Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN

PERPAJAKAN 2
Pajak Penghasilan Pasal 24

Disusun Oleh :
Hulwana
A31114036

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

KONSEP DASAR PPh PASAL 24


Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24) pada dasarnya adalah sebuah peraturan yang
mengatur hak wajib pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk
mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia. Sehingga, jumlah pajak yang harus
dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar
negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin dibayar di
Indonesia.

PPh pasal 24 mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang diayar
atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.

Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan dari
luar negeri dengan penghasilan di Indonesia.

Indonesia menganut Tax Credit yang ordinary credit metod dengan menerakan per
country limitation.

OBJEK PPh PASAL 24

1. Penghasilan dari saham dan sekkuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas
tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, sewa dan bunga sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa
tersebut bertempat kedudukan atau berada.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada.
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau peemodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negera
tempat lokasii penambangan berada.
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negera tempat harta tetap berada.
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari sutau bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

PENGGABUNGAN PENGHASILAN

Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut:

1) Pengggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya


penghasilan tersebut (accrual basis).
2) Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut (cash basis).
3) Penggabungan penghasilan berupa dividen (pasal 18 ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam
tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan.

PERMOHONAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

Untuk melaksanakan permohonan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayat di luar
negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Dirjen Pajak dengan
melampirkan:

Laporan keuangan dari penghasilan di luar negeri.


Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri.

Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

Penyampaian permohonan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah diantara 3 unsur/perhitungan


berikut ini:

Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.

(Penghasilan luar negeri : seluruh penghasilan kena pajak) x PPh atas seluruh yang
dikenakan tarif pasal 17.

Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal
penghasilan kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).

CONTOH PERHITUNGAN

Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24)

PT Perdana di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut:

Penghasilan dalam negeri Rp 400.000.000


Penghasilan dari luar negeri (tarif pajak 20%) Rp 200.000.000
Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:
a. Menghitung total penghasilan kena pajak
Penghasilan dalam negeri Rp 400.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 200.000.000(+)
Penghasilan neto Rp 600.000.000
b. Menghitung toal PPh terutang
Pajak terhutang 25% x Rp 600.000.000 = Rp 150.000.000
c. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan
(penghasilan LN : total penghasilan) x total PPh terutang
(Rp 200.000.000 : Rp 600.000.000) x Rp 150.000.000 = Rp 50.000.000

d. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri


20% x Rp 200.000.000 = Rp 40.000.000
Dari perhitungan tersebut di atas kredit pajak LN yang di[ernolehkan adalah sebesar Rp
40.000.000 atau sebesar PPh yang terutang atau dibayar di LN. Jumlah ini diperoleh dengan
membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang
terutang atau dibayar di LN, kemudian pilih jumlah yang terendah.

Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Di Dalam Negeri


PT Adinda berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009
sebagai berikut:
- Di negara A memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 600.000.000 (tarif
pajak yang berlaku 30%).
- Di dalam negeri menderita kerugian sebesar Rp 200.000.000
Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:
a. Menghitung total penghasilan kena pajak
Penghasilan dalam negeri A Rp 600.000.000
Kerugian dalam negeri (Rp 200.000.000)
Penghasilan neto Rp 400.000.000
b. Menghitung toal PPh terutang
Pajak terhutang 25% x Rp 400.000.000 = Rp 100.000.000
c. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan
(penghasilan LN : total penghasilan) x total PPh terutang
(Rp 600.000.000 : Rp 400.000.000) x Rp 100.000.000 = Rp 150.000.000
d. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri
30% x Rp 600.000.000 = Rp 180.000.000
Kredit pajak yang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp 150.000.000. Jumlah ini diperoleh
dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang
terutang atau dibayar di LN, kemudian pilih jumlah yang terendah.

Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Luar Negeri

PT Kartika pada tahun 2009 memperoleh enghasilan neto sebagai berikut:


- Di negara X memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 300.000.000 (tarif
pajak yang berlaku 40%).
- Di negara Y menderita kerugian sebesar Rp 500.000.000 (tarif pajak yang berlaku 25%).
- Di dalam negeri memperoleh laba usah sebesar Rp 500.000.000.
Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:
a. Menghitung total penghasilan kena pajak
Penghasilan dari negara X Rp 300.000.000
Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000(+)
Penghasilan neto Rp 800.000.000
b. Menghitung toal PPh terutang
Pajak terhutang 25% x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000
c. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan
(penghasilan LN : total penghasilan) x total PPh terutang
(Rp 300.000.000 : Rp 800.000.000) x Rp 200.000.000 = Rp 75.000.000
d. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri
40% x Rp 300.000.000 = Rp 120.000.000
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan
adalah Rp 75.000.000.

Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Penghasilan LN berasal dari beberapa Negara


PT kartika berkedudukan di Jakarta pada tahun pajak 2009 memperoleh penghasilan
bersih sebagai berikut:
- Di negara A memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 200.000.000 (tarif
pajak yang berlaku 20%)
- Di negara B memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 300.000.000 (tarif
pajak yang berlaku 30%)
- Di negara C memperolh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 400.000.000 (tarif
pajak yang berlaku 40%)
- Di dalam negeri memperoleh laba usaha sebesar Rp 100.000.000
Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:
a. Menghitung total penghasilan kena pajak
Penghasilan dari negara A Rp 200.000.000
Penghasilan dari negara B Rp 300.000.000
Penghasilan dari negara C Rp 400.000.000
Penghasilan dari dalam negeri Rp 100.000.000(+)
Penghasilan neto Rp1.000.000.000
b. Menghitung toal PPh terutang
Pajak terhutang 25% x Rp 1.000.000.000 = Rp 250.000.000
c. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan
(penghasilan LN : total penghasilan) x total PPh terutang
Dari negara A
(Rp 200.000.000 : Rp 1.000.000.000) x Rp 250.000.000 = Rp 50.000.000
Dari negara B
(Rp 300.000.000 : Rp 1.000.000.000) x Rp 250.000.000 = Rp 75.000.000
Dari negara C
(Rp 400.000.000 : Rp 1.000.000.000) x Rp 250.000.000 = Rp 100.000.000
d. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri
PPh terutang di negara A
20% x Rp 200.000.000 = Rp 40.000.000
PPh terutang di negara B
30% x Rp 300.000.000 = Rp 90.000.000
PPh terutang di negara C
40% x Rp 400.000.000 = Rp 160.000.000
Dari perhitungan di atas maka kredit pajak luar negeri yang dibolehkan adalah:
Dari negara A Rp 40.000.000
Dari negara B Rp 75.000.000
Dari negara C Rp100.000.000(+)
Rp 215.000.000

Akuntansi Untuk PPH Pasal 24

PPh Pasal 24 dicatat sebagai pajak dibayar di muka dalam pembukuan. Namun
mengingat akan dilakukan penyesuaian pada akhir tahun, maka perlu dibuat adjustment di akhir
tahun. Contoh pembukuan PPh Pasal 24 adalah:

PT Mulia memperoleh penghasilan dari Amerika sebesar Rp1.000.000.000,- atas jasa


maklon yang diberikan. PT Mulia sudah dikukuhkan sebagai PKP. Atas penghasilan ini telah
dipotong pajak di Amerika sebesar Rp50.000.000,-. Maka atas penghasilan dan pajak ini dicatat:

Uraian Debit Kredit


Kas 950.000.000,-
PPh Pasal 24 dibayar dimuka 50.000.000,-
PPN Keluaran 0,-
Pendapatan 1.000.000.000,-

Catatan: jasa maklon merupakan jenis jasa tertentu yang atas ekspornya dikenai PPN 0%
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 30/PMK.03/2011. Pencatatan
PPN Keluaran sebesar Rp0,- hanya sebagai penggambaran saja. Apabila tidak dijurnal juga tidak
apa-apa.

Sumber :

Anonim. Pajak Penghasilan Pasal 24 ( PPh Pasal 24). Diperoleh 30 September 2016 dari
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-penghasilan-pasal-24
Juniati, Santi. (11 Desember 2015). Pajak Penghasilan Pasal 24. Diperoleh 30 September 2016
dari http://sjunianti.blogspot.co.id/2015/12/pajak-penghasilan-pasal-24.html

Nasikhudin. (4 Januari 2015). Akuntansi PPh Pasal 24, PPh Pasal 25, dan PPh
Pasal 26. Diperoleh 30 September 2016 dari
https://nasikhudinisme.com/2015/01/04/akuntansi-pph-pasal-24-pph-
pasal-25-dan-pph-pasal-26/

Anda mungkin juga menyukai