Anda di halaman 1dari 8

Menuntut Ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimah

Merupakan Hadis Yang sangat Sohih yang sering kita dengar dan juga kita lantunkan
pada setiap orang :












( )
Dari Anas, r.a. bahwa Nabi saw telah bersabda :
Tuntutlah ilmu meskipun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim. Sungguh malaikat itu meletakkan sayap-sayapnya untuk
orang yang menuntut ilmu karena senang terhadap apa yang dicarinya. (H.R. Ibnu
Abdil Bar)

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil bar tersebut di atas, menjelaskan
kepada kita betapa pentingnya menuntut ilmu pengetahuan, sekalipun ke tempat yang
jauh dari tempat tinggal kita. Pentingnya menuntut ilmu pengetahuan berdasarkan
hadits ini adalah dinyatakan tegas oleh Rasulullah saw dengan menggunakan kata
perintah, yaitu: Tuntutlah atau carilah.
Kata perintah tersebut menunjukkan suatu kewajiban Dan kewajiban untuk
mencari ilmu pengetahuan ituharus maksimal atau setinggi-tingginya sampai ke
negeri Cina.. Selain menggunakan kata perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan
yang menunjukkan suatu kewajiban yang harus dilaksnakan, lebih lanjut Rasulullah
Saw menegaskan dalam hadits ini dengan kata-kata :









Artinya : Karena sesungguhnya menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.

Kemudian Rasulullah saw menggambarkan betapa istimewanya orang-orang


menuntut ilmu pe-ngetahuan itu, sehingga malaikat-malaikat Allah suka dan akan
selalu rela meskipun jauh dari tempat tinggalnya.
Dalam Hadits lain Rasulullah saw bersabda :














Artinya : Orang-orang yang keluar dalam mencari ilmu, maka berada di jalan Allah sampai
ia kembali (ke rumahnya). (H.R. Al-Tirmidzi)

. Bagi setiap Muslim dan muslimah sangat dianjurkan untuk mencari ilmu
sebanyak mungkin dan sebaik mungkin. Bahkan dalam salah satu hadist
menerangkan Bahwa seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu dari masih dalam
ayunan sampai liang lahat. Artinya apa bahwa keberadaaan ilmu tersebut sangat
menentukan derajat dan martabat bagi setiap manusia. Kita mungkin sudah melewati
tahapan dalam menuntut ilmu secara formal melalui lembaga pendidikan dan juga
kursus-kursus, tetapi banyak kalangan masyarakat kita merasa tatkala proses
menuntut ilmu secara formal selesai maka mereka seakan enggan untuk mencari
ilmu dan juga menimba ilmu lagi, bahkan ada sebagian masyarakat kita yang
mengatakan bahwa setelah selesai pendidikan formal maka yang harus mereka
lanjutkan adalah dengan mencari kerja dan kerja.
Sebuah pekerjaan memang menjadi tujuan utama dari sebagian orang yan
telah selesai dalam menjalani pendidikan secara formal dan memang tidak salah kita
mencari kerja , tetapi muara utama kita, bukan hanya mencari kerja tetapi juga tetap
menuntut ilmu baik secara formal maupun informal, sebab inilah yang akan
meningkatkan taraf hidup kita dan juga derajat kita dimata Allah SWT. Kekhawatiran
yang ada adalah tatkala nilai dari materi yang didapat dari pekerjaan menjadi tolak
ukur utama sebab dengan berdasar dari kebutuhan dan juga biaya hidup maka kita
mengesampingkan yang harusnya menjadi prioritas utama dalam bekerja.
Mengapa menjadi prioritas utama, pada masa krisis moneter tahun 1997-1998
banyak perusahaan dan juga pabrik-pabrik yang tutup negara tidak bisa lagi
membantu agar dunia usaha dapat berjalan stabil, sedangkan kebutuhan akan
kehidupan tidak pernah bisa kita kesampingkan, maka tak heran banyak oranng yang
stress bahkan tingkat kejahatan meningkat dan juga tingkat pengangguran sangat
tinggi. Inilah yang mendasari hancurnya kepercayaan diri kita dalam mengarungi
kehidupan.
Pokok utama dari kehancuran kepercayaan diri adalah dimana pada saaat kita
melakukan pekerjaan kita hanya berfokus kepada pekerjaan kita yang itu-itu saja dan
tidak peka terhadap lingkungan kerja sekitar kita. Yang pada akhirnya kita hanya
dapat menguasai pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita saja. Jika kita mau
memulai dengan melakukan sosialisai diri kita terhadap lingkungan kerja kita maka
kita dapat mengambil ilmu dan juga pengetahuan dari rekan dan juga para pimpinan
kita. Sebagai contoh jika kita bekerja pada bagian pemasaran sebuah perusahaan
maka kita harus bisa mencari ilmu dari pimpinan pemasaran kita, karena kita tidak
tahu kapan dan dimana kita akan mendapat pekerjaan yang bukan menjadi
kemampuan kita,contoh lain jika kita bekerja sebagai tukang potong kain di sebuah
taylor maka kita hrus belajar juga bagaimana cara menjahit yang baik di sela-sela
waktu kita yang kosong, agar kita mampu pada saat nantinya kita akan membuka
usaha yang sama. Dengan bermodalkan dari kemampuan kita memotong bahan dan
juga ditambah kemampuan menjahit kita yang kita dapatkan dari rekan kerja kita
maka bukan mustahil kita akan mampu membuka usaha yang sama dengan berbekal
kemampuan yang kita miliki tanpa harus mencari orang lain. Inilah yang terkadang
terlupakan pada diri kita tatkala kita menjalankan pekerjaan kita yang itu-itu saja
dengan berdalih tanggung jawab pada pekerjaan, maka kita melupakan kewajiban kita
dalam menuntut ilmu di lingkungan kerja kita. Dan juga tidak hanya sebatas dalam
lingkungan kerja saja tetapi juga bagaimana kita dapat menimba ilmu dari orang-
orang disekitar kita baik rumah , kampus, sekolah dan lainnya yang dapat menambah
wawasan keilmuan kita.
Untuk itu agar kita mampu bertahan dalam kondisi apapun maka kita harus
bisa memanfaatkan lingkungan kita dengan banyak belajar dari apa yang belum kita
tahu pada rekan ataupun teman yang memiliki kemampuan yang belum kita miliki,
sebab tatkala kita perusahaan yang kita naungi sekarang hancur maka dengan
bermodal ilmu yang kita dapat sebelumya kita dapat mencoba peluang-peluang yang
ada yang terkadang diluar kemampuan ataupun keahlian yang kita miliki. Karena
banyaknya pengangguran yang ada bukan lantaran sulitnya pekerjaan atau minimnya
peluang tetapi juga lantaran mereka tidak tahu dan tidak yakin dengan apa yang
mereka miliki, untuk itu kita sedari sekarang harus mampu memanfaat kan
lingkungan kita sebagai sumber keilmuan yang nantinya dapat kita manfaatkan dalam
menghadapi kerasnya kehidupan. Sebab dengan ilmulah kita akan menjadikan diri
kita lebih baik.

Hadits riwayat Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah :






- - -














)

(
Dari Abu Darda, r.a. ia berkata: saya telah mendengar Rasulullah bersabda :
Keutamaan orang yang berilmu terhadap orang yang beribadah, ibarat
keistimawaan bulan terhadap seluruh bintang. Dan sesungguhnya para
Ulama itu tidak mewariskan uang Dinar, tidak pula uang Dirham. Mereka
(para Nabi) itu hanyalah mewariskan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa
yang mengambil ilmu itu, berarti ia telah mengambil bagian yang sempurna.
(H.R. Abu Daud. At- Tarmidzi dan Ibnu Majah).

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah tersebut
di atas, menjelaskan tentang keutamaan dan keistimewaan orang-orang yang berilmu.
Rasulullah saw mengibaratkan kelebihan orang yang berilmu dengan orang yang
beribadah, seperti keistimewaan bulan terhadap bintang-bintang. Dapat kita saksikan
betpa cahaya bulan (terutama bulan purnama) yang dapat menerangi bagian bumi
dengan sempurna, disbanding cahaya bintang yang jumlahnya sangat banyak tetapi
tidak mampu menerangi permukaan bumi seterang cahaya bulan yang hanya satu ini.
Perbandingan antara orang yang berilmu dengan orang yang beribadah dapat
diuraikan secara aqliyah sebagai berikut :
Orang yang berilmu akan dapat lebih baik dan sempurna melakukan
peribadatannya karena ia mengetahui kaifiyah atau tata cara yang benar dalam
beribadah. Ia dapat membedakan mana yang diwajibkan Allah dan Rasul-Nya dan
mana yang keliru dari ajaran Allah dan rasul-Nya. Sedangkan orang yang beribadah
serta tidak mengetahui dengan benar taat cara peribadatannya, akan sangat
memungkinkan ia melakukan kekeliruan. Maka ibadah yang dilakukannya itu tidak
memiliki nilai disisi Allah, bahkan sangat mungkin nilai ibadahnya tertolak dari
hadapan Allah SWT.

Ahli Hikmah berfatwa :

Artinya : Siapa saja yang melakukan pekerjaan tanpa ilmu, maka nilai
pekerjaannya itu tertolak tidak akan dapat diterima.

Pada hadits lain Rasulullah saw bersabda :



()

Artinya : hai Abu Zar! Sungguh keluarmu dari rumah di waktu pagi
untuk mempelajari suatu ayat dari Kitab Allah, itu lebih baik bagimu
dari pada engkau shalat seratus rakaat. ( H.R. Ibnu Majah dari
Abu Zar )
Begitu istimewanya orang yang berilmu, di dalam al- Quran pun disebutkan
keistimewaan orang yang berilmu :




11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Kemudian Rasulullah saw menegaskan bahwa orang-orang yang berilmu adalah


pewaris para nabi yang berhak menerima warisan peninggalan para nabi. Penegasan
ini mengandung pengertian bah-wa ulama sebagai orang yang menerima warisan para
nabi, sekaligus sebagai ahli waris nabi dari semua segi/aspeknya, baik dari aspek ilmu
pengetahuan, aspek amaliyah atau karyanya, maupun aspek pemeliharaan
kesempurnaannya. Dengan demikian yang dimaksudkan ulama dalam hadits ini
adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan luas dan berkarya untuk kepentingan
umat. Orang-orang yang berkarya adalah, yang karyanya didasarkan ilmu
pengetahuan luas.
Lebih lanjut Rasulullah saw dalam hadits ini menyatakan bahwa para nabi tidak
meninggalkan warisan berupa harta atau benda, melainkan yang ditinggalkannya
berupa ilmu pengetahuan yang sangat luas dan tinggi. Sehingga siapa saja yang
mengambil dan memeliharanya, berarti mengembil bagian yang sangat sempurna.
Ilmu lebih penting daripada harta, karena:
1. Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan harta, pemiliknya yan akan
menjaga
2. harta akan habis jika terus dikapai atau dipergunakan, sedang ilmu akan
bertmabah apabila selalu dipergunakan
3. Orang yang berharta akan banyak musuhnya karena iri, sedangkan orang yang
berilmu akan dihormati dan disayangi. (Pepatah Arab)

Yang harus kita ketahui lagi adalah, ilmu agama harus berlandaskan Al Quran
dan Hadits yang shahih. Jika satu masalah tidak tercantum dalam Al Quran dan
Hadits, baru dilakukan ijtihad. Tapi ijtihad ini pun tidak boleh bertentangan dengan Al
Quran dan hadits. Menuntut ilmu juga niatnya harus untuk Allah semata. Bukan
untuk kepentingan pribadi.
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut :
Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu,
hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga
dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang
Islam laki-laki maupunperempuan
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-
megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain
(lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu
untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian
itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Daan sebaik-baik ilmu adalah yang ilmu diamalkan bukan ilmu yang
disombongkan, karena ilmu yang diamalkan adalah bermanfaat bagi orang lain.
RasuluLlah SAW menjelaskan gambaran pentingnya mengamalkan ilmu:
Ilmu yang tak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah
Sebagai kesimpulan, ilmu sangatlah penting bagi kita untuk menjalani
kehidupan baik itu kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat, Rasulullah
SAW bersabda:

Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia maka dengan ilmiu, dan barang
siapa yang menginginkan kebahagiaan akherat maka dengan ilmu, dan barang siapa
yang menginginkan kebahagiaan keduanya (kebahagiaan dunia dan akherat) maka
dengan ilmu.

Jikalau ingin bahagia maka janganlah berhenti dan jangan bosan untuk
mencari ilmu dan mengamalkannya. Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat
dan tuntutlah ilmu walaupun ke negeri china. Manusia yang paling baik adalah yang
bermanfaat bagi manusia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai