Anda di halaman 1dari 27

TUGAS PAPER

KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM BENTUK WAWANCARA


(INTERVIEW)

Disusun oleh:

Kelompok 8 IKM-C 2015

1. Dewi Mariatus Sholihah 101511133114


2. Jemmi Wahyu Santoso 101511133154
3. Aqmarina Adzkia Rahmani 101511133157
4. Andiyana Nur Wulan 101511133163
5. Luluk Lady Laily 101511133175
6. Ulfia Munta Ati 101511133214
7. Alfian Nur Wahyudi 101511133217

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016

PEMBAHASAN
WAWANCARA (INTERVIEW)

A. DEFINSI WAWANCARA
Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang
diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai
suatu hal. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
(Lexy J, 2006 :186).
Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah
suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik. Menurut Banister dkk (1994 dalam
Poerwandari 1998: 72 - 73) wawancara adalah percakapan dan tanya
jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Denzin & Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu
percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan
merupakan suatu alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi
tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan.
Maka wawancara menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh
situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus.
Metoda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara,
termasuk ras, kelas, kesukuan, dan gender.
Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 771)
wawancara (interview) adalah situasi peran antar-pribadi berhadapan
muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-
jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang
yang diwawancarai, atau informan.

B. TUJUAN WAWANCARA
1. Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi
dankondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau
orangtertentu.

4. Untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,


perasaan, motivasi serta memverifikasi, mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota.

C. BENTUK-BENTUK WAWANCARA

Bentuk-bentuk wawancara antara lain:

1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.

2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih


dahulu.

3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat


pesawat telepon.

4. Wawancara pribadi.

5. Wawancara dengan banyak orang.

6. Wawancara dadakan / mendesak.

7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan


mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan
sebagainya.

Keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh sikap wawancara


selain jurnalis juga ditentukan oleh perilaku, penampilan, dan sikap
wartawan. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan
akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias
komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup juga dibentuk
oleh isu-isu dan informasi tentang materi pelajaran baik oleh
pembicara dan wartawan.

D. FUNGSI WAWANCARA

1. Sebagai metode primer, maksudnya wawancara dijadikan satu-


satunya alat pengumpul data atau sebagai metode yang diberi
kedudukan utama dalam serangkaian metode pengumpulan
data lainnya.
2. Sebagai metode pelengkap, maksudnya mencari info yang tidak
dapat diperoleh dengan cara lain.
3. Sebagai kriterium, maksudnya untuk menguji kebenaran dan
kemantapan suatu data yang diperoleh dengan cara lain.

