PENDAHULUAN
manusia mencari nafkah. Diatas tanah pula manusia membangun rumah sebagai
dan sebagainya. Tanah juga mengandung berbagai macam kekayaan alam yang
dapat dimanfaatkan manusia.1 Secara hakiki, makna dan posisi strategis tanah
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tidak saja mengandung aspek fisik, tetapi
juga aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, pertahanan keamanan dan aspek
yang terkait sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dalam pengambilan proses
1
Adrian Sutedi, 2007, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah
Untuk Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 45.
2
Husein Alting, 2010, Dinamika Hukum Dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak
Masyarakat Hukum Adat Tanah (Masa Lalu, Kini dan Masa Mendatang), Lembaga Penerbitan
Universitas Khairun, Ternate, hal. 6.
3
Adrian Sutedi, loc.cit.
1
2
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Kata-
kata tumpah darah memiliki makna tanah air. Tanah air Indonesia meliputi bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Kesemuanya itu ditujukan
lebih lanjut lanjut dari kalimat ini dituangkan dalam Pasal 33 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945).
Hak menguasai negara yang terdapat dalam Pasal 33 UUD 1945 termuat
dalam ayat (2) dan ayat (3). Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menyatakan : Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
negara adalah suatu organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat sehingga bagi
pemilik kekuasaan, upaya untuk mempengaruhi pihak lain menjadi sentral yang
3
dalam hal ini dipegang oleh negara. Tanah sebagai faktor produksi yang utama
harus berada di bawah kekuasaan negara. Tanah dikuasai oleh negara artinya
tidak harus dimiliki negara. Negara memiliki hak untuk menguasai tanah melalui
menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai (bagian dari) bumi, air
antar orang-orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
tugas bangsa untuk mengatur dan memimpin penguasaan dan penggunaan tanah
Dalam Pasal 2 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu
seluruh rakyat. Menurut Pasal 2 ayat (2) UUPA, negara diberi wewenang untuk :
4
Winahyu Erwiningsih, 2009, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Total Media,
Yogyakarta, hal. 83.
4
negara tidak perlu mempunyai hak milik atas tanah atau hubungan negara dengan
tanah adalah bukan hubungan pemilikan sebab hubungan milik adalah kepunyaan
bahwa benda-benda yang dipergunakan untuk umum yang disebut dengan res
publicae adalah milik negara dan pemilikan oleh negara tersebut semu karena
memberi alasan mengapa negara dapat bertindak sebagai pemilik tanah yang
yang khusus antara negara dan tanah-tanah yang masuk kategori res pulicae in
hukum yang dijalankan negara terhadap tanah yang dipergunakan oleh umum,
mempunyai isi yang sama dengan kekuasaan hukum yang dilakukan negara
terhadap tanah-tanah lain yang digunakan secara tidak terbatas. Isi kekuasaan ini
memiliki karakter yang sama dengan kekuasaan milik perseorangan dalam hukum
perdata. Ketiga, tanah yang dipergunakan untuk kepentingan dinas umum seperti
5
Ronald Z. Titahelu, 1993, Penetapan Asas-Asas Hukum Umum Dalam Penggunaan
Tanah Untuk Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat, Disertasi Program Pascasarjana Universitas
Airlangga, Surabaya, hal. 191.
5
menjadi milik negara. Sifat kepemilikan dari negara adalah tidak mutlak tetapi
unifikasi7 UUPA. Pencabutan hak atas tanah telah mendapatkan penegasan dalam
kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak
atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian yang layak menurut cara
mengenai hak-haknya atas tanah yang tanahnya dicabut, tetapi diikat dengan
syarat-syarat yakni pemberian ganti kerugian yang layak. Termasuk hapusnya hak
milik itu karena pencabutan hak. Ketentuan Pasal 18 UUPA menggariskan bahwa
untuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-
hak atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian yang layak.
Pencabutan hak atas tanah merupakan jalan yang terakhir untuk memperoleh
tanah dan atau benda-benda lainnya yang diperlukan untuk kepentingan umum.
tanah tetap tidak boleh diabaikan. Selain wewenang yang ada pada pemerintah
6
Ronald Z. Titahelu, Op.cit, hal. 91-110.
7
UUPA telah mengakhiri dualisme hukum pertanahan di Indonesia, yang dengan tegas
telah mencabut Agrarische Wet (S. 18750-55), kemudian Domein Verklaring yang tersebut dalam
pasal 1 Agrarische Besluit, Domein Verklaring untuk Sumatera, Keresidenan Manado dan
Keresidenan Borneo, Koninklijk Besluit dan buku kedua dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
6
Pada era pemerintahan orde baru terdapat tiga masalah pokok dalam
pembebasan tanah. Pada masa orde baru tuntutan pembangunan nasional semakin
memperbesar kapasitas tuntutan atas tanah dan volume pengambilan tanah dari
masyarakat. Hal ini menjadi masalah karena kriteria kepentingan umum sebagai
Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada diatasnya, yang berisi pedoman
Inpres tersebut dapat dipakai tetapi secara formal, seharusnya materi yang begitu
penting tidak hanya diatur dalam sebuah Inpres yang biasanya bersifat teknis dan
melancarkan program-programnya.9
pada era orde baru ini dibuat beberapa peraturan perundangan agraria secara
8
Adrian Sutedi, Op. cit, hal. 89.
9
Winahyu Erwiningsih, Op. cit, hal 175.
7
dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang
Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya. Kedua peraturan perundang-
undangan ini jika dilihat dari materinya lebih proporsional untuk dituangkan
partisipatif karena secara formal hanya dilakukan secara sepihak oleh pemerintah
dan dengan sendirinya tidak aspiratif karena tidak membuka saluran secara wajar
oleh pihak swasta tetapi pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk dan cara yang
proyek fasilitas umum seperti kantor pemerintah, jalan raya, pelabuhan laut,
10
Produk hukum yang konservatif lebih didominasi oleh lembaga-lembaga negara
terutama pihak eksekutif (sentralistis) dan lebih mencerminkan kehendak atau memberikan
justtifikasi bagi kehendak-kehendak dan program pemerintah. Hukum konservatif biasanya
memuat hal-hal yang pokok-pokok dan ambigu sehingga memberi peluang luas bagi pemerintah
untuk membuat penafsiran secara sepihak melalui berbagai peraturan pelaksana (interpretatif).
11
Moh. Mahfud MD, 1998, Politik Hukum di Indonesia, PT Pustaka LP3ES Indonesia,
Jakarta, hal. 354.
8
lain.12
Republik Indonesia Nomor 5280), patut disimak pula mengenai jenis kepentingan
12
Adrian Sutedi, Op.cit, hal.46.
9
tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian
yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Terdapat pendapat keliru, bahwa
dengan peraturan yang berlaku di negara lain, tanpa memperhatikan sistem yang
pengadaan tanah oleh pemerintah untuk kepentingan umum dan kedua pengadaan
dan bukan komersial atau bukan sosial.14 Pengadaan tanah untuk kepentingan
umum merupakan salah satu manifestasi dari fungsi sosial hak atas tanah.
yang merata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat atau masyarakat itu sendiri,
13
Maria S.W Sumardjono, 2009, Tanah Dalam Persepektif Hak Ekonomi Sosial dan
Budaya, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, (selanjutnya disingkat Maria S.W Sumardjono I),
hal. 22.
14
Bernhard Limbong, 2011, Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan:Regulasi,
Kompensasi Penegakan Hukum, Pustaka Margareta, Jakarta, (Selanjutnya disingkat Bernhard
Limbong I), hal. 129.
10
baik yang akan digunakan untuk kepentingan umum maupun kepentingan swasta.
Pengadaan tanah untuk pembangunan hanya dapat dilakukan atas dasar dan
bentuk ganti rugi yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah itu sendiri.15
Sedemikian penting fungsi dan peran tanah bagi kehidupan manusia maka perlu
adanya landasan hukum yang menjadi pedoman dan sebagai bentuk jaminan
karena itu sistem administrasi tanah harus mampu mengelola pembebasan lahan
penggunaan lahan dalam merespon tuntutan sosial dan ekonomi. Ditinjau dari
efektif yang mengelola pasar tanah, mencatat hak penggunaan tanah dan
15
Ibid, hal. 131.
16
Ibid.
17
Fauzi Noer, 1997, Tanah dan Pembangunan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
(selanjutnya disingkat Fauzi Noer I), hal. 7.
11
merupakan isu lintas sektor yang kompleks-suatu masalah yang didekati di setiap
negara, tentu saja dalam setiap yurisdiksi lokal, sesuai dengan proses yang diambil
dari berbagai fungsi administrasi pertanahan, dan sering dari persepektif sejarah.
berkembang ini, terletak pada bingkai kerangka konstitusional yang jelas dan
manusia untuk pemukiman kembali, tingkat kompensasi yang memadai dan yang
Pembebasan tanah tidak hanya dilakukan untuk sektor publik tetapi juga
sektor swasta. Asal manajemen perubahan spasial dan pelaksanaan struktur fisik
memastikan penggunaan tanah tersebut untuk tujuan yang tepat. Sektor publik
biasanya hanya memiliki sumber daya yang memadai untuk melaksanakan seluruh
khususnya fasilitas kesehatan dan pendidikan. Selain itu, mendorong individu dan
18
Bernhard Limbong I, Op.cit, hal. 249.
12
diselenggarakan oleh badan usaha swasta : perkara pencabutan hak atas tanah
Pulomas. Yayasan perumahan Pulomas adalah suatu badan hukum biasa yang
tunduk pada hukum perdata umum sebagai swasta oleh karena itu kepentingannya
tidak dapat disamakan begitu saja dengan kepentingan negara, atau kepentingan
umum, karena bagaimanapun juga modal dasar yayasan adalah harta kekayaan
yang sudah dipindahkan/dipisahkan. Jadi sekalipun modal itu berasal dari Pemda
DKI Jakarta, namun ia sudah terpisah dan berdiri sendiri sehingga modal itu tidak
yayasan perumahan Pulomas berdiri sendiri, sebagai badan hukum, tidaklah dapat
19
Bernhard Limbong I, Op.cit, hal. 250.
13
mempertajam polarisasi antara kelompok yang kuat dengan kelompok yang lemah
dalam penguasaan tanah. Dalam berbagai kegiatan ekonomi tampil tiga pelaku di
dalam akses terhadap modal dan akses politik berkenaan dengan tanah yang
terbatas.21
proyek, baik yang dijalankan oleh instansi dan perusahaan milik pemerintah
bukan hanya melingkupi aspek ekonomi namun juga politik. Sebagai alas hidup
manusia, tanah dengan sendiri menempatkan posisi yang vital, atas pertimbangan
karakternya yang unik sebagai benda yang tak tergantikan, tidak dapat
20
Adrian Sutedi, Op. cit, hal. 317.
21
Maria S.W Sumardjono I, Op.cit, hal. 23.
22
Winahyu Erwiningsih, Op. cit, hal. 270.
14
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum oleh pihak swasta
antara lain:
1. Faktor Politik
di Indonesia merupakan persoalan yang cukup pelik. Hal ini karena masalah
pihak yang berkuasa. Sebagai salah satu arena pertarungan, tentu ada yang
menang ada yang kalah atau terjadi suatu kedudukan seri yang akhirnya
Suatu ketika tanah menjadi bagian dari benda warisan atau harta
perusahaan bahkan tanah di banyak tempat menjadi benda yang keramat. Menurut
religius selain hubungan hukum. Hubungan ini bukan saja antara individu dan
tanah, tetapi dapat juga antar sekelompok anggota masyarakat suatu persekutuan
Walaupun UUD 1945 tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa pemilikan secara
perseorangan adalah sah, namun jelas memberi ruang luas kepada warga negara
bakatnya dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sumber hak milik itu
adalah hak ulayat yang menurut hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia,
artinya hak bersama atau hak masyarakat. Pemahaman ini hak milik perseorangan
dilekati fungsi sosial, yang artinya tanah milik perseorangan bukan saja
dipergunakan tanpa merugikan orang lain, justru harus diletakkan dalam rangka
masyarakat adat atau masyarakat lokal terhadap sumber daya alam yang menjadi
ruang hidupnya (lebensraum), baik karena diambil alih secara formal oleh pihak
lain (dengan atau tanpa kerugian yang memadai) atau karena tidak diakuinya
23
Winahyu Erwiningsih, Op.cit, hal.252.
24
Winahyu Erwiningsih, Op.cit, hal. 249.
16
pelengkap tanah yang tertulis harus tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan
UUPA. Dalam pandangan rakyat, tanah bukan saja sekedar permukaan bumi,
perdata adat mengenai tanah seringkali tidak mudah diselesaikan apalagi jika
3. Faktor Hukum
Dilihat pergeseran paradigma baru dari era Orde Baru, tanah memiliki
pergeseran nilai, yaitu dari tanah yang dikelola bersama (sosial) berubah menjadi
skema pasar dalam era reformasi ini. Pendekatan sebelumnya yang kapitalistik
harus diubah dengan pendekatan yang lebih populistik. Reformasi agraria (Land
terhadap pasal yang bernuansa kapitalistik dalam RUU Pengadaan Tanah yang
Misalnya yang termuat dalam draft RUU Pengadaan Tanah dalam Pasal 4
25
Winahyu Erwiningsih, Op.cit, hal. 255.
17
kepentingan umum dan pengadaaan tanah untuk kepentingan swasta. Dalam draft
pada dua hal, yaitu : kepentingan umum dan kepentingan usaha swasta.
purposes diberikan kedudukan urgensi yang sama sebagaimana terjadi pada public
purposes.
bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau
cenderung reaktif karena mendasarkan penilaian lebih pada apa yang tersurat atau
berpikir reflektif yang menunjukkan upaya untuk tidak sekadar berhenti pada hal-
hal yang bersifat harafiah semata, namun berusaha menemukan makna yang
bunyi kata-kata saja, tetapi harus mencari arti, makna atau tujuannya. Membaca
dibaca penjelasan dan konsiderannya. Jika hukum dikatakan sebagai suatu sistem,
26
Maria S.W Sumardjono, 2009, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan
Implementasi, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, (selanjutnya disingkat Maria S.W
Sumardjono II), hal. 190.
18
maka untuk memahami suatu pasal dalam undang-undang sering harus dibaca
Undang-Undang harus diketahui oleh umum, tersebar luas dan harus jelas.
penjelasan tersebut tidak juga memberi kejelasan, karena hanya dinyatakan cukup
dapat diterapkan begitu saja secara langsung pada peristiwa kongkret, oleh karena
itu ketentuan undang-undang harus diberi arti, dijelaskan atau ditafsirkan dan
perundang-undangan yang tidak jelas, tidak lengkap, bersifat statis dan tidak dapat
maka harus diisi dengan menemukan hukumnya yang dilakukan dengan cara
27
Sudikno Mertokusumo, 2001, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Jakarta,
hal. 50.
28
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum, Citra
Aditya, Jakarta, hal. 12.
29
Ibid.
19
Umum tidak terdapat penjelasan yang memadai, lengkap dan tuntas mengenai
kepentingan umum. Dapat dianalisa bahwa Pasal 12 ayat (1) tersebut tidak secara
tanah untuk kepentingan umum. Disini terjadi kekosongan hukum, oleh karena itu
penulis tertarik untuk membuat sebuah karya tulis yang berjudul : Pengaturan
Swasta.
a. Penelitian dari I Dewa Gede Putra Joni Dharmawan K. SH, Program Studi
Klungkung?
penelitian ini :
Kota Semarang?
di Kabupaten Semarang?
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat diuraikan rumusan masalah
sebagai berikut:
diharapkan mampu:
pada khususnya sehingga penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan praktis.
23
2. Bagi instansi pertanahan, dapat dipakai sebagai bahan evaluasi dan lebih
umum.
