Anda di halaman 1dari 6

Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran Islam itu

sendiri (42 :13). Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum dari
ajaran Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian
karena Islam merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari
aqidah sebagai fondasi dan akhlaq yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.

Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi pengembangan diri manusia
dan pembentukan dan pengembangan masyarakat yang berperadaban (masyarakat
madani).

Syariah meliputi 2 bagian utama :

1. Ibadah ( dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah
(vertikal). Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah. Misalnya :
salat, zakat, puasa

2. Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya) .


Dalam hal ini aturannya aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya munakahat,
dagang, bernegara, dll.

Syariah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqh.

Dalam menjalankan syariah Islam, beberpa yang perlu menjadi pegangan :

a. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah (24 :51, 4:59) menjauhi bid'ah
(perkara yang diada-adakan)

b. Syariah Islam telah memberi aturan yangjelas apa yang halal dan haram (7 :33, 156-
157), maka :

- Tinggalkan yang subhat (meragukan)


- ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan bertele-tele

c. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia (2:286), dan


menghendaki kemudahan (2 :185, 22 :78). Sehingga terhadap kekeliruan yang tidak
disengaja & kelupaan diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan

d. hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syariah


(3:103, 8:46)

Syariah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma'ruf nahi
munkar
Islam; Akidah, Syariah dan Akhlak
{ Mei 10, 2007 @ 4:46 am } { Catatan }

Beberapa tahun belakangan upaya untuk memerangi Islam semakin gencar, terlebih-lebih pasca
peristiwa 11 September. Namun di sebalik itu ternyata dunia juga dikejutkan oleh booming Islam
di Eropa dan Amerika. Itu sangat wajar, karena ketika kegelapan malam semakin pekat maka itu
pertanda subuh semakin dekat, di saat serangan semakin kuat terhadap Islam maka rasa ingin
tahu dan simpati juga akan semakin besar terhadap Islam. Ini adalah kabar gembira bagi dunia
Islam

Akan tetapi kabar gembira ini juga diimbangi kabar buruk, seperti di dalam Islam sendiri, umat
Islam belum sepenuhnya bisa memahami Islam, buktinya masih banyak saja penentang-
penentang pelaksanaan syariat Islam dari kalangan muslim yang terpengaruh dengan arus
sekularisme yang membawa jargon pemisahan urusan duniawi dari aturan rabbani.

Di sini kita penulis tidak akan mengupas tentang sekuralisme yang menjadi salah penyakit umat,
namun penulis ingin kita lebih mengenal Islam ke dalam, agar tidak ada umat Islam yang
menjadi duri di dalam daging nantinya.

Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang terangkum dalam 3
hal pokok; Akidah, Syariat dan Akhlak. Artinya seluruh ajaran Islam bermuara pada tiga hal ini.

Akidah adalah hal-hal asasi dan mendasar dalam Islam yang berkenaan dengan keyakinan yang
terletak di hati, namun ia tidak seperti yan dipahami oleh non muslim di Barat. Di Barat, akidah
atau keimanan hanyalah hal-hal yan berhubungan dengan pembenaran (tashdiq) dan yang
dirasakan (syuur), artinya hati memainkan peran besar di sana. Berbeda dengan akidah yang
dipahami di dalam Islam, karena akidah dalam Islam, di samping berkaitan dengan pembenaran
hati, ia juga harus di iringi dengan dalil atau sesuatu yang dapat membuktikan apa yang
dibenarkan oleh hati itu dan di saat yang sama ia juga harus sesuai dengan realita. Berarti disini
bukan peran hati saja yang bermain, tapi juga ada peran otak. Dengan adanya peran dua hal ini
(hati dan otak) akan terciptalah keseimbangan, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam
firman-Nya:

Dan demikianlah Kami jadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan (adil/seimbang)
(Al-Baqarah:143)

Syariat merupakan ajaran Islam yang berhubungan dengan perbuatan dan tindak-tanduk
manusia. Secara garis besar syariat menghimpun urusan-urusan ritual ibadah dan semua pola
hubungan manusia baik itu dengan dirinya sendiri, sesama maupun lingkungannya.

Sedang Akhlak adalah sifat manusia (baik ataupun buruk) yang akan muncul pengaruhnya dalam
kehidupannya. Dalam prakteknya akhlak bisa dikatakan buah atau hasil dari akidah yang kuat
dan syariat yang benar, dan itulah tujuan akhir dari ajaran Islam ini, sebagaimana sabda Rasul
SAW: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Karena sumber agama adalah Allah SWT, maka untuk menjelaskan itu semua diutuslah para nabi
dan rasul. Semua rasul tersebut diajarkan melalui wahyu-Nya tentang aqidah yang bernar, yang
tidak pernah berubah sepanjang sejarah meskipun berganti rasul dan nabi yang diutus-Nya. Hal
inilah yang dimaksudkan Allah SWT dalam firmannya QS: Asy-Syura ayat 13,

Dia Telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya

Artinya, secara akidah risalah para rasul dan nabi tidak ada perbedaan, apa yang diturunkan
kepada Nabi Nuh a.s, Ibrahim a.s, Musa a.s, Isa a.s dan nabi-nabi lainnya tidak berbeda dengan
apa yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW dari sisi akidah, yaitu keyakinan dan iman
kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan Pencipta dan Pengatur segala. Inilah dia dasar
agama samawi yang sesungguhnya dan dengan inilah umat manusia sejak zaman Nabi Adam a.s
sampai akhir zaman mesti bersatu

Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya..!

