Anda di halaman 1dari 9

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUBUH KULIT

ANATOMI KULIT

Kulit merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan


permulaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan
lingkungan luar (Ernest, Mutschler.1999)
Kulit tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang
menumbuhkan lapisan epidermis yang menumbuhkan lapisan epidermis dan
jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit
dalam). (Syaifuddin.2011)

Lapisan Kulit (Syaifuddin.2011)

Lapisan kulit dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari
(epidermis) dan kulit jangat (dermis / kutis). Kedua lapisan ini berhubungan
dengan lapisan yang ada dibawahnya dengan perantaraan jaringan ikat
bawah kulit (hipodermis/subkutis). Dermis atau kulit mempunyai alat
tambahan atau pelengkap kulit . .

1. Epidermis
Kulit ari atau epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan
epitel gepeng unsure utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan
sel melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk
yang berada bermitosis terus, llapisan paling luar epidermis akan
terkelupas atau gugur. Epidermis tersusun oleh sel-sel epidermis
terutama serat-serat kolagen dan sedikit serat kolagen dan serat elastic.
Kulit ari (epidermis) terdiri dari beberapa lapis sel yaitu :
a. Stratum corneum ;Terdiri dari banyak lapisan sel tanduk (keratinasi),
gepeng, kering dan tidak berinti. Sitoplasma diisi dengan serat keratin,
makin keluar letak sel, makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari
tubuh, yang terkelupas diganti oleh sel lai. Zat tanduk merupakan
keratin lunak yang susunan kimianya berada dalsm sel-sel keratin.
Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya
penguapan air, elastisnya kecil dan sangat efektif untuk pencegahan
penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.
b. Stratum lusidum ; terdiri dari beberapa lapis sel yang sangat gepeng
dan bening. Sulit melihat membran yang membatasi sel-sel itu
sehingga lapisannya secara keseluruhan tampak seperti kesatuan
yang bening. Lapisn ini ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit
tebal.
c. Stratum granulosum; terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak
gepeng, inti ditengah, dan sitoplasma berisi butiran granula
keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini
menghalangi masuknya benda asing, kuman, dan bahan kimia
kedalam tubuh.
d. Stratum germinativum yang dapat dibagi lagi menjadi stratum
spinosum (lapisan berduri) dan stratum malfighi. Batas germinatifum
dengan dermis dibawahnya berupa lapisan tipis jaringan pengikat
yang disebut lamina basalis. Pada stratum malfighi diantara sel
epidermis terdapat melanosit yaitu sel yang berisi pigmen melanin
yang berwarna coklat dan sedikit kuning.
2. Dermis
Batas dermis (kulit jangat) yang pasti sukar ditentukan karena menyatu
dengan lapisan subkutis (hipodermis). Ketebalannya antara 0,5-3 mm.
kulit jangat bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi
bagian yang lebih dalam. Pada perbatasan epidermis dan dermis
terdapat tonjolan tonjolan kulit kedalam kulit ari (epidermis ) yang
disebut papil kulit jangat. Lapisan dermis terdiri dari :
a. Lapisan papilla; mengandung lekuk-lekuk papilla sehingga stratum
Malfighi juga ikut berlekuk. Lapisan ini memegang peranan penting
dalam peremajaan dan dan penggandaan unsure-unsur kulit
b. Lapisan retikulosa , mengandung jaringan pengikat rapat dan serat
kolagen. Lapisan ini terdiri dari anyaman jaringan ikat yang lebih tebal.
Dalam lapisan ini ditemukan sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, sel lemak dan otot penegak rambut.
3. Hipodermis
Lapisan bawah kulit terdiri dari jaringan pengikat longgar. Komponennya
serat longgar, elastis, dan sel lemak. Pada lapisan adiposa terdapat
susunan lapisan subkutan yang menentukan motilitas diatasnya. Bila
terdapat lobules lemak yang merata di hypodermis membentuk bantalan
lemak yang disebut panikulus adiposus. Pada daerah perut lapisan ini
mencapai ketebalan 3 cm. Dalam lapisan hypodermis terdapat anyaman
pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena dan anyaman syaraf yang
berjalan sejajar dengan permkaan dibawah dermis (Syaifuddin. 2012).
Jaringan lemak (panikulus adiposus ) ini berfungsi memberi perlindungan
terhadap dingin dan disamping itu merupakan cadangan energi (Ernest,
Mutschler. 1999)
FISIOLOGI KULIT

Jaras reseptor kulit berada didalam kulit. Jaras visceral berhubungan


dengan persepsi keadaan intern. Pada organ sensorik kulit terdapat empat
jaras yaitu rasa raba,/ tekan, dingin, panas, dan rasa sakit. Kulit mengandung
berbagai ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin
(selaput).

Kulit mempunyai banyak fungsi yang berguna dalam menjaga


homeostasis tubuh. Fungsi- fungsi tersebut : (Syaifuddin.2011)

a. Fungsi termoregulasi
Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolik dan pergerakan otot.
Panas seperti ini harus dikeluarkan atau suhu tubuh akan naik diatas
batas normal. Pada lingkungan suhu dingin paas harus dipertahankan
atau suhu tubuh akan turun dibawah batas normal.
Pengeluaran panas melalui kulit berlangsung melalui proses evaporasi
air (perubahan molekul air) yang disekresi oleh kelenjar keringat dan
juga melalui proses perspirasi (sekresi keringat), difusi molekul air
melalui kulit. Dalam pengaturan suhu tubuh kulit berperan
mengeluarkan keringat dan kontraksi otot dengan pembuluh darah
kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit
mendapat nutrisi yang cukup baik.
b. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis (misalnya
gesekan, tarikan, gangguan kimiawi) yang dapat menimbulkan iritasi ;
gangguan panas (misalnya radiasi, sinar ultraviolet dan infeksi dari
luar [bakteri dan jamur] ). Bantalan lemak dibawah kulit berperan
sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit melindungi kulit
dari sinar matahari.
c. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air dan larut tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap. Begitu juga yang larut
dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksidadan
uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan absorpsi kulit memengaruhi tebal atau tipisnya
kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolism. Penyerapan terjadi melalui
celah antar sel, menembus sel epidermis dan saluran kelenjar.
d. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna (zat sisa
metabolisme) dalam tubuh berupa Na Cl, urea, asam urat dan
ammonia. Lapisan sebum berguna untuk melindungi kulit karena
lapisan sebelum mengandung minyak untuk melindungi kulit,
menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada
kulit.
e. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung- ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis
untuk merangsang panas yang diterima oleh dermis dan subkutis.
Sedangkan untuk rangsangan dingin terjadi di dermis, sedangkan
tekanan dirasakan oleh epidermis serabut saraf sensorik yang lebih
banyak jumlahnya di daerah erotic.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Melanosirt membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk alat
golgi dengan bantuan tiroksinasi yang meningkatkan metabolism sel,
ion Cu, dan oksigen.
g. Fungsi keratinasi
Sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel
spinosum. Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Selanjutnya inti sel menghilang dan
keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
terus menerus seumur hidup.
h. Fungsi pembentukan vitamin D
Pembentukan vitamin D berlangsung dengan mengubah dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Kebutuhan vitamin D
tidak cukup hanya dari proses tersebut, pemberian vitamin D sistemik
masih tetap diperlukan.
1, 2, 1, 3,
3*

ABSORBSI OBAT MELALUI KULIT

absorpsi perkutan melibatkan difusi pasif dari zat melalui kulit. molekul
dapat menggunakan dua rute difusi untuk menembus kulit utuh normal, rute
appendageal dan rute epidermal.( Kumar D, dkk. 2010)
1. Appendageal dengan rute:
Appendageal rute terdiri transportasi melalui kelenjar keringat dan
folikel rambut dengan kelenjar sebaceous yang terkait. Rute-rute
menghindari penetrasi melalui stratum korneum dan karena itu dikenal
sebagai "shunt" rute. Rute ini dianggap kurang penting karena area
yang relatif kecil, sekitar 0,1% dari luas kulit keseluruhan.
2. Epidermal dengan rute:
Untuk obat, Horney lapisan yang sebagian besar lintas utuh, dua rute
mikro potensi
entri ada, transelular (intraseluler) dan jalur interseluler
- Transeluler
jalur transelular berarti pengangkutan molekul melintasi membran
sel epitel. Ini termasuk transpor pasif molekul kecil, transpor aktif
dari senyawa ionik dan polar dan endositosis dan transcytosis
makromolekul.
- paraseluler
transportasi molekul sekitar atau antara sel-sel. persimpangan
sempit atau situasi yang sama muncul antara sel-sel.
Jalur utama yang diambil oleh permeant sebuah diputuskan terutama
disebabkan oleh koefisien partisi (log k). obat yang hidrofilik partisi masuk ke
dalam domain intraseluler, sedangkan permeants lipofilik melintasi stratum
korneum melalui rute interselluler. Kebanyakan permeants menembus
stratum korneum oleh kedua rute. Namun, jalur intersellular berliku-liku
secara luas dianggap memberikan rute pokok dan penghalang utama untuk
perembesan sebagian besar obat
Absorpsi perkutan suatu obat secara umum dihasilkan dari penetrasi
obat langsung melalui stratum korneum. Setelah melalui stratum korneum,
molekul obat dapat melintasi jaringan epidermal yang lebih dalam melalui
difusi pasif dan memasuki dermis. Jika obat mecapai pembuluh darah pada
lapisan dermal obat dapat masuk kedalam sirkulasi sistemik( Allen, L.V.,
Popovich, N.G., & Ansel, H.C., 2014).

