PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Kosmetik sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3000 tahun
Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami untuk kosmetik, baik yang berasal
ke seluruh penjuru dunia melalui jalur komunikasi yang terjadi dalam kegiatan perdagangan,
agama, budaya politik dan militer. Di Indonesia sendiri sejarah tentang kosmetologi telah
dimulai jauh sebelum zaman penjajahan Belanda. Kosmetik dewasa ini sudah menjadi
kebutuhan primer bagi hampir seluruh wanita dan sebagian pria (Wasitaatmadja,1997).
Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.
Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim.
Pewarna bibir modern yang disukai adalah jenis sediaan pewarna bibir yang jika dilekatkan
pada bibir akan memberikan selaput yang kering. Dewasa ini pewarna bibir yang banyak
digunakan adalah pewarna bibir dalam bentuk krayon. Pewarna bibir krayon lebih dikenal
Menyadari akan berbagai kelemahan yang terjadi atas pewarna sintetik tersebut dan
seiring dengan berkembangnya gaya hidup back to nature, maka zat warna alami semakin
dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih aman. Penggunaan pewarna alami dalam
formulasi lipstik merupakan salah satu solusi untuk menghindari penggunaan pewarna
sintetik yang berbahaya. Pewarna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini sejak dahulu telah
digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaannya secara umum
Salah satu tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat warna
dalam negeri yang memiliki potensi baik untuk dikembangkan. Buah terong belanda lebih
banyak dikonsumsi sebagai buah, baik dimakan segar, dibuat sirup atau juice (Soetasad dan
Pemanfaatan ekstrak biji terong belanda dipilih karena dapat digunakan sebagai pewarna
alami karena mengandung antosianin. Selain buah ini mudah ditemukan, memanfaatkan
limbah biji terong belanda dari produksi sirup dan juice, buah terong belanda ini juga kaya
akan antioksidan seperti vitamin E, vitamin A, Vitamin C, dan Vitamin B6, senyawa
alami yang berasal dari buah terong belanda untuk digunakan sebagai pewarna pada
sediaan lipstik. Dilakukan ekstrasi zat warna buah terong belanda yang kemudian dilanjutkan
pada formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan zat warna alami dari ekstrak buah
mengandung bahan berbahaya/bahan dilarang tercantum bahwa Zat Warna Merah K.3 (CI
15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075) yang banyak digunakan
dalam kosmetika merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna
kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin dalam konsentrasi
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a Apakah ekstrak buah terong belanda dapat digunakan sebagai pewarna dalam
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
a Ekstrak buah terong belanda dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi
sediaan lipstik.
b Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah terong belanda sebagai pewarna
4 Tujuan
a Untuk membuat sediaan lipstik menggunakan zat warna yang diekstraksi dari buah
terong belanda.
b Untuk mengetahui kestabilan sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah terong
belanda (Cyphomandra betacea Sendtn) sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terung belanda memiliki ciri-ciri bau seperti lembu kutub, panjang tangkai daunnya
mencapai 710 cm. Bunga terung belanda berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat
ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda, harum, berdiameter kira-kira 1 cm.
Ciri lain dari tanaman terung belanda juga dapat dilihat dari bagian-bagian bunga
yang berbilangan lima, daun mahkota berbentuk genta, bercuping lima, benang sari 5 utas,
berada di depan daun mahkota, kepala sari tersembunyi dalam runjung yang bertentangan
dengan putik, bakal buah beruang dua, dengan banyak bakal biji, dan kepala putik yang
kecil. Buah terung belanda berbentuk bulat telur sungsang atau bulat telur, berukuran 3
10 cm x 35 cm, meruncing ke dua ujungnya, bergelantungan, bertangkai panjang, daun
kelopaknya tidak rontok. Kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung kemerah-merahan,
merah jingga sampai kekuning-kuningan, daging buahnya mengandung banyak sari buah,
agak asam, berwarna kehitam-hitaman sampai kekuningkuningan. Bijinya bulat pipih, tipis,
dan keras.
Terung belanda aslinya berasal dari Peru, dan sekarang sudah umum dijumpai di
daerah tropis. Tumbuh baik di pegunungan/dataran tinggi pada ketinggian 1000 mdpl.
Di Jawa Barat dahulu dapat ditemui sedari 450-1700 mdpl. Menghendaki tanah yang kaya
akan hara, drainase yang baik, dan tanah yang lembab dan dingin.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Polemoniales
Suku : Solanaceae
Marga : Cyphomandra
Buah terong belanda ini juga kaya akan antioksidan seperti vitamin E, vitamin A,
Vitamin C, dan Vitamin B6, senyawa karotenoid, antosianin dan serat (Astawan dan Andreas,
1997). Buah terung belanda ini dimanfaatkan dengan cara dimakan sebagai buah segar, untuk
bumbu masak, sayuran dan minuman. Buah terong ini dapat dimakan segar, direbus,
dibuat asinan, dan lain sebagainya. Terung belanda mengandung provitamin A yang baik
untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan, panas dalam dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Terung Belanda mengandung antosianin yang termasuk
kedalam golongan flavonoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan, serat yang tinggi
2.2 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini merupakan penyebab hampir
semua warna merah jambu, merah marak, merah, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun,
dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini
dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilisasi atau
dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah sianidin yang berwarna
merah lembayung. Warna jingga disebabkan oleh pelargonidin yang gugus hidroksilnya
kurang satu dibandingkan sianidin. Warna lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh
delfinidin yang gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin (Harborne, 1987).
Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak ditemukan dalam
bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun, batang, dan akar. Bagi
tumbuhan, antosianin memiliki banyak fungsi yang berbeda, misalnya sebagai antioksidan
dan pelindung untuk melawan sinar UV. Antosianin telah digunakan untuk mewarnai
makanan sejak zaman dahulu. Warna antosianin bergantung pada struktur dan keasaman.
Sebagian besar antosianin berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru
pada kondisi asam yang kurang. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh suhu,
2.3 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m 2 dengan berat kira kira 15% dari
berat badan. Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis
atau kutikel, lapisan dermis dan lapisan subkutis (hipodermis). Tidak ada garis tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan
granulosum, stratum spinosum dan stratum basalis. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah
lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati. Stratum
lusidum terdapat langsung di bawah stratum korneum, merupakan lapisan sel gepeng tanpa
inti. Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti sel diantaranya. Stratum spinosum terdiri atas beberapa sel berbentuk
poligonal dengan ukuran bermacam-macam. Stratum basalis terdiri atas sel-sel kubus yang
keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di
dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Di
dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah, dan ujung saraf
Lapisan subkutis merupakan lanjutan dari dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi
sebagai cadangan makanan. Lapisan lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan
(Wasitaatmadja, 1997).
Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan
tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai mantel asam kulit.
Tingkat keasamannya (pH) umumnya berkisar antara 4,5 6,5 (Tranggono dan Latifah,
2007).
Fungsi pokok mantel asam kulit yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):
1 Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam
2.4 Bibir
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan jangatnya sangat
tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan
aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat
kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur,
sehingga bibir akan nampak selalu basah, sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir,
menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering
lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang
Pada permukaan luar, bibir dilapisi oleh integument (jaringan penutup permukaan
kulit), dan permukaan dalam, membran selaput lendir oral menjadi satu dengan kulit bibir
pada batas merah terang. Pada komponen dari bibir di temukan otot oris orbikularis, arteri
dan vena labial, susunan saraf, jaringan lemak dan kelenjar lemak. Kelenjar labial (kelenjar
air liur) sejati terletak diantara membran selaput lendir dan otot oris orbikularis. Bibir
dibasahi oleh saliva atau air liur yang dihasilkan oleh kelenjar labial (Balsam, 1972).
Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi dimana
kulit bibir bergabung ke dalam membran mukosa. Ini merupakan daerah dimana wanita
Kosmetik rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan
untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar
ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu lipstik, lip crayon, krim bibir
(lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner) dan lip sealer
(Wasitaatmadja, 1997).
2.5 Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang
dipakai dalam usaha mempercantik diri ini, dahulu di ramu dari bahan-bahan alami yang
terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami
tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja,
1997). Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut kuku, bibir dan
organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya
tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki
bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit
penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti
diri. Pewarna merupakan komponen utama dalam setiap formulasi kosmetik dekoratif.
al, 2001).
Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang menarik, bau yang
harum dan menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau, dan
tidak merusak atau mengganggu kulit, bibir, kuku, dan adeneksa lainnya (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu(Tranggono dan
Latifah, 2007):
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya
sebentar, misalnya bedak, lipstik, perona pipi, eye shadow, dan lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru
luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat
penghilang rambut.
