Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BIOLOGI MOLEKULER MEDIK

SIKLUS SEL DAN MUTASI GEN PENYEBAB KANKER KOLON

Oleh:
FIRAWATI
A201601060

D IV ANALIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, kanker menjadi penyumbang kematian ketiga terbesar
setelah penyakit jantung. Penyebab utama kanker di negara tersebut adalah
pola hidup yang tidak sehat, seperti kurang olahraga, merokok, dan pola
makan yang tak sehat. Di Amerika Serikat dan beberapa negara berkembang
lainnya, kanker sekarang ini bertanggung jawab untuk sekitar 25% dari
seluruh kematian. Dalam setahun, sekitar 0,5% dari populasi terdiagnosa
kanker. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan
kerusakan DNA menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Kanker kolorektal (Kolon dan Rektal) menduduki
peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia. Oleh karena
besar pengaruh dari kanker kolon, maka akan dibahas mutasi gen yang
terjadi pada kanker kolon.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Kanker?
1.2.2. Bagaimana Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit Kanker?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan Kanker Kolon?
1.2.4. Bagaimana Mekanisme Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit
Kanker Kolon?
1.3. Tujuan
1.3.1. Menjelaskan Pengertian dari Kanker
1.3.2. Menjelaskan Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit Kanker
1.3.3. Menjelaskan Pengertian dari Kanker Kolon
1.3.4. Menjelaskan Mekanisme Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit
Kanker Kolon
BAB II
MUTASI GEN PADA KANKER KOLON
1. Pengertian kanker.
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai
dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk
tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal),
menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi ke jaringan tubuh yang
lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis. Kanker
dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh,
kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar.
2. Mutasi Gen pada Kanker.
Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi).
Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel.
Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi
sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun
fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
(diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Patogenesis kanker dapat
dilacak balik ke mutasi DNA yang berdampak pada pertumbuhan sel dan
metastasis. Zat yang menyebabkan mutasi DNA dikenal sebagai mutagen,
dan mutagen yang menyebabkan kanker disebut dengan karsinogen.
Adanya faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi
karena salah penyebab kanker adalah mutasi DNA yang memang diturunkan
dari orangtua kepada anaknya, akan tetapi tidak semua jenis kanker dapat
diturunkan. hal tersebut dipengaruhi oleh letak mutasi pada DNA yang
dialami dan juga genotipedari mutasi yang terjadi. Ada 2 macam letak
mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi pada gen-
gen onkogen dan mutasi pada gen-gen pensupresi tumor. mutasi pada gen
pensupresi tumor lah yang biasanya memicu penurunan kanker. hal tersebut
disebabkan karena zigot yang mengalami mutasi pada gen onkogen
biasanya tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak dapat diturunkan.
3. Kanker Kolon (Usus Besar)
Kanker kolon atau kanker usus besar adalah tumbuhnya sel-sel
tubuh secara tak terkendali pada kolon (usus besar). Kanker rektal adalah
tumbuhnya sel-sel tubuh secara tak terkendali pada rektum (ujung usus
dekat dekat anus). Keduanya jika terjadi bersama disebut kanker kolorektal
(kanker kolon dan rektal). Pada kebanyakan kasus kanker kolon, kanker
bermula dari gumpalan-gumpalan kecil yang tidak ganas yang terdiri dari
sel-sel yang disebut polip adenomatosa (adenomatous polyp). Lambat laun
polip-polip ini menjadi kanker kolon.
4. Mekanisme Mutasi Gen pada Kanker Kolon
Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi
pertumbuhan sel yaitu proto-onkogen, gen penekan tumor (Tumor Suppresor
Gene = TSG), dan gen gatekeeper. Proto-onkogen menstimulasi dan
meregulasi pertumbuhan dan pembelahan sel. TSG menghambat
pertumbuhan sel atau menginduksi apoptosis (kematian sel yang
terprogram). Kelompok gen ini dikenal sebagai anti-onkogen, karena
berfungsi melakukan kontrol negatif (penekanan) pada pertumbuhan sel.
Gen p53 merupakan salah satu dari TSG yang menyandi protein dengan
berat molekul 53 kDa. Gen p53 juga berfungsi mendeteksi kerusakan DNA,
menginduksi reparasi DNA. Gen gatekeeper berfungsi mempertahankan
integritas genomik dengan mendeteksi kesalahan pada genom dan
memperbaikinya. Mutasi pada gen-gen ini karena berbagai faktor membuka
peluang terbentuknya kanker.
Pada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai dengan
kebutuhan melalui siklus sel normal yang dikendalikan secara terpadu oleh
fungsi proto-onkogen, TSG, dan gen gatekeeper secara seimbang. Jika terjadi
ketidakseimbangan fungsi ketiga gen ini, atau salah satu tidak berfungsi
dengan baik karena mutasi, maka keadaan ini akan menyebabkan
penyimpangan siklus sel. Pertumbuhan sel tidak normal pada proses
terbentuknya kanker dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu
perpendekan waktu siklus sel, sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel
dalam satuan waktu, penurunan jumlah kematian sel akibat gangguan
proses apoptosis, dan masuknya kembali populasi sel yang tidak aktif
berproliferasi ke dalam siklus proliferasi. Gabungan mutasi dari ketiga
kelompok gen ini akan menyebabkan kelainan siklus sel, yang sering terjadi
adalah mutasi gen yang berperan dalam mekanisme kontrol sehingga tidak
berfungsi baik, akibatnya sel akan berkembang tanpa kontrol (yang sering
terjadi pada manusia adalah mutasi gen p53). Akhirnya akan terjadi
pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa kendali dan
karsinogenesis dimulai.
Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi progresi dari
normal menuju mukosa kolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh
karsinoma dan adenokarsinoma yang besar berhubungan dengan mutasi.
Langkah yang paling penting dalam menegakkan diagnosa dari sindrom
kanker herediter yaitu riwayat kanker pada keluarga. Mutasi sangat jarang
terlihat pada adenoma yang lebih kecil dari 1 cm. Allelic deletion dari 17p
ditunjukkan pada dari seluruh kanker kolon, dan deletion dari 5q
ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma yang besar.
Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang utama dari sindrom ini
menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali karakternya. Dua sindrom ini,
dimana mempunyai predisposisi menuju kanker kolorektal memiliki
mekanisme yang berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan
hereditary non polyposis colorectal cancer (HNPCC).
Gen yang bertanggung jawab untuk FAP yaitu gen APC, yang
berlokasi pada kromosom 5q21. Adanya defek pada APC tumor supresor gen
dapat menggiring kepada kemungkinan pembentukan kanker kolorektal pada
umur 40 sampai 50 tahun.2 Pada FAP yang telah berlangsung cukup lama ,
didapatkan polip yang sangat banyak untuk dapat dilakukannya kolonoskopi
polipektomi yang aman dan adekuat; ketika hal ini terjadi, direkomendasikan
untuk melakukan prophylactic subtotal colectomy diikuti dengan endoskopi
pada bagian yang tersisa. Idealnya prophylactic colectomy harus ditunda
kecuali terdapat terlalu banyak polip yang dapat ditangani dengan aman.
Prosedur pembedahan elektif harus sedapat mungkin dihindari ketika
memungkinkan. Screening untuk polip harus dimulai pada saat usia muda.
Pasien dengan FAP yang diberi 400 mg celecoxib, dua kali sehari selama
enam bulan mengurangi rata rata jumlah polip sebesar 28%. Tumor lain yang
mungkin muncul pada sindrom FAP adalah karsinoma papillary thyroid,
sarcoma, hepatoblastomas, pancreatic carcinomas, dan
medulloblastomas otak.20 Varian dari FAP termasuk gardners syndrom dan
turcots syndrom,

Gambar 4.1 Familial Adenomatous Poliposis


Pola autosomal dominan dari HNPCC termasuk lynchs sindrom I dan
II.2 Generasi multipel yang dipengaruhi dengan kanker kolorektal muncul
pada umur yang muda (45 tahun), dengan predominan lokasi kanker pada
kolon kanan.20 Abnormalitas genetik ini terdapat pada mekanisme mismatch
repair yang bertanggung jawab pada defek eksisi dari abnormal repeating
sequences dari DNA, yang dikenal sebagai mikrosatellite (mikrosatellite
instability). Retensi dari squences ini mengakibatkan ekspresi dari phenotype
mutator, yang dikarakteristikkan oleh frekuensi DNA replikasi error (RER+
phenotype), dimana predisposisi tersebut mengakibatkan seseorang
memiliki multitude dari malignansi primer.2 Pasien dengan HNPCC mungkin
juga memiliki adenoma sebaceous, carcinoma sebaceous, dan multipel
keratocanthoma, Termasuk kanker dari endometrium, ovarium, kandung
kemih, ureter, lambung dan traktus biliaris.2,20Jika dibandingkan dengan
sporadic kanker kolorektal, tumor pada HNPCC seringkali poorly
differentiated, dengan gambaran mucoid dan signet-cell, reaksi yang mirip
crohns (nodul lymphoid, germinal centers, yang berlokasi pada perifer
inflitrasi kanker kolorektal), kehadiran infiltrasi lymphocytes diantara tumor.
Karsinogenesis yang terakselerasi muncul pada HNPCC, pada keadaan ini
adenoma kolon yang berukuran kecil dapat menjadi karsinoma dalam 2-3
tahun, bila dibandingkan dengan proses pada rata-rata kanker kolorektal
yang membutuhkan waktu 8-10 tahun. Ketika kriteria amsterdam digunakan
untuk menentukan proporsi dari kanker kolorektal yang dikarenakan HNPCC,
estimasi keakurasiannya sekitar 1-6 %.
Spesifik mutasi gen pada kromosom 2 dan 3, dikenal sebagai
hMSH2, hMLH1, hPMS1 dan hPMS2, telah dihubungkan dengan HNPCC.2
Sembilan puluh persen dari seluruh mutasi gen yang teridentifikasi adalah
MLH1 dan MSH2.20 Pasien dengan RER+ phenotype kemungkinan tidak
mempunyai germ line abnormal dan mungkin mempunyai abnormal metilasi
dari DNA yang didapat sebagai sumber dari ketidakhadiran ekspresi dari gen
tersebut. Metilasi abnormal lebih sering pada orang yang lebih tua. Tes germ
line untuk menentukan apakah RER+ phenotype merupakan keturunan atau
didapat sangat penting sebagai bagian dari genetik konseling.
Imunohistochemical stains dapat digunakan untuk menentukan apakah
tumor bermanifestasi pada microsatellite instability dan kemudian pasien
yang tidak mempunyai ekspresi gen harus menjalani germ line testing untuk
adanya konseling yang tepat pada anggota keluarga.

Pasien dengan HNPCC mempunyai kecenderungan untuk menderita


kanker kolorektal pada umur yang sangat muda, dan screening harus dimulai
pada umur 20 tahun atau lebih dini 5 tahun dari umur anggota keluarga
yang pertama kali terdiagnosa kanker kolorektal yang berhubungan HNPCC.
Angka rata-rata pasien dengan HNPCC yang didiagnosa menderita kanker
kolorektal pada umur 44 tahun, dibandingkan dengan pasien kontrol yang
menderita kanker kolorektal pada umur 68 tahun. Prognosis dari pasien
HNPCC terlihat lebih baik daripada pasien dengan sporadic kanker kolon.
Dari penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan HNPCC kurang mendapat
manfaat dari adjuvant kemoterapi berdasarkan kombinasi fluorourasil
daripada pasien tanpa kelainan ini.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan
kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh
tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal),
menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi ke jaringan tubuh
yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.
3.2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi
pada gen-gen onkogen dan mutasi pada gen-gen pensupresi tumor.
mutasi pada gen pensupresi tumor lah yang biasanya memicu penurunan
kanker.
3.3 Kanker kolon atau kanker usus besar adalah tumbuhnya sel-sel tubuh
secara tak terkendali pada kolon (usus besar).
3.4 Mutasi sangat jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil dari 1 cm.
Allelic deletion dari 17p ditunjukkan pada dari seluruh kanker kolon,
dan deletion dari 5q ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan
adenoma yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2006. Dteksi Dini Kanker Usus Besar, (Online),


(http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htm,
diakses 1 Mei 2014
Anonim b. 2006. Gaya hidup penyebab kolorektol, (Online),
(http://www.depkes.go.id/index.php?
option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2, diakses 1 Mei 2014).
Casciato DA, (ed). 2004. Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott Willi
ams & Wilkins: USA.p 201
Garbett R. GI Disease Picture Changing in Asia Pasific. Medical Tribune 2005;
11: 7.
Hansen J. Common Cancers In The Elderly. Drugs Aging, (online), 1998 Dec;
13(6):467-78, (www.pubmed.com,. diakses 1 Mei 2014)
Stewart SL, Wike JM, Kato I, Lewis DR, Michaud F. a population based study
of colorectal cancer histology in United States 1998-2001. cancer,
(online)2006; 107(5 suppl): American Cancer Society, (www.pubmed.com,
diakses 1 Mei 2014).
Suyono S.In : Boedi Darmojo R, Pranarka K. (eds.). 2001. buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam II 3th Ed. balai penerbit FKUI: jakarta. p 24
Syah E. 2002. Karsinoma Rekti. referat sub bagian bedah digestif: jakarta.
Syamsuhidajat R, Jong Wim D,(eds). 2004. buku ajar Ilmu Bedah 2nd ed.
EGC: jakarta.
WHO. 2006. The Impact of Cancer, (Online), (http://www.who.int /ncd_
surveillance/infobase/web/InfoBasePolicyMaker/reports/ReporterFullView.aspx
?id=5 diakses 1 Mei 2014).

Anda mungkin juga menyukai