Anda di halaman 1dari 2

WACANA CL 1 MPKT B 2017

Kesejahteraan atau keadaan sejahtera, menjadi keinginan dari seluruh makhluk hi dup di bumi ,
termasuk manusia. Manusia, sampai saat ini, hanya dapat bertempat tinggal di planet Bumi, yang
bentuknya elipsoid. Elipsoid merupakan salah satu model bentuk bumi, yang didasari asumsi bahwa
densitas atau kerapatan bumi homogen. Padahal, kenyataannya, kerapatan massa bumi heterogen,
yang juga diliputi dengan air batuan leleh, minyak, dan gas. Di permukaan bumi ada gunung-gunung
yang memendam magma, sebagiannya ditutupi lautan, dan di bawahnya bersembunyi cekungan
minyak. Daerah-daerah tersebut gaya beratnya lebih rendah dibandingkan dengan permukaan atau
lapisan bumi yang padat dan rapat. Informasi yang lengkap tentang bumi, akan memudahkan manusia
mengelola bumi dan mendapatkan manfaat dari bumi secara lestari.

Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki tidak kurang dari
17.500 pulau dengan luasan 4.500 km2 dan terletak antara daratan Asia dan Australia. Pulau -pulau
tersebut tersebar di sepanjang garis khatulistiwa. Hal itu yang menyebabkan Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, nomor 3 setelah Brazil dan Kongo. Selain itu, Indonesia juga
diketahui memiliki kekayaan jenis yang tinggi, termasuk kekayaan varietas, variasi , dan ke unikan ge n
dari semua jenis yang ada, serta memiliki keragaman ekosistem sebagai tempat hidup organisme.
Sementara itu, secara biogeografi, Kepulauan Indonesia dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu Indo-Malaya
dan Australia, dan di antaranya terdapat daerah Wallacea. Terbentuknya dua wilayah tersebut,
disebutkan dalam teori, sebagai akibat pergeseran lempeng tektonik. Hal itu yang melatarbelakangi
keragaman makhluk hidup yang ada di Indonesia, baik hewan maupun tumbuhannya, te rmasuk
keragaman manusianya. Persebaran makhluk hidup di pulau-pulau di Indonesia, selanjutnya, melandasi
pembagian wilayah biogeografi Indonesia menjadi tujuh bioregion, yaitu Sumatra dan pulau sekitarnya,
Jawa, dan Bali, Kalimantan termasuk Natuna dan Anambas, Sulawesi termasuk Sula, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua termasuk kepulauan Kei dan Aru.

Dari pelajaran Sejarah kita mengetahui bahwa Indonesia dikenal di dunia karena kekayaan
alamnya, yaitu rempah-rempah. Bagi bangsa Indonesia yang menikmati kekayaan alam yang berlimpah,
rempah-rempah tidak dipandang sebagai kekayaan yang bernilai. Namun, bagi bangsa-bangsa asing,
seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda saat itu, rempah-rempah dinilai sebagai
kekayaan yang melebihi nilai emas, intan, dan berlian. Setelah kabar tentang kepulauan rempah-rempah
di Timur jauh santer terdengar di Eropa, pada abad pertengahan, bangsa-bangsa asing di seberang
lautan menjadi penasaran dan berlomba-lomba mendatanginya. Dengan semangat menguasai rempah-
rempah, berlayarlah mereka ke kepulauan rempah-rempah (sekarang Indonesia). Bangsa yang pertama
masuk melalui jalur laut adalah Portugis. Pelayaran mereka untuk mencapai kepulauan rempah-rempah
menempuh jarak yang sangat jauh dan penuh risiko. Pengetahuan alam, keterampilan menaklukkan
tantangan alam, serta tekad dan keberanianlah yang telah mengantarkan mereka mengarungi laut dan
samudera, dengan diselingi singgah di pantai-pantai di Benua Afrika, hingga akhirnya sampai ke Asia.
Tantangan berupa gelombang laut, badai, serta cuaca dan iklim yang berbeda pun mereka hadapi de mi
mendapatkan dan menguasai rempah-rempah. Bermula dari rempah-rempah, kekayaan kepulauan
rempah-rempah lainnya pun terkuak seperti emas, tembaga, minyak, dan batuan metamorf yang
bernilai tinggi. Demikian pula kekayaan yang berupa aneka kayu berkualitas, aneka ragam tumbuhan
berkhasiat obat, dan aneka produk laut, sampai saat ini masih menarik bangsa-bangsa lain untuk
dikuasainya.

Sayangnya kekayaan alam berupa rempah-rempah, aneka tumbuhan berkhasiat obat, aneka kayu
berkualitas dan kekayaan lainnya sering tidak dijaga dengan baik. Peristiwa kebakaran hutan di Jawa
(kawasan Gunung Arjuno, Gunung Slamet, Gunung Raung), Sumatra (provinsi Sumatra Sel atan, Jambi,
dan Riau), dan Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat), menyebabkan terganggunya negara-
negara tetangga karena asap, sehingga perlu penanganan yang komprehensif. Hal itu dikarenakan
penyebab kebakaran yang kompleks, tidak sekadar faktor alam saja, namun diduga faktor manusia juga
terlibat. Untungnya pemerintah akhirnya berusaha keras untuk mencegah kebakaran hutan, dan d i
tahun 2016 jumlah titik api atau hotspot turun 82,14% menurut pemantauan satelit NOAA. Selain
karena meningkatnya kesadaran dan partisipasi dari pemangku kepentiangan untuk tidak melakukan
pembakaran lahan, kurangnya jumlah hotspot juga disebabkan oleh La Nina yang memperpanjang
musim hujan di berbagai daerah. Dampaknya akan lebih terasa untuk kota besar yang kurang
mempunyai resapan air yang cukup. Hujan beberapa jam saja akan menyebabkan banjir pada kota-kota
ini. Daerah lain di Jawa Tengah seperti Solo, Purworejo, Banjarnegara, Kendal, Sragen, Purbalingga,
Banyumas, Sukoharjo, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Klaten, Magelang, Wonogiri, Cilacap, dan
Karanganyar juga tak bisa lepas dari dampak La Nina ini.

Disarikan dari:

Amal, M. A. (2006). Kepulauan rempah-rempah: Perjalanan sejarah Maluku Utara. Diambil dari
https://www.academia.edu/4487710/Sejarah_Kepulauan_Rempah_Rempah,
Ikawati, Y. (2008). Membaca rahasia di perut bumi. Diambil dari http://www.bakosurtanal.go.id/berita-
surta/show/membaca-rahasia-di-perut-bumi
BelajarTani.com. (2016). Dampak LaNina praktis 2016 tidak ada musim kemarau. Diambil dari
http://belajartani.com/dampak-la-nina-praktis-2016-tidak-ada-musim-kemarau/
LIPI. (2013). Bioresources untuk pembangunan ekonomi hijau. Diambil dari
http://www.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=3&id_berita=486
Tempo.co. (2017). Kabut asap dan kebakaran hutan. Diambil dari
http://www.tempo.co/topik/masalah/14/asap-dan-kebakaran-hutan
Liputan6. (2017). Jurus pemerintah cegah kebakaran hutan. Diambil dari
http://news.liputan6.com/read/2835242/jurus-pemerintah-cegah-kebakaran-hutan-pada-2017

Anda mungkin juga menyukai