Negara kesejahteraan lahir akibat adanya the great depression pada tahun
1929 yang melanda negara-negara Barat yang menganut laissez faire. Pada tahun
ekonomi saat itu, digunakan sebagai suatu instrument intervensi pemerintah dalam
diserahkan kepada pemerintah untuk apa itu hukum dalam kerangka negara
kesejahteraan.31
30
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya
disingkat Peter Mahmud Marzuki I), hal. 135.
31
Ibid.
25
Law yang kerap menimbulkan stigma karena hanya ditujukan untuk memberi
bantuan bagi orang-orang miskin.32 Berbeda dengan sistem dalam The Poor Law,
yang melembaga bagi setiap orang sebagai cerminan dari adanya hak
dan wanita, kaya dan miskin, sebaik dan sedapat mungkin. Welfare state berupaya
negara secara adil dan berkelanjutan. Negara kesejahteraan sangat erat kaitannya
dengan kebijakan sosial (social policy) yang di banyak negara mencakup strategi
mencakup jaminan sosial, baik berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial
Menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smith, ide dasar negara kesejahteraan
32
Bernhard Limbong I, Op.cit, hal. 75.
26
adalah sesuatu yang baik. Sebaliknya sesuatu yang menimbulkan sakit adalah
kebijakan sosial.33
negara harus secara aktif mengupayakan kesejahteraan, bertindak adil yang dapat
sebagai berikut :
33
Bernhard Limbong I, Op.cit, hal. 76, dikutip dari Judith Bessant et.al. 2006, Talking
Policy : How Social Policy in Made, Allen and Unwin, Crows Nest.
27
negara yang ingin dibentuk oleh bangsa Indonesia ialah negara kesejahteraan.35
Pada bagian lain, dikatakan oleh Azhary kalau di Barat negara kesejahteraan baru
dikenal sekitar tahun 1960, maka bangsa Indonesia sudah merumuskannya pada
tahun 1945 oleh Soepomo Bapak Konstitusi di Indonesia.36 Pada saat perumusan
UUD 1945, dikatakan oleh Yamin bahwa negara yang akan dibentuk itu hanya
semata-mata untuk seluruh rakyat untuk kepentingan seluruh bangsa yang akan
yang menjadi dasar dan tujuan negara Indonesia merdeka ialah pada ringkasnya
negara yang berdasar atas hukum, sebagai Rechtsstaat. Rechtsstaat Indonesia itu
bangsa dan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
34
Winahyu Erwiningsih, Op.cit, hal. 15, dikutip dari De Haan P. et.al. 1986, Bestuurecht
In De Sociale Rechtsstaat, Deel I Ontwikling Organisatie, Instrumentarium, Kluwer-Deventer, hal.
17.
35
Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia, UI-Press, Jakarta, hal. 116.
36
Ibid, hal. 145.
37
Ibid, hal. 69.
28
Rechsstaat itu ialah Rechtsstaat yang materiil, yang sosial, yang oleh Bung Hatta
E. Uttrecht adanya bestuurzorg ini menjadi suatu tanda yang menyatakan adanya
suatu welfare state.39 Bagir Manan menyebutkan bahwa dimensi sosial ekonomi
dari negara berdasar atas hukum adalah berupa kewajiban negara atau pemerintah
38
A. Hamid S. Atamimi, 1996, Der Rechtsstaat Republik Indonesia dan Persepektifnya
Menurut Pancasila dan UUD 1945, Makalah pada Seminar Dies Natalis Universitas 17 Agustus
Jakarta ke 42, diselenggarakan oleh Universitas 17 Agustus, Jakarta, Tanggal 9 Juli, hal. 6.
39
E. Utrecht, 1988, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Pustaka Tinta Mas, Surabaya,
hal. 11.
40
Bagir Manan,1999, Pemikiran Negara Berkonstitusi di Indonesia, Makalah pada
Temu Ilmiah Nasional, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 6 April, hal. 2.
41
Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di
Indonesia, Alumni, Bandung, hal. 2-3.
29
umum, yakni kepentingan dan mencakup aspek kehidupan orang banyak. Asas ini
kelemahan dan kekurangan asas legalitas, pemerintah dapat bertindak atas dasar
42
Kuntjoro Purbopranoto, 1975, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan
Administrasi Negara, Alumni, Bandung, hal. 39-40.
30
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, dengan
dengan pencabutan hak atas tanah maka untuk pencabutan hak atas tanah untuk
umum harus tegas menjadi dasar dalam pencabutan hak ini. Termasuk dalam
dari rakyat serta kepentingan pembangunan. Kedua, pencabutan hak hanya dapat
dilakukan oleh pihak yang berwenang. Untuk keperluan itu telah ditentukan dalam
guna mengatur acara pencabutan hak atas tanah . Ketiga, pencabutan hak atas
43
John Salindeho, 1988, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, hal.
40.
31
tanah harus disertai dengan ganti kerugian yang layak. Pemilik tanah berhak atas
pembayaran sejumlah ganti kerugian yang layak berdasar atas harga yang pantas.
Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya (Lembaran Negara Nomor 288
Tahun 1961 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2324 Tahun 1961) menjadi
pembatas terhadap penguasa sesuai dengan prinsip negara hukum, jika ingin
melalui prosedur hukum. Ketentuan Pasal 1 ayat (1) Instruksi Presiden Nomor 9
dengan 2 (dua) cara. Pertama, Pedoman umum (General Guide) Di sini negara
(public purpose). Istilah public purpose bisa saja berubah, misalnya public
menjadi need, necessity, interest, function, utility atau use. Negara yang
yang tidak tercantum dalam daftar tidak bisa dijadikan sebagai dasar pengadaan
pengadaan tanah.
kemanfaatan ini dapat dipenuhi, artinya dapat dirasakan oleh masyarakat secara
44
Maria S.W Sumardjono, Telaah Konseptutual terhadap Beberapa Aspek Hak Milik,
Sebuah Catatan untuk Makalah Chadijdjah Dalimunte, Konsep Akademis Hak Milik Atas Tanah
Menurut UUPA, Makalah Dalam Seminar Nasional Hukum Agraria III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara-Badan Pertanahan Nasional, Medan 19-20 September, 1990, hal. 13.
33
pencabutan hak atas tanah banyak ditemui kasus yang saling bertentangan dalam
menanggapi ada atau tidaknya asas keadilan. Tidak berlebihan jika di dalam
dalam terhadap hak-hak asasi kemanusiaan, yaitu terhadap harta milik warga
miliknya.
wenagan, sebab dalam negara hukum yang demokratis dijunjung adanya asas
45
Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, 2004, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,
Mitra Kebijakan Pertanahan Indonesia, Yogyakarta, hal. 7.
34
sosial, kondisi politik dan latar belakang sejarah. Kondisi politik, psikologi, sosial
dan budaya merupakan syarat yang sama pentingnya dengan kondisi ekonomi.
Pembangunan bukan sekadar masalah memiliki sejumlah besar uang atau semata-
negara.46
Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik yang dianggap paling terkemuka.
Karyanya yang sangat terkenal adalah sebuah buku yang berjudul An Iquiry into
the Nature and Cause of the Wealth of Nations yang diterbitkan tahun 1776,
dengan itu kemudian disusun oleh para ahli ekonomi berikutnya seperti yang akan
ekonomi. Ia menganggap setiap orang sebagai hakim yang paling tahu akan
46
M.L Jhingan, 2004, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 41.
47
Ibid, hal. 81.
35
Kekuatan yang tidak terlihat yaitu pasar persaingan sempurna yang merupakan
Adam Smith, yang meningkatkan daya produktivitas tenaga kerja. Penyebab dari
kenaikan produktivitas ini bukan berasal dari tenaga kerja tetapi dari modal.
Terdapat pameo yang terkenal yaitu pembagian kerja bertambah seiring dengan
fasilitas transportasi akan terjadi pembagian kerja yang semakin luas dan
pada iklim investasi pada hari ini dan pada kentungan nyata.50
pabrikan akan meningkat pula, ini semua akan membawa pada kemajuan
dikembangkan Adam Smith oleh banyak pakar sering diakui sebagai organisasi
masyarakat terbaik yang mungkin dikembangkan. Hal ini terbukti bahwa jumlah
negara yang menganut sistem pasar ini makin lama makin bertambah dari tahun
ke tahun. Negara yang menganut sistem ekonomi pasar terbukti menikmati tingkat
telah diterapkan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa ada sebagian
pasar barang atau jasa yang sudah bermodel persaingan sempurna. Fakta yang
51
Ibid, hal. 84.
52
Ibid.
53
Deliarnov, 2005, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hal. 42.
37
diprakarsai bukan hanya oleh pemerintah, tetapi peran serta pihak swasta juga ikut
yang terbatas, pola pikir tersebut berujung pada kesulitan memenuhi kebutuhan
pembangunan yang memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini
telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan pembangunan
regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk memberikan layanan untuk
pada saat ini dilakukan dalam bentuk penyediaan lahan dan pembangunan
saat ini masih jauh dari kemampuan negara-negara berkembang lainnya. Pada saat
ini banyak lembaga yang terkait dengan pengelolaan sarana dan prasarana
38
rendah.54
melalui APBD (Rp 355,07 triliun), serta perkiraan investasi pihak swasta (Rp
344,67 triliun). Saat ini masih diperlukan sumber dana lain selain pemerintah
minimum.55
risiko adalah pembebasan tanah.Tanah tidak selalu siap untuk digunakan di dalam
lama dan tambahan biaya. Pemerintah saat ini berupaya untuk mendapatkan
melakukan pembelian tanah sebelum proyek dimulai, yang mana badan usaha
dapat membayarkan kembali di kemudian hari. Khusus untuk proyek jalan tol,
akibat dari mundurnya pembebasan tanah atau naiknya biaya pembebasan tanah
54
Bapenas, 2011, Sustaining Partnership, Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan
Swasta, Mengapa Memilih KPS, Identifikasi dan Seleksi Proyek Kerjasama, Jakarta, hal.6.
55
Ibid, hal. 5.
39
tersebut diatas batas tertentu (land capping). Selain itu, Pemerintah dapat
kenaikan biaya pembebasan tanah bila pengambilalihan tanah ini adalah tanggung
tingkat kepastian hukum yang baik lebih menarik bagi investor karena akan
methodus, Yunani methodos, meta berarti di atas, sedangkan thodos berarti suatu
mula-mula metode diartikan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh menjadi
56
Ibid, hal.10.
57
Johny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Publishing
Malang, hal. 26.
40
tanah bagi kepentingan umum dengan jalan deskripsi atau paparan sesuai pokok
ada.
Sebagai penelitian hukum yang bersifat akademis berkaitan dengan upaya untuk
kekosongan norma dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan yang digunakan dalam tesis ini
adalah:
pembangunan ekonomi.
59
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya
disingkat Peter Mahmud Marzuki II), hal. 93.
60
Ibid, hal. 95.
42
61
Ibid, hal. 94.
43
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahan hukum
primer adalah bahan yang isinya mengikat karena dikeluarkan oleh pemerintah,
traktat. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang isinya membahas bahan
akademik, tesis, laporan dan karya tulis lain, majalah yang berhubungan dengan
penelitian ini. Bahan hukum tertier adalah bahan-bahan hukum yang bersifat
menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, contohnya kamus,
buku pegangan.63
Adapun bahan hukum primer yang dimaksud dalam penulisan tesis ini
ini adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum
primer. Bahan hukum sekunder dalam penulisan tesis ini meliputi : buku buku
literature, jurnal, makalah dan bahan bahan hukum tertulis lainnya yang
Adapun bahan hukum tertier yang dimaksud dalam penulisan tesis ini
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tertier dalam
penulisan tesis ini meliputi kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia.
dengan metode interpretasi hukum. Dalam hal ini, interpretasi yang dipergunakan
permasalahan yang ada. Hasil dari analisis ini kemudian ditarik kesimpulan secara
sistematis agar tidak menimbulkan kontradiksi antara bahan hukum yang satu
Umum
Secara etimologi tanah berarti permukaan bumi atau lapisan bumi yang di
atas sekali.64 Menurut Joseph R. Nolan dan M.J Connolly, definisi tanah (land)
dibawah ini :
(definisi asli dari tanah dalam hukum Inggris adalah, bahwa tanah tidak
dipandang hanya terdiri atas permukaan bumi, akan tetapi juga dianggap
term1asuk segala sesuatu yang melekat padanya, dan juga udara yang
terletak diatasnya sampai ke langit serta apa saja yang terletak di
bawahnya sampai ke pusat bumi; termasuk pula tanah yang diliputi air dan
karena itu bahkan dasar laut pun adalah tanah.)
64
W. J. S Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
hal. 1195.
65
Joseph R. Nolan dan M.J Connolly, Blacks Law Dictionary, (St. Paul Minn: West
Publishing Co, Fifth Edition, 1979), hal. 789.
66
Herman Soesangobeng, Tanah dan Hak Ulayat, Makalah disampaikan dalam Seminar
Pertanahan Balitbang Dep.Keh.HAM, Jakarta, 4 November 2003.
46
47
Peter Butt memberikan pemahaman yang luas terhadap tanah yaitu : Land
is not only face of the earth, but everything under it or over it.67 Imam Sudiyat
geologis-agronomis, tanah ialah lapisan lepas permukaan bumi yang paling atas.
itu dari atas ke bawah berturut-turut terdapat sisiran garapan sedalam irisan bajak,
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh
rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang
angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang
angkasa termaksud dalam ayat 2 pasal ini adalah hubungan yang
bersifat abadi.
(4) Dalam pengertian bumi selain permukaan bumi, termasuk pula
tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.
Penjelasan Umum (II angka 1). Dalam Undang-Undang Pokok Agraria diadakan
perbedaan antara pengertian bumi dan tanah sebagai yang dirumuskan dalam
Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 4 ayat (1) UUPA. Tanah adalah permukaan bumi.
67
Peter Butt, 1980, Introduction to Land Law, The Law Book Company Limited, Sydney,
hal. 7.
68
Imam Sudiyat, 1982, Beberapa Masalah Penguasaan Tanah Di Berbagai Masyarakat
Sedang Berkembang, Liberty, Yogyakarta, hal. 1.
48
Perluasan pengertian bumi dan air dengan ruang angkasa adalah bersangkutan
hubungan yang sangat erat dengan masyarakat di bumi ini, dimana tanah
teratur susunannya dan bertalian satu sama lainnya di satu pihak dan tanah di lain
pihak yaitu tanah dimana mereka berdiam, tanah memberi makan mereka, tanah
dimana mereka dimakamkan, tanah dimana meresap daya hidup, termasuk juga
hidupnya umat itu dan karenanya tergantung daripadanya, maka pikiran serba
Sebutan tanah dalam bahasa dapat dipakai dalam berbagai arti. Maka
dalam penggunaannya perlu diberi batasan, agar diketahui dalam arti apa istilah
itu digunakan. Dalam hukum tanah kata sebutan tanah dipakai dalam arti yuridis
sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA.70 Dalam
Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal
2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang
baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-
badan hukum.
Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi (Pasal 4 ayat (1)
UUPA) sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan
69
Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannnya, Djambatan,Jakarta, hal. 479.
70
Ibid, hal. 18.
49
bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Tanah
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh
penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk
keperluan apapun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian
tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. Oleh
Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
kewenangan untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan demikian
pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya sekadar diperlukan
untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah
itu, dalam batas-batas menurut Undang-Undang ini dan Peraturan-
peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
Maka yang dipunyai hak atas tanah tersebut adalah tanahnya dalam arti
sebagian tubuh bumi yang ada dibawah tanah dan air serta ruang yang ada
71
Ibid, hal. 19.
50
fungsi sosial. Itu artinya, hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang,
baik bagi kesejahteraan pemiliknya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan
negara.
manifestasi dari fungsi sosial hak atas tanah. Pengadaan tanah dipandang sebagai
kesejahteraan rakyat atau masyarakat itu sendiri, baik yang akan digunakan untuk
pembangunan hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan dari pemegang hak
atas tanah mengenai dasar dan bentuk ganti rugi yang diberikan kepada pemegang
tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan atau
tanah. Sehubungan dengan itu, pengadaan tanah selalu menyangkut dua sisi
72
Bernhard Limbong I,Op.cit, hal. 129.
51
Disatu sisi pihak pemerintah atau dalam hal ini sebagai penguasa harus
demi kepentingan negara dan rakyatnya sebagai salah satu bentuk pemerataan
dalam hal ini juga membutuhkan lahan atau tanah sebagai sumber kehidupan. 73
Apabila kedua pihak ini tidak memperhatikan dan mentaati ketentuan yang
sengketa atau masalah hukum sehingga pihak penguasa dengan terpaksa pun
menggunakan cara tersendiri agar dapat mendapatkan tanah tersebut yang dapat
dinilai bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Pemilik hak atas tanah pun
tidak menginginkan apa yang sudah menjadi hak mereka diberikan dengan
sukarela.
termasuk kepentingan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas
tanah dapat dicabut dengan memberikan ganti kerugian yang layak. Selain itu
ditegaskan juga bahwa suatu hak itu hapus karena pencabutan hak untuk
73
Maria S.W Sumardjono, 2001, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi,
Kompas, Jakarta, (selanjutnya disingkat Maria S.W Sumardjono II), hal. 32
52
tanah tentu saja menyangkut hajat hidup orang banyak bila dilihat dari sisi
jalan yang dapat ditempuh agar keperluan akan tanah terpenuhi adalah dengan
membebaskan tanah milik rakyat, baik yang dikuasai hukum adat maupun hak-
Tanah juga merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia
fungsi dan peran tanah bagi kehidupan manusia maka perlu adanya suatu landasan
hukum yang menjadi pedoman dan sebagai bentuk jaminan kepastian hukum,
berikut : Pertama, penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun dan untuk
keperluan apa pun harus ada landasan haknya. Kedua, semua hak atas tanah
secara langsung maupun tidak langsung bersumber pada hak bangsa. Ketiga, cara
untuk memperoleh tanah yang sudah dihaki oleh seseorang/badan hukum harus
74
Soimin, 2001, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 75.
75
Fauzi Noer I, loc.cit.
53
melalui kata sepakat antar pihak yang bersangkutan dan keempat, dalam keadaan
yang memaksa, artinya jalan lain yang ditempuh gagal maka presiden memiliki
dipahami.76 Selain itu istilah kepentingan umum merupakan suatu konsep yang
sifatnya begitu umum dan belum ada penjelasan secara lebih spesifik dan
penegasan tentang kepentingan umum yang akan menjadi dasar dan kriterianya
benar sesuai dengan landasan hukum yang berlaku. Jika tidak dirumuskan atau
yang beragam. 78
dikatakan untuk keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan
yang luas, namun demikian rumusan tersebut terlalu umum dan tidak ada
76
Achmad Rusyaidi, 2012, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum : Antara
Kepentingan Umum dan Perlindungan HAM, (Cited : 18 Oktober 2012), available from URL:
http://prpmakasar.wordpress_com
77
A.A. Oka Marhaendra, 1996, Menguak Masalah Hukum Demokrasi dan Pertanahan,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 279.
78
Abdurahman, 1995, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 36.
54
dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat dengan memperhatikan segi-
segi sosial, politik, psikologis dan hankamnas atas dasar asas-asas pembangunan
Indonesia yang disusun oleh Tim Pusat Bahasa, frasa kepentingan umum terdiri
dari dua kata yakni kepentingan dan umum. Kata kepentingan yang berasal dari
Pengertian menurut ilmu bahasa ini tentu tidak dapat dijadikan pengertian
yuridis dari frasa kepentingan umum tetapi dapat dijadikan refrensi untuk
dalam proses pembentukannya tidak dapat berdiri sendiri dan berjalan sendiri
lepas dari ilmu sosial yang lainnya, tetapi saling mendukung, berjalan bersama
etimologis diuraikan pula pendapat para pakar tentang makna kepentingan umum.
Pendapat Pound tentang social interest ini berasal dari pemikiran Rudolf Van
Jhering dan Jeremy Bentham. Pound mengartikan social interest adalah suatu
kepentingan yang tumbuh dalam masyarakat itu sendiri. Pound membagi tiga
79
Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Op.cit,hal. 6.
80
John Salindeho, 1988, loc.cit
81
Tim Pusat Bahasa Indonesia, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,
Jakarta, hal 80.
55
kategori interest antara lain: public interest (kepentingan umum), social interest
Julius Stone dalam The Proponic and Function of Law, secara meyakinkan
telah membuktikan bahwa apa yang dimaksud dengan public interest melebur
dalam social atau individual interest atau dalam usaha negara mencari
akibatnya akan menjadi norma kabur (vage normen).84 Pendapat menurut J.J.H
sebagai suatu pengertian yang kabur artinya suatu pengertian yang isinya tidak
dapat ditetapkan secara tepat, sehingga lingkupnya tidak jelas. Arti kepentingan
umum itu sendiri, dengan memberikan kriteria kepentingan umum yang tepat,
82
Roscou Pound, 1922, An Introduction To The Philosophy of Law, Yale University
Press, New Heaven, hal. 4.
83
Julius Stone, 1961, The Province and Function of Law As Logic, Justice and Social
Control, A Study In Jurisprudence, New York, hal. 45.
84
Gunanegara, 2008, Rakyat dan Negara Dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan,
Tata Nusa, Jakarta, hal. 11.
56
maka kepentingan umum dalam pengadaan tanah tidak lagi berkembang atau
bangsa dan negara serta kepentingan bersama rakyat, dengan memperhatikan segi
segi sosial, politik, psikologis dan hankamnas atas dasar asas-asas pembangunan
86
nasional dengan mengindahkan ketahanan nasional serta wawasan nusantara.
yang pertama, yaitu pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada
diatasnya. Dalam praktik ketentuan undang-undang ini tidak dapat berjalan. Untuk
hak atas tanah. Ketentuan ini dalam praktiknya banyak menimbulkan masalah
sekolah inpres, pasar inpres, pelebaran jalan, semuanya memerlukan tanah sebagai
85
Ibid, hal. 12.
86
John Salindeho, loc.cit.
57
warga masyarakat juga memerlukan tanah sebagai tempat pemukiman dan tempat
mata pencahariannya. Bilamana tanah tersebut diambil begitu saja dan diperlukan
untuk kepentingan pembangunan maka jelas akan mengorbankan hak asasi warga
masyarakat.
dan pencabutan hak atas tanah. Untuk mendapatkan tanah dalam rangka
hati-hati dan dengan cara yang bijaksana. Pembebasan tanah merupakan langkah
pembangunan.
secara parsial memihak bagi kepentingan golongan tertentu saja, tetapi dilakukan
daerah, maka sesuai dengan prinsip kepentingan umum, maka hak atas tanah
harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat haknya, hingga bermanfaat bagi
pula bagi masyarakat dan Negara. Akan tetapi dalam hal ini ketentuan tersebut
58
tidak berarti bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh
seluruhnya.87
Kepentingan Umum
tanah dengan cara pemberian ganti rugi.88 Dalam pelaksanan pengadaan tanah
harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip dan ketentuan hukum yang sesuai dengan
prinsip bahwa negara Indonesia adalah suatu negara hukum. Pengadaan tanah
bersifat terpadu melalui legal aprroach (pendekatan dari segi hukum), prosperty
dari segi ketertiban umum) dan humanity approach (pendekatan dari segi
87
Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 49.
88
Soedharyo Soimin, 2001, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta,
hal.76.
59
baik melalui investigasi dibidang sumber daya manusia. Pembangunan oleh rakyat
untuk rakyat berarti menjamin bahwa setiap kemajuan yang diperoleh sebagai
dilakukan melaui tiga mekanisme, yakni : pencabutan hak, pelepasan hak dan
melalui tukar-menukar dan/atau jual beli.90 Arti pengadaan tanah mempunyai tiga
unsur yaitu :
diikat dengan syarat-syarat, misalnya harus disertai pemberian ganti rugi yang
layak. Jika ketentuan pasal 18 UUPA dipenggal maka dapat dinyatakan adanya :
89
Abdurahman, Op. cit, hal. 51.
90
Bernard Limbong, I, Op. cit, hal. 338.
91
Mudakir Iskandar Syah, 2010, Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum : Upaya
Hukum Masyarakat Yang Terkena Pembebasan dan Pencabutan Hak, Jala Permata Aksara,
Jakarta, hal. 2.
60
c. Ganti rugi
d. Layak
Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda Yang Ada
Diatasnya. Ketentuan yang menyatakan bahwa yang dicabut haknya itu tidak
dapat menyatakan tidak bersedia haknya dicabut, dan kalau diberikan hak untuk
apakah tetap pada jumlah yang ditawarkan pemerintah ataupun menaikkan jumlah
Diatasnya yaitu pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada
dilakukan dengan hati-hati serta cara-cara yang adil dan bijaksana, segala
bahwa untuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama rakyat
dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya.
61
Inspeksi Agraria dengan mengajukan antara lain rencana permohonan dan alasan-
alasannya, keterangan nama yang berhak beserta luas dan macam hak atas tanah
dan rencana penampungan orang yang ada diatasnya. Disamping itu Kepala
Kanwil BPN akan meminta pertimbangan dari Kepala Daerah yang bersangkutan
tentang permohonan tersebut dan penampungan rakyat dan agar Panitia Penaksir
Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya dalam ketentuan Pasal 1
dinyatakan :
Pasal 1
Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, demikian pula kepentingan
pembangunan, maka Presiden dalam keadaan yang memaksa setelah
mendengar Menteri Agraria, Menteri Kehakiman dan Menteri yang
bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang
ada diatasnya.
Pasal 2
(1) Permintaan untuk melakukan pencabutan hak atas tanah dan/atau
benda tersebut pada pasal 1 diajukan oleh yang berkepentingan
kepada Presiden dengan perantaraan Menteri Agraria, melalui
Kepala Inspeksi Agraria yang bersangkutan.
(2) Permintaan tersebut pada ayat 1 pasal ini oleh yang berkepentingan
disertai dengan :
a. Rencana peruntukannya dan alasan-alasannya, bahwa untuk
kepentingan umum harus dilakukan pencabutan hak itu.
b. Keterangan tentang nama yang berhak (jika mungkin serta
letak, luas dan macam hak dari tanah yang akan dicabut
haknya serta benda-benda yang bersangkutan.
c. Rencana penampungan orang-orang yang haknya akan
dicabut itu dan kalau ada, juga orang-orang yang
menggarap tanah atau menempati rumah yang
bersangkutan.
Pasal 3
(1) Setelah menerima permintaan yang dimaksud dalam Pasal 2 maka
Kepala Inspeksi Agraria segera :
62
Kepala Badan Pertanahan Nasional tanpa rekomendasi dari Kepala Daerah dan
pencabutan hak atas tanah harus dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
dan isinya juga dimuat dalam surat kabar Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1961 menyatakan bahwa yang bersangkutan jika tidak dapat menerima
jumlah uang ganti rugi yang ditetapkan Panitia Penaksir maka yang bersangkutan
biaya perkara, yang juga sebagai Pengadilan Pertama dan terakhir selambat-
lambatnya 1 bulan sejak tanggal keputusan Presiden yang menyatakan hak atas
Nomor 9 Tahun 1973 tentang Pelaksanaan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan
Pasal 1
(1) Suatu kegiatan dalam rangka pelaksanaan Pembangunan mempunyai
sifat kepentingan umum, apabila kegiatan tersebut menyangkut :
a. Kepentingan Bangsa dan Negara dan/atau
b. Kepentingan masyarakat luas, dan/atau
c. Kepentingan rakyat banyak/ bersama dan/atau
d. Kepentingan pembangunan
(2) Bentuk-bentuk kegiatan Pembangunan yang mempunyai sifat
kepentingan umum sebagai dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
meliputi bidang-bidang :
a. Pertahanan
b. Pekerjaan Umum
c. Perlengkapan umum
d. Jasa umum
e. Keagamaan
f. Ilmu kesehatan dan seni budaya
g. Kesehatan
h. Olahraga
64
pemerintah tetapi juga usaha-usaha swasta (Pasal 3) asal saja harus disetujui oleh
untuk umum). Berikut ini adalah kutipan pasal 2 dan pasal 3 Instruksi Presiden
Pasal 2
(1) Suatu proyek pembangunan dinyatakan mempunyai bentuk
kegiatan sebagai dimaksud dalam Pasal 1 diatas, apabila
sebelumnya proyek tersebut sudah termasuk dalam Rencana
Pembangunan yang telah diberitahukan kepada masyarakat yang
bersangkutan.
(2) Jika suatu Proyek pembangunan daerah akan dinyatakan
mempunyai bentuk kegiatan sebagai dimaksud dalam pasal 1
diatas, maka sebelumnya proyek harus sudah termasuk dalam
Rencana Induk Pembangunan dari daerah bersangkutan dan yang
telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Daerah setempat.
(3) Rencana Induk Pembangunan sebagai dimaksud dalam ayat (2)
pasal ini harus bersifat terbuka untuk umum.
Pasal 3
(1) Yang berhak menjadi subyek atau pemohon untuk mengajukan
permintaan pencabutan hak atas tanah adalah instansi-instansi
Pemerintah/Badan-badan Pemerintah maupun usaha-usaha swasta,
segala sesuatunya dengan memperhatikan persyaratan untuk dapat
memperoleh sesuatu hak atas tanah sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
65
(2) Usaha-usaha swasta sebagai dimaksud dalam ayat (1) pasal ini,
rencana proyeknya harus disetujui oleh Pemerintah dan atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan Rencana Pembangunan yang
telah ada.
Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah. Ketentuan dalam pasal 1 ayat (1)
Ayat 1). Jika terdapat perbedaan harga taksiran ganti rugi diantara para anggota
pembebasan hak atas tanah ini maka kemungkinan pemukiman kembali dari
penduduk yang terkena pembebasan tersebut tetap dapat ganti rugi tersebut berupa
untuk keperluan usahanya dan Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2
berikut :
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 peraturan ini memerlukan izin tertulis dari
diselenggarakan oleh pemerintah telah menimbulkan dampak yang luas dan rakyat
Banyak hal jika tidak terdapat kesepakatan mengenai harga ganti rugi
seperti yang terlaksana dengan PMDN Nomor 15 Tahun 1975, maka uang ganti
pembebasan tanah tersebut sudah selesai. Dengan konsignasi uang ganti rugi
yaitu bahwa pengeluaran yang dapat dibebankan untuk jenis pengeluaran tanah
meliputi antara lain biaya administrasi pembuatan akta jual beli oleh Camat
sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah atau sebagai Kepala Wilayah; pembelian
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1987 ini diatur untuk
berbentuk badan hukum, baik untuk penyediaan tanah, pencadangan tanah dan
izin lokasi. Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1987
1. Izin lokasi untuk keperluan perusahaan yang luasnya tidak lebih dari
15 ha bagi daerah tingkat II yang telah mempunyai rencana induk
kota/rencana kota, ditetapkan oleh bupati/walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II.2
2. Izin lokasi yang luasnya tidak lebih dari 200 ha ditetapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
3. Izin lokasi yang luasnya lebih dari 200 ha ditetapkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Menteri Dalam Negeri.