Sedangkan yang berhubungan dengan syariat, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan amal,
perbuatan dan perilaku manusia, disinilah letak sebagian besar perbedaan antara agama-agama
samawi, karena setiap umat dan rasul memiliki syariat dan kondisi yang berbeda-beda
sebagaimana firman Allah:

untuk tiap-tiap umat Kami berikan aturan (syariat) dan jalan yang terang (minhaj). sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. (QS Al-Maidah: 48)

Demikianlah Allah menjadikan syariat tiap umat berbeda, sesuai dengan kondisi dan tabiat
masing-masing. Ssyariat yang berbeda-beda itu terus berkembang dan berubah sampai menemui
titik puncak kesempurnaannya pada syariat Islam, yang selamanya bisa berlaku dan sesuai
dengan perkembangan dan perbedaan tabiat manusia sampai akhir zaman, karena syariat Islam
adalah syariat yang mudah dipelajari dan menjadikan kemaslahatan umat manusia sebagai salah
satu asasnya.

Dengan demikian syariat dapat menerima pergantian, perubahan dan penghapusan, seperti
syariat Nabi Musa a.s yang dihapus dan diganti dengan datangnya syariat Nabi Isa a.s, namun
lain halnya dengan akidah, ia sebaliknya tidak bisa berganti danberubah karena ia adalah sesuatu
yang asasi dan titik temu antar generasi umat manusia.

Sedang masalah moralitas dan akhlak (etika) juga sebagai sisi penting yang memberikan
keseimbangan bagi seorang muslim sejati.
Sebagai buah dari syariat dan akidah yang baik, menjadikan akhlak dalam Islam menyentuh
semua lini, mulai dari lini hubungan manusia dengan dirinya, dengan sesama manusia, dengan
lingkungan bahkan hubungan manusia dengan Tuhannya. Semuanya mestilah mendapatkan
percikan nilai-nilai akhlak dan moralitas.

Dan bisa dikatakan juga akidah seseorang tidak sempurna jika tidak dibarengi dengan akhlak,
seperti akhlak kepada Allah, Rasul-Nya dan sebagainya dalam hal akidah, bagaimana mungkin
seseorang bisa dikatakan berislam dengan baik jika ia menghina Tuhannya sendiri, mengejek dan
menyematkan icon-icon yang menjatuhkan kemuliaan Rasulnya?.

Demikian juga syariat, mesti juga diiringi dengan akhlak dan moral, tidak perlu mengambil
contoh jauh, shalat saja terang-terangan salah satu tujuannya adalah untuk menghindarkan
manusia dari sifat keji dan mungkar yang sekaligus menjelaskan sisi moralitas dari ibadah dalam
Islam,

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-
Ankabut: 45).

Dalam Islam juga diajarkan agar untuk mencapai sebuah kebaikan itu juga harus melalui jalan
yang baik, artinya ada larangan menempuh jalan-jalan bathil untuk sebuah kebaikan, inilah dia
konsep etika dan moralitas Islam. Contoh kongkrit lainnya, coba kita perhatikan banyak kita
yang selama ini menyerukan anti KKN namun dalam kenyataan ikut menyuburkan praktek KKN
itu sendiri, perhatikanlah di kepanitian-kepanitian yang kita bentuk di kalangan mahasiswa?
Berapa banyak yang bertindak sebagai aktor-aktor korupsi junior? Betapa sebagian kepanitian itu
selalu berfikir untuk menghabiskan dana yang didapat pada akhir kepanitiaan dengan
mengadakan rihlah/jalan-jalan dan tasyakuran yang semuanya terselubung dalam istilsah LPJ?
Atau juga dari masa mahasiswa kita sudah diajarkan saling sikut untuk memperebutkan kursi?
Dimana letak nilai-nilai etika dan moral agen reformasi? Maka tidak heran jika reformasi
tersendat-sendat.

Jadi demikianlah universalitas dan jalan kesempurnaan yang diajarkan Islam, yaitu jalan yang
menyeimbangkan antara Akidah, Syariat dan Akhlak.
Pengertian Akhlak Menurut Sarjana lslam

a) Imam Al-Ghazali menyebut akhlak ialah suatu sifat


yang tertanam dalam jiwa . Daripada jiwa itu ,timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan
pertimbangan fikiran.
b) Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinasikan akhlak
sebagai kehendak yang dibiasakan . Maksudnya,
sesuatu yang mencirikan akhlak itu ialah kehendak
yang dibiasakan. Ertinya, kehendak itu apabila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan
akhlak. Ahmad Amin menjelaskan erti kehendak itu
ialah ketentuan daripada beberapa keinginan manusia.
Manakala kebiasaan pula ialah perbuatan yang
diulang-ulang sehingga mudah melakukanya.
Daripada kehendak dan kebiasaan ini mempunyai
kekuatan ke arah menimbulkan apa yang disebut
sebagai akhlak.
c) Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu
keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong (diri atau
jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang
tanpa didahului oleh daya pemikiran kerana sudah
menjadi kebiasaan.

Anda mungkin juga menyukai