E. JENIS WAWANCARA

Berikut ini adalah jenis-jenis wawancara menurut buku Jurnalistik


Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan:
1. Wawancara Berita (News-peg Interview) adalah wawancara yang
dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi, atau
pandangan mata mengenai suatu masalah atau peristiwa.
2. Wawancara Cerobong (Funnel Interview) adalah wawancara
yang dilakukan secara santai, rileks, dalam waktu luang, dan
diawali dengan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar latar
belakang narasumber sebelum masuk ke dalam pertanyaan
pokok yang hendak ditanyakan.
3. Wawancara Cerobong Terbalik (Inverted-Funnel Interview) adalah
wawancara yang langsung menanyakan masalah pokok tanpa
mengawalinya dengan pertanyaan yang umum dan ringan.
wawancara jenis ini biasanya dilakukan dalam keadaan terdesak
dengan waktu yang terbatas.
4. Wawancara Eksklusif (Exclusive Interview) adalah wawancara
yang dilakukan beberapa wartawan yang tergabung dalam satu
media, dengan narasumber secara khusus, berkaitan dengan
masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama.
hasilnya disajikan secara lengkap di media massa, biasanya
dalam format tanya jawab.
Menurut Floyd G. Arpan dalam Toward Better Communications
seperti yang dikutip Mappatoto (1999:21-22), berdasarkan bentuknya,
wawancara dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yakni:
1. Wawancara Sosok Pribadi (Personal Interview) dilakukan dalam
dua golongan. Pertama, wawancara dengan public figure yang
beritanya selalu dinantikan oleh khalayak. Kedua, wawancara
dengan orang-orang yang berada di luar orbit berita (orang
biasa), tetapi orang tersebut menarik karena berperilaku aneh
atau melakukan pekerjaan yang tidak lazim dilakukan orang-
orang kebanyakkan.
2. Wawancara Berita (News Interview) adalah wawancara yang
dilakukan dalam rangka memperoleh pendapat atau tanggapan
dari orang yang berwenang terhadap suatu peristiwa atau berita
besar. wawancara jenis ini juga biasa disebut dengan wawancara
cantelan berita (News peg). Wawancara berita umumnya
dilakukan untuk memperoleh keterangan atau pendapat dari
seseorang atas pertimbangan kewenangan, prestasi, atau
keahliannya untuk diterbitkan sebagai staright news.
3. Wawancara Jalanan (Man in the Street Interview) adalah jenis
wawancara yang dilakukan di jalan-jalan umum dengan
menyetop dan menanyai orang-orang yang lewat tentang
pendapat mereka berkenaan dengan suatu berita penting.
Dengan wawancara tersebut diharapkan diperoleh pendapat
umum tentang kejadian penting yang sedang hangat
dibicarakan.
4. Wawancara Sambil Lalu (Casual Interview) adalah jenis
wawancara yang tidak direncanakan secara khusus tetapi
berlangsung secara kebetulan. Pertemuan dan dialog dengan
orang yang berwenang dalam suatu resepsi adalah sarana
wawancara untuk memperoleh keterangan dari orang besar
yang ditemui pada kesempatan itu.
5. Wawancara Telepon (Telephone Interview) adalah wawancara
untuk memperoleh keterangan dari seseorang yang berwenang,
dilakukan melalui telepon yang sewaktu-waktu dapat diadakan
antara wartawan dengan narasumber. Memperoleh berita
dengan cara ini akan lebih lancar jika sudah ada saling
percayadiantara wartawan dengan narasumber. Artinya, di mata
narasumber, wartawan yang bersangkutan memiliki integritas
tinggi dan dapat dipercaya tidak akan melakukan kesalahan.
Sebaliknya, pihak wartawan tidak memiliki kepentingan lain
dengan narasumber kecuali hanya untuk memperoleh
keterangan atau informasi.
6. Wawancara Tertulis (Written Interview) adalah wawancara yang
dilakukan dengan cara surat-menyurat atau korespondensi.
Kelemahan dalam wawancara ini adalah kemungkinan akan ada
bagian-bagian yang tidak jelas dari jawaban narasumber,
wartawan yang mewawancara tidak dapat meminta penjelasan
dari sumber yang bersangkutan seperti yang dilakukan dalam
wawancara berita, misalnya. Keuntungannya, berita yang
disusun berdasarkan jawabantertulis diasumsikan tidak akan
dibantah oleh narasumber, kecuali jika susunan berita
bertentangan dengan maksud berita.
7. Wawancara Kelompok (Discussion Interview) adalah wawancara
yang dilakukan dengan sekelompok orang, seakan-akan
wartawan adalah peserta dalam suatu seminar atau simposium.
Hasil wawancara yang akan diberitahukan bukan pendapat satu
orang dalam seminar, tetapi merupakan rangkuman pendapat
yang transparan dalam seminar (Mappatoto, 1999:22).

F. SIKAP PEWAWANCARA

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat


menciptakan suasan agar tidak kaku sehingga responden mau
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-
sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai
berikut:
1. Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak
setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden
karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari
responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
2. Ramah; artinya, pewawancara menciptakan suasana yang
mampu menarik minat si responden.
3. Adil; artinya, pewawancara harus bisa memperlakukan semua
responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan
sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.
4. Menempatkan Narasumber sebagai pihak yang paling tau
(sumber informasi) dalam wawancara.
Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat
menghindari ketegangan, jangan sampai responden merasa sedang
dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak
membatalkan pertwmuan tersebut dan meminta pewawancara untuk
tidakk menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu
mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

G. TEKNIK WAWANCARA
Dalam melakukan wawancara perlu memperhatikan teknik
wawancara yang baik dan benar supaya dapat mengahasilkan
informasi yang efektif dan efisien serta dapat menjalin hubungan yang
baik dengan narasumber.Sebelum melakukan wawancara perlu
memperhatikan beberapa hal yang meliputi:

1. Menghubungi orang yang akan diwawancara, baik langsung


maupun tidak langsung dan pastikan kesediaannya untuk
diwawancarai.
2. Persiapkan daftar pertanyaan yang sesuai dengan pokok-pokok
masalah yang akan ditanyakan dalam wawancara. Persiapkan
daftar pertanyaan secara baik dengan memperhatikan 6 unsur
berita, yaitu 5W + 1H. Pada saat kegiatan wawancara
berlangsung usahakan tidak terlalu bergantung pada pertanyaan
yang telah disusun.
3. Berikan kesan yang baik, misalnya datang tepat waktu sesuai
perjanjian.
4. Perhatikan cara berpakaian, gaya bicara, dan sikap agar
menimbulkan kesan yang simpatik.

Menurut Creswell (1998, halaman 123 124), bahwa wawancara


merupakan proses yang mengikuti prosedur dengan serangkaian
langkah langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi narasumber yang diwawancarai dengan sampel


yang diambil secara purposive sampling.

2. Menentukan jenis wawancara yang dapat menghasilkan


informasi sehingga bermanfaat dalam menjawab pertanyaan
penelitian.

3. Dalam melakukan wawancara satu-satu atau fokus pada


kelompok, sebaiknya menggunakan prosedur pencatatan yang
memadai, seperti mikrofon kerah untuk pewawancara dan
narasumber atau mike yang cukup peka terhadap akustik
ruangan.

4. Menggunakan bentuk desain protokol wawancara, yaitu desain


pedoman wawancara dengan panjang sekitar 4 sampai 5
halaman yang berisi 5 pertanyaan open-ended, dan
menyediakan tempat (ruang) untuk mencatat tanggapan
terhadap komentar-komentar narasumber.

5. Menentukan tempat untuk melaksanakan wawancara.

6. Pada saat akan melakukan wawancara, harus mendapat


persetujuan dahulu dari orang yang akan diinterview untuk
berpartisipasi dalam penelitian.

Selama wawancara, pertanyaan-pertanyaan harus dikuasai oleh


pewawancara, bila pertanyaan-pertanyaan telah selesai dijawab dalam
waktu tertentu, dengan hormat dan sopan, pewawancara menawarkan
beberapa pertanyaan lanjutan atau memberikan beberapa saran.

H. ETIKA WAWANCARA
Pelaksanaan wawancara menyangkut pewawancara dengan
responden yang diwawancarai. Keduanya akan selalu berhubungan
dalam mengadakan percakapan, dan pewawancaralah yang
berkepentingan sedangkan responden yang diwawancarai hanya
bersifat membantu. Oleh karena itu, pewawancara hendaknya
mengikuti tata aturan dan kesopanan yang dianut oleh responden
yang diwawancarai sebagai berikut (Moleong, 2009):

1. Pewawancara berpakaian sepantasnya.


2. Pewawancara senantiasa menepati janji, terutama janji waktu.
3. Pewawancara memperkenalkan diri terlebih dahulu.
4. Lingkungan tempat wawancara nyaman dan menyenangkan.
5. Pewawancara bertindak sebagai seorang yang netral.
6. Pewawancara mengembangkan kemampuan mendengar yang
baik, akurat dan tepat agar apa yang didengarnya secara tepat
dapat dimanfaatkan sebagai informasi yang menunjang
pemecahan masalah penelitian.

I. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN WAWANCARA

Sebagai salah satu alat pengumpulan data, sudah tentu ada


kelebihan dan kekurangan wawancara. Kelebihan wawancara sebagai
teknik pengumpulan data di dalam penelitian, adalah antara lain
(Black, J.A., 1976):

1. Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan


keadaan pribadi subyek wawancara.
2. Dapat dilaksanakan terhadap setiap tingkatan umur.
3. Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
4. Wawancara memungkinkan peneliti, untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dalam jangka waktu yang lebih cepat,
apabila dibandingkan dengan penggunaan alat-alat
pengumpulan data lainnya.
5. Wawancara memberikan jaminan kepada peneliti, bahwa
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden,
mendapatkan jawaban yang dikehendaki oleh peneliti. Setidak-
tidaknya jawaban yang diperoleh merupakan data yang
proporsional dengan tujuan penelitian.
6. Penggunaan wawancara, memungkinkan peneliti untuk bersikap
tidak terlampau kaku atau ketat (jadi, dapat berlaku lebih luwes)
7. Peneliti lebih banyak dapat menerapkan pengawasan dan
pengendalian terhadap situasi yang dihadapi, di dalam
penerapan wawancara.
8. Data yang diberikan oleh responden, secara langsung dapat
diperiksa kebenarannnya, melalui tingkah laku non verbal dari
responden.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, penggunaan wawancara juga
mempunyai kekurangan-kekurangan. Kekurangan-kekurangan
wawancara antara lain (Black, J.A., 1976):

1. Tidak efisiennya waktu dan tenaga karena sulit diprediksi berapa


lama dan berapa kali wawancara akan dilakukan dengan
responden.
2. Sangat tergantung kepada kesediaan, kemampuan dan keadaan.
Sementara dari pihak subyek, wawancara sangat menghambat
ketelitian hasilnya.
3. Di dalam wawancara adakalanya timbul masalah, apakah
jawaban atau keterangan yang diberikan oleh responden dapat
dipercayai atau tidak. Dengan demikian peneliti harus sudah
siap terlebih dahulu, untuk dapat mengetahui sampai seberapa
jauh keterangan-keterangan yang diberikan oleh responden
akan dapat dipercaya.
4. Tidak jarang bahwa pewawancara mengalami keadaan-keadaan
yang kurang menyenangkan, yang mengakibatkan terjadinya
kekeliruan di dalam pengumpulan serta pencatatan data
penelitian.
5. Di dalam penelitian tidak jarang dipergunakan beberapa orang
pewawancara, untuk melaksanakan wawancara.
6. Situasi wawancara kadang-kadang tidak dapat dipertahankan,
artinya mungkin report menjadi terganggu karena faktor pribadi
pewawancara atau responden, sifat pertanyaan, atau mungkin
karena pengaruh dari luar yang tiba-tiba muncul pada saat
wawancara sedang berlangsung.
J. LAPORAN HASIL WAWANCARA

1. Topik Wawancara
a. Pengetahuan Narasumber mengenai Diabetes Mellitus dan
upaya pencegahannya.
b. Pengetahuan Narasumber mengenai Retinopati Diabetik dan
upaya pencegahannya.
c. Sumber media pengetahuan Narasumber mengenai Diabetes
Mellitus dan Retinopati Diabetik.
d. Efektifitas media untuk menyebarkan informasi kesehatan.

2. Tujuan
a. Mengetahui tingkat kesadaran dan pengetahuan Narasumber
mengenai Diabetes Mellitus dan upaya pencegahannya.
b. Mengetahui tingkat kesadaran dan pengetahuan Narasumber
mengenai Retinopati Diabetik dan upaya pencegahannya.
c. Mengetahui sumber media pengetahuan Narasumber
mengenai Diabetes Mellitus dan Retinopati Diabetik.

d. Mengetahui media yang efektif untuk menyebarluaskan


informasi kesehatan.
3. Sasaran
a. Pemilihan Sasaran (Target Wawancara) : Mahasiswa Kesehatan
(FKM UNAIR)
b. Tujuan :
1) Target Narasumber representative.
2) Kredibilitas narasumber dipercaya oleh publik karena status
pendidikannya.
3) Kredibilitas narasumber dipercaya oleh publik karena
independen, dan netral.
4) Dapat memberikan informasi valid mengenai isu kesehatan
dalam topik wawancara.
5) Mengetahui tingkat kesadaran dan pengetahuan
Narasumber perjenjang pendidikan (antara Semester 3 IKM,
Semester 5 GIZI, dan S2 Epidemiologi) mengenai topik
wawancara.
6) Tersedia fasilitas yang memungkinkan untuk menghubungi
narasumber.
c. Narasumber Wawancara :
1) Wizara Salisa ( S1 GIZI Semester V )
2) Erike Anisa ( S1 IKM III-C )
3) Indra ( S2 Epidemiologi 2016 )
1. Pedoman
Pada saat melakukan wawancara, Pewawancara harus
memperhatikan pokok-pokok pertanyaan yang tersedia dalam
pedoman wawancara , antara lain :
a. Apakah Narasumber mengetahui apa itu penyakit Diabetes
Mellitus? (secara umum saja)
b. Dari mana sumber media pengetahuan Narasumber mengenai
Diabetes Mellitus ?
c. Bagaimana upaya pencegahan Diabetes Mellitus menurut
pengetahuan Narasumber dari media ?
d. Apakah Narasumber mengetahui bahwa penyakit Diabetes
Mellitus dapat menyebabkan komplikasi kebutaan (Retinopati
Diabetik) ? (secara umum saja)

e.
1) Jika Narasumber tidak tahu, Pewawancara menjelaskan
bahwa Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan komplikasi
kebutaan atau yang biasa disebut Retinopati Diabetik dan
upaya pencegahannya sebagai langkah promosi dan
transfer pengetahuan mengenai isu kesehatan.
2) Jika Narasumber tahu, Pewawancara bertanya: Dari
sumber media apa Narasumber mengetahui bahwa
penyakit Diabetes Mellitus dapat menyebabkan komplikasi
kebutaan (Retinopati Diabetik) ?
f. Bagaimana upaya pencegahan Retinopati Diabetik menurut
pengetahuan Narasumber yang diperoleh dari media ?
g. Media apakah yang efektif untuk menyebarluaskan informasi
kesehatan? Mengapa ?

2. Transkrip
Wawancara 1 (Materi Presentasi)
Pewawancara : Luluk Lady Laily ( S1 IKM III-C )
Narasumber : Wizara Salisa ( S1 GIZI Semester V )
Pewawancara : Assalamualaikum Wr. Wb perkenalkan
Mbak , nama saya Luluk Lady Laily
mahasiswa semester 3 dari Prodi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, nah kali ini
saya itu mau melakukan wawancara kepada
Mbak mengenai isu kesehatan yang marak
dibicarakan oleh masyarakat , tentang
Diabetes Mellitus. Apakah Mbak bersedia?
Narasumber : Ya , insyaAllah
Pewawancara: Sebelumnya bisa mbak perkenalkan nama,
namanya siapa?
Narasumber : Ya saya Wizara Salisa dari Jurusan Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pewawancara: Ya, terus umurnya berapa Mbak?
Narasumber : 20
Pewawancara: Mahasiswa ya pekerjaanya, nah kan tadi
Mbak tahu gasih apa itu Diabetes Mellitus ?
Narasumber : Ya, secara umum sih Diabetes Mellitus itu
kan penyakit dengan kadar gula darahnya itu
tinggi, di atas normal.
Pewawancara: Ya, Mbak tahu informasi mengenai Diabetes
Mellitus dari media apa?
Narasumber : Yang paling baik ya dari kayak tv, internet,
tapi juga karena ada mata kuliah yang
tentang penyakit jadi lebih tahu lagi
Pewawancara: Berarti dari media tv, internet juga. Terus
setelah itu mbak tahu apa tidak cara untuk
mencegah penyakit Diabetes Mellitus?
Narasumber : Ya tentunya karena saya juga dari mahasiswa
kesehatan, ya yang paling saya tahu dari
asupan makananannya yang pertama, jadi
ya memilih makanan dengan gula darah
atau gula glukosa yang tidak terlalu tinggi,
yang cukup, terus juga bisa diimbangi dari
pola makan, aktivitas fisik.
Pewawancara: Selanjutnya Mbak tahu apa tidak kalau
Diabetes Mellitus itu dapat menyebabkan
kebutaan?
Narasumber : Tahu
Pewawancara: Ya, bisa tolong dijelaskan?
Narasumber : Ya kan sebenarnya Diabetes Mellitus
memang banyak ya, ada beberapa macam
dan gula darah ini juga kayak merusak
sistem imun kita, makanya itu kenapa kok
ada yang nyambung ke mata juga itu.
Pewawancara: Mbak tahunya dari media apa Mbak kalau
Diabetes Mellitus bisa sampai menyebabkan
kebutaan?
Narasumber : Sebenarnya sih kalau untuk menyebabkan
kebutaan itu memang karena mata kuliah.
Pewawancara: Oh dari mata kuliah ya, nah terus Mbak tahu
nggak cara pencegahan biar Diabetes
Mellitus itu nggak sampai menyebabkan
kebutaan, pencegahannya seperti apa?
Narasumber : Sebenarnya kalau dari Mata Kuliah yang saya
dapatkan , setiap orang itu memiliki
kelemahan pada tubuhnya itu masing-
masing jadi nggak semua orang itu bisa
kenaknya ke mata, ke kebutaan tapi
tergantung misalnya kelemahan saya ada di
kaki yaitu nanti diabetes saya itu lebih ke
kaki saya mungkin ada yang bisa sampai
amputasi dan lain-lain , untuk yang mata
sendiri ya mungkin memang kelemahannya
dia itu di mata makanya itu menyerangnya
ke kebutaan itu tadi.
Pewawancara: Terus kalau menurut Mbak lewat media apa
sih yang paling efektif untuk
menyebarluaskan informasi kalau Diabetes
Mellitus itu bisa sampai menyebabkan
kebutaan , yang paling efektif media apa
Mbak?
Narasumber : Sebenarnya kalau paling efektif kalau
menurut saya memang secara langsung jadi
bukan lewat media kayak dunia maya atau
internet, tapi memang bener kayak poster
atau kayak ngomong secara langsung atau
penyuluhan.
Pewawancara: Terus kalau menurut Mbak Koran itu efektif
nggak kalau dibuat menyebarluaskan
informasi tentang kesehatan terutama
Diabetes Mellitus yang bisa sampai
menyebabkan kebutaan?
Narasumber : Kalau menurut saya untuk jaman sekarang
ini kayaknya kurang sih.
Pewawancara: Terimakasih Mbak atas waktunya bersedia
untuk melakukan wawancara.

Wawancara 2
Pewawancara : Dewi Mariatus ( S1 IKM III-C )
Narasumber : Erike Anisa ( S1 IKM III-C )
Pewawancara : Assalamualaikum Wr. Wb perkenalkan
saya Dewi Mariatus Salihan dari mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat, disini saya
akan mewawancarai Mbak mengenai
kesadaran masyarakat tentang bagaimana
isu kesehatan dalam media dengan focus
media yaitu komplikasi Diabetes. Apakah
Mbak bersedia?
Narasumber : Ya bersedia
Pewawancara : Sebelumnya tolong perkenalkan Mbak
namanya siapa , umurnya dan Mbak
pekekerjaannya sebagai apa ?
Narasumber : Nama saya Erike Anisa , Mahasiswa di FKM
UNAIR , umur saya 19 tahun.
Pewawancara : Sebelumnya saya mau bertanya nih
Mbak, apakah mbak mengetahui tentang
diabetes?
Narasumber : Ya, tahu sedikit banyak.
Pewawancara : Dari mana mbak dapat mengetahui
diabetes tersebut ?
Narasumber : Ya, pertama di pendidikan formal itu sudah
diberitahu diabetes itu apa jenis-jenisnya,
macam-macamnya, selanjutnya ya di media-
media kesehatan bisa dari radio, iklan
masyarakat, dan lain-lain.
Pewawancara : Menurut Mbak apa sih Diabetes itu dan
bagaimana pencegahan dari diabetes
tersebut sesuai dengan media yang Mbak
ketahui ?
Narasumber : Menurut saya ya, Diabetes itu ada 2 ada
Diabetes Mellitus ada Diabetes Insipidus tapi
rata-rata yang ada di masyarakat kita itu ada
Diabetes Mellitus itu karena kekurangan
hormon insulin atau kadar gula dalam darah
itu terlalu tinggi dan tidak bisa di kontrol .
Pewawancara : Selanjutnya, apakah Mbak mengetahui
bahwa Diabetes tersebut dapat
menyebabkan kebutaan?
Narasumber : Sebenarnya saya pernah dengar, tapi saya
kurang tahu karena Diabetes itu memang
banyak efeknya karena itu kan suatu
penyakit atau suatu bentuk ketidak normalan
dalam darah dan itu menyebar kan di seluruh
tubuh , jadi memang dapat menyebabkan
hal-hal yang kayak ga pasti gitu
Pewawancara : Berarti Mbak cukup tahu juga ya
tentang Diabetes yang dapat menyebabkan
kebutaan?
Narasumber : Ya pernah dengar tapi tidak pernah tahu
mekanisme atau yang lainnya.
Pewawancara : Mbak Erike tahu tentang Diabetes
Mellitus dapat menyebabkan kebutaan
tersebut dari media apa ya Mbak ?
Narasumber : Sebenarnya saya lupa , tapi kalau ga salah
itu koran.
Pewawancara : Bagaimana cara pencegahan
Diabetes Mellitus tersebut biar tidak
menimbulkan kebutaan?
Narasumber : Setahu saya pencegahan diabetes sendiri itu
dari gaya hidup ya pola hidup, kalau untuk
mencegah ke kebutaannya sih kita ngga bisa
melakukan sesuatu yang spesifik gitu,
mungkin dari diabetesnya kalau orang sudah
terkena diabetes ya mengontrol pola
makannya supaya tidak menyebabkan
kerugian di lainnya.
Pewawancara : Mbak tadikan menjelaskan bahwa
media yang Mbak gunakan itu koran,
menurut Mbak bagaimana kelebihan dan
kekurangan dari media tersebut untuk
menyebarluaskan tentang informasi
kesehatan ?
Narasumber : Awalnya koran itu media yang sangat disukai
ya, sebelum ada tv, ada internet, tapi
menurut saya dewasa ini juga koran jarang
dibaca oleh orang-orang bahkan hannya bagi
yang berlangganan saja , terus kalau
memang dia lagi suka dengan headline
korannya baru dia beli koran. Menurut saya
sih hanya untuk kalangan tertentu koran itu
merupakan media yang efektif.
Pewawancara : Jadi untuk kalangan tertentu ya, media
koran itu efektif , lalu menurut Mbak media
apa yang paling efektif dalam
menyebaluaskan informasi tentang Diabetes
Mellitus dapat menyebabkan kebutaan
tersebut ?
Narasumber : Jadi gini, menurut saya tergantung
sasarannya, kalau sasarannya memang
preventif di anak muda mungkin bisa di
media online, kalau seandainya orang-orang
yang sudah bekerja atau dewasa mungkin
lebih suka baca koran jadi kita juga
menggunakan media koran , kan itu kita
nggak melulu fokus pada media apa sih yang
paling efektif karena media itu menurut saya
nggak ada yang paling efektif banget semua
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing tergantung pada sasaran kita.
Pewawancara : Terimakasih Mbak atas waktunya
bersedia untuk melakukan wawancara.

Wawancara 3
Pewawancara : Ulfia Muntaati ( S1 IKM III-C )
Narasumber : Indra ( S2 Epidemiologi 2016 )

Pewawancara : Assalamualaikum Wr. Wb perkenalkan


nama saya Ulfia Muntaati dari kelas IKM C
angkatan 2015 saya ini bermaksud
mewawancarai Mas ingin menanyakan
tentang kesadaran masyarakat terhadap isu
kesehatan nah ini terutama fokusnya itu
tentang penyakit Diabetes Mellitus.
Sebelumnya Masnya namanya siapa ya?
Narasumber : Indra
Pewawancara : Itu dari angkatan ?
Narasumber : 2016
Pewawancara : Kelasnya ?
Narasumber : S2 Epidemiologi.
Pewawancara : Masnya pernah denger gak tentang
Diabetes Mellitus ?
Narasumber : Ya, pernah dengar
Pewawancara : Menurut Mas Diabetes Mellitus itu apa
ya?
Narasumber : Diabetes Mellitus itu peningkatan kadar gula
dalam darah.
Pewawancara : Itu tahunya dari media apa?
Narasumber : Dari kuliah ada mata kuliah yang fokus
mengajarkan tentang Diabetes Mellitus terus
dari internet juga.
Pewawancara : Terus tahu ga Mas kalau Diabetes
Mellitus itu bisa menyebabkan
kebutaan ?
Narasumber : Kurang memahami.
(Pewawancara menjelaskan mengenai Diabetes Mellitus
dapat mengakibatkan komplikasi kebutaan yaitu Retinopati
Diabetik dan upaya pencegahannya sebagai langkah promosi
dan transfer pengetahuan mengenai isu kesehatan)
Pewawancara : Lalu menurut Mas media apa yang
efektif untuk menyampaikan informasi
bahwa Diabetes Mellitus dapat menyebabkan
komplikasi salah satunya yaitu kebutaan?
Narasumber : Kalau dari puskesmas sih kalau ke
masyarakat itu lebih ke penyuluhan soalnya
kalau dibagikan pamflet itu jarang dibaca sih,
terus kalau koran itu biasanya yang baca
Koran itu bapak-bapak dan konten yang
disukai itu lebih ke politik, terus untuk
sekarang yang bisa dimanfaatkan dengan
bagus itu sosial media soalnya semua orang
itu sekarang suka atau menggandrungi sosial
media, jadi penyebarluasan informasi
kesehatannya dapat memanfaatkan sosial
media.
Pewawancara : Terimakasih Mas atas waktunya
bersedia untuk melakukan wawancara.

3. Analisis Hasil Wawancara


A. Evaluasi Teknis Wawancara
1. Sikap , Teknik dan Etika Pewawancara:
a) Luluk Lady Laily

Kelebihan :
- Konten yang ditanyakan memenuhi pedoman
wawancara yang telah di buat sebelumnya.
- Kritis dalam proses wawancara
- Kontak mata dengan Narasumber
- Intonasi pengucapan pertanyaan jelas dan lantang
- Sopan dalam beretika dengan menyampaikan salam,
memaparkan tujuan wawancara, menanyakan
kesediaan Narasumber untuk diwawancarai , serta
berterimakasih diakhir dan memberikan salam
perpisahan.
Kekurangan :
- Kurang luwes dalam proses wawancara ditandai
dengan sikap tubuh yang cenderung statis.
- Kurang bisa mengembangkan pertanyaan kedalam hal
yang lebih menarik untuk dijadikan informasi
( cenderung mengandalkan pedoman wawancara).
- Kebiasaan mengeluarkan kata eeeee yang dinilai
kurang etis dan membuat Narasumber tidak nyaman.
b) Dewi Mariatus
Kelebihan :
- Kontak mata dengan Narasumber
- Intonasi pengucapan pertanyaan jelas dan lantang
- Sopan dalam beretika dengan menyampaikan salam ,
memaparkan tujuan wawancara , menanyakan
kesediaan Narasumber untuk diwawancarai , serta
berterimakasih diakhir dan memberikan salam
perpisahan.
Kekurangan :
- Kurang luwes dalam proses wawancara ditandai
dengan sikap tubuh yang menandakan kegugupan
seperti sering bergerak dan terbata-bata dalam
penyampaian kata pada saat tertentu.
- Konten pertanyaan sempat meluas dari pedoman
wawancara yaitu Pewawancara menyakan tentang
Diabetes secara umum yang dalam pedoman sudah
dikhususkan fokus pada Diabetes Mellitus. Walaupun
di menit-menit akhir wawancara sudah kembali ke
konteks awal .
- Kurang bisa mengembangkan pertanyaan kedalam hal
yang lebih menarik untuk dijadikan informasi
(cenderung mengandalkan pedoman wawancara).
c) Ulfia Muntaati

Kelebihan :
- Konten yang ditanyakan memenuhi pedoman
wawancara yang telah di buat sebelumnya.
- Kritis dalam proses wawancara
- Kontak mata dengan Narasumber
- Intonasi pengucapan pertanyaan jelas dan lantang
- Pewawancara menjelaskan mengenai Diabetes
Mellitus dapat mengakibatkan komplikasi kebutaan
yaitu Retinopati Diabetik dan upaya pencegahannya
sebagai langkah promosi dan transfer pengetahuan
mengenai isu kesehatan
- Sopan dalam beretika dengan menyampaikan salam,
memaparkan tujuan wawancara, menanyakan
kesediaan Narasumber untuk diwawancarai, serta
berterimakasih diakhir dan memberikan salam
perpisahan.

Kekurangan :
- Sikap tubuh yang cenderung statis
- Kurang bisa mengembangkan pertanyaan kedalam hal
yang lebih menarik untuk dijadikan informasi
(cenderung mengandalkan pedoman wawancara)
2. Informasi
a) Data jumlah narasumber yang mengetahui mengenai
Diabetes Mellitus dan upaya pencegahannya.
1) Semua Narasumber mengetahui apa itu penyakit
Diabetes Mellitus (secara umum) = 100 %
2) Narasumber yang mengetahui bahwa Diabetes
Mellitus dapat menyebabkan komplikasi kebutaan
(Retinopati Diabetik) adalah 2 dari 3 narasumber =
66,7 %
3) Narasumber yang mengetahui upaya pencegahan
penyakit Diabetes Mellitus dari data Narasumber yang
mengetahui enyakit Diabetes Mellitus = 100 %
4) Narasumber yang mengetahui upaya pencegahan
Retino Diabetik dari data Narasumber yang
mengetahui bahwa Diabetes Mellitus dapat
menyebabkan komplikasi kebutaan (Retinopati
Diabetik) = 0 dari 2 = 0 % dari 66,7 % (Dari analisis
jawaban Narasumber)
Alasan : ke 2 Narasumber mengatakan bahwa mereka
tahu upaya pencegahan Retino Diabetik namun dalam
penjelasan mereka yang dibahas adalah upaya
pencegahan Retino Diabetik.
5) Sumber media pengetahuan Narasumber mengenai
informasi kesehatan : internet (100%), media
pembelajaran formal (100%), koran, tv , pamphlet ,
poster, dan media lainnya juga dijelaskan.
6) Efektifitas media untuk menyebarkan informasi
kesehatan.
- Semua Narasumber menyatakan bahwa media yang
efektif di era perkembangan informasi modern adalah
media online atau penggunaan internet.
- Narasumber 1 memberikan tambahan bahwa media
yang efektif bagi penyebaran informasi kesehatan
adalah yang bersifat langsung seperti poster.
- Narasumber 2 mengungkapkan efektifitas media
tergantung pada sasaran audiens yang ingin dituju.
B. Kesimpulan
1. Tingkat kesadaran Narasumber mengenai pengetahuan
atas penyakit Diabetes Mellitus dan upaya pencegahannya
tinggi (baik).
2. Tingkat kesadaran Narasumber mengenai pengetahuan
bahwa Diabetes Mellitus dapat menyebabkan komplikasi
kebutaan (Retinopati Diabetik) dan upaya pencegahannnya
masih rendah (kur ang baik).
3. Sumber media pengetahuan Narasumber mengenai
informasi kesehatan paling banyak adalah internet dan
media pembelajaran formal dikarenakan status Narasumber
yang semuanya adalah mahasiswa aktif kesehatan
masyarakat.
4. Semua Narasumber menyatakan bahwa media yang paling
efektif dan dapat dimanfaatkan dalam penyebaran
informasi kesehatan di era perkembangan informasi
modern adalah media online atau penggunaan internet.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J.A. & Dean J. C. 1976. Methodes and Issues in Social Research.
John Wiley & Sons. Inc. New York.

Malik, W Rivaie - Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2013 -


jurnal.untan.ac.id [Diakses pada Rabu, 30 November 2016 pukul 15.30
WIB]

Maryati, Kun & Suryawati, Juju. (2007) Sosiologi, 3rd edition, Jakarta: PT.
Gelora Aksara ratama.

Moleong, L.J., 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-26.


Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulkan, D. (2007) 'Diklat Kuliah: Panduan Wawancara Media Cetak dan


Media Elektronik', Fakultas Ilmu Komunikasi - Unpad, pp. 17-20.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200836-tujuan-
wawancara/ [Diakses pada Rabu, 30 November 2016 pukul 16.24 WIB]

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2170427-
pengertian-dan fungsi-wawancara/ [Diakses pada Rabu, 30 November
2016 pukul 16.53 WIB]
LAMPIRAN

DISKUSI PRESENTASI

1. Nama : Setyafanny Santoso


NIM : 101511133069
Kelompok : 11
Pertanyaan : 1. Bagaimana cara memilih responden sasaran
( target wawancara) ?
2. Apa tujuan kelompok 8 memilih responden sasaran
( target
wawancara) Mahasiswa ?
Jawaban : 1. Kelompok kami (kelompok 8) menentukan target
(responden
wawancara berdasarkan pada topik wawancara yang
kelompok kami angkat yaitu topik kesehatan
mengenai Retinopati Diabetik , jadi kelompok kami
memutuskan untuk memilih Narasumber yang kami
anggap dipercaya oleh publik memiliki kredibilitas
dalam segi pendidikan sebagai mahasiswa kesehatan
masyarakat yang akan bertindak sebagai sumber
informasi dari wawancara yang kami lakukan.

2. Tujuan :
1) Target Narasumber representative.
2) Kredibilitas narasumber dipercaya oleh publik
karena status pendidikannya.
3) Kredibilitas narasumber dipercaya oleh publik
karena independen, dan netral.
4) Dapat memberikan informasi valid mengenai isu
kesehatan dalam topik wawancara.
5) Mengetahui tingkat kesadaran dan pengetahuan
Narasumber perjenjang pendidikan (antara
Semester 3 IKM, Semester 5 GIZI, dan S2
Epidemiologi) mengenai topik wawancara.
6) Tersedia fasilitas yang memungkinkan untuk
menghubungi narasumber.

2. Nama : M. Affan Mahfudz


NIM : 101511133151
Kelompok : 6
Kritik : Pewawancara terlalu terpaku kepada konteks dalam
pedoman
Wawancara , sehingga kurang luwes dalam melakukan
wawancara dan belum bisa mengembangkan pertanyaan
menjadi lebih menarik untuk dibahas dan digali
informasinya.
Saran : Mungkin diperlukan ice breaking untuk mencairkan
suasana menjadi
lebih nyaman dan kooperatif dalam proses wawancara
sehingga kualitas informasi yang didapatkan lebih dalam
dan mengena.

Anda mungkin juga menyukai