Peraturan ini sebagai pengganti dari PMDN Nomor 5 Tahun 1974 khusus
tentang penyediaan dan pemberian hak atas tanah dan PMDN Nomor 2 Tahun
murah yang diselenggarakan dengan fasilitas kredit pemilikan rumah dari Bank
Tabungan Negara.
69
Keppres Nomor 53 Tahun 1989, yang memberikan Hak Guna Bangunan atau Hak
tersebut diberikan izin prinsip dan izin tetap, dan telah memperoleh amdal
pembebasan diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah melalui Kepala Kanwil BPN
tahun setelah izin prinsip sudah harus dibebaskan 60%. Disebutkan bahwa
kawasan industri tersebut tidak boleh mengurangi areal tanah pertanian dan tidak
pula diatas tanah yang berfungsi untuk melindungi sumber daya alam dan warisan
budaya.
tinggal, pekerjaan, harkat dan martabat, penghidupan yang layak atau kenikmatan-
kenikmatan dari hak milik atas tanah yang dimiliknya. Pencabutan atau
pengurangan hak milik atas tanah hanya dapat dilakukan bila sesuai dengan
kepentingan umum disertai dengan suatu ganti rugi yang layak atau pemindahan
ke lokasi lain yang layak dimana tempat tujuan pemindahan itu telah tersedia
market led. Kedua, definisi kepentingan publik harus layak atau mempunyai
kepentingan publik kepada suatu lingkup yang layak di dalam hak pribadi atas
Umum
perlindungan hukum terhadap hak milik ini diatur dalam DUHAM (Deklarasi
92
Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 54
71
1.) Pasal 17.1 : Setiap orang berhak untuk memiliki harta benda baik secara
sewenang-wenang.
3) Pasal 30 : Tidak ada satu ketentuan pun dalam deklarasi ini yang dapat
ditafsirkan sebagai memberi hak pada suatu negara, kelompok atau orang,
tentang HAM. Dalam UUD 1945, termaktub dalam pasal-pasal berikut ini :
2). Pasal 28G Ayat (1) yang berbunyi: Setiap orang berhak atas perlindungan
3). Pasal 28H Ayat (4), yang berbunyi: Setiap orang berhak mempunyai hak
milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
4). Pasal 28 I Ayat (3) yang berbunyi: Identitas budaya dan hak masyarakat
peradaban.93
tercantum dalam beberapa butir Pasal 5 yakni butir b,d dan j. Butir b yakni :
Mengakui dan menghormati hak masyarakat hukum adat dan keragaman budaya
bangsa atas sumber daya agraria dan sumber daya alam dan Butir j : Mengakui
dan menghormati hak masyarakat hukum adat dan keragaman budaya bangsa atas
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia diatur dalam beberapa pasal,
yakni : Pasal 2 tentang pengakuan dan perlindungan negara terhadap HAM, Pasal
6 Ayat (1) dan (2) tentang pengakuan dan perlindungan hak ulayat, Pasal 29 Ayat
(1) tentang perlindungan terhadap hak milik, Pasal 36 Ayat (1) dan (2) tentang
hak milik sebagai hak asasi dan jaminan tidak adanya perampasan secara
sewenang-wenang atas hak miliknya dan Pasal 37 Ayat (1) tentang syarat
mencabut hak milik adalah untuk kepentingan umum, dengan pemberian ganti
rugi dan harus berdasarkan UU; menyatakan bahwa Setiap orang berhak
mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil secara
93
Bernad Limbong, I Op.cit, hal 322
73
jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan,
76
Indonesia tidak bisa hanya bertumpu pada sektor pertanian tanpa proses
bahwa industrialisasi bukan merupakan tujuan akhir melainkan hanya salah satu
pasar, namun belum diikuti dengan penguatan akses rakyat dan masyarakat
nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang
perundang-undangan yang menerapkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, pada bagian
sila kelimanya adalah sila keadilan sosial. Ini berarti bahwa Undang-Undang
Pokok Agraria harus berasaskan keadilan sosial dalam Pancasila. Hal ini tidak
berarti bahwa sila sila lain dalam Pancasila dapat dilepas kaitan dan
Rumusan Pasal 1 ayat (2) UUPA yang menerapkan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa menunjukkan hal itu. Dalam rumusan pasal tersebut dinyatakan bahwa
: seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
77
Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan
asas yaitu (1) asas menguasai dari Negara, (2) asas penggunaan bumi, air dan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan (3) asas keadilan sosial dalam
kemakmuran rakyat, sila-sila lain di dalam Pancasila tidak dapat dilepas dari sila
keadilan sosial. 94
dan asas yang disebut kedua dan ketiga menyangkut penggunaan dan
pemanfaaatan tanah yang diukur dengan dua penentu yaitu : (1) untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat dan (2) dijalankan secara berkeadilan sosial dalam
Pasal 14 ayat (1) UUPA memuat ketentuan tentang penggunaan tanah dan
94
Mustofa dan Suratman, 2013, Penggunaan Hak Atas Tanah Untuk Industri, Sinar
Grafika, Jakarta, hal 1-4.
78
peruntukkan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam
terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju dan didukung oleh
kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh serta merupakan pangkal tolak
bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuataannya sendiri.
optimal seluruh sumber daya alam dan manusia yang tersedia. Setelah Indonesia
menandatangani perjanjian Marrakesh April 1994, pengaturan hak atas tanah bagi
investasi perlu ada perubahan. Hal ini disebabkan karena pembangunan ekonomi
luas pada Negara melalui Hak Menguasasi Negara. Pasal 2 UUPA menyatakan
bahwa :
79
(1) Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
dan hal-hal lain sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan
ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
wewenang untuk:
a. Mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi,
air dan ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut
pada ayat 2 pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan; kesejahteraan dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang
merdeka, berdaulat adil dan makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat
dikuasakan kepada daerah-daerah Swastantra dan masyarakat-
masyarakat hukum adat, sekadar diperlukan dan tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional menurut ketentuan-ketentuan Peraturan
Pemerintah
Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-
Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda
hak-hak rakyat setempat termasuk hak-hak ulayat dari masyarakat adat serta
berdasarkan tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang. Tanah merupakan salah
satu unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan baik dilakukan
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan
memberi ganti rugi yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-
juga menyebut istilah pelepasan hak atau penyerahan secara sukarela oleh
pemegang hak atas tanah tersebut secara kronologis, awalnya dibentuk melalui
diatur dalam PMDN Nomor 15 Tahun 1975 dan PMDN Nomor 2 Tahun 1976).
2005 dan selanjutnya melalui Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 dan baru
tahun 2012 masalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum dibuat dalam
95
Ibid, hal. 8-9
81
kehidupan manusia dan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas
tanah. Ketiga, pengadaan tanah untuk kepentingan umum diusahakan dengan cara
untuk lebih memberikan dasar normatif bagi pengadaan tanah oleh pemerintah,
perpres ini juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan para investor yang
proyek investasi. Oleh karena itu, persoalan tersedianya lahan merupakan salah
82
investasi di Indonesia akan semakin kondusif. Hal ini dapat dipahami dan latar
belakang dibentuknya Perpres Nomor 36 Tahun 2005 ini, yakni sebagai salah satu
kepada kepentingan rakyat sebagai pemegang hak atas tanah, banyak desakan agar
Perpres Nomor 36 Tahun 2005 direvisi. Pada tanggal 5 Juni 2006 diterbitkan
Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 36 Tahun
itu adalah untuk lebih meningkatkan prinsip penghormatan terhadap hak-hak atas
tanah yang sah dan kepastian hukum dalam pengadaan tanah bagi pelaksanaan
1968), dan demikian pula telah terjadinya begitu banyak pembebasan pembebasan
tanah oleh swasta yang tidak terencana untuk keperluan pembangunan perumahan
maupun untuk industri dan lain-lain tujuan termasuk yang bersifat spekulatif maka
96
Ibid, hal 181-183.
83
rakyat yang dilakukan baik oleh sementara orang maupun oleh badan-badan
oleh pemerintah. Demikian pula karena belum adanya land use atas tanah-tanah
tersebut maka selama belum adanya ketentuan land use atau sekarang disebut UU
Tata Ruang, maka peranan dari swasta tersebut yang menetapkan sendiri land use
tersebut maka keuntungan dari para investor tersebut harus dibayar mahal oleh
yang kemudian dijual kepada swasta nasional maupun asing/joint venture maupun
subur. Rakyat yang menjadi sasaran pembelian tanah tersebut menjadi resah,
tersebut dan sangat ironis bahwa para investor kadangkala tidak ingin mengalami
84
kesusahan dalam pembebasan tanah tersebut dan menyerahkan saja kepada para
perantara tersebut. Dalam instruksi tersebut diatas, maka Menteri Dalam Negeri
untuk swasta terbanyak dari usaha-usaha real estate, industri dan termasuk industri
bersangkutan.
Pasal 8 ditetapkan tentang luas tanah yang boleh dikuasai oleh perusahaan
tersebut oleh Menteri Dalam Negeri (tentunya sekarang Kepala BPN) atau
Gubernur Kepala Daerah. Pasal 20 disebutkan selama belum diperoleh izin dari
tanah yang bersangkutan, baik secara yuridis ataupun fisik, baik langsung ataupun
atau persetujuan Presiden atau Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat,
dari Presiden atau Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat maka
hak dan penguasaan tanah yang diperlukannya, menurut cara-cara yang diatur
waktu dalam masa pembelian atau pembebasan haknya harus diselesaikan. Pasal
bersangkutan dan jika perlu memberikan bantuan jika ada kesulitan dengan
bahwa selesai pembelian maka tanah yang bersangkutan harus segera diajukan
permohonan hak baru kepada pejabat yang berwenang. Pasal 11 ayat (5)
menurut cara yang semestinya dan/atau tidak diselesaikan dalam waktu yang
ditentukan.
ditentukan. Pasal 6 disebutkan juga bahwa dapat diberikan izin penyediaan dan
Negeri Nomor 268 Tahun 1982, khusus untuk perusahaan-perusahaan real estate
dinyatakan :
a. Dalam waktu paling lama 5 tahun harus sudah dibebaskan terhitung sejak
ditujukan kepada para Gubernur dan Bupati/Walikota Kepala Daerah, agar tanah-
agar supaya dibatalkan SK tersebut dan tanahnya dikuasai langsung oleh Negara.
cukup besar. Tentunya ini sebagai keluhan dari para investor dalam memperoleh
Dalam hal ini ketentuan ini secara khusus untuk pembebasan tanah bagi
dibiayai oleh BTN (catatan ketentuan ini bukan untuk pembebasan tanah untuk
dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Keputusan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 540 Tahun 1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Surat
97
A.P Parlindungan, 1993, Op.cit, hal. 61-67.
BAB III
Kepentingan Umum
bersifat tetap antara para anggotanya adalah masyarakat yang mempunyai tujuan
yang jelas. Politik adalah bidang yang berhubungan dengan tujuan masyarakat
memilih tujuan sosial tertentu, dalam hukum persoalan yang dihadapi juga adalah
istilah hukum Belanda rechtspolitiek, yang merupakan bentukan dari dua suku
kata yaitu recht dan politiek. Dalam bahasa Indonesia kata recht berarti hukum.
Kata politiek dalam kamus bahasa Belanda yang ditulis oleh Van der Tas
98
H. Riduan Syahrani, 2010, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti,
Banjarmasin, hal. 224.
90
91
(legal policy). 99
Istilah politik hukum merupakan kombinasi dari politik dan hukum. Politik
pilihan mengenai tujuan maupun cara-cara yang hendak dipakai untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan demikian, hukum tidak lagi otonom karena memiliki
masyarakatnya. 100
yang menentukan arah, bentuk, maupun isi hukum yang akan dibentuk.101
99
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2007, Dasar-Dasar Politik Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal 19-25.
100
Bernhard Limbong, 2012, Hukum Agraria Nasional, Pustaka Margaertha, Jakarta,
(Selanjutnya disingkat Bernhard Limbong II), hal. 137.
101
Padmo Wahjono, 1986, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum,Ghalia Indonesia,
Jakarta, hal. 160.
102
Padmo Wahjono, Menelisik Proses Terbentuknya Peraturan Perundang-undangan,
dalam Majalah Forum Keadilan, No. 29, April 1991, hal. 65.
92
penguasa negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah
dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dengan hukum
pertanyaan mendasar yaitu : 1) tujuan apa yang hendak dicapai melalui sistem
yang ada; 2)cara-cara apa dan yang mana yang dirasa paling baik untuk dipakai
dalam mencapai tujuan tersebut; 3) kapan waktunya dan melalui cara bagaimana
hukum itu perlu diubah; 4) dapatkah suatu pola yang baku dan mapan dirumuskan
oleh para ahli di dalam berbagai literatur. Dari pengertian atau definisi itu, dengan
bahwa politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun
dengan penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara. Politik
hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau tidak
103
Teuku Mohammad Radhie, Pembaharuan Politik Hukum dalam Rangka Pembangunan
Nasional, dalam Majalah Prisma No. 6 Tahun II, Desember 1973, hal. 3.
104
Satjipto Rahardjo, 1991, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti Bandung, Bandung, hal.
352-353.
105
Moh. Mahfud MD, 2011, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 1.
93
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan
ada yang bersifat periodik. Politik hukum yang bersifat permanen misalnya :
terlihat bahwa beberapa prinsip yang dimuat dalam UUD sekaligus berlaku
sebagai politik hukum. Politik hukum yang bersifat periodik adalah politik hukum
yang dibuat sesuai dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap
periode tertentu baik yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut,
misalnya pada periode 1973-1978 ada politik hukum untuk melakukan kodifikasi
dan unifikasi dalam bidang hukum-hukum tertentu, pada periode 1983-1988 ada
politik hukum untuk membentuk Peradilan Tata Usaha Negara dan pada periode
2004-2009 ada lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan dalam
Ada perbedaan cakupan antara politik hukum dan studi politik hukum,
yang pertama lebih bersifat formal pada kebijakan resmi sedangkan yang kedua
mencakup kebijakan resmi dan hal-hal lain yang terkait dengannya. Studi politik
(garis resmi) tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan
106
Prolegnas adalah daftar rencana UU yang akan dibentuk selama satu perode
pemerintahan untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi pada periode yang bersangkutan.
Prolegnas ditetapkan oleh Ketua DPR berdasar kesepakatan antara DPR dan Pemerintah.
Prolegnas mempunyai dua fungsi yakni sebagai potret tentang rencana materi hukum (dalam arti
undang-undang) yang akan dibuat dan sebagai prosedur atau mekanisme pembuatan UU itu
sendiri.
94
dalam rangka pencapaian tujuan negara. Kedua, latar belakang politik, ekonomi,
Pembahasan bab ini berangkat dari cakupan studi politik hukum yang
kedua, yakni latar belakang politik dibalik lahirnya hukum dan pengaruhnya
lembaga dan pembinaan para penegak hukum; dan ketiga, proses pembangunan
dijabarkan diatas, disimpulkan bahwa substansi dari politik hukum itu adalah
mewujudkan apa yang menjadi tujuan negara. Politik hukum itu merupakan
langkah dan kebijakan yang diambil oleh penyelenggara negara (pemerintah yang
107
Muhadar, 2006, Viktimisasi Kejahatan Pertanahan, Laksbang Presisndo,Surabaya, hal.
51.
95
ditentukan oleh politik hukum Negara tersebut. Politik hukum suatu Negara dapat
suatu Negara memuat sendi-sendi Negara serta kadang kala juga memuat dasar-
Undang Dasar 1945 tidak terdapat petunjuk mengenai politik hukum yang dianut
sarana ketetapan MPRS. Hal tersebut dapat dilihat dalam Ketetapan MPRS
1. Supaya asas pembinaan hukum nasional itu sesuai dengan haluan Negara;
sendirinya agenda politik hukum yang digariskan oleh Ketetapan MPRS tersebut
108
Soediman Kartohadiprodjo, 1967, Pengantar Tata Hukum di Indonesia, PT
Pembangunan, Jakarta, hal. 39-40.
