.
Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan
mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba
dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa
desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004).

Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas


beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel,
mengganggu permeabiitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat,
menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas
antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah
perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua
macam yaitu antibiotic dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang
dihasilkan oleh microorganisme tertentu yang mempunyai kemapuan
menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri
walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk
menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup
sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan
pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan
lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak
hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap
konsentrasi mikroba yang digunakan (Soekardjo 1995).

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis


yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis
yang beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk
menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya
(patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara
umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan.
Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau
bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik yang
umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam
borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda.

Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi
dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Sebagai
contoh merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat, akan tetapi dapat
menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut.
Perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman
digunakan pada jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan.

42
Iodium dapat memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30
detik. Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup
lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai
perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan
antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau
yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol
sendiri, pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister
pada proses pembedahan (Dwidjoseputro, 1994).

Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda,


misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi
sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau
meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah yodium
(povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan
alkohol (Ayumi,2011).
Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan
cakram kertas dan dengan metode pengenceran agar. Metode difusi agar
dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 ml masing-masing
suspense Bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah dicairkan dalam
cawan petri dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan
diameter 6 mm diletakkan pada permukaan media padat. Dibiarkan selama
3 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke incubator 370 C (Adryana,
et al,,2009 dalam Putra, 2011).

Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau


menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat
membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia
yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda
mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah
senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas
disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Konsentrasi
2. Waktu terpapar
3. Jenis mikroba
4. Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup.

Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik sintetik turunan penisilin


yang memiliki spektrum luas dimana aktif terhadap bakteri gram positif
maupun gram negatif.

43
Amoksisilin merupakan antibiotik yang tahan terhadap asam tetapi tidak
tahan terhadap penisilinase. Beberapa keuntungan penggunaan amoksisilin
dibanding ampisilin adalah absorpsi obat dalam saluran cerna lebih
sempurna, sehingga kadar amoksisilin dalam darah lebih tinggi. Amoksisilin
sering digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan, saluran
empedu, meningitis dan infeksi karena Salmonella sp, seperti demam tipoid.
Efek terhadap Bacillus dysentery lebih rendah dibanding ampisilin karena
lebih banyak obat yang diabsorpsi oleh saluran cerna (Siswandono dan
Soekardjo, 2000). Difusi amoksisilin ke jaringan-jaringan dan cairan-cairan
tubuh lebih baik. Amoksisilin dapat pula menyebabkan gangguan-gangguan
usus dan kulit tetapi lebih jarang
daripada ampisilin (Tjay dan Rahardja, 2002). Amoksisilin dan ampisilin
merupakan antibiotik turunan penisilin yang mempunyai aktivitas dan
spektrum penghambatan yang sama, yaitu dapat
menghambat kerja enzim transpeptidase dengan cara mengikat enzim
melalui ikatan kovalen sehingga mencegah pembentukan dinding sel bakteri
(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Uji Aktivitas Antibakteri

Menurut Pratiwi (2008), pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan


dengan metode sebagai berikut :
a. Metode difusi
1). Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)
Piringan yang berisi sampel antibakteri diletakkan di atas permukaan agar
yang telah ditanami bakteri, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC
kemudian diamati pertumbuhan bakteri, area jernih di sekitar piringan
mengindikasikan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri oleh sampel
antibakteri.
2). Metode E-test
Strip plastik yang mengandung sampel antibakteri dari kadar terendah
hingga tertinggi diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami
bakteri, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Pengamatan
dilakukan pada area jernih disekitar strip plastik yang mengindikasikan
adanya penghambatan pertumbuhan bakteri oleh sampel antibakteri.
3). Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa sampel antibakteri diletakkan pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada
bagian tengah secara membujur. Bakteri uji digoreskan ke arah parit yang
berisi sampel antibakteri, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC
Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan daerah bening disekitar parit.
4). Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumuran pada media
agar yang telah ditanami bakteri uji. Sampel antibakteri dimasukkan ke
dalam sumuran tersebut dengan jumlah tertentu dan konsentrasi tertentu
pula. Plate diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC untuk

44
memungkinkan agar sampel antibakteri berdifusi pada permukaan media
agar. Aktivitas antibakteri
ditunjukkan dengan daerah bening disekitar sumuran.

