PENDAHULUAN
I.ALatar Belakang
ditemukan 40-44 persen jajanan anak sekolah di Jakarta tidak memenuhi syarat
dari tampilan warna yang mencolok, ditambah dengan rasanya yang manis dan
gurih. Akan tetapi, faktanya banyak jajanan anak di sekolah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.Sebagian besar dari mereka lebih memilih untuk jajan di sekolah
yaitu segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan jajanan, yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau
berbagai bentuk, mudah didapat serta cita rasa yang enak.Namun jajanan juga
beberapa zat seperti pewarna sintetik seperti Rhodamin B, Methanyl Yellow dan
lain-lain serta zat pengawet yang berbahaya. Sebagai contoh sambal botolan yang
biasa digunakan oleh pedagang makanan di pinggiran jalan, seperti bakso, mie
ayam, dan lain sebagainya mengandung zat pewarna yang melebihi ambang batas,
beberapa produk saus dan sambal botolan juga diduga memakai zat pewarna
rhodamin B dan methanyl yellow untuk membuat warna merah menyala (Iis,
2003). Penggunaan zat pewarna sintetik dan pengawet dilarang karena bersifat
karsinogenik kuat yang dapat menyebabkan kanker hati, kandung kemih, dan
makanan.Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun
1988, antara lain MSG (monosodium glutamate) dan pemanis buatan.Tetapi,
dapat mempengaruhi asupan makanan pada anak, antara lain penyebab itu berasal
dari dalam tubuh sendiri (selera makan), dari makanan dan dari lingkungan.
Faktor makanan seperti warna, bau, bentuk dan rasa makanan juga sangat
bentuk makanan yang unik, warna makanan yang mencolok dan rasa makanan
yang manis. Perlu kehati-hatian dari orang tua akan jajanan zaman sekarang yang
memang dibuat untuk dapat menarik minat anak tetapi terkadang mengandung
bahan tambahan pangan yang berbahaya, seperti pewarna dan pengawet (Kardjati
et al, 1998).
tekstil umumnya dipakai oleh para pedagang karena warnanya sangat mencolok
tambahan pewarna ini. Selain itu, pewarna tekstil cenderung lebih murah
pedagang lebih banyak (Cahyadi, 2006). Dari penelitian Food and Agriculture
beberapa zat pewarna sintetik seperti rhodamin B, amaranth, Sunset yellow FCF,
guinea green B dan sebagainya dalam makanan dan minuman jajanan anak-anak
Kelurahan Buaran beraneka ragam dan memiliki warna yang sangat mencolok
Oleh karena itu penelitian kandungan zat pewarna sintetik yang terdapat
dalam jajanan anak-anak dilakukan secara deskriptif yaitu menganalisa jenis dan
kadar zat pewarna buatan.Analisis pewarna sintetis pada makanan dan minuman
metode kromatografi lapis tipis (KLT). KLT merupakan metode pemisahan yang
lebih mudah, lebih cepat, dan memberikan resolusi yang lebih baik dibandingkan
tetapi metode ini relatif sederhana dan dapat digunakan untuk memisahkan
dalampenelitian ini adalah apa saja zat pewarna sintetik yang terdapat di dalam
Tangerang Selatan dan apakah jenis zat pewarna sintetik yang terkandung dalam
722/Menkes/Per/IX/1988.
I.CTujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis jenis jajanan anak anak yang biasa dijual di sekolah
No. 722/Menkes/Per/IX/1988.
I.DManfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi
anak. Informasi ini penting untukpara peneliti yang lain yang tertarik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.A Jajanan ( Street Food )
pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan
saat dan dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar
agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak
kecuali air dan obat - obatan dan substansi-substansi yang dipergunakan untuk
jajanan ( street food ) adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual
oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang
lebih lanjut. Makanan dan minuman jajanan ini umumnya memiliki bentuk, cita
rasa yang berbeda dan warna yang mencolok yang dapat menarik perhatian dan
diolah oleh pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga
dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan-bahan tambahan lainnya
baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk di
anak-anak adalah makanan yang mempunyai rasa manis, enak, dengan warna-
warna yang menarik, dan bertekstur lembut. Jenis makanan seperti coklat,
permen, jeli, biskuit, makanan ringan (snack) merupakan produk makanan favorit
yang berwarna-warni (air minum dalam kemasan maupun es sirup tanpa label,
minuman jeli, es susu (milk ice), minuman ringan (soft drink) dan lain-lain
penelitian di Indonesia pada tahun 2003 terhadap 9465 sampel jajanan sekolah,
ternyata 80% dari semua jajanan yang diteliti mengandung bahan-bahan yang
B, dan sakarin banyak jajanan kaki lima yang tercemar, tidak dapat dipungkiri
banyak sekali dampak yang akan terjadi bagi masyarakat. Pada tahun 2007,
jajanan sehat masih belum banyak dimengerti oleh siswa, terutama siswa
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan
dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk
simpan.Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan
vitamin.
aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan atau
merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan
tersebut karena perlakuan saat pengolahan,penyimpanan atau pengemasan.Agar
makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa
dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan
tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva).Adakalanya
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat makanan lebih
apabila:
pengolahan.
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
Pengeras; Pewarna alami dan sintetik; Penyedap rasa dan aroma; Sekuestran; serta
dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.Warna dari suatu produk
makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang sangat penting. Warna
merupakan kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna
juga dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti
karakteristik dari suatu makanan; untuk mempertegas warna alami dari makanan;
untuk mengkoreksi variasi alami dalam warna; untuk menjaga keseragaman warna
dari batch ke batch, di mana variasi tersebut biasa terjadi pada intensitas warna;
zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan.Hal
ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada
oleh ketidaktahuan rakyat mengenai zat pewarna untuk makanan, atau disebabkan
karena tidak adanya penjelasan dalam label yang melarang penggunaan senyawa
tersebut untuk bahan pangan, dan harga zat pewarna untuk industri relatif jauh
lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk makanan (Winarno,
2002). Zat warna tersebut memiliki warnan yang cerah, dan praktis digunakan.Zat
2005).Zat pewarna dibagi menjadi dua kelompok yaitu certified color dan
uncertified color. Perbedaan antara certified dan uncertified color adalah bila
certified color merupakan zat pewarna sintetik yang terdiri dari dye dan lake,
maka uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami
(Winarno, 2002).
tekstil, kulit, peralatan rumah tangga dan sebagainya (Djalil, dkk, 2005).
Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake.
Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye
telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh FDA.
Sedangkan zat pewarna lake yang hanya terdiri dari satu warna dasar, tidak
1) Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air
2) Lake
Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan
radikalbasa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina atau
Al(OH)3. Lapisan alumina atau Al(OH)3 ini tidak larut dalam air,
sehingga lake ini tidak larut pada hampir semua pelarut. Sesuai dengan
sifatnya yang tidak larut dalam air, zat pewarna ini digunakan untuk
produk-produk yang tidak boleh terkena air. Lake sering kali lebih baik
daripada dye, karena FD & C Dye tidak larut dalam lemak. (Winarno,
2002).
Zat warna alam (pigmen) adalah zat warna yang secara alami terdapat
dalam tanaman maupun hewan.Zat warna alam dapat dikelompokan sebagai hijau,
kuning, merah.Penggunaan zat warna alam untuk makanan dan minuman tidak
memberikan kerugian bagi kesehatan, seperti halnya zat warna sintetik yang
pewarna sintetik berpindah ke pewarna alami. Sebagai contoh serbuk bit (dari
proses sintetis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari
Beberapa contoh pewarna buatan adalah tartazine untuk warna kuning, allura red
untuk warna merah, guinea green B untuk warna hijau dan sebagainya.Kelebihan
pewarna buatan adalah untuk dapat menghasilkan warna yang lebih kuat
meskipun jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Selain itu, meskipun
telah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, warna yang dihasilkan akan
Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas
yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila
penyimpanan.
5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar
untuk pangan diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
Additives (JECFA) zat pewarna buatan dapat digolongkan dalam beberapa kelas
indigoid.
dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu
dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula
negative terhadap kesehatan manusia. Menurut Cahyadi (2009), beberapa hal yang
Bahan pewarna sintetis ini dimakan dan dalam jumlah kecil namun
berulang.
Bahan pewarna sintetik dimakan dalam jangka waktu yang lama.
Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda,
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang
kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau
dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014
persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat
lainnya tidak boleh ada.zat pewarna yang ditambahkan secara tidak bertanggung
tekstildan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti: arsen, timbal,
danraksa sehingga bersifat racun. Beberapa bahan pewarna yang harus dibatasi
limpa, sedangkan caramel dapat menimbulkan efek pada system saraf dan dapat
asma dapat pula menyebabkan hiperarki pada anak.Fast green FCF yang
yellow dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lendir pada
pemakaian zat warna ini tidak diizinkan karena dapat menimbulkan bahaya
Tabel 2.2 Dampak Zat Pewarna Sintetik Pada Makanan Terhadap Kesehatan
(Nollet,2004).
a. Kromatografi Kertas
berupa bercak atau pita (awal).Setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase
lebih mudah, lebih cepat, dan memberikan resolusi yang lebih baik
pemisahan dan identifikasi, tetapi metode ini relatif sederhana dan dapat
digunakan untuk memisahkan campuran yang kompleks.Meskipun
fase diam atau sifatlapisan, dan sifat fase gerak atau campuran larutan
gerak. Pada KLT, fase diam harus mudah didapat (Sudjadi, 1986). Dua sifat
sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu
(Stahl, 1985).Pada proses serapan, yang terjadi jika menggunakan silika gel,
sistem pelarut yang dipakaididasarkan atas prinsip like dissolves like, tetapi
(Rumus 1)
Jarak yang ditempuh pelarut dapat diukur dengan mudah dan jarak
tempuhcuplikan diukur pada pusat bercak itu, atau pada titik kerapatan
maksimum(Sudjadi, 1986).
d. Elektroforesis kapiler
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekitar tempat tinggal dan sekolah-sekolah
dasar wilayah Kelurahan Buaran, Pamulang Kota Tangerang Selatan yaitu pada
makanan dan minuman jajanan anak-anak yang dijual oleh beberapa pedagang
jajanan, dimana di lokasi tersebut terdapat makanan dan minuman yang berwarna
mencolok yang diduga mengandung zat pewarna sintetik, disukai anak-anak dan
2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah makanan dan minuman yang dibuat
sendiri oleh pedagang makanan dan minuman jajanan di sekitar wilayah tempat
yaitu, 10 sampel makanan dan 5 sampel minuman yang dipilih dengan cara
mengandung pewarna sintetik (rhodamin B, methanil yellow dan guinea green B).
Laboratorium terhadap jenis dan kadar zat pewarna buatan yang terkandung pada
Tangerang Selatan.
III.D.1 Peralatan
Pada penelitian alat yang digunakan yaitu gelas ukur , gelas beaker,
III.D.2Bahan
Terdapat dua tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Preparasi Sampel
preparasi diantaranya:
Pengambilan sample:
2. Benang wool dipisahkan dari larutan dan dicuci dengan air dingin
c. Analisis Kualitatif