109
Ibid, hal. 198.
110
Ibid.
96
Agenda politik hukum baru mulai dirancang kembali pada tahun 1973. Hal
politik hukum yang diikuti oleh Negara Indonesia, yaitu sebagai berikut :
hukum dan kodifikasi hukum. Politik hukum yang demikian, kembali digariskan
oleh MPR melalui Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis Besar
111
Otong Rosadi dan Andi Desman, 2012, Studi Politik Hukum : Suatu Optik Ilmu
Hukum, Thafa Media, Yogyakarta, hal. 66.
112
Ibid, hal. 67.
97
113
Ibid, hal. 68.
114
Ibid, hal. 70.
98
115
Otong Rosadi dan Andi Desman, Op.cit, hal. 76.
99
dan holistik. Arah politik hukum sebagaimana yang tercantum dalam Ketetapan
diagendakan oleh MPR hasil pemilu tahun 1997 melalui Ketetapan MPR Nomor
tujuan yang baik dalam mengeluarkan kebijakan, baik pada saat ini maupun masa
116
Boedi Harsono, Op. cit, hal. 17.
100
Merujuk pada Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945, politik hukum agraria
memiliki hubungan erat dengan konsep hak menguasai negara. Hak menguasai
Indonesia. Dari kata-kata tumpah darah memilki makna tanah air. Tanah air
Indonesia meliputi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya,
mengupayakan agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
117
Singgih Praptodihardjo, 1953, Sendi-Sendi Hukum Tanah di Indonesia, Yayasan
Pembangunan, Jakarta, hal. 26-37.
101
sejumlah tujuan hakiki sebagai pengemban tujuan dari seluruh warganya. Oleh
karena itu, wajar kalau setiap hukum positif selalu menempatkan suatu tujuan
yang terdapat dalam hukum itu yang secara inklusif termasuk tujuan negara. 118
serta dalam Pasal 1 Ayat (1), (2) dan (3) UUPA menentukan :
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh
rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa,
Bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional;
(3) Hubungan antara Bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa
yang termaksud dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang
bersifat abadi.
kesatuan tanah air kepunyaan seluruh rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa
Indonesia, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa menjadi kekayaan nasional.
Kepunyaan itu melahirkan hubungan antara bangsa Indonesia dengan bumi, air
dan serta ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang ada di dalamnya adalah
hubungan yang bersifat abadi. Artinya bahwa selama bangsa Indonesia masih ada,
selama itu pula hak bangsa itu tetap melekat dan dipunyai oleh bangsa
Indonesia.119
dan pemanfataan tanah dan sumber daya agraria lainnya; baik dalam hubungan
antara individu, masyarakat dan negara dengan tanah dan sumber daya agraria
Dari penjelasan diatas, hak bangsa Indonesia atas bumi, air dan ruang
angkasa bukanlah hak milik tetapi semacam hubungan hubungan hak ulayat yang
120
Bernhard Limbong II, Op. cit, hal. 141.
103
diangkat pada tingkatan tertinggi, meliputi seluruh wilayah Indonesia. Hak bangsa
publik tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh rakyat. Oleh karena itu
pengemban amanat yang pada tingkatan tertinggi dan diserahkan kepada negara.
Unsur publik ini tercermin dari adanya kewenangan negara untuk mengatur tanah
negara berdasarkan hak menguasai negara yang dirumuskan dalam Pasal 2 UUPA
yang merupakan tafsiran autentik dari pengertian dikuasai oleh negara dalam
Konsep dasar hak menguasai tanah oleh negara termuat dalam Pasal 33
Ayat (3) UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut oleh Pasal 2 UUPA. Kata
menguasai mempunyai dua arti yaitu menguasai secara fisik dan menguasai secara
yuridis. Menguasai secara fisik adalah, orang yang menguasai sebidang tanah
121
Ari Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, 2008, Kewenangan Pemerintah Di
Bidang Pertanahan, PT. Raja Grafindo persada, Jakarta, hal. 20.
104
tanahnya dan sebagainya. Menguasai secara yuridis adalah penguasaan atas tanah
yang dilandasi dengan hak dan dilindungi oleh hukum, umumnya juga memberi
wewenang kepada pemegang haknya untuk menguasai secara fisik tanahnya. 122
Hak menguasai tanah oleh negara termasuk penguasaan secara yuridis atas
tanah yang tidak diikuti dengan penguasaan secara fisik tanahnya. Hak menguasai
tanah oleh negara hanya memberi wewenang kepada negara untuk mengatur hal-
hal sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UUPA. Hak menguasai tanah oleh negara
122
Muhammad Bakri, Op.cit, hal. 52.
105
undang yang mengatur agraria yang memuat asas-asas, dasar-dasar dan soal-soal
Indonesia sejak era kolonial hingga era reformasi saat ini, arah politik hukum
kolonial, kebijakan konstruktif dan responsif pada masa Orde Lama, kebijakan
otoriter dan kapitalistik pada era Orde Baru, dan kebijakan reformatif sektoral era
123
Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Kencana Prenanda,
Jakarta, hal. 25.
124
Fauzi Noer, 1999, Petani dan Penguasa : Dinamika Perjalanan Politik Agraria
Indonesia, Insist Press, KPA dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, (selanjutnya disingkat Fauzi Noer
II), hal. 20.
106
untuk kepentingan negara penjajah. Penduduk pribumi diperas tenaga dan hasil
penduduk pribumi yang dijajah dipandang sebagai bangsa yang rendah atau hina.
Disamping itu, dalam hal kepemilikan tanah, negara sebagai pemegang kedaulatan
Penetapan nilai pajak dilakukan untuk membuat nilai tanah dengan mengukur
tanah dalam survey penetapan nilai pajak ini adalah penduduk desa kelas atas.
Dengan kata lain, para petani kelas bawah tidak diakui sebagai pemegang hak atas
tanah, karena itu dikeluarkan dari sasaran pajak langsung. Pemerintah kolonial
pun menetapkan bahwa sewa tanah harus dinilai berdasarkan keseluruhan desa
Dalam suatu sistem ini, jumlah sewa tanah yang dipungut atas suatu desa
harus ditetapkan berdasarkan kontrak-kontrak dengan kepala desa lokal dan tetua-
125
Bernhard Limbong II, Op.cit, hal. 143.
107
tetua desa. Kekurangan standar universal maka ditetapkan secara lokal setiap
sewa tanah sangat tidak stabil, dan keadilan dalam perpajakan tidak pernah
terealisasi. Hal ini disebabkan oleh variasi lokal yang besar dalam penerapannya.
Disisi lain para petani juga harus dibebani oleh sistem tanam paksa maupun
perkebunan swasta dan secara perlahan menghapuskan sistem tanam paksa yang
berada di bawah monopoli negara.127 Aturan-aturan ini tidak pernah mengakui hak
milik individual para petani. Semua tanah tanpa bukti kepemilikan menjadi milik
negara (domein van den staat). Tanah-tanah petani pun dianggap sebagai tanah
tak bebas, sedangkan tanah tak bertuan atau terlantar digolongkan sebagai tanah
negara bebas. Dalam Agrarische Wet diatur bahwa pemerintah dilarang untuk
Politik hukum agraria pada era Orde Lama diawali dengan adanya tuntutan
126
Gunawan Wiradi, 2000, Reforma Agraria :Perjalanan Yang Belum Berakhir, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hal. 3.
127
Sudargo Gautama, 1998, Tafsiran UUPA 1960, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 80.
108
segera membuat produk hukum agraria nasional yang baru dan berwatak
Indonesia dan bahkan merugikan rakyat Indonesia. Mena nggapi tuntutan tersebut,
perancang.
1945 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal ini
sebenarnya mengemukakan dua hal pokok : pertama, negara ikut campur dalam
mengatur sumber daya alam sebagai alat produksi. Kedua, pengaturan yang
pokok ini saling terkait sehingga pada tataran penerapannya tidak boleh
128
Karl J. Pelzer, 1991, Sengketa Agraria: Pengusaha Perkebunan Melawan Petani,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 144.
109
masalah mendasar dalam hukum agraria lama yang dihapus oleh UUPA meliputi
domein verklaring, feodalisme dan hak konversi dalam hukum tanah serta
berbagai peraturan lainnya adalah Hak Menguasai Negara dan fungsi sosial tanah
Fungsi sosial tanah dijabarkan dalam Pasal 6 UUPA. Prinsip fungsi sosial
ini tidak lepas dari konteks landreform yang menjadi agenda pokok pemerintahan
kebersamaan dimasukkan dalam penggunaan tanah. Dalam hak individu pun ada
untuk menguasai tanah dalam jumlah besar. Pengaturan batas kepemilikan tanah
usaha mencari nafkah dan penghidupan layak atau hanya digunakan untuk
dan makmur, meningkatkan taraf hidup penggarap tanah khususnya dan rakyat
Indonesia, terutama kaum tani. Dengan landasan filosofi yang disebut konsepsi
tanah untuk rakyat, UUPA 1960 bertujuan bukan saja demi kepastian hukum atau
jika dirumuskan dengan istilah berbeda unifikasi hukum, tetapi tujuan yang
110
hakiki adalah mengubah susunan masyarakat, dari suatu struktur warisan stelsel
feodalisme dan kolonialisme menjadi suatu masyarakat yang adil dan sejahtera.
filosofis pembangunan pada masa ini yaitu : anti penghisapan atas manusia oleh
dan kapitalisme dengan landreform sebagai agenda pokoknya. Pada pasal 4 ayat
(3) Tap MPRS tersebut, disebutkan bahwa landreform sebagai bagian mutlak dari
bahwa tanah sebagai alat produksi tidak boleh dijadikan alat penghisapan.
hak atas tanah.129 Tampak jelas bahwa era pemerintahan Orde Lama meletakkan
isu agraria sebagai bidang pokok yang harus segera diprioritaskan. Itu artinya
129
Nurhasan Ismail, 2006, Perkembangan Hukum Pertanahan Indonesia: Suatu
Pendekatan Ekonomi-Politik, Disertasi Pada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, hal. 185.
111
dasar dan industri berat yang harus diusahakan dan dikuasai negara.
pada era Orde Baru. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Perusahaan asing yang telah dinasionalisasi oleh Orde Lama, pada tahun 1967
kebijakan di bidang agraria. Kebijakan agraria pun lebih berorientasi pada upaya
orientasi kebijakan pun tidak dapat dihindari. Kebijakan yang lebiih populistik
sebelumnya bergeser menuju kebijakan yang pro kapitalis. Tujuannya tidak lain
tinggi. Tanah dipandang sebagai barang dagangan, siapa yang memiliki uang
130
Ricardo Simarmata, 2002, Kapitalisme Perkebunan:Dinamika Konsep Pemilikan
Tanah Oleh Negara, INSIST Pres, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 64.
112
dapat membelinya tanpa harus dibatasi. Para pemilik modal dapat menanamkan
Catur Tertib Agraria yaitu tertib hukum agrarian, tertib administrasi agraria, tertib
penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup. Dalam
liberalisasi dan swastanisasi penguasaan dan pemanfaatan tanah dan sumber daya
hingga mencapai titik kulminasi pada awal dekade 1990an swastanisasi dan
131
Bernhard Limbong II, Op.cit, hal. 150.
113
bahwa terjadi komoditisasi tanah pada periode itu yang berdampak negatif bagi
tercermin dari isi Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Lebih jauh lagi ditegaskan dalam
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
martabat kemanusiaan
(3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang
tangan negara terhadap kegiatan ekonomi merupakan satu asas yang dibutuhkan
dalam rangka pembinaan cita hukum dari asas hukum nasional. Asas-asas lainnya
adalah asas keseimbangan dan asas pengawasan publik. Mengingat tujuan dasar
132
Ifdhal Kasim, 1996, Tanah Sebagai Komoditas : Kajian Kritis Atas Kebijakan
Pertanahan Orde Baru, ELSAM, Jakarta, hal. 30.
114
undangan tidak dapat dipisahkan dari politik hukum. Mengetahui politik hukum
hukum. Politik tentang tata cara pembentukan terkait sistem hukum dan
faktor-faktor berikut :
kesempatan yang luas pada keikutsertaan masyarakat menentukan corak dan isi
133
H. Abdul Latif dan H.Hasbi Ali, 2010, Politik Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal.164.
115
atau rechtsidee yang menjadi sumber citra bernegara. Seperti kebutuhan dan
3. Pengaruh Global
bisa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keyakinan, ideologi atau agama,
Dari semua faktor diatas, yang paling berbahaya adalah ketika kepentingan
asing mendominasi. Walaupun kepentingan rakyat luas bisa salah satu atau
bertentangan dengan keyakinan tertentu, akibatnya baru akan terasa pada jangka
panjang. Jika kepentingan asing dominan maka dapat ditebak bahwa dalam waktu
masyarakat.
internasional. Bila tidak diikuti bisa terkucilkan atau tidak lagi pnatas
lantang bersuara agar tidak terkesan ada kepentingan asing di balik itu.
jenis intervensi asing yang paling rapi dan paling sulit dideteksi,
karena yang akan muncul adalah keyakinan dari anak banga sendiri.
118
panjang.134
karena lebih mengutamakan kepentingan pengusaha atau pemilik modal baik dari
dalam negeri maupun luar negeri sebagai upaya untuk mendukung tercapainya
asing melalui pemberian utang luar negeri seperti IMF, Bank Dunia kepada
134
Ibid, hal. 166-168.
119
harus mengadakan pembebasan tanah untuk kepentingan Negara donor. Cara IMF
dan Bank Dunia ini merupakan program neo-liberal dengan memaksakan program
masyarakat seperri komunitas ada, karena hak mereka atas tanah terabaikan.
Seharusnya perpres ini muncul dalam satu paket dalam penataan ruang dan
UUPA. Dasarnya adalah reformasi bidang ini harus menyeluruh dan terintegrasi.
Pengamat sosial ekonom, Gunawan Wiradi menilai Perpres No. 36 Tahun 2005
ini bersifat parsial karena persoalan mendasar adalah kondisi yang sengaja dibuat
Negara tidak mampu membayar utang luar negeri sehingga Negara donor dapat
menyetirnya. Salah satu bentuk kendali Negara pemberi donor adalah prinsip
investor. 136
penjabaran lebih lanjut dari hal-hal umum yang telah digariskan dalam sasaran
hukum, politik penentuan isi hukum dan politik penerapan dan penegakan hukum.
Politik hukum ini harus pula mencakup aspek-aspek sumber daya sistem
Politik perekonomian yang mengarah pada etatisme ekonomi (paham yang lebih
UUD 1945 yaitu usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak, tidak lagi
perekonomian. Peran negara harus dibatasi pada hal-hal yang bersifat mendorong
maka akan dibahas penormaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dengan
hukum. Jika ingin mengetahui makna yang terkandung dalam suatu peraturan
berikut :
138
H. Abdul Latif dan H. Hasbi Ali, Op.cit, hal. 192.
122
Pasal 1
(1) Suatu kegiatan dalam rangka pelaksanaan Pembangunan mempunyai
sifat kepentingan umum, apabila kegiatan tersebut menyangkut :
a. Kepentingan Bangsa dan Negara dan/atau
b. Kepentingan masyarakat luas, dan/atau
c. Kepentingan rakyat banyak/ bersama dan/atau
d. Kepentingan pembangunan
(2) Bentuk-bentuk kegiatan Pembangunan yang mempunyai sifat
kepentingan umum sebagai dimaksud dalam ayat (1) pasal ini meliputi
bidang-bidang :
a. Pertahanan
b. Pekerjaan Umum
c. Perlengkapan umum
d. Jasa umum
e. Keagamaan
f. Ilmu kesehatan dan seni budaya
g. Kesehatan
h. Olahraga
i. Kesehatan umum terhadap bencana alam
j. Kesejahteraan social
k. Makam/kuburan
l. Pariwisata dan rekreasi
m. Usaha-usaha ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan
umum
(3) Presiden dapat menentukan bentuk-bentuk kegiatan pembangunan
lainnya kecuali sebagai dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang
menurut pertimbangannya perlu bagi kepentingan umum.
pemerintah tetapi juga usaha-usaha swasta (Pasal 3) asal saja harus disetujui oleh
Oleh karena itu pada Pasal 2 disebutkan proyek pembangunan tersebut termasuk
untuk umum). Berikut ini adalah kutipan pasal 2 Instruksi Presiden Nomor 9
Tahun 1973.
berikut :
tanah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang
Pasal 1 ayat (1) PMDN No 15 Tahun 1975 menyatakan bahwa pembebasan tanah
Ayat 1). Jika terdapat perbedaan harga taksiran ganti rugi diantara para anggota
pembebasan hak atas tanah ini maka kemungkinan pemukiman kembali dari
penduduk yang terkena pembebasan tersebut tetap dapat ganti rugi tersebut berupa
uang, tanah dan atau fasilitas lainnya. Dalam pasal 11 PMDN No. 15 tahun 1975
disebutkan :
tahun 1975 baik ditinjau dari segi formalnya (yang tidak memenuhi persyaratan
juridis) maupun ditinjau dari segi materiilnya (yaitu berupa perlindungan kepada
125
anggota masyarakat yang akan dicabut haknya) adalah batal menurut hukum.
Kedua, apabila Peraturan Menteri Dalam Negeri itu diuji kepada doktrin (bahwa
dalam arti materiil) dengan anggapan bahwa pembebasan tanah adalah sama
dengan pencabutan hak maka Peraturan Menteri termaksud adalah batal karena :
wewenang.
- Peraturan Menteri Dalam Negeri mengatur suatu soal yang telah diatur
termaksud.
untuk keperluan usahanya. Pasal 1 PMDN Nomor 15 Tahun 1975 itu disebutkan
sebagai berikut :
dampak yang luas dan rakyat dibingungkan bahwa proyek-proyek swasta seperti
kepentingan rakyat.
Dalam banyak hal jika tidak terdapat kesepakatan mengenai harga ganti
rugi seperti yang terlaksana dengan PMDN Nomor 15 Tahun 1975, maka uang
pembebasan tanah tersebut sudah selesai. Dengan konsignasi uang ganti rugi
yaitu bahwa pengeluaran yang dapat dibebankan untuk jenis pengeluaran tanah
meliputi antara lain biaya administrasi pembuatan akta jual beli oleh Camat
sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah atau sebagai Kepala Wilayah; pembelian
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1987 ini diatur untuk
berbentuk badan hukum, baik untuk penyediaan tanah, pencadangan tanah dan
izin lokasi.
1 Izin lokasi untuk keperluan perusahaan yang luasnya tidak lebih dari
15 ha bagi daerah tingkat II yang telah mempunyai rencana induk
kota/rencana kota, ditetapkan oleh bupati/walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II.2
2 Izin lokasi yang luasnya tidak lebih dari 200 ha ditetapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
3 Izin lokasi yang luasnya lebih dari 200 ha ditetapkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Menteri Dalam Negeri.
128
Peraturan ini sebagai pengganti dari PMDN Nomor 5 Tahun 1974 khusus
tentang penyediaan dan pemberian hak atas tanah dan PMDN Nomor 2 Tahun
murah yang diselenggarakan dengan fasilitas kredit pemilikan rumah dari Bank
Tabungan Negara. Untuk keperluan pembebasan tanah untuk industri maka telah
diatur dengan Keppres Nomor 53 Tahun 1989, yang memberikan Hak Guna
Bangunan atau Hak Pakai kepada badan-badan hukum yang didirikan menurut
perusahaan-perusahaan tersebut diberikan izin prinsip dan izin tetap, dan telah
lokasi dan izin pembebasan diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah melalui
Kepala Kanwil BPN dan izin pencadangan diatur oleh Kepala BPN.
tahun setelah izin prinsip sudah harus dibebaskan 60%. Disebutkan bahwa
kawasan industri tersebut tidak boleh mengurangi areal tanah pertanian dan tidak
pula diatas tanah yang berfungsi untuk melindungi sumber daya alam dan warisan
budaya.
Pencabutan hak seperti yang diatur dengan UU No. 20 Tahun 1961 akan
merupakan suatu bahan studi yang baik dalam konstelasi hukum di Indonesia dan
apa sebabnya tidak berjalan sebagaimana yang ingin dilaksanakan dan komentar
129
yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan adanya PMDN No. 15 Tahun 1975
dengan panitianya.
maka oleh pemerintah diterbitkan juga PMDN Nomor 2 Tahun 1976 tentang
diharapkan pula adanya peranan aktif dari pihak swasta/rakyat. Selain itu bahwa
perlu adanya bantuan fasilitas dari Pemerintah yang berbentuk jasa-jasa dalam
juga dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 dalam Pasal
11 diuraikan :
Indonesia adalah salah satu negara yang dinamis di dunia, dengan tingkat
kepadatan penduduk diperkirakan mencapai hampi 266 juta jiwa pada tahun 2009.
139
Budi Santoso, 2008, Aspek Hukum Pembiayaan Proyek Infrastruktur Dengan Model
BOT (Build Operate Transfer), Genta Press, Jakarta, hal. 1.
131
dan selama Pelita ke VII dibutuhkan dana sebesar US S 132 bilion. Dana sebesar
itu tentu terasa sangat berat bila harus dibebankan hanya pada APBN. Kebutuhan
menelan dana antara Rp 700 triliun Rp 1.030 triliun. Sekitar Rp 200 triliun dapat
didanai dengan APBN, artinya pemerintah hanya mampu membiayai sekitar 20%
sedangkan sekitar Rp 600 triliun atau sekitar 80% nya diharapkan partisipasi
2010 diperkirakan membutuhkan dana sampai dengan 30 miliar dolar AS. Dari
total tersebut hanya 40% yang mampu dipenuhi pemerintah, sisanya diserahkan
kepada swasta nasional atau swasta asing. Untuk rencana Jalan Tol Semarang
diperkirakan menghabiskan dana sekitar 427 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,6
trilun.140
140
Ibid, hal. 2.
132
Indonesia.
proyek yang membutuhkan dana besar, seperti halnya : jalan tol, migas,
membutuhkan dana besar, seperti renovasi pasar, terminal, pangkalan truk, rest
area, resort dan lain-lain. Dengan demikian yang penting proyek tersebut dapat
Krisis ekonomi yang menerpa negeri ini sejak awal 1998 sangat dirasakan
Bagi investor asing yang akan ikut dalam proyek infrastruktur di Indonesia
141
Ibid, hal. 4.
133
hukum dan kerangka pengaturan yang : (a) Clear and consistent; (b).Accessible
for the public and private sectors (c). Predictable in their interpretation of
institutions.
infrastruktur.
pada masyarakat.
142
JD. Hal Sulivan, How the Private Sector can work in partnership with the Government
of Indonesia successfully implement infrastructure projects, Presented at the Legal Climate in
Indonesia for BOT Investment, 17 Juni 1996, Jakarta, hal. 2
134
diperlukan;
a;
143
Budi Santoso, Op.cit, hal. 10
144
Budi Santoso, Op.cit, hal. 11.
135
sangat terbatas.
melalui kemitraan.145
infrastruktur yaitu :
dan Gas Bumi, UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Ketiga UU tersebut
145
Budi Santoso, Op.cit, hal. 52.
146
Benny Soetrisno, Peran Serta Swasta Dalam Pembiayaan Infrastruktur Serta Kendala
Keseimbangan Antara Pusat dan Daerah, Makalah Seminar Dies Natalies Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro ke 50, Hotel Grasia, 21 September 2006.
136
Tahun 1998.
Indonesia. Badan ini disebut dengan Badan Investasi Pemerintah (BIP). BIP
didirikan untuk mengelola dana investasi, yang pada tahun 2006 sebesar 2 triliun
dari APBN dan ditambahkan dengan 2 triliun dari APBN tahun 2007. Dana yang
147
Budi Santoso, Op.cit, hal. 54.
137
(berputar) sehingga tentu saja ada cost of money yang harus dipertimbangkan,
seperti hanya dana yang disimpan di perbankan yang memberikan hasil berupa
pertama sejumlah Rp 600 miliar akan digunakan untuk dana pembebasan tanah
cukup fleksibel bagi BIP sehingga memberikan ruang bagi BIP untuk melakukan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007 ini pada dasarnya mengatur investasi
dalam bentuk pembelian surat berharga dan investasi langsung dengan cara pola
rangka penyediaan infrastruktur dan infrastruktur. Saat ini personil BIP masih
148
Budi Santoso, Op.cit, hal. 62.
149
Budi Santoso, Op.cit, hal. 63.
138
melalui APBD (Rp 355,07 triliun), serta perkiraan investasi pihak swasta (Rp
344,67 triliun). Saat ini masih diperlukan sumber dana lain selain pemerintah
Minimal (SPM);
139
mengingat sumber daya fiskal yang terbatas. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
lebih cepat sebagai hasil dari MP3EI 2011-2025, penerimaan pajak akan
2005 yang kemudian direvisi melalui Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010
pemerintah.
berikut ini :
berikut ini :
yang terbatas, pola pikir tersebut berujung pada kesulitan memenuhi kebutuhan
infrastruktur yang memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini
telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan infrastruktur melalui
(PPP). Dengan adanya KPS, maka Pemerintah dapat memfokuskan diri untuk
tersebut. Insentif tersebut dapat berupa kebijakan (sistem maupun tarif ) pajak, bea
kesepakatan dengan dunia usaha. Regulasi yang terkait dengan proyek KPS
Tahun 1987, PP No. 8 Tahun 1990 tentang Jalan Tol, dan PP No. 10 Tahun 1987
Peraturan Ketentuan
Perpres No. 56 Tahun 2011 Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2010 dan Peraturan
Presiden Nomor 56 tahun 2011
Perpres No.12 Tahun 2011 Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite
Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 12 tahun 2011.
Perpres No. 78 Tahun 2010 Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2010 tentang
Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama
Pemerintah Dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui
Penjaminan Infrastruktur
PMK No. 260 Tahun 2010 Petunjuk pelaksanaan proyekKPS yang merupakan acuan
dasar dari pelaksanaan proyek KPS ditanahair.
Permen PPN No. 03 Tahun 2009 Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Kerjasama
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Permen PPN No. 04 Tahun 2010 Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Permenko No. 01 Tahun 2006 Organisasi dan Tata Kerja Komite Kebijakan Percepatan
Penyediaan Infrastruktur
Permenko No. 04 Tahun 2006 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 04/M.Ekon/06/2006 tentang Tata Cara Evaluasi
Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur yang membutuhkan Dukungan
Pemerintah.
Perpres No. 36 Tahun 2006 jo Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Perpres No. 65 Tahun 2006 Untuk Kepentingan Umum
Permenko No. 03 Tahun 2006 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 03/M.Ekon/06/2006 tentang Prosedur dan Kriteria
Penyusunan Daftar Prioritas Proyek Infrastruktur
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.
dan beberapa peraturan sebagai berikut dibawah ini: Peraturan KPS, peraturan
khusus sektoral, dan peraturan umum lainnya yang mengatur tentang berbagai
undang mengatur hal-hal yang bersifat umum. Pelaksanaan dari suatu ketentuan
hukum pada umumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.
Presiden juga terkadang merupakan panduan atas pelaksanaan lebih lanjut dari
berbeda pula.
diatur oleh ketentuan-ketentuan yang sudah ada sejak 2004 dengan visi
status keberlakuan atas peraturan pada sektor yang diminatinya, oleh karena
itu, terdapat beberapa peraturan menteri yang tidak tercantum disini yang
pemerintah tersebut.
Bandar udara Undang-undang No. 1 Tahun PT. Angkasa Pura (Perusahaan operator
2009 tentang Transpotasi Udara Bandara milik Negara) tidak lagi
memonopoli sektor ini. Pemerintah sedang
mempersiapkan Peraturan Pelaksanaan
untuk pengoperasian Bandara.
Ketenag a Undang-undang No. 30 PT PLN, Perusahaan Listik Negara, tidak
listrikan tentang Ketenagalistrikan lagi memonopoli infrastruktur
(Pembangkit ketenagalistrikan (pembangkit tenaga listrik,
Listrik, Undang-undang No. 27 transmisi, dan pendistribusian). Namun,
Transmisi Tahun 2003 tentang Panas PLN tetap melakukan fungsinya selaku off-
dan Bumi taker dari pembangkit tenaga listrik yang
Pendistribusian) dihasilkan. Badan Usaha dapat berpartisipasi
Peraturan Pemerintah No. dalam sektor ini melalui tender yang
59 Tahun 2007 tentang kompetitif.
Kegiatan Usaha Panas Bumi Mereka (Badan Usaha) akan berkompetisi
dalam pengajuan tarif. Pembangkit listrik,
Peraturan Pemerintah No. 3 transmisi, pendistribusian dan konsesi panas
Tahun 20005 atas Perubahan bumi akan menjadi kegiatan yang berlisensi
Peraturan Pemerintah No. 10 dengan pemisahan off-taker atau perjanjian
Tahun 1989 tentang Ketentuan layanan antara pengguna dan Badan Usaha.
Dan Pemanfaatan Pemberi otoritas lisensi adalah sebagai
Ketenagalistrikan berikut:
Menteri: untuk proyek pembangkit tenaga
listrik yang terhubung dengan jaringan
listrik nasional, atau untuk konsesi panas
bumi lintas propinsi;
Gubernur: untuk infrastruktur lintas
kotamadya/kabupaten dalam satu propinsi;
Walikota/Bupati: untuk infrastruktur
kelistrikan atau konsesi panas bumi di dalam
satu kotamadya/kabupaten.
Air Minum - Undang-undang No. 7 Tahun Suatu Badan Usaha dapat memperoleh
(Pengolahan 2004 tentang Sumber Daya konsesi untuk penyediaan air minum untuk
Air, Transmisi Air daerah yang tidak dilayani oleh Perusahaan
dan Peraturan Pemerintah No. 16 Daerah Air Minum. Penunjukkan Badan
Pendistribusian) Tahun 2005 Pengembangan Usaha untuk melakukan layanan ini harus
Sistem Penyediaan Air dilaksanakan melalui berdasarkan proses
Minum tender. GCA akan menetapkan tarif dan
mengatur persyaratan- persyaratan bagi
Badan Usaha dalam PK. Pemerintah telah
membentuk Badan Pendukung
Pengembangan Sistim Penyediaan Air
Minum (BPP SPAM) untuk, antara lain,
membantu Pemerintah Daerah dalam
pengembangan sistimpenyediaan air minum
melalui skema KPS.PPP basis.
148
Jalan Tol Undang-undang No. 38 Tahun Kegiatan usaha jalan tol tidak lagi di
2004 tentang Jalan monopoli oleh PT. Jasa Marga (perusahaan
jalan tol milik Negara). Pemerintah telah
Peraturan Pemerintah No. 15 mendirikan badan pengawas, yakni Badan
Tahun 2005 Tentang Jalan Tol Pengatur Jalan Tol, untuk melaksanakan
tender dan menetapkan tarif jalan tol.
