Anda di halaman 1dari 2

KONTRIBUSIKU UNTUK INDONESIA

Pemuda sebagai pemangku tongkat estafet perjuangan bangsa merupakan sebuah


investasi berharga bagi negara. Memiliki pemuda yang tangguh dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat Indonesia menjadi sebuah bekal untuk membawa Indonesia menjadi negara
yang lebih beradi daya dan mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki.

Sebagai seorang pemuda yang lahir, tumbuh, belajar, dan berkembang di tanah air
tercinta Republik Indonesia yang kaya akan sumber dayanya dalam berbagai sektor membuat
saya Maharanny Puspaningrum menjadi bangga dan sadar bahwa betapa beruntungnya saya
menjadi anak dari Ibu Pertiwi.

Berjalan dalam koridor kehidupan yang tak selamanya mulus ini, saya senantiasa
berpegang teguh pada motto hidup yang terinspirasi dari sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Thabrani dan berbunyi manusia yang paling baik adalah manusia yang paling
bermanfaat bagi manusia lain. Hadist tersebut membuka mata hati saya bahwa selama nafas
masih berhembus dan nadi masih berdetak betapa ruginya jika saya tidak memanfaatkan
waktu yang saya miliki untuk memberdayakan diri dan menjadi manusia yang paling baik.

Motto hidup yang saya patrikan di dalam hati membentuk diri saya menjadi sosok
yang ingin selalu melakukan kebaikan kepada seluruh orang karena menurut saya kebaikan
itu dapat dianalogikan seperti hukum Newton III yang berbunyi jika benda I memberikan
gaya terhadap benda II maka benda II akan memberikan gaya yang sama terhadap benda I.
Ini dapat diartikan bahwa jika kita melakukan sebuah kebaikan maka akan ada kebaikan yang
juga kita dapatkan.

Guna bermanfaat bagi orang lain jelas bahwa kita harus memiliki bekal yang cukup
karena pada dasarnya apa yang kita berikan adalah hal yang telah kita miliki. Hal tersebut
memancing saya menjadi seseorang yang haus akan pengalaman dan ilmu sehingga membuat
diri saya selalu melebarkan telinga untuk mendengar kisah inspirasi dan pelajaran yang
berasal dari semua orang. Prinsip saya adalah pada tiap-tiap orang, tidak mengenal ras, suku,
bangsa, pendidikan, pun warna kulit, mereka selalu mempunyai hal penting yang dapat kita
gunakan sebagai pembelajaran hidup yang dapat memperkaya khasanah kita dalam
mengarungi kehidupan ini.

Bentuk nyata pemberian bekal yang saya lakukan untuk diri sendiri adalah sejak
duduk di bangku menengah pertama saya mulai menggabungkan diri di Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS) untuk memberikan pengalaman bagi diri serta bentuk pengembangan
kapasitas diri. Naik di tingkat menengah atas, hasrat untuk lebih menambah pengalaman itu
makin membuncah sehingga tak ayal saya menggabungkan diri di Majelis Perwakilan Kelas
(MPK), OSIS, Palang Merah Remaja (PMR), Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-
R), dan Karya Tulis Ilmiah (KIR).
Sungguh menjadi manusia yang selalu haus akan ilmu membuat diri tak pernah lelah
dalam belajar, beranalisis, dan mendengar. Di bangku perkuliahan kembali saya bergabung
dengan organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. Bergabung dalam komunitas yang
berorientasi pada berbagai bidang seperti pendidikan bagi anak jalanan, pedalaman, dan
pegunungan, bidang lingkungan, dan pemberdayaan perempuan, bertemu dengan pluralnya
orang-orang hebat dengan pemikiran yang juga tak kalah pluralnya, serta menghadapi secara
langsung tentang realita kehidupan sosial rasakan membuat saya seolah menemukan jati diri
bahwa kehidupan sosial yang di kelilingi oleh konflik-konflik merupakan tempat yang
membuat saya nyaman dengan pemikiran untuk menjadi sebuah obor dalam kelamnya
kehidupan.

Menurut seorang sosiolog, kesenjangan sosial, terorisme, korupsi, dan narkoba


merupakan 4 masalah sosial utama yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Ini menjadi
trigger dari pemikiran saya yang seolah menjadi pertanyaan besar dan saya tujukan bagi diri
sendiri, apa yang membuat 4 hal tersebut semakin menjadi-jadi di negara ini? Dalam
pergumulan pemikiran yang dibarengi dengan diskusi bersama orang-orang luar biasa
akhirnya saya sampai pada satu titik bahwa setidak-tidaknya dari masalah yang sangat
holistic tersebut ada satu hal yang bisa menjadi salah satu jalan keluarnya, yaitu peraturan
dan kebijakan.

Peraturan dan kebijakan yang kadang masih dianggap lemah membuat hal-hal
tersebut rasanya tak dapat terbendung lagi. Hal ini membangkit kesadaran saya bahwa inilah
saatnya seorang Maharanny Puspaningrum untuk memberdayakan diri dengan seluruh tenaga
dan semangat yang dimiliki guna mejadi seseorang yang bisa menggunakan hati nurani dalam
menegakkan peraturan dan membuat kebijakan.

Banyak yang mengatakan bahwa impian saya ini sangat mustahil bagi seorang
perempuan dengan latar belakang pendidikan di bidang kesehatan. Akan tetapi, saya selalu
menguatkan diri dan memberi motivasi bahwa belajar itu tidak pernah ada batasan dalam
aspek gender, latar belakang pendidikan, mapupun keluarga. Bagi saya, seluruh manusia
memiliki caranya masing-masing untuk mewujudkan mimpinya dan inilah jalan yang saya
pilih serta sementara saya tapaki, menjadi seorang perempuan dengan jutaan kasih untuk
kebaikan bangsa sebagai bentuk terima kasih kepada Ibu Pertiwi.

Melalui niat tulus untuk memberdayakan diri, saya senantiasa sadar bahwa hal
tersebut tidak akan pernah tercapai jika saya tidak memiliki kemampuan dan kompetensi
dalam hal tersebut. Oleh karena itu, besar harapan bahwa saya masih dapat diberikan
kesempatan untuk selalu membekali dan meningkatkan kapasitas diri agar kelak dapat
menjadi seorang yang benar-benar dapat bermanfaat secara nyata bagi masyarakat. Saya
berharap, dengan menjadi bagian dari School For Nation Leader, saya dapat menemukan
rumah baru bagi saya untuk dapat menyiapkan diri dan berproses menjadi future leader.

Anda mungkin juga menyukai