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi menjadi
(Wasitaatmadja, 1997):
2.6 Lipstik
Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga membentuk
bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata, rambut, dan pakaian.
Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat lebih kecil atau lebih besar
Hakekat fungsi dari lipstik adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah
yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat nan menarik. Akan tetapi kenyataan
kemudian warna lain pun mulai digemari orang, sehingga corak warna lipstik bervariasi
mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna dari merah jambu,
merah jingga, hingga merah biru bahkan ungu (Ditjen POM, 1985).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari
campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal
sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38 o C.
Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya,
terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih
sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62 o C, biasanya berkisar antara 55-75 o C (Ditjen
POM, 1985).
2007):
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan
zat warna
1 Minyak
Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan, kilauan, dan
berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher, 2000). Minyak yang
sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral, dan minyak nabati lain.
Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang
jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern.
pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang ideal
akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 dan mampu mengikat fase
minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan mudah
dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang digunakan
antara lain carnauba wax, candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil
alkohol. Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85 . Biasa digunakan dalam jumlah
kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik (Balsam, 1972).
3 Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk
membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan
kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik.
Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam
basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen.
Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin,
Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam basisnya,
sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi tersuspensi dalam
basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing memiliki arti tersendiri, tetapi
Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk
menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada tetapi
dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan
dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang
1 Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang
rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah antioksidan yang
sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik
pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil
lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau yang mungkin timbul
Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada dua
metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode drop point. Metode
melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan metode drop point menggunakan pelat
tipis. Syarat lipstik melebur pada metode melting point adalah 60 atau lebih, sedangkan
Penetapan suhu lebur lipstik dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa lipstik
akan meleleh dalam wadahnya sehingga minyak akan keluar. Suhu tersebut menunjukkan
batas suhu penyimpanan lipstik yang selanjutnya berguna dalam proses pembentukan,
Evaluasi kekerasan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan
Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin dalam lipstik (Balsam, 1972).
horizontal. Pada jarak kira-kira inci dari tepi, digantungkan beban yang berfungsi sebagai
pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada
interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking point
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit
punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan
5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik (Keithler,
1956).
dalam konsentrasi 1% yaitu 1 gram sampel dalam 100 ml akuades (Rawlins, 2003).
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik
dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari
ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, et al., 2011).
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara
mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui
apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).
Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada
kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam
setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda reaksi kulit
yang ditimbulkan yaitu hiperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang
demikian bersifat lokal pada daerah kulit yang rusak saja (Ditjen POM, 1985).
Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang dijadikan
panel uji tempel sebaiknya wanita, usia diantara 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani dan
rohani, dan menyatakan kesediaannya dijadikan panel uji tempel (Ditjen POM, 1985).
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji
tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian
punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM,
1985).
Teknik uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas
tertentu lokasi lekatan, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati reaksi kulit yang
terjadi. Reaksi kulit akibat iritan primer terjadi antara beberapa menit hingga satu jam setelah
Prosedur uji tempel preventif adalah prosedur uji tempel yang dilakukan sebelum
penggunaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap sediaan ini atau
tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu
pelekatannya ditetapkan 24 jam, daerah lokasi lekatan di belakang telinga atau bahu.
Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah metode uji yang digunakan untuk mengukur
tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian. Jumlah minimal
panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6 orang, sedangkan untuk panelis non
standar adalah 30 orang. Menurut Badan Standar Nasional (2006) syarat-syarat panelis
Penilaian sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Jumlah tingkat
kesukaan bervariasi. Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan selanjutnya dapat
dianalisis secara statistik untuk penarikan kesimpulan (Badan Standar Nasional, 2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
Sediaan Solid, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta Selatan DKI
Jakarta.
III.A.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2016 sampai Juni 2016 .
1. Bahan Pewarna yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah buah Terong
Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn) yang diperoleh dari daerah Bogor- Jawa
Barat . Bagian buah yang digunakan untuk penelitian ini adalah bagian buah.