Peraturan Pemerintah No. 44
Tahun 2009 atas Perubahan
Peraturan Pemerintah No. 15
Tahun 2005
swasta agar dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh para pemangku
tanah dan dari sisi lain merupakan titik awal perjalanan dari pelaksanaan pilihan
nilai-nilai yang ada dalam dualisme hukum pertanahan yang berlaku pada saat itu.
ekonomi, yaitu antara ekonomi yang kapitalistis yang menuntut adanya dukungan
hukum modern yang universal dengan ekonomi prakapitalis yang tradisional yang
150
Boeke, JH, 1983, Prakapitalisme Di Asia, Sinar Harapan, Jakarta, hal. 10-12.
150
151
sebagai sumber pendapat Negara. Negara kolonial merupakan anak kandung dan
sekaligus sebagai kendaraan dari kapitalisme, yaitu suatu paham dalam kegiatan
ekonomi yang menekankan pada peranan pemilikan modal (alat produksi dan
persaingan. 151
Gambaran dari adanya dua sistem ekonomi yang diikuti oleh berlakunya
dan menggunakan tanah dua kelompok masyarakat yang mematuhi dua hukum
yang berbeda.152 Perilaku ekonomi dari kelompok yang didukung oleh hukum
dan dominatif serta rasional untuk melakukan perluasan tanah yang dapat dikuasai
hukum yang bersumber dari kebiasaan cenderung pasif dan pasrah namun karena
besarnya jumlah kelompok ini sehingga sulit untuk sepenuhnya dikuasai oleh
151
Rikardo Simarmata, Op.cit, hal. 30-33.
152
Frans Husken dan Benyamin White, 1989, Java: Social Differentiation, Food
Production and Agrarian Control dalam Gilian Hart dkk: Agrarian Transformation : Local Process
and State in Southeast Asia, University of California Press, Berkeley-Los Angelos-London, hal.
140-141. a
152
saling berhadapan yang cenderung sulit untuk diselaraskan sehingga yang agresif
nasional tertuang dalam Pasal 2 ayat (3) UUPA yang mempertegas tujuan politik
hukum pertanahan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
atau kelompok dan etnis tertentu atau warga masyarakat di wilayah tertentu,
bagian Indonesia.
kepentingan sebagai tujuan yang hendak diwujudkan, maka terdapat dua tingkat
kepentingan antara tersebut dalam UUPA dirumuskan dalam banyak istilah, yaitu
bersama; (2) Dalam ketentuan Pasal 2 ayat (3) dirumuskan bahwa wewenang yang
(3) Dalam penjelasan umumnya, angka I alinea terakhir dinyatakan bahwa salah
kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat terutama rakyat tani.
Sejumlah istilah yang tercantum dalam UUPA hanya menunjuk pada dua
Kemakmuran akan dapat tercipta jika setiap pemilikan dan pemanfaatan tanah
dapat memberikan hasil yang dapat memenuhi kebutuhan materiil atau kebutuhan
dasar seperti pangan, sandang, papan, pekerjaan, kesehatan dan pendidikan dari
aman dan tenteram. Aman merupakan suatu kondisi kehidupan yang terhindar dari
konflik sosial dari kekacauan politik yang bersumber dari penguasaan dan
155
Boedi Harsono, Op. cit, hal. 144.
154
dibagi atas lima kelompok : (1) Memuat berbagai hal yang biasanya menjadi
Batang Tubuh undang-undang pada umumnya. Kelompok ini terdiri atas bab-bab,
wewenang swapraja dan bekas swapraja atas bumi dan air dan (5) Memuat
Negara.
Garis besar muatan lengkap diktum kelompok pertama yang terdiri atas
bab-bab, bagian dan pasal disajikan dalam muatan diktum kelompok pertama
berlakunya UUPA dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, yang dicabut
secara eksplisit yakni pencabutan secara tegas di dalam UUPA. Kedua yang
dicabut secara implisit, yakni pencabutannya tidak secara tegas dinyatakan dalam
selain yang tersebut diatas, tetapi dengan berlakunya UUPA terdapat juga
materi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh UUPA. Hal ini
Tanah dari penduduk asli Indonesia (golongan Bumi Putra) terhadap orang asing.
Ketentuan tersebut jelas harus dicabut karena alasan berikut: Pertama, S.1875-179
tiga golongan, yaitu golongan Pribumi (Indonesia asli), golongan Eropa dan
golongan Timur Asing yang dalam lapangan keperdataan tunduk pada hukum
156
Moh. Mahfud MD, Op. cit, hal. 175-178.
157
ras melainkan atas hukum kewarganegaraan ke dalam warga negara Indonesia dan
orang asing. Menurut UUPA setiap WNI (tanpa dipersoalkna rasnya apakah
Eropa, Cina, Arab, India dan sebaginya asalkan sudah memilki status
kewarganegaraan) dapat menjadi pemegang hak milik atas tanah yang ada di
berlaku.
golongan penduduk menurut politik hukum kolonial 1848. Ukuran yang dipakai
untuk melindungi pihak ekonomi lemah tidak ditarik melalui perbedaan keturunan
normatif berorientasi pada pemerataan dapat ditarik dari fakta dalam Tap MPRS
Indonesia. Hal ini ditegaskan dalam Bagian Menimbang butir 2 Tap MPRS:
157
Ibid, hal.180-181.
158
(delapan) tahun yang dirancang dalam Tap MPRS tersebut merupakan rencana
ekonomi baik pada masa kolonial maupun sampai dekade 1950an dinilai telah
sebanyak mungkin rakyat secara merata. Sumber daya ekonomi yang ada
pokoknya.
kegotongroyongan.
158
Soekarno, 1959, Amanat pada Sidang Pleno I Dewan Perancang Nasional (Depernas),
28 Agustus 1959, dalam Iman Toto K. Rahardjo dan Herdianto WK, 2001, Bung Karno dan
Ekonomi Berdikari, penerbit Grasindo, Jakarta, hal. 88-90.
159
ekonomi dan kegiatan usaha dapat dicermati dari fakta-fakta dalam TAP MPRS
Kedua, Ketentuan Pasal 4 ayat (3) Tap MPRS No. II/MPRS/1960 yang
sumber daya ekonomi dari penguasaan yang terpusat di tangan sekelompok kecil
sumber daya ekonomi menjadi syarat pokok dan merupakan langkah awal yang
Struktur penyelenggaraan usaha harus dirombak dari kegiatan usaha yang hanya
perombakan dari yang bersumber pada modal asing kepada sumber pembiayaan
161
dari dalam negeri terutama yang sudah dipunyai oleh masyarakat sendiri sebagai
pemerataan. Ada 3 (tiga) kelompok kekuatan nasional yang diberi peranan utama
utama.
- Ketentuan Pasal 6 ayat (3) dan (4) Tap MPRS No. II/MPRS/1960
pokok rakyat, bahan penolong bagi industri vital dan ekspor bahan
secara formal tidak mengalami perubahan karena rezim ini penguasa yang baru
tidak pernah melakukan revisi atau perubahan terhadap UUPA sebagai induk dari
yang dipertegas dalam Penjelasan Umumnya Angka I huruf a dari alinea terakhir
yang memuat tujuan hukum agrarian nasional masih berlaku dan tidak mengalami
rezim penguasa Orde Lama (periode 1960-1966) ke Penguasa Orde Baru diikuti
oleh terjadinya perubahan orientasi kepentingan atau bahkan pilihan nilai sosial
163
sebagai acuan dari kebijakan pembangunan ekonomi. Perubahan orientasi ini telah
Orde Lama lebih menekankan pada pemerataan penguasaan sumber daya ekonomi
dan pelaksanaan kegiatan usaha kepada sebanyak mungkin orang maka sebaliknya
bidang tersebut.
melibatkan peranan pelaku usaha swasta besar meskipun dalam jumlah yang
relatif kecil, yaitu baru sekitar 25% dari keseluruhan dana investasi yang
ekonomi harus semakin bertumpu pada peranan pelaku usaha swasta terutama
untuk melakukan pemerataan pemilikan tanah dinilai sebagai strategi yang tidak
karena tidak memacu setiap orang untuk bersaing dalam berprestasi. Pemberian
tanah kepada petani yang biasa dengan sistem pertanian yang subsistem tidak
akan dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi peningkatan produksi yang
pembentuk kebijakan, maka kemakmuran rakyat tidak akan pernah dapat dicapai.
tanah secara langsung kepada setiap petani atau kepada sebanyak mungkin orang,
kepada setiap orang untuk memperoleh dan mempunyai tanah dengan syarat
Melalui strategi yang demikian, disatu sisi setiap orang sudah diberi kesempatan
yang sama untuk memperoleh dan mempunyai tanah, namun kesempatan untuk
penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah sebagai basis utama dan sekaligus
merubah atau merevisi asas-asas yang terdapat dalam UUPA itu sendiri. Hal ini
atau Tap MPR No. IV/MPR/1973 dalam Bab IV D huruf a butir 12 dinyatakan
bahwa : salah satu aspek pembangunan ekonomi ialah penggunaan tanah dan
penggunaan tanah. Begitu juga dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 Bab IVD.
efektif penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah. Perubahan ini tidak lagi
namun lebih menekankan pada penataan agar penggunaan tanah lebih efisien
serendah mungkin dan agar penggunaan tanah lebih efektif yaitu berhasil guna
peningkatan jumlah kegiatan usaha atau investasi hasil produksinya. Efisiensi dan
pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya akan berdampak lebih lanjut terhadap
penguasaan dan pemilikan sumber daya ekonomi seperti halnya tanah secara
pemberian fasilitas untuk menguasai dan memiliki tanah kepada setiap orang yang
159
Bonnie Setiawan, 2003, Globalisasi Pertanian : Ancaman Atas Kedaulatan Bangsa dan
Kesejahteraan Petani, The Institute for Global Justice, Jakarta, hal.42.
168
kegiatan usaha. Meskipun setiap orang diberi kesempatan yang sama untuk
menguasai dan memilki tanah namun mereka yang efektif dan efisien yang akan
tataran dasar. Pertama, hendak mewujudkan sistem hukum agraria yang seragam
logis sebagai negara yang merdeka yang sedang mengarah pada pembaharuan
bangunan masyarakat, khususnya petani, apakah petani penggarap, buruh tani dan
konteks ini yang dimaksudkan adalah tanah, sehingga distorsi pada pemilikan dan
Ada dua hal yang membuat UUPA mempunyai arti penting secara
lebih tinggi daripada apa yang dikatakannya, yaitu isi maupun status legal
simbolis sebagai bagian dari landasan fundamental bangsa ini. Artinya, undang-
160
Badan Pembangunan Hukum Nasional, 2009, Perencanaan Pembangunan Hukum
Nasional Bidang Pertanahan, Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, hal. 38.
169
dan UUPA secara prinsip tidak perlu diubah, sebab pada dasarnya yang menjadi
kepentingan dan nilai sosial oleh pemerintah telah menggeser peran substantif
filosofi yang mendasari politik hukum tersebut. Dilihat dari proses pembuatannya
yang partisipatif dan isinya yang aspiratif, UUPA merupakan hukum yang
berkarakter responsif. Sementara itu dilihat dari nilai sosial yang mendasarinya,
politik, yakni suatu pendekatan yang terkait dengan pengaruh pilihan kepentingan
dan pilihan nilai sosial yang dijadikan landasan kebijakan pemerintah. Pilihan
Masalah utama yang selama ini muncul diakibatkan oleh sikap pemerintah
yang bergeser atau mengambil jalan sendiri atas nilai kepentingan dan nilai sosial
161
H.Abdul Latif dan Hasbi Ali,Op.cit, 122.
170
demikian politik hukum agrarian di dalam UUPA sudah sesuai dengan dasar dan
agraria dari nilai filosofi dan politik hukum yang mendasarinya. Pilihan nilai pada
membangun ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan dan dalam pilihan nilai
umum dengan keluarnya Perpres No. 36 Tahun 2005, Perpres No. 65 Tahun 2006
dan terakhir Undang-Undang No. 2 Tahun 2012. Pembahasan pada sub bab ini
dimulai dari Perpres No 36 Tahun 2005. Perpres No. 36 Tahun 2005 tentang
menolak, bahkan menganggap Perpres ini sebagai ancaman bagi hak milik yang
terdahulu. 162
Secara substansial Perpres No. 36 tahun 2005 ini memberi peluang kepada
162
H.Abdul Latif dan Hasbi Ali, Op.cit, hal. 124.
171
positif kebijakan ini. Juru bicara presiden pada saat itu, Andi Malarageng
Ketua Kamar Dagang Industri Indonesia yaitu MS Hidayat bahwa hal ini
Komisi II DPR RI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2005. Adapun butir-butir
ayat (1), Pasal 4 ayat (3), Pasal, Pasal 10, Pasal 15 ayat (1) huruf a dan
163
Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 220
172
berikut :
masyarakat.
2. Cara pengadaan tanah yang dilakukan melalui pencabutan hak atas tanah
Perpres No. 36 Tahun 2005, khususnya bila tidak merujuk pada UU No.
apakah diberikan kepada subjek (pemegang hak atas tanah) atau objek
(hak atas tanah) yang bisa berakibat pengabaian terhadap hak asasi
pemegang hak atas tanah sebagaimana dijamin oleh Pasal 28 H ayat (4)
UUD 1945.
173
besar) dalam proses jual beli tanah yang telah ditetapkan sebagai lokasi
musyawarah.164
Melihat kelemahan yang ada dalam Perpres No. 36 Tahun 2005 akhirnya
Atas Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 mengenai Pengadaan Tanah bagi
penghormatan terhadap hak-hak atas tanah yang sah dan kepastian hukum dalam
menambah ketentuan baru, yaitu mengenai biaya panitia pengadaan tanah yang
akhirnya disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah dalam sidang
164
H. Abdul Latif dan H. Hasbi Ali, Op.cit, hal. 126.
165
Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 226.
174
RUU tersebut menjadi sah sebagai undang-undang paling lama 30 hari sejak RUU
pada tanggal 14 Januari 2012 masih memberikan pilihan kepada investor ataupun
instansi terkait. Dalam hal ini instansi bisa tetap menggunakan aturan lama atau
memakai aturan peerundang-undangan baru tersebut. Hal ini telah diatur dalam
sudah terbebaskan meski dibawah 10% sangat bergantung pada instansi, atau
tersebut secara penuh, yakni memulai kembali proses pembebasan lahan dari awal
pembebasan lahan kepada para pengguna yang ditargetkan selama dua (2) tahun.
termasuk juga tentang masa transisi dan ganti rugi kepemilikan lahan.
dimohonkan oleh sebuah koalisi yang menamakan dirinya Karam Tanah. Koalisi
ini beranggotan Serikat Petani Indonesia (SPI), Indonesian Human Right Comitte
for Social Justice (IHCS), Yayasan Bina Desa Sadajiwa, Konsorsium Pembaruan
Aliansi Petani Indonesia, Sawit Watch, Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air
Kelompok ini memohon pengujian Pasal 2 huruf g, Pasal 9 Ayat (1), Pasal
10, Pasal 14, Pasal 21 Ayat (1), Pasal 23 Ayat (1), Pasal 40 dan Pasal 42 karena
antara hukum dan kepentingan masyarakt terkait tanah. Meski hukum harus
166
Bernhard Limbong II, Op.cit, hal. 319.
176
Pendapat Mahkamah
c ....
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal.
Menurut Mahkamah pembangunan jalan tol dilakukan demi
kelancaran pengangkutan orang, barang, dan jasa yang menjadi hajat
hidup orang banyak, sehingga meskipun seperti didalilkan oleh para
Pemohon tidak dapat diakses secara leluasa oleh rakyat miskin, akan
tetapi dengan adanya jalan tol tersebut, baik secara langsung maupun
tidak langsung akan dirasakan manfaatnya untuk memenuhi
kebutuhan seluruh masyarakat. Demikian pula pelabuhan, untuk
daerah-daerah tertentu, distribusi sembilan bahan pokok (sembako)
hanya mungkin lewat pelabuhan. Meskipun tidak semua orang
mempergunakannya, akan tetapi masyarakat merasakan manfaatnya.