B. Metode Dilusi

1. Dilusi cair (broth dilution test)


Antibakteri disuspensikan pada media cair dengan pH 7-7,4 kemudian
dilakukan pengenceran dengan menggunakan beberapa tabung reaksi.
Selanjutnya dilakukan inokulasi bakteri uji yang telah disuspensikan dengan
NaCl steril atau dengan TSB, yang tiap milimeternya mengandung kurang
lebih 105-106 bakteri. Suspensi zat antibakteri dimasukkan ke dalam
suspensi bakteri uji. Setelah itu,
diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam dan diamati pertumbuhan
bakteri. Pengamatan pertumbuhan bakteri berdasarkan pada kekeruhan
suspensi. Tabung yang keruh menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri,
sedangkan tabung yang lebih bening menunjukkan bahwa zat antibakteri
dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji.

2. Dilusi padat (solid dilution test)


Zat antibakteri dicampur sampai homogen pada agar steril yang masih cair
dengan suhu serendah mungkin dengan menggunakan berbagai konsentrasi
aktif, larutan tersebut dituangkan ke dalam cawan petri steril kemudian
setelah memadat dioleskan bakteri uji pada permukaannya.

Praktikum Uji efektivitas


Alat dan Bahan
1. Cawan Petri yang berisi media Nutrient Agar
2. Tabung reaksi berisi bakteri Salmonella dan E.coli
3. Lidi kapas
4. Pinset
5. Cakram (Antibiotik Ampisillin)
6. Lampu bunsen
7. Gelas bekker yang berisi desinfektan
8. Rak tabung reaksi

45
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil lidi kapas yang steril
3. Ambil tabung reaksi yang berisi bakteri, buka sumbat kapas, panaskan
mulut tabung
4. Ambil bakteri menggunakan lidi kapas
5. Panaskan kembali mulut tabung reaksi dan sumbat kembali dengan kapas
6. Ambil cawan petri, panaskan (pinggiran)
7. Buka tutup cawan, dan gores secara merata diseluruh permukaan media
N.A
8. Masukkan lidi kapas ke dalam gelas bekker yang berisi desinfektan
9. Ambil cakram (antibiotik ampisillin) dengan menggunakan pinset steril
10.Letakkan cakram di dalam media (dibagian tengah), lalu tekan perlahan
sampai
menempel
11. Tutup cawan petri dan panaskan kembali (pinggiran)
12. Pinset disterilkan dengan dipijarkan di lampu bunsen
13. Bungkus cawan petri kembali dan masukkan ke dalam inkubator
14. Lakukan pengamatan 1 x 24 jam

Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan = Terdapat zona


bening menunjukkan tidak ada bakteri
yang tumbuh.
Artinya antibiotik yang digunakan
dapat menghambat pertumbuhan
bakteri

Kesimpulan
Dari semua praktikum dapat disimpulkan bahwa mikrobiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang mikroorganisme yang tidak dapat dengan kasat
mata, tetapi harus menggunakan mikroskop dengan pembesaran.
Lewat praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ilmu

46
mikrobiologi berkaitan dengan bidang kesehatan khususnya dalam bidang
farmasi.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella

47
http://missikamaryanie.blogspot.com/2012/02/bakteri-salmonella.html

Pratiwi Sylvia T.2008.Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Jakarta

Jurnal Mikrobiologi dan Parasitologi

http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.pdf

http://eprints.unsri.ac.id/1786/2/Mikrobiol2012_OK.pdf

Mikrobiologi Dasar oleh Prof. H. Unus Suriawiria

48

Anda mungkin juga menyukai