2. Pelarut
a akuades,
b etanol 96%,
c asam tartarat,
3. Bahan Kimia
a) butil hidroksitoluen,
b) carnauba wax,
c) cera alba (Brataco),
d) lanolin anhidrat (Brataco),
e) nipagin,
f) oleum ricini (Brataco),
g) parfum anggur,
h) propilen glikol,
i) setil alkohol (Brataco),
j) titanium dioksida, dan
k) vaselin alba (Brataco)
4. Alat
Dilakukan pengolahan sampel dari buah buah terong belanda (Cyphomandra betacea
Sendtn) yang masih segar dimana daging dari buahnya telah dipisahkan dan dicuci dengan
bersih, kemudian diblender. Buah buah terong belanda (Cyphomandra betacea Sendtn) yang
telah halus kemudian dimaserasi dengan etanol 96% dan 1% asam tatarat , ditutup dan
dibiarkan selama 1 malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring, filtrat di
tampung, lalu diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur kurang lebih
50 C, kemudian di freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak kental buah terong belanda
Kemudian dilakukan modifikasi formula terhadap formula dasar sediaan lipstik yang
akan dibuat dengan bahan pewarna dari hasil ekstraksi buah (Cyphomandra betacea Sendtn)
tersebut dengan membuat beberapa perbandingan formula. Setelah itu dilakukan uji evaluasi
terhadap sediaan dengan melakukan pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap
sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.
III.D Tahapan penelitian
betacea Sendtn) yang diperoleh dari daerah Bogor- Jawa Barat dideterminasi di
dengan 1 liter etanol 96% dan 1% asam sitrat, ditutup dan dibiarkan selama 1
malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring, filtrat di tampung, lalu
diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur kurang lebih 50
belanda.
C. Pembuatan Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak Buah Terong Belanda dalam
Berbagai Konsentrasi
i. Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian ini dengan
propilen glikol, titanium dioksida dan butil hidroksitoluen. Ekstrak buah terong
belanda tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga perlu ditambahkan propilen
glikol untuk melarutkan zat warna tersebut dan zat warna dapat terdispersi homogen
dalam oleum ricini. Propilen glikol yang digunakan sebagai pelarut sebanyak 5-80%
(Rowe,dkk., 2009). Dalam penelitian ini digunakan 5%. Titanium dioksida digunakan
sebagai pigmen, pemburam, pemberi kilau, dan melindungi bibir dari sinar UV
sebagai antioksidan untuk mencegah proses oksidasi dari minyak dan lemak yang
Oleum ricini digunakan dalam formula pembuatan lipstik karena oleum ricini
warna yang baik. Carnauba wax digunakan untuk memberikan kekuatan kepada
lipstik sehingga lipstik tidak mudah patah. Dalam formula, digunakan juga setil
alkohol yang juga berfungsi sebagai lilin. Setil alkohol digunakan untuk menurunkan
dioleskan.
Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol, setelah nipagin larut, ekstrak buah terong
belanda kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin tersebut,
campuran pewarna, nipagin, dan propilen glikol, lalu ditambahkan titanium dioksida
dan diaduk hingga homogen (campuran A). Ditimbang cera alba, carnauba wax, setil
alkohol, lanolin dan vaselin alba, dimasukkan dalam cawan penguap, kemudian
membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam
kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan
bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, dan pemeriksaan pH.
1) Pemeriksaan homogenitas
Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak buah rasberi diperiksa
suhu bibir, bervariasi antara 36-38 . Tetapi karena harus memperhatikan faktor
ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, suhu
lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar antara 55-75 (Ditjen POM,
1985).
Metode pengamatan titik lebur lipstik yang digunakan dalam penelitian adalah
dengan cara memasukkan lipstik dalam oven dengan suhu awal 50 selama 15
menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1 setiap 15
horizontal. Pada jarak kira-kira inci dari tepi, digantungkan beban yang
berat beban 10 gram pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik
suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-
30.
5) Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit
menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik
jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan sudah merata.
Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna
masingmasing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan
netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan.
a. Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak
buah rasberi dengan maksud untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat
dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Pada uji ini digunakan
sediaan lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah rasberi paling tinggi, yaitu
sediaan uji pada luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), lokasi lekatan di belakang
telinga atau bahu, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati reaksi
kulit yang terjadi. Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula,
kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini
2006).
a. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan masing-masing sediaan lipstik
(Cyphomandra betacea Sendtn) yang diperoleh dari daerah Bogor- Jawa Barat .
Bagian buah yang digunakan untuk penelitian ini adalah bagian buah.
IV.A.II Pelarut
a. akuades,
b. etanol 96%,
c. asam tartarat,
IV.B Alat