Tidak semua fasilitas untuk kepentingan umum dapat dipenuhi oleh
negara oleh karena semakin meningkatnya kebutuhan atau permintaan
masyarakat. Oleh sebab itu, meskipun negara memberi kesempatan
pada swasta untuk dapat ikut serta memenuhi kepentingan umum
tersebut, namun negara tetap dapat menentukan kebijakan yang
bersangkut paut dengan kepentingan umum, misalnya dalam
menetapkan tarif jalan tol yang dikelola oleh swasta, sehingga swasta
tidak sepenuhnya dapat menentukan sendiri tarif jalan tol yang
merupakan investasi dari yang bersangkutan. Dengan tidak ada atau
kurangnya fasilitas jalan umum dan pelabuhan, termasuk di dalamnya
jalan tol dan pelabuhan peti kemas, yang belum dapat dipenuhi oleh
negara justru akan menyulitkan distribusi orang, barang, dan jasa
yang pada gilirannya akan mengganggu pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi masyarakat yang secara tidak langsung merugikan
kepentingan umum. Selain itu, dengan adanya jalan tol maka alat-alat
berat transportasi darat sebagian besar dialihkan ke jalan tol sehingga
beban jalan umum menjadi berkurang dan dengan demikian akan
meningkatkan keamanan pengguna jalan umum tersebut. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, menurut Mahkamah, dalil para Pemohon a quo
tidak beralasan menurut hukum;
3. Bahwa Pasal 14 ayat (1) UU 2/2012 yang menyatakan,Instansi yang
memerlukan tanah membuat perencanaan Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan.Terhadap dalil para Pemohon a quo, menurut Mahkamah,
dengan ketentuan Pasal 18 UU 2/2012 yang menyatakan:
Ayat (1) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf b meliputi kegiatan
pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek
Pengadaan Tanah;
Ayat (2) Pendataan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan;
Ayat (3) Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
179
dalam konsultasi publik. Akan tetapi, bisa terjadi bahwa ketika diadakan
konsultasi publik belum ada sengketa, tetapi setelah selesai konsultasi
publik dan proses selanjutnya, sebelum ganti kerugiannya diserahkan, atas
tanah yang untuk kepentingan umum dipersengketakan atau digugat
kepemilikannya. Dalam keadaan seperti tersebut adalah adil kalau ganti
kerugian tersebut dititipkan pada pengadilan negeri setempat, supaya
apabila sudah ada putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum
tetap dan telah diputuskan pihak yang berhak maka kepada yang berhak
itulah ganti kerugian diberikan. Berdasarkan pertimbangan di atas,
menurut Mahkamah dalil para Pemohon a quo tidak beralasan menurut
hukum; 167
AMAR PUTUSAN
Menyatakan menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya
hukum yang sangat luas cakupannya. Penemuan hukum dapat dilakukan oleh
167
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/putusan_sidang, data diakses pada
tanggal 24 September 2013
184
tidak menghadapi peristiwa kongkrit atau konflik seperti hakim, tetapi untuk
hukum (doktrin).169
yang akan datang yang belum jelas bentuk kongkritnya. Oleh karena itu ia
matang, khususnya dalam hal kejelasan dan kepastiannya. Hal ini tidak terlepas
dari kaitannya dengan pertumbuhan Negara itu sendiri. Aturan kebiasaan bisa
norma-norma lain adalah : (1) Tingkat prediktabilitasnya yang besar. Hal ini
pengaturannya ditujukan ke masa depan. Oleh karena itu pula ia harus dapat
memenuhi syarat agar orang-orang mengetahui apa atau tingkah laku apa yang
diharapkan dari mereka pada waktu yang akan datang dan bukan yang sudah
memberitahu secara pasti terlebih dahulu hal-hal yang diharapkan untuk dilakukan
atau tidak dilakukan ole anggota masyarakat. Asas-asas hukum , seperti Azas
tidak berlaku surut memberikan jaminan bahwa kelebihan yang demikian itu
dapat dilaksanakan secara seksama. (2) Kecuali kepastian yang lebih mengarah
mengenai nilai yang dipertaruhkan. Sekali suatu peraturan dibuat, maka menjadi
pasti pulalah nilai yang hendak dilindungi oleh peraturan tersebut. Oleh karena
itu, orang tidak perlu lagi memperdebatkan apakah nilai itu diterima atau tidak.
dengan membuat rumusan yang jelas dan terperinci dan tegar dengan
diundangkan dalam Lembaran Negara dengan nomor urut dalam satu tahun dan
pasalnya saja, tetapi juga harus dibaca pula penjelasan dan konsiderannya. Hukum
merupakan suatu sistem, untuk memahami suatu pasal atau undang-undang maka
sebagai jembatan yang akan membawa kepada ide yang dicita-citakan, maka
170
Ibid, hal. 70.
187
citakan oleh rakyat Indonesia, dapat dicari sistem hukum yang dapat mewujudkan
cita-cita dimaksud dan politik hukum yang dapat menciptakan sistem hukum
rakyat Indonesia, menurut Sunaryati Hartono adalah suatu masyarakat yang adil
dan makmur secara merata yang dicapai dengan cara yang wajar dan
ketentraman di seluruh negeri. Terkait dengan sistem hukum nasional yang dapat
adalah sistem hukum nasional yang berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
akan diwujudkan melalui politik hukum nasional, merupakan sistem hukum yang
bersumber dan berakar pada berbagai sistem hukum yang digunakan oleh
hukum nasional adalah kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan harus dilihat
sebagai conditio sine qua non bagi pembangunan hukum nasional, bukan sebagai
condition qum qua non. Apabila menginginkan tatanan hukum nasional sebagai
suatu sistem, maka politik hukum nasional dalam rangka mewujudkan sistem
prosedur dan mekanisme hukum serta modernisasi sarana dan prasarana hukum.
188
sistemik tersebut akan terwujud sebuah sistem hukum nasional yang holistik dan
komprehensif yang berdasarkan filsafat Pancasila dan jiwa UUD 1945 serta
nasional itu belum ada atau belum jelas benar, yang telah ada baru politik
pembinaan hukum nasional sebagai suatu sub sistem politik hukum nasional.
undangan.
arah politik hukum nasional adalah melalui Ketetapan MPR sebagaimana yang
tersebut, dicantumkan arah politik hukum nasional yang terdiri dari politik
pembentukan hukum dan politik penegakan hukum ini, harus dipandang sebagai
satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Bagir
Manan. Idealnya, maka politik hukum nasional itu meliputi landasan, arah,
171
Otong Rosadi dan Andi Desmon, Op. cit, hal. 88-90.
189
agaria sebagai subsistem politik negara berimplikasi pada politik hukum agaria
sebagai legal policy untuk mencapai tujuan negara. Pelaksanaan legal policy itu
dasar dan norma dalam bidang agraria dalam garis besar. 172
(Sila V), Pembukaan UUD 1945 tentang tujuan negara dan Pasal 33 UUD 1945
jauh dari realisasinya. Akar masalahnya ialah pergeseran ideologi ekonomi dari
investasi telah melegitimasi dan mendorong eksploitasi secara sistemik dan masif
172
Bernhard Limbong II, Op.cit, hal. 368.
190
telah terjadi komoditisasi tanah dan sumber daya alam yang berdampak negatif
agraria.
selaras, serasi dan harmonis maka pengaturan ideal yang digunakan menggunakan
menyusun atau membangun hukum agraria yang bersifat nasional dan holistik di
paradigma ini.
dan sumber daya alam harus berkontribusi secara nyata untuk : 1) meningkatkan
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang pada
bersama secara harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa dan konflik agraria
di seluruh tanah air dan menata sistem pengelolaan yang tidak lagi melahirkan
191
harus diubah dengan paradigma yang lebih populistik. Dalam kaitannya dengan
bukan para investor atau kelompok orang tertentu. Dalam proses pembentukan
berorientasi pada para pemodal ini dapat menyebabkan disorientasi pada proses
rakyat banyak.
Dalam demokrasi yang paling dibutuhkan adalah dialog yang diskursif. Itu berarti
173
Istilah paradigma diungkapkan secara jelas dan detail oleh Thomas Kuhn. Dia
berpendapat bahwa paradigma merupakan suatu cara pandang terhadap suatu objek. Cara pandang
tersebut boleh jadi hanya bersifat penyempurnaan atau bahkan pergeseran atau penggantian suatu
pandangan secara menyeluruh.
192
harus menempatkan nilai-nilai demokrasi diatas sikap egoisme diri dan partai.
Dalam kaitan dengan masalah agraria di lapangan, ruang dialog mesti semakin
sebaliknya.
calo tanah, demonstrasi rekayasa, hingga aparat keamanan yang bersikap represif
hak rakyat Indonesia, selama itu pula masalah keagrariaan akan semakin marak
dan kompleks.
lingkungan dan sosial budaya. Pola pembangunan ini mempunyai tiga kelemahan
Paradigma Nilai-Nilai
Populistik Berorientasi pada kepentingan rakyat
Tidak kapitalistik
Melindungi hak-hak rakyat
Demokratis Tidak otoriter
Tidak represif
Menghargai hak-hak rakyat
Mengedepankan dialog dan keterbukaan
Tidak adanya tekanan
Menghormati HAM Menghormati hak asasi manusia
Tidak represif
Adanya kepastian hukum
Menghargai kearifan lokal
Ekologis Tidak menghilangkan lahan pertanian
rakyat
Sebagai salah satu solusi terkait kondisi yang memprihatinkan ini, ditawarkan
oleh karena itu, hukum dapat juga dilihat sebagai sosok nilai. Sebagai perwujudan
Dalam sistem konstitusi Negara Indonesia, cita negara hukum itu menjadi
perubahan, ide negara hukum itu tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam
hukum pertanahan adalah tanah itu sendiri. Atributnya adalah aturan-aturan yang
berkaitan dengan penguasaan atas tanah tersebut atau hak-hak atas tanah.
Lingkungan sistemnya adalah wilayah tempat dimana tanah itu ada. Hubungan
internalnya adalah bagaimana hubungan yang terjalin antara tanah dengan orang-
orang yang menduduki tanah tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di
wilayah tanah itu ada. Hukum pertanahan adalah bagian dari hukum positif yang
mengatur hak-hak penguasaan atas tanah. Hukum pertanahan diatur dalam sistem
hak atas tanah, pendekatan hukum cenderung dinilai bersifat mutlak. Artinya
pendekatan hukum. Dengan kata lain, hukum bernilai absolut karena hukum
merupakan perangkat nilai yang paling fair. Namun apakah memang demikian?
pendekatan yang bersifat holistik (menyeluruh) itu perlu diterapkan dalam tatanan
tinggi.
Hukum dan politik di Indonesia terkait erat satu sama lain. Produk-produk
hukum hanya dihasilkan oleh lembaga politik, yakni DPR. DPR adalah para wakil
rakyat yang dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum lima tahunan.
kesehatan dan rasa aman. Tanpa keadilan maka kesejahteraan yang didamba tidak
kompensasi yang layak kepada rakyat yang tanahnya diambil untuk kepentingan
pemiskinan rakyat. Demi rakyat , pemerintah harus berpikir keras (bersama pihak
institusi dan mekanisme sosial budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
sering terjadi secara nasional, kejadian sengketa tanah meningkat menjadi 19% di
adat. Cara penyelesaian ini dapat dibenarkan karena hampir 70% tanah di
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
adaah :
serta pemaknaan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 serta Pasal 2 UUPA.
adalah: Negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
mempengaruhi pihak lain menjadi sentral yang dalam hal ini dipegang
nasional.
197
198
5.2 Saran
1. Pemerintah
- Perlu diperluas dan dikaji lebih dalam studi dan penelitian tentang pengadaan
tanah untuk kepentingan umum, yang tidak hanya terfokus pada masalah
konflik tanah, mekanisme ganti rugi melainkan juga pada masalah hubungan
agraria pada umumnya. Studi ini akan menemukan nilai-nilai yang hidup,
umum
200
DAFTAR BACAAN
BUKU
Alting, Husein, 2010, Dinamika Hukum Dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak
Masyarakat Hukum Adat Tanah (Masa Lalu, Kini dan Masa Mendatang),
Lembaga Penerbitan Universitas Khairun, Ternate.
Bakri, Muhammad ,2007, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru
Untuk Reformasi Agraria), Citra Media, Yogyakarta
Basah, Sjachran, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi
di Indonesia, Alumni, Bandung.
Burhan, Ashsofa, 1996, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Butt, Peter, 1980, Introduction to Land Law, The Law Book Company Limited,
Sydney.
Erwiningsih, Winahyu, 2009, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Total Media,
Yogyakarta.
Husken, Frans, dan Benyamin White, 1989, Java: Social Differentiation, Food
Production and Agrarian Control dalam Gilian Hart dkk: Agrarian
Transformation : Local Process and State in Southeast Asia, University of
California Press, Berkeley-Los Angelos-London.
Ibrahim, Johny, 2006, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu
Publishing Malang.
Jhingan, M.L, 2004, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Joseph R. Nolan dan M.J Connolly, Blacks Law Dictionary, (St. Paul Minn:
West Publishing Co, Fifth Edition, 1979).
Kasim, Ifdhal, 1996, Tanah Sebagai Komoditas : Kajian Kritis Atas Kebijakan
Pertanahan Orde Baru, ELSAM, Jakarta.
Latif, H. Abdul dan H. Hasbi Ali, 2010, Politik Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Mahfud MD, Moh., 2011, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.
Mustofa dan Suratman, 2013, Penggunaan Hak Atas Tanah Untuk Industri, Sinar
Grafika, Jakarta.
Noer, Fauzi, 1997, Tanah dan Pembangunan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Parlindungan, A.P, 1993, Pencabutan dan Pembebasan Hak Atas Tanah Studi
Perbandingan, Mandar Maju, Bandung.
Rahardjo, Satjipto, 1991, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti Bandung, Bandung.
Rosadi, Otong, dan Andi Desman, 2012, Studi Politik Hukum : Suatu Optik Ilmu
Hukum, Thafa Media, Yogyakarta.
Sitorus, Oloan dan Dayat Limbong, 2004, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum, Mitra Kebijakan Pertanahan Indonesia, Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2010, Penelitan Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekarno, 1932, Swadeshi dan Massa Aksi dalam Imam Toto K. Rahardjo dan
Herdianto, Bung Karno dan Ekonomi Berdikari : Kenangan 100 tahun
Bung Karno, Grasindo, Jakarta
Stone, Julius, 1961, The Province and Function of Law As Logic, Justice and
Social Control, A Study In Jurisprudence, New York.
Sumardjono, Maria S.W, 2009, Tanah Dalam Persepektif Hak Ekonomi Sosial
dan Budaya, Kompas, Jakarta.
Syahrani, H. Riduan, 2010, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti,
Banjarmasin.
Syaukani, Imam dan A. Ahsin Thohari, 2007, Dasar-Dasar Politik Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
MAJALAH/JURNAL
JD. Hal Sulivan, How the Private Sector can work in partnership with the
Government of Indonesia successfully implement infrastructure projects,
Presented at the Legal Climate in Indonesia for BOT Investment, 17 Juni
1996, Jakarta.
Soekarno, 1932, Swadeshi dan Massa Aksi dalam Imam Toto K. Rahardjo dan
Herdianto, Bung Karno dan Ekonomi Berdikari : Kenangam 100 tahun
Bung Karno, Grasindo, Jakarta.
KARYA ILMIAH
KAMUS
Tim Pusat Bahasa Indonesia, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,
Jakarta.
W. J. S Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976 tentang Penggunaan Acara
Pembebasan Tanah untuk Kepentingan Pemerintah Bagi Pembebasan
Tanah Oleh Pihak Swasta
INTERNET