Faktor fisiologi yang mempengaruhi absorpsi melalui kulit

1. Kondisi kulit (Yadav.2013)


Asam dan basa, banyak pelarut seperti kloroform, metanol merusak
sel-sel kulit dan meningkatkan penetrasi . Penyakit umumnya
mengubah kondisi kulit, kondisi ini mempengaruhi penetrasi.
2. Usia kulit
Kulit muda lebih permeabel dibandingkan yang lebih tua. Kulit Anak-
anak lebih sensitif untuk penyerapan racun. Dengan demikian, usia
kulit adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penetrasi obat.
3. Aliran darah
Perubahan sirkulasi periferal dapat mempengaruhi absorpsi
transdermal
4. Lokasi Kulit
Ketebalan kulit, sifat stratum korneum dan densitas bervariasi. Faktor-
faktor ini mempengaruhi secara penetrasi secara signifikan
5. Metabolisme kulit
metabolisme kulit
Kulit memetabolisme steroid, hormon, karsinogen kimia dan beberapa
obat. Jadi metabolisme kulit menentukan efektifitas obat meresap
melalui kulit.
6. Perbedaan spesies
Ketebalan kulit, kepadatan dan keratinisasi kulit bervariasi dari spesies
ke spesies yang lain sehingga mempengaruhi penetrasi

Faktor fisikokimia yang mempengaruhi absorpsi obat melalui kulit

Faktor- faktor yang berperan dalam absorpsi perkutan (melalui kulit)


diantaranya sifat fisika kimia meliputi ; ( Allen, L.V., Popovich, N.G., & Ansel,
H.C., 2014)

1. Berat molekul (Allen, L.V., Popovich, N.G., & Ansel, H.C., 2014)
Obat dengan berat molekul antara 100- 800 dan memiliki kelarutan
dalam lemak dan air dapat melintasi kulit.berat molekul obat yang
ideal untuk penghantaran transdermal yaitu 400 atau kurang.
2. Kelarutan (Allen, L.V., Popovich, N.G., & Ansel, H.C., 2014)
Obat harus memiliki gaya tarik fisikokimia yang lebih besar terhadap
kulit dibandingkan terhadap pembawa. Sehingga obat akan
meninggalkan pembawa menuju kulit. Beberapa kelarutan obat baik
dalam lipid maupun air dianggap penting untuk absorpsi perkutan
yang efektif. Pada prinsipnya kelarutan dalam air menentukan
konsentrasi yang ada pada daerah absorpsi. Secara umum, obat dalam
bentuk tidak terionisasi berpenetrasi dalam kulit lebih baik.
3. Konsentrasi obat (Allen, L.V., Popovich, N.G., & Ansel, H.C., 2014)
Konsentrasi obat merupakan faktor penting, umumnya jumlah obat
yang terabsorpsi secara perkutan pada setiap unit luas permukaan tiap
interval waktu meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi obat
dalam system penghantaran transdermal.
4. Suhu dan pH (Yadav.2013)
Kecepatan penetrasi suatu bahan bisa berlipat ganda akibat variasi
suhu. Ketika koefisien difusi menurun karena turunnya suhu. Pembawa
oklusif meningkatkan suhu kulit beberapa derajat. Hanya molekul tak
terion yang dapat melewati lipid.
Asam- asam lemah dan basa lemah berdisosiasi ke dalam tingkat yang
bebrbeda tergantung pada pH dan nilai pKa/pKb sehingga jumlah dari
obat tak terionkan sangat menentukan gradient membrane efektif dan
fraksi ini bergantung pada pH.
5. Koefisien difusi (Yadav.2013)
Penetrasi suatu obat tergantung koefisien difusi obat. Pada suhu
konstan, koefisien difusi suatu obat tergantung pada sifat obat,
medium difusi dan interaksi antara keduanya.
6. Ukuran dan bentuk molekul (Yadav.2013)
Absorpsi obat berbanding terbalik dengan ukuran molekul. Molekul
kecil lebih cepat berpenetrasi dibandingkan dengan berukuran besar.

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin.2011, Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 4,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Ernest, Mutschler. 1999. Dinamika Obat, Penerjemah: Mathilda B, Widianto


dan Anna Setiadi Ranti. Edisi V, Cetakan Ketiga. Bandung, Penerbit ITB
Kumar D, dkk. 2010. A Review: Transdermal Drug Delivery System : For
Novel Drug Delivery System.International Journal of Drug
Development & Research Volume 3

Yadav,2013, Theoretical Aspect of Transdermal Drug Delivery System,Bulletin


of Pharmaceutical research

Allen, L.V., Popovich, N.G., & Ansel, H.C., 2014. Bentuk Sediaan Farmasetis
dan Sistem Penghantaran Obat, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai