Anda di halaman 1dari 14

PRODUKSI BIOGAS DARI KOMBINASI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA DAN

LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU PADA BERBAGAI VARIASI C/N DAN JENIS LUMPUR
AKTIF

Faishal Miftahul Huda*, Nimas Amelia Iswara


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang,50275, Telp/Fax: (024)7460058
*)Penulis korespondensi : faishalmiftahulhuda@gmail.com

Abstrak
Penelitian produksi biogas dari kombinasi limbah cair industri tapioka dan limbah cair industri
tahu pada berbagai variasi c/n dan jenis lumpur aktif bertujuan untuk mengkaji pengaruh variasi
C/N dan Jenis lumpur aktif terhadap produksi biogas dan gas metana. Penelitian ini dilakukan
dengan mengkombinasikan limbah cair industri tapioka sebagai sumber karbon dan limbah
cair industri tahu sebagai sumber nitrogen pada beberapa rasio, yakni 20:1; 25:1; dan 30:1
dengan menggunakan mikroba rumen. Selain ini penelitian ini juga dilakukan dengan
mengkombinasikan limbah cair industri tapioka dan limbah cair industri tahu dengan rasio
dengan memvariasikan jenis lumpur aktif, yakni menggunakan lumpur aktif dari rumen sapi,
lumpur aktif limbah cair industri tapioka dan lumpur aktif limbah cair industri tahu pada rasio
C/N 30. Pada variasi C/N jumlah produksi biogas dan gas metana terbesar pada rasio C/N 20
dengan volume biogas sebesar 9798 mL dan gas metana 8175 mL selama 60 hari, sedangkan
pada variasi jenis lumpur aktif terbesar pada jenis lumpur aktif mikroba rumen sapi dengan
jumlah biogas dan gas metana masing- masing sebesar 9965 dan 8147 mL.

Kata kunci : Biogas, Co- digestion, Limbah cair industri tapioka, Limbah cair industri
tahu, Rasio C/N

Abstrak
The research of biogas production from combination of starch wastewater and tofu
wastewater at various C/N and types of activated sludge aims to assess the effect of variation
of C / N and type activated sludge to biogas and methane gas production. This research was
conducted by combining the starch wastewater as a carbon source and tofu wastewater as a
source of nitrogen in some ratio, 20: 1; 25: 1; and 30: 1 using rumen microbes. Besides this
research is also done by combining starch wastewater and tofu wastewater know the ratio by
varying the type of activated sludge, which uses activated sludge from the rumen of cows, the
activated sludge starch wastewater and activated sludge tofu wastewater the ratio of C / N
30. on the variation of C / N number of biogas production and methane biggest in C / N ratio
of 20 with biogas volume 9798 mL and 8175 mL of methane gas for 60 days, while in the
activated sludge largest species variation in the type of activated sludge microbial cow with
the amount of biogas and methane each of 9965 and 8147 mL.
Keyword: biogas, co-digestion, starch wastewater, tofu wastewater, C/N ratio

tersebut dapat dapat dikombinasikan untuk


Pendahuluan dimanfaatkan menjadi biogas.
Limbah cair industri tapioka memiliki Biogas adalah gas produk akhir degradasi
kandungan bahan organik yang kaya anaerobik bahan-bahan organik oleh
dengan karbon, sedang limbah tahu mikroorganisme anaerobik dalam
merupakan limbah organic yang kaya lingkungan bebas oksigen atau udara.
dengan kandungan nitrogen. Adanya Biogas digunakan sebagai energi alternatif
bahan organik dengan karakteristik untuk menghasilkan energi listrik, setiap
satu m3 metana setara dengan listrik 10
kWh. Nilai ini setara dengan 0,61 liter Proses anaerobik dapat berlangsung di
bahan bakar cair, serta setara dengan 60- bawah kondisi lingkungan yang luas
100 Watt lampu penerangan selama 6 jam meskipun proses yang optimal hanya
(Hambali dkk, 2007). Reaksi terjadi pada kondisi yang terbatas. Adapun
pembentukan biogas akan melewati 4 proses utama pembentukan biogas terbagi
tahap, dimulai dari tahap hidrolisis, menjadi menjadi 4 tahapan yaitu hidrolisis,
kemudian acidogenesis, asetogenesis, dan asidogenesis, asetogenesis dan
terakhir tahap metanogenesis. metanogenesis (Al Seadi et al., 2008).
Perumusan masalah dalam penelitian ini Faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah untuk mengkaji pengaruh produksi produksi biogas diantaranya rasio C/N,
biogas dan gas metana dari kombinasi Jenis mikroba, lama fermentasi,
antara limbah cair industri tapioka yang temperatur, derajat keasaman, makro dan
mengandung unsur carbon tinggi dengan mikro nutrien, perbandingan F/M dan
limbah cair industri tahu yang masih banyak lainnya.
mengandung unsur nitrogen yang cukup Industri tapioka merupakan industri yang
tinggi, serta untuk mengetahui sejauh memanfaatkan singkong sebagai bahan
mana pengaruh jenis lumpur aktif yang baku utamanya. Selain mengandung COD
digunakan terhadap produksi biogas dan
yang tinggi, limbah tapioka juga
gas metana
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengandung bahan organik yang cukup
mengkaji pengaruh variasi C/N dan jenis tinggi (J. Fettig, 2013). Tingginya COD
lumpur aktif terhadap produksi biogas dan dan bahan-bahan organik tersebut
gas metana, untuk mengkaji pengaruh mengakibatkan limbah cair industri
variasi C/N dan jenis lumpur aktif terhadap tapioka tidak bisa dibuang secara langsung
penurunan kadar COD, serta mengkaji ke lingkungan (Rahmatul dkk., 2013).
yield substrat (COD) menjadi biogas.
Limbah industri tahu yang dihasilkan
Teori terdiri dari limbah padat dan limbah cair.
Anaerobic digestion merupakan proses Limbah padat biasanya dimanfaatkan
dekomposisi bahan organik secara sebagai bahan makan ternak, sedangkan
biokimia, memanfaatkan mikroba dalam limbah cair dibuang ke lingkungan.
kondisi tanpa oksigen. Umumnya sebagian Limbah tahu cair yang dibuang ke
besar proses produksi biogas dibuat dalam lingkungan merupakan limbah organik
tangki reaktor kedap udara yang bernama yang mudah diuraikan oleh
digester. Hasil proses dekomposisi anaerob mikroorganisme secara alamiah. Limbah
oleh berbagai macam mikroorganisme ini pengolahan industri tahu yang berbentuk
memiliki dua produk akhir utama yaitu, limbah cair, jika ingin dibuang ke
biogas dan digestate (Al Seadi et al., lingkungan, maka harus memenuhi baku
2008). mutu limbah cair (Damayanti dkk., 2004).
Biogas adalah gas produk akhir degradasi
anaerobik bahan-bahan organik oleh Metode Penelitian
mikroorganisme anaerobik dalam Bahan dan Alat
lingkungan bebas oksigen atau udara. Bahan yang diperlukan pada proses
Biogas tergolong ke dalam energi yang pembuatan biogas yaitu limbah cair
berasal dari bahan-bahan organik (bahan industri tapioka, limbah cair industri tahu,
non fosil) yang umumnya berasal dari mikroba (rumen RPH Semarang, lumpur
berbagai limbah organik seperti, kotoran aktif limbah industri tapioka Pati dan
manusia, kotoran hewan, limbah industri industri tahu Tandang Semarang). Alat
pangan, sisa-sisa tumbuhan dan lain utama yang digunakan adalah anaerobik
sebagainya.
digester, statif dan klem, alat pengukur pH, dekomposisi (pembuatan biogas) substrat
dan Water Diplacement Apparatus. organik dan mikroba yang telah
ditetapkan rasio F/M=0,5 dicampur
Analisis Penelitian: dengan perbandingan C/N tertentu dan
Analisa penelitian biogas ini meliputi, diatur pH agar netral, kemudian
analisa TSS limbah cair industri tapioka, ditempatkan dalam tiap digester (dibuat
limbah cair industri tahu, rumen sapi, dan ulangan 3x). Proses fermentasi mulai
lumpur aktif (Standard Methode : SNI 06- dilakukan setelah campuran homogen.
2413-1991), analisa VSS limbah cair Dilakukan pengambilan data hasil volume
industri tapioka, limbah cair industri tahu, gas (biogas dan gas metan) yang terbentuk
dan rumen sapi , lumpur aktif (Standard setiap hari, sedang analisa CODCr dan
Methode : SNI 06-6989.27-2005), analisa CODMn dilakukan pada hari pertama (ke
CODMn dengan permanganometri (Metode nol). Selanjutnya CODCr dan CODMn
SNI 06-4571-1998), pengukuran CODCr setiap 5 hari sekali . Pengukuran dan
(Metode SNI 06-6989.15-2004), analisa analisa dilakukan hingga hari ke 60. Tahap
Karbon dengan metode Walkey and Black, ini dilakukan paralel ketika memvariasikan
pengukuruan Nitrogen (SNI 19-7030- jenis lumpur aktif atau mikroba yang
2004), dan pengukuran volume gas diukur digunakan dengan mengambil F/M = 0,5
dengan metode water displacement. serta C/N = 30. Analisa parameter COD
maupun pengukuran gas dilakukan seperti
Tahapan Penelitian:
cara diatas. Pada tahap analisa data,volume
Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
gas diukur dengan metode water
tahap persiapan, tahap dekomposisi dan
displacement. Data volume biogas dan gas
tahap analisa data. Pada tahap persiapan
metan yang terbentuk ditampilkan dalam
dilakukan pengambilan sampel limbah cair
bentuk grafik hubungan volume biogas/gas
industri tapioka di UD.SinarCerah,Pati dan
metan terhadap waktu pada masing-masing
limbah industri tahu dari industri tahu di
variabel pengendali yaitu rasio C/N dan
daerah Tandang Semarang. Selain
jenis lumpur aktifnya / jenis mikrobanya .
itu,sebagai inokulum digunakan mikroba
yang diperoleh dari rumen sapi dari Data pengukuran COD ditampilkan dalam
Rumah Pemotongan Hewan (RPH), bentuk grafik hubungan kadar CODCr
Penggaron, Kota Semarang, lumpur aktif terhadap waktu pada masing-masing
dari limbah industri tapioka Pati serta variabel. Analisa lebih lanjut dilakukan
lumpur aktif dari limbah industri tahu dengan membuat hubungan antara
Tandang Semarang.Masing-masing bahan , volume biogas dan gas metana yang
baik substrat , rumen maupun lumpur aktif terbentuk terhadap kadar COD hingga
disaring menggunakan saringan 200 minimal 60 hari proses digesi anaerob
mesh.Pengujian yang pertama dilakukan berlangsung.
yaitu uji TSS dan VS limbah cair industri
tapioka , limbah cair industri tahu, dan Hasil dan Pembahasan
rumen sapi , lumpur aktif limbah cair Pengaruh Rasio C/N terhadap Volume
industri tapioka dan industri tahu, untuk Biogas dan Metana yang dihasilkan
menentukan jumlah limbah dan rumen Pengaruh Rasio C/N terhadap
yang digunakan. Rasio F/M ditentukan Volume Biogas dan Metana yang
sebesar 0,5. Analisis berikutnya yaitu uji dihasilkan dapat dilihat pada tabel dan
kadar CODCr, CODMn, N, dan P pada grafik dibawah ini :
campuran subtrat dan mikroba. Pada tahap
Tabel 4. 1 Pengaruh rasio C/N terhadap volume kumulatif biogas dan metana
Hari Biogas (ml) Metana (ml)
Ke- C/N 20 C/N 25 C/N 30 C/N 20 C/N 25 C/N 30
0 0 0 0 0 0 0
7 300 329 346 0 0 0
20 1243 1049 1115 629 429 459
49 8297 7742 8488 6858 6115 6901
60 9798 9294 9965 8175 7445 8147

15000 10000
Volume Total

Volume Total
Metana (ml)
Biogas (ml)

10000
C/N 20 5000 C/N 20
5000
C/N 25 C/N 25
0 0
0 20 40 60 C/N 30 0 20 40 60 C/N 30
Waktu (Hari)
Waktu (Hari)
(a) (b)

Gambar 4. 1 Grafik Pengaruh Rasio C/N terhadap volume Biogas (a) dan volume Metana (b)fungsi
waktu Dekomposisi dengan mikroba rumen, F/M= 0,5

Dari grafik 4.1 (a) dan 4.1 (b) dapat Berdasarkan metode analisis statistika
disimpulkan bahwa kenaikan volume (ANOVA) yang telah dilakukan, nilai P
biogas berbanding lurus dengan banyaknya pada produksi biogas sebesar 0,821374
kenaikan gas metana yang dihasilkan. Pada sedangkan nilai Pada produksi metana
gambar diatas juga dapat disimpulkan sebesar 0,744152 . Jika dilihat dari nilai P
bahwa volume biogas terbesar dihasilkan pada produksi biogas dan metana didapat
oleh rasio C/N 30 dan volume metana kesimpulan bahwa rasio C/N tidak
terbesar dihasilkan oleh rasio C/N 20. memberikan pengaruh signifikan terhadap
Variasi C/N tidak memberikan hasil yang volume biogas dan gas metan yang
begitu signifikan terhadap volume biogas dihasilkan. Hubungan antara biogas dan
dan gas metan yang dihasilkan karena gas metan yang dihasilkan dapat dilihat
rasio optimum C/N berkisar antara 20:1 pada tabel 4.2 dan 4.3 dibawah ini:
sampai 30:1 (Deublein, 2008).

Tabel 4. 2 Pertambahan Volume Biogas Fungsi Waktu pada Rasio C/N 20, 25 dan 30
dV Biogas/dT
Hari
C/N 20 C/N 25 C/N 30
07 43 47 49
7 20 73 55 59
20 49 371 352 388
49 60 137 141 134
Tabel 4. 3 Pertambahan Volume Gas Metan Fungsi Waktu pada Rasio C/N
dV Metana/ dT
Hari
C/N 20 C/N 25 C/N 30
07 0 0 0
7 20 48 33 35
20 49 328 299 339
49 60 120 121 113
Tabel 4.2 dan 4.3 merupakan tabel Pada tabel 4.2 terlihat biogas sudah
pertambahan volume biogas dan gas metan mulai terbentuk pada hari ke 0 hingga hari
fungsi waktu pada rasio C/N 20, 25 dan ke 7. Sedangkan pada tabel 4.3 belum
30. Secara umum laju pembentukan biogas terlihat adanya pembetukan metan pada
dan gas metan memiliki kecenderungan hari ke 0 hingga ke 7. Hal ini dikarenakan
yang sama. Pada variabel rasio C/N ini, pada hari ke 0 hingga ke 7 belum terjadi
produksi biogas belum terlihat nyata tahapan metanogenesis oleh bakteri
sampai hari ke 20 karena adanya metanogen. Proses pembentukan biogas
adaptasidari bakteri penghasil biogas. Fase dan gas metan terdiri 4 tahapan yaitu
adaptasi bakteri (Lag phase) marupakan hidrolisis, acidogenesis, acetogenesis dan
fase bakteri untuk menyesuaikan dengan metanogenesis. Tahap metanogenesis
lingkungan baru. Dalam hal ini bakteri dari merupakan tahapan terakhir dalam proses
rumen menyesuaikan dengan kondisi pembentukan biogas. Pada tahapan ini
dalam substrat campuran limbah cair terjadi produksi metana dan karbon
tapioka dan limbah cair tahu. Setelah lag dioksida dari produk antara yang
phase produksi biogas terus meningkat dilakukan oleh bakteri metanogen. Produk
dengan cepat hingga mencapai puncak antara yang digunakan untuk membentuk
produksi karena bakteri mengalami fase metan adalah asetat yang merupakan
pertumbuhan (growth phase). Pada produk dari tahapan asetogenesis (Al Seadi
temperatur tertentu sel bakteri akan terus et al., 2008).
menerus membelah dengan waktu Pada gambar 4.2 b menunjukan
perkembangbiakan tertentu, tergantung volume gas metan kumulatif pada
pada jenis bakteri dan nutrisi yang kombinasi limbah cair tapioka dan limbah
tersedia. Pada akhirnya suplai nutrisi yang cair tahu dengan rasio C/N masing-masing
ada menjadi terbatas. Pembelahan bakteri adalah 20, 25 dan 30. Pada rasio C/N 20,
melambat dan mencapai suatu keadaan 25 dan 30 volume total gas metan yang
dimana tidak ada peningkatan jumlah dihasilkan secara berurutan adalah 8175
bakteri atau tidak ada peningkatan laju mL, 7445 mL dan 8147 mL. sehingga
volume gas metan (pada hari ke 50 dan didapat volume gas metan tertinggi yaitu
seterusnya). Fase ini disebut sebagai fase pada digester dengan rasio C/N 20.
stasioner (stationary phase) yang
menyebabkan produksi gas metan tidak Pengaruh Variasi lumpur aktif
mengalami kenaikan yang signifikan terhadap Volume Biogas dan Metana
seperti pada growth phase, melainkan yang dihasilkan
produksi biogas fluktuatif dan cenderung Lumpur aktif yang digunakan
stagnan. Pada fase terakhir, yaitu fase
berasal dari rumen sapi, lumpur aktif
kematian (death phase) mulai terjadi
penurunan jumlah bakteri, hingga bakteri limbah industri tapioka, dan lumpur aktif
mati seluruhnya hingga biogas tidak limbah industri tahu. Analisa dilakukan
dihasilkan kembali. Pada penelitian ini, pada rasio C/N 30 dan F/M = 0,5 yang
fase kematian dari bakteri belum terlihat diinkubasi selama 60 hari didalam
namun sudah muncul adanya fase biodigester. Pengaruh variasi lumpur aktif
stasioner. Dari tabel 4.2 dan 4.3 di atas terhadap volume biogas dan metana yang
juga dapat dilihat perbandingan
dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.4
pertambahan volume biogas dan gas
metan.
Tabel 4. 4 Pengaruh rasio C/N terhadap volume kumulatif biogas dan metana

Hari Biogas (ml) Metana (ml)


Ke- Tahu Tapioka Rumen Tahu Tapioka Rumen
0 0 0 0 0 0 0
7 273 261 346 6 10 0
20 1192 1176 1115 475 473 459
49 6239 6289 8488 4680 4790 6901
60 7340 7371 9965 5586 5850 8147

15000 10000

Volume Total Metana


Volume Total Biogas

10000
Rumen 5000 Rumen
(ml)

5000

(ml)
Tahu Tahu
0 Tapioka 0 Tapioka
0 20 40 60 0 20 40 60
Waktu (Hari)
Waktu (Hari)

(a) (b)
Gambar 4. 2 Grafik Pengaruh Variasi Lumpur Aktif terhadap Volume Kumulatif Biogas (a)
dan Volume Kumulatif Metana (b)VS Waktu Dekomposisi dengan Rasio C/N 30, F/M= 0,5
Dari gambar grafik 4.2 a dan 4.2 b Nilai P pada produksi biogas sebesar
dapat dilihat bahwa tren grafik yang 0,009412, sedangkan pada produksi
dihasilkan hampir memiliki kesamaan satu metana sebesar 0,008331.
sama lain, hal ini karena biogas memiliki
kandungan utama gas Metana dan Pada gambar 4.2 dapat dilihat
CO2(Deublein & Steinhauser, 2008). perbandingan jumlah produksi gas metana
Semakin besar volume biogas yang yang dihasilkan terhadap waktu inkubasi
dihasilkan maka volume gas metana yang pada jenis mikroba. Hingga hari ke 7
diperoleh juga semakin besar. waktu inkubasi, laju pertambahan volume
Salah satu faktor yang gas metana sangat lambat dan nampak
mempengaruhi proses produksi biogas sama. Pada hari ke 8 sampai dengan hari
adalah variasi mikroba atau lumpur aktif ke 20 laju pertambahan volume gas metana
yang digunakan (Yulistiawati, 2008). Jika sudah terlihat mengalami peningkatan.
dilihat pada grafik diatas, variasi jenis Setelah 20 hari baru terlihat adanya
lumpur aktif memiliki pengaruh yang peningkatan gas metana yang dihasilkan
signifikan. Hal ini diperkuat dengan hasil secara signifikan.
analisa anova metana. Berdasarkan metode Metana yang dihasilkan pun
analisis statistika (ANOVA) yang telah bervariasi dengan kehadiran mikroba itu
dilakukan, didapat kesimpulan bahwa sendiri. Jenis mikroba yang digunakan
variasi lumpur aktif dalam produksi biogas adalah mikroba pada rumen, mikroba pada
berpengaruh signifikan terhadap volume lumpur aktif limbah industri tahu, dan
biogas dan gas metan yang dihasilkan. Hal mikroba pada lumpur aktif limbah industri
ini menjadi penguat dari hasil penelitian tapioka. Untuk mikroba pada rumen
yang telah dilakukan. Signifikan tidaknya volume gas metana yang dihasilkan adalah
pengaruh variabel terhadap hasil yang 8147 mL, sedangkan untuk mikroba pada
diperoleh dapat dilihat dari nilai P nya. limbah tahu volume yang dihasilkan
adalah 5586 mL dan untuk mikroba pada
limbah tapioka volume gas metana yang 0.5 akan menyebabkan substrat bias jadi
dihasilkan adalah 5850 mL. Dari uraian memiliki pH yang sangat asam dibawah 5.
tersebut dapat disimpulkan bahwa mikroba pH yang sangat asam ini dapat
yang paling optimum adalah menggunakan menghambat pertumbuhan bakteri
mikroba rumen. Hal ini disebabkan karena pembentukan metana yang mmbutuhkan
faktor pH. Menurut Seadi et al., (2008) pH operasi optimum antara 6.5-8.0.
nilai pH optimum pada kondisi mesofilik
untuk pembentukan gas metana adalah Pengaruh Variasi C/N terhadap
diantara 6.5-8.0. pH rumen bervariasi Penurunan Kadar COD
antara 5.5-7.5 dan variasi ini dipengaruhi Dalam penelitian ini, kadar COD
oleh diet dan frekuensi makanan sesuai dari sampel diukur setiap 7 hari sekali
dengan spesies ruminansia yang berbeda- selama 60 hari menggunakan
beda (Franzolin et al., 2010). Sedangkan spektrofotometri. Metode yang digunakan
pH lumpur aktif tapioka adalah 4.5 (J. merupakan metode SNI 06-6989.2-2004.
Fettig, 2013) dan pH lumpur aktif tahu Untuk penentuan nilai COD, hampir
adalah 4.11 (Damayanti dkk., 2004). semua komponen organik karbon yang
Variabel yang menggunakan rumen didegradasi menjadi CO2 dan H2O
sebagai sumber mikroba akan menggunakan agen pengoksidasi, dalam
menghasilkan volume gas metana yang hal ini potassium dichromate, dan
lebih banyak daripada menggunakan konsumsi oksigen diukur (P.J. Jorgensen,
lumpur tapioka atau tahu. Hal ini 2008). Hasil yang didapatkan dari
dikarenakan mikroba rumenlah yang pengukuran CODCr setiap sampel
memiliki pH mendekati pH optimum ditampilkan pada tabel berikut:
pembentukan gas metana. Tabel 4. 5 Pengaruh Variasi Rasio C/N
Pembuatan biogas dengan pada Penurunan Kadar COD dengan
menggunakan mikroba yang ada pada Menggunakan Mikroba Rumen, F/M = 0,5
lumpur aktif tapioka menghasilkan volume
Hari Perubahan COD (mg/L)
gas metana yang lebih kecil daripada
C/N 20 C/N 25 C/N 30
menggunakan mikroba rumen. Hal ini
0-7 892 537 613
dikarenakan lumpur tapioka memiliki pH
7 - 20 2685 4081 4283
4.5 yang menyebabkan proses fermentasi
20 - 49 3848 3744 4024
berjalan pada kondisi asam sehingga
49 - 60 1204 1466 1505
aktivitas bakteri pada acidogenic lebih
dominan dibanding bakteri metanaogen.
Tabel 4.5 merupakan tabel hubungan
Kondisi ini yang menyebabkan terlalu
antara penurunan COD terhadap waktu
banyak asam-asam organik yang terbentuk
inkubasi. Dari tabel 4.5 tersebut dapat
pada tahap asedogenesis yang
dilihat bahwa penurunan COD paling
menyebabkan penimbunan asam asetat
besar terjadi pada hari ke 7 -49. Hal ini
yang berlebih pada tahap asetogenesis,
disebabkan karena pada hari ke 7 -49
beban asam organic yang harus diuraikan
merupakan fase pertumbuhan dari bakteri.
bakteri metanaogen terlalu besar sehingga
Pada fase pertumbuhan ini bakteri akan
pembentukan biogas kurang sempurna
terus menerus membelah sehingga jumlah
(Sathianathan, 1975).
bakteri yang ada juga semakin banyak.
Hal ini juga terjadi pada mikroba
Banyaknya bakteri akan meningkatkan
lumpur tahu. Lumpur tahu yang memiliki
aktivitas penguraian senyawa kompleks
pH sekitar 4.11 ketika dicampur dengan
oleh mikroba. Meningkatnya aktivitas
substrat kombinasi limbah industri tapioka
penguraian ini akan diiringi dengan
dan limbah industri tahu dengan rasio F/M
penurunan COD.
89,4%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
12000 rasio C/N maka bahan organik dalam
10000 substrat akan semakin besar, sehingga
COD (mg/L)

8000 penurunan kadar COD semakin lebih


6000 C/N 20 sedikit.
4000 C/N 25
2000 Pengaruh Variasi Lumpur Aktif
C/N 30
0 terhadap Penurunan Kadar COD
0 20 40 60 80 Selain untuk mengetahui rasio C/N
Waktu (Hari) terhadap penurunan kadar COD, penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui
Gambar 4. 3 Pengaruh Variasi Rasio C/N variasi jenis mikroba terhadap penurunan
pada Penurunan Kadar COD dengan kadar COD. Pengaruh variasi jenis
Menggunakan Mikroba Rumen, F/M = 0,5 mikroba terhadap penurunan kadar COD
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Pada gambar diatas dapat dilihat
bahwa pada setiap variabel kadar COD Tabel 4. 6 Pengaruh Variasi Lumpur Aktif
semakin menurun seiring dengan terhadap Penurunan Kadar COD pada
bertambahnya waktu untuk proses digesi Rasio C/N 30, F/M = 0,5
(pembentukan biogas). Hal ini dikarenakan Perubahan COD (mg/L)
COD merupakan ukuran bahan organik Hari
Rumen LA-Tahu LA-Tapioka
dalam substrat yang merupakan makanan
07 613 841 1156
dari mikroba (P.J. Jorgensen, 2008). Jadi
7 20 4283 2704 2198
seiring bertambahnya waktu fermentasi
20 49 4024 3274 2991
maka semakin banyak bahan organik yang
49 60 1505 621 911
dikonsumsi oleh mikroba yang berakibat
pada semakin menurunnya kadar bahan Tabel 4.6 merupakan tabel hubungan
organik dalam substrat itu sendiri yang antara penurunan COD terhadap waktu
direpresentasikan sebagai COD. inkubasi. Dari tabel 4.6 tersebut dapat
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dilihat bahwa penurunan COD paling
setiap variabel mengalami penurunan besar terjadi pada hari ke 20-49. Hal ini
seiring dengan peningkatan waktu. Pada disebabkan karena pada hari ke 20-49
variable rasio C/N 20, kandungan COD merupakan fase pertumbuhan dari bakteri
menurun dari 8092 mg/L (t=0 hari) sehingga terjadi peningkatan aktivitas
menjadi872 mg/L pada hari ke 60. penguraian senyawa kompleks oleh bakteri
Penurunan kandungan COD pada dan mengakibatkan penurunan COD.
kombinasi substrat limbah tapioka dengan
limbah tahu yang dicampur rumen pun 12000
terjadi pada variabel rasio C/N 25 dan 10000
COD (mg/L)

rasio C/N 30. Pada variabel rasio C/N 25, 8000


kandungan COD menurun dari 9208 mg/L 6000 Tahu
(t=0 hari) menjadi 1018 mg/L pada hari ke 4000 Tapioka
60. Sedangkan pada variable rasio C/N 30, 2000
Rumen
kandungan COD menurun dari 9720 mg/L 0
(t=0 hari) menjadi 1032 mg/L pada hari ke 0 50 100
60. Meskipun tidak terlalu signifikan Waktu (Hari)
namun perbedaan rasio C/N memberikan
perbedaan kandungan COD baik di awal
Gambar 4. 4 Pengaruh Variasi Lumpur
maupun di akhir. Penurunan COD efektif
Aktif terhadap Penurunan Kadar COD
terjadi pada rasio C/N 20 yaitu mencapai
pada Rasio C/N 30, F/M = 0,5
Pada gambar diatas dapat dilihat 82,5 %. Penurunan COD paling efektif
bahwa pada setiap variabel kadar COD adalah menggunakan mikroba dari rumen
semakin menurun seiring dengan sapi. Hal ini disebabkan karena rumen sapi
bertambahnya waktu untuk proses digesi memiliki kandungan bakteri metagenik
(pembentukan biogas). Hal ini dikarenakan lebih banyak dibandingkan pada lumpur
COD merupakan ukuran bahan organik aktif limbah cair industri tahu dan tapioka.
dalam substrat yang merupakan makanan Mikroba berperan mendegradasikan bahan
dari mikroba (P.J. Jorgensen, 2008). Jadi organic pada substrat untuk di ubah
seiring bertambahnya waktu fermentasi menjadi biogas. Pada proses pembuatan
maka semakin banyak bahan organik yang biogas bakteri yang berperan untuk
dikonsumsi oleh mikroba yang berakibat mendegradasi senyawa organic adalah
pada semakin menurunnya kadar bahan bakteri anaerobik yang tidak
organik dalam substrat itu sendiri yang membutuhkan oksigen dan banyak
direpresentasikan sebagai COD. ditemukan jenis bakteri metagenik yang
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa mengubah nya menjadi gas
setiap variabel mengalami penurunan metana(Gerardi, 2003). Mikroba pada
seiring dengan peningkatan waktu. Jenis lumpur tapioca dan tahu memungkinkan
mikroba yang digunakan pada penelitian dapat melakukan penurunan COD secara
ini adalah mikroba rumen, mikroba pada efektif karena jenis mikroba ini tidak
lumpur aktif limbah cair industri tapioka mengalami fase adaptasi terhadap substrat
dan mikroba pada lumpur aktif limbah cair kombinasi limbah tapioca dan tahu yang
industri tahu dengan rasio C/N 30. Pada digunakan.
jenis mikroba rumen, kandungan COD Pengaruh Pertambahan Volume Biogas
menurun dari 9720 mg/L (t=0 hari) dan Metana yang dihasilkan terhadap
menjadi 1032 mg/L pada hari ke 60 Pengurangan Kadar COD
dengan persentase penyisihan sebesar 89,2 Dalam proses digesti anaerob
% . Pada jenis mikroba tapioka, kandungan diperlukan bakteri untuk menguraikan
COD menurun dari 7342 mg/L (t=0 hari) polisakarida dalam limbah cair industri
menjadi 1295 mg/L pada hari ke 60 tapioka sampai terbentuk biogas.
dengan persentase penyisihan sebesar 82,3 Terbentuknya biogas diindikasikan dengan
% . Sedangkan pada jenis mikroba tahu, turunnya kadar COD. Secara teori semakin
kandungan COD menurun dari 7489 mg/L besar penurunan kadar COD, maka volum
(t=0 hari) menjadi1313 mg/L pada hari ke biogas dan metana yang dihasilkan juga
60 dengan persentase penyisihan sebesar semakin banyak.
Penurunan COD berarti juga
12000 penurunan VS yang mengindikasikan
10000 C/N 30, Tahu terjadinya penurunan bahan organik sebagi
C/N 30, Tapioka bahan yang dikonversi untuk produksi
COD (mg/L)

8000
metana dan total biogas. Penurunan COD
6000 C/N 30, Rumen menandakan adanya konsumsi asam untuk
4000 C/N 20, Rumen produksi metana (Saputra, Triatmojo, &
2000 C/N 25, Rumen Pertiwiningrum, 2010). Kadar COD akhir
produksi biogas lebih kecil dibandingkan
0
dengan awal periode produksi, berarti
0 5000 10000
Volume Biogas (ml) selama masa periode produksi biogas
terjadi penurunan kadar COD (Gambar
Gambar 4. 5 Hubungan Pertambahan 4.7).
Volume Biogas yang dihasilkan terhadap Proses digesti anaerobik mampu
Pengurangan Kadar COD menurunkan kandungan COD bahan isian,
sehingga dengan kata lain proses digesti
anaerobik mampu menurunkan beban jurnalnya yang terbit pada Buletin
cemaran dari kombinasi limbah tapioka Peternakan Vol. 34(2): 114-122, Juni 2010
dan tahu dengan rumen sapi. Penurunan menyebutkan bahwa semakin banyak
kadar COD dalam digesti anaerobik volume biogas yang terbentuk maka
menunjukkan bahwa material selain asam penurunan kandungan COD semakin
dapat terdegradasi. Dapat dikatakan bahwa besar. Pertambahan volume biogas
proses degradasi bahan organik kompleks terhadap pengurangan kadar COD terurai
menjadi metana dan biogas berjalan untuk lebih jelasnya dapat diamati pada
efektif. tabel dibawah ini:
Dalam berbagai teori seperti yang
ditulis oleh Trisno Saputra dkk, dalam
Tabel 4. 7 Pertambahan Volume Biogas yang dihasilkan terhadap Pengurangan
Kadar COD pada Waktu Tertentu

dV Biogas/dCOD (ml/mg)
Hari C/N 20 C/N 25 C/N 30 C/N 30 C/N 30
Rumen Rumen Rumen Tahu Tapioka
0-7 0,336 0,612 0,563 0,325 0,266
7 - 20 0,351 0,176 0,180 0,304 0,395
20 - 49 1,833 1,788 1,833 1,554 1,709
49 - 60 1,211 1,058 0,981 1,775 1,407

Dari tabel 4.7 dapat terlihat bahwa yield substrat terhadap produk biogas terbanyak
dalam penelitian ini adalah sebesar 1,833 mL biogas/ Kg COD atau 1833 liter biogas/kgCOD
yang dicapai pada hari ke 20 hingga hari ke 49 pada fase stasionernya. Yield substrat
terhadap produk biogas terbanyak pada rasio C/N 20 dan 30 dengan menggunakan mikroba
rumen. Co-digestion mempunyai keseimbangan nutrisi dan kerja digester lebih baik sehingga
kemampuan dalam memproduksi biogas lebih tinggi. (Wu, 2007) dengan adanya combinasi
dari limbah cair industri tapioka dan limbah cair industri menyebabkan yield substrat
terhadap produk biogas semakin banyak.
12000
10000
C/N 30, Tahu
COD (mg/L)

8000
C/N 30, Tapioka
6000
C/N 30, Rumen
4000
C/N 20, Rumen
2000
C/N 25, Rumen
0
0 5000 10000
Volume Biogas (ml)

Gambar 4. 6 Hubungan Pengurangan Kadar COD terhadap Produksi Gas Metana


Gambar 4.6 merupakan grafik yang sama (dapat dilihat pada gambar 4.5
hubungan pengurangan kadar COD dan 4.6). Keduanya akan mengalami
terhadap produksi gas metana yang penurunan COD seiring bertambahnya
terbentuk. Jika kita analisis lebih jauh, biogas atau metana yang terbentuk.
pengurangan kadar COD pada produksi Penurunan COD disebabkan oleh
gas metana dan biogas memiliki fenomena terdegradasinya bahan organik oleh
mikroba yang ada di dalam subtrat untuk tersebut juga kandungan COD dalam
diubah menjadi biogas. Pada proses kombinasi substrat limbah cair tapioka dan
pembuatan biogas bakteri yang berperan tahu akan semakin berkurang. Sehingga
untuk mendegradasi senyawa organik apabila pada proses pembentukan biogas
adalah bakteri anaerobik yang tidak terjadi penurunan COD maka sudah jelas
membutuhkan oksigen dan banyak pada pembentukan metana COD
ditemukan jenis bakteri metagenik yang mengalami fenomena yang serupa.
mengubah nya menjadi gas Penurunan COD terhadap pertambahan gas
metana(Gerardi, 2003). Bakteri jenis ini metana yang dihasilkan dibuktikan pada
akan membentuk biogas pada fase tabel berikut ini:
eksponensialnya sehingga pada fase
Tabel 4. 8 Pertambahan Volume yang dihasilkan terhadap Pengurangan Kadar COD
pada Waktu Tertentu

dV Metana/dCOD (mL/ mg)


Hari C/N 20 C/N 25 C/N 30 C/N 30 C/N 30
Rumen Rumen Rumen Tahu Tapioka
0-7 0,000 0,000 0,000 0,007 0,009
7 - 20 0,234 0,105 0,107 0,173 0,210
20 - 49 1,619 1,519 1,601 1,259 1,443
49 - 60 1,062 0,907 0,828 1,461 1,163
Dari tabel 4.8 dapat terlihat bahwa 2. Lumpur aktif yang mampu
yield substrat terhadap produk metana menghasilkan biogas terbanyak dalam
terbanyak dalam penelitian ini adalah kurun waktu 60 hari pada kombinasi
sebesar 1,619 mL metana/ Kg COD atau limbah cair industri tapioka dan limbah
1619 liter metana/kgCOD yang dicapai cair industri tahu dengan VSS sebanyak
pada hari ke 20 hingga hari ke 49 pada 0,48 gram dengan rasio F/M = 0.5 dan
fase stasionernya. Yield substrat terhadap rasio C/N = 30 adalah lumpur aktif pada
produk biogas terbanyak pada rasio C/N rumen sapi dengan volume biogas yang
20 dengan menggunakan mikroba rumen. dihasilkan mencapai 9.965 mL.
3. Penurunan COD efektif terjadi pada
Kesimpulan rasio C/N = 20 yaitu mencapai 89,4%,
1. Produksi biogas dan metana dengan selama kurun waktu dekomposisi 60
menggunakan substrat dari kombinasi hari
limbah cair industri tapioka dan limbah 4. Jenis mikroba rumen sapi mampu
cair industri tahu pada rasio C/N 20, 25, menurunkan kandungan COD dari
dan 30 menggunakan mikroba rumen 9.720 mg/L (t=0 hari) menjadi 1.032
sapi pada F/M 0,5 menghasilkan biogas mg/L (t=60 hari) pada pembentukan
pada hari pertama dan gas metan biogas dengan rasio F/M 0.5 dan rasio
setelah hari ke 7 serta mengalami laju C/N 30 mencapai 89,2% selama kurun
produksi maksimum pada hari ke 20 waktu 60 hari.
hingga hari ke 49 Laju produksi relatif 5. Yield substrat terhadap produk biogas
tetap setelah hari ke 20 hingga hari ke terbanyak dalam penelitian ini adalah
49.kemudian mengalami penurunan laju sebesar 1833 liter biogas/kgCOD yang
produksi setelah hari ke 50 Hasil dicapai pada hari ke 20 hingga hari ke
produksi biogas maupun metan pada 49 pada fase stasionernya. Sedangkan
variasi rasio tersebut diatas ternyata yield substrat terhadap produk metana
tidak begitu signifikan. Namun terbanyak dalam penelitian ini adalah
demikian produksi terbanyak dihasilkan sebesar 1619 liter metana/kg COD.
pada rasio C/N = 20.
Daftar Pustaka 6989.27-2005). Badan Standarisasi
A, D., & P.E., B. (2001). Dairy Waste Nasional Indonesia. Jakarta.
Anaerobic Digestion Handbook. BSNI, 2011. Analisa Phosphat ( Standard
Agus Purnomo. (2010). Pengaruh Suhu Methode : SNI 6989.80-2011).
Dan Sumber Inokulum Terhadap Badan Standarisasi Nasional
Produksi Biogas Dari Limbah Indonesia. Jakarta.
Makanan Pada Perombakan Cai Huajian, Jonathon D. Brown, Ciping
Anaerob. Skripsi Universitas Sebelas Deng and Mark A. Oakes. 2007.
Maret Self-esteem and culture: Differences
Al Seadi Teodorita, Dominik Rutz, Heinz in cognitive self-evaluations or
Prassl, Michael Kttner, Tobias affective self-regard?. Asian Journal
Finsterwalder, Silke Volk, Rainer of Social Psychology (2007), 10,
Janssen. (2008). Biogas Handbook. 162170. DOI: 10.1111/j.1467-
Denmark: University of Southern 839X.2007.00222.x.
Denmark Esbjerg, Niels Bohrs . Chavalparit, O., Ongwandee, M. (2009).
Alvarez, J.A., Otero, L. and Lema, J. M. Clean Technology for The Tapioca
(2010). A Methodology for Strach Industry in Thailand, Journal
optimising feedcomposition for of Cleaner Production, Thailand.
anaerobic co-digestion of Clemens, J.; M. Trimborn; P. Weiland;
agroindustrial wastes. Bioresource and B. Amon. (2006). Mitigation of
Technology, 101:1153-1158. greenhouse gas. Agriculture,
Belladiana, U., Ansari, W. R., Pandia, S., Ecosystems and Environment,
Kimia, D. T., Teknik, F., & Utara, U. 122:117-177.
S. (2014). Pengaruh Waktu Damayanti, A., & Hermana, J. (2004).
Fermentasi Terhadap Persentase Limbah Pabrik Tahu Dengan Kayu
Penyisihan Chemical Oxygen Apu Environmental Analysis From
Demand ( Cod ) Campuran Limbah Tofu Waste Water Treatment By
Cair Industri Tapioka Dan Air, 3(3), Water Lettuce ( Pistia stratiotes L . ).
2427. Jurnal Purifikasi, 5(4), 151156.
Braun Rudolf. 2002. Potential of Co- Deublein, D. & Steinhauser, A. (2008).
digestion. Austria: IEA Bioenergy. Biogas from waste and renewable
BSNI, 1991. Analisa Total Suspended Resource. Germany: WILEY-VCH
Solid ( Standard Methode : SNI 06- Verlag GmbH & Co. KGaA,.
2413-1991). Badan Standarisasi Ella, A.S., Hardjosoewigyo, T.R.
Nasional Indonesia. Jakarta. Wiradaryadan, dan M. Winugroho.
BSNI, 1998. Analisa CODMn dengan 1997. Pengukuran Produksi Gas dari
Permanganometri ( Standard Hasil Proses Fermentasi Beberapa
Methode : SNI 06-4571-1998). Jenis Leguminosa Pakan Prosiding
Badan Standarisasi Nasional Seminar Nasional II. NMT. Fakultas
Indonesia. Jakarta. Peternakan IPB. Bogor.
BSNI, 2004. Analisa CODcr ( Standard E. Maran, L. Castrilln, G. Quiroga, Y.
Methode : SNI 06-6989.15-2004). Fernndez-Nava, L. Gmez, M.M.
Badan Standarisasi Nasional Garca. 2012. Co-digestion of cattle
Indonesia. Jakarta. manure with food waste and sludge
BSNI, 2004. Analisa Nitrogen ( Standard to increase biogas production.
Methode : SNI 19-7030-2004). ENGLER, C .R ., M.J. MCFARLAND and
Badan Standarisasi Nasional R.D. LACEWELL . 2000 .
Indonesia. Jakarta. Economic and environmental impact
BSNI, 2005. Analisa Volatil Suspended of biogas production and use .
Solid (Standar Methode : SNI 06-
Fettig, J. et al., 2013. Treatment of tapioca Dan Lumpur Gambut Sebagai Starter
starch wastewater by a novel Dalam Proses Fermentasi
combination of physical and Metanogenik. Buletin Peternakan
biological processes. , (Cdm), Vol. 36(1): 32-39, Februari
pp.12641271. 2012ISSN 0126-4400.
Fithry,Y. 2010. Pengaruh Penambahan Mahajoeno, E., Lay W.B, Sutjahjo, H.S.,
Cairan Rumen Sapi pada Siswanto. 2008. Potensi Limbah Cair
Pembentukan Biogas dari Sampah Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk
Buah Mangga dan Semangka. Tesis, Produksi Biogas. Biodiversitas
Program Pasca Sarjana, Universitas (9):48 52.
Gajah Mada: Yogyakarta. Mijung Kim, Yingnan Yang,, Marino S.
Franzolin Raul, Burk A. Dehority. 2010. Morikawa-Sakura, Qinghong Wang,
The role of pH on the survival of Michael V. Lee, Dong-Yeol Lee,
rumen protozoa in steers. R. Bras. Chuanping Feng, Yulin Zhou,
Zootec., v.39, n.10, p.2262-2267, Zhenya Zhang. (2012). Hydrogen
2010. dx.doi.org/10.1590/S1516- production by anaerobic co-digestion
35982010001000023. of rice strawand sewage sludge. i n t
Gerardi, M. H. (2003). The Microbiology e rna t i onal j o u r n a l o f hydrogen
of Anaerobic Digesters. energy 3 7 ( 2 0 1 2 ) 3 1 4 2-3 1 4 9.
Hambali, E., Mujdalipah, S., Halomoan, Ming-Xing Zhao and Wen-Quan Ruan.
A.T., Pattiwiri, A.W. dan Hendroko, 2012. Biogas performance from co-
R. (2007). Teknologi Bioenergi. digestion of Taihu algae and kitchen
Penerbit Agromedia, Jakarta. wastes.
Hanifah,T A Christine Jose dan Titania T. Murjito. (2008). Desain Alat Penangkap
Nugroho. 2001. Pengolahan Gas Methan Pada Sampah Menjadi
LimbahCair Tapioka Dengan Biogas. Teknik Mesin Universitas.
Teknologi EM (Effective Mussgnug JH, Klassen V, Schlter A,
Mikroorganisms). JurnalNatur Kruse O. Microalgae as substrates
Indonesia III (2): 95 103. for fermentative biogas production in
Hills DJ, Roberts DW. Anaerobic a combined biorefinery concept. J
digestion of dairy manure and field Biotechnol 2010;150:516.
crop residues. Agricultural Wastes Patil, J. H., AntonyRaj, M., Shankar, B.
1981;3(3):179e89. B., Shetty, M. K., & Kumar, B. P. P.
I Putu A.W, I Gusti K.S, I Gusti N.P.I. (2014). Anaerobic Co-digestion of
2012. Studi Eksperimental Pengaruh Water Hyacinth and Sheep Waste.
Variasi Bahan Kering Terhadap Energy Procedia, 52, 572578.
Produksi dan Nilai Kalor Biogas http://doi.org/10.1016/j.egypro.2014.
Kotoran Sapi. Jurnal Energi dan 07.112
Manufaktur, 5(1):1-97. Prof. Dr. Ir. Sunarso, MS dan Dr.Siswo
Jrgensen, P. J. (2009). Biogas - green Sumardiono, ST, M. (2012).
energy. (A. B. Nielsen, Ed.). Aarhus Penelitian Hibah Kompetensi Tahun
university 2009. Anggaran 2012 Tahun Ke-3 Dari 3
Jha, A.K. et al., 2011. Research advances Tahun Pengembangan Teknologi
in dry anaerobic digestion process of Biocodigester Dari Limbah Tapioka
solid organic wastes. , 10(65), Dan Limbah Peternakan Nama:
pp.1424214253. Universitas Diponegoro, 033.
Kunty Novi Gamayanti, Ambar Ratnaningsih, Widyatmoko, H dan
Pertiwiningrum, dan Lies Mira Yananto, T. 2009. Potensi
Yusiati. (2012). Pengaruh pembentukan biogas pada proses
Penggunaan Limbah Cairan Rumen biodegradasi campuran sampah
organik segar dan kotoran sapi Suherman, I., Awaluddin, A., Kimia, B.,
dalam batch reaktor anaerob. Jurnal Jurusan, A., & Pekanbaru, K. B.
Teknologi Lingkungan, Vol 5(1): (2014). Analisis Kualitas Kompos
20-26. Dari Campuran Tandan Kosong
Robby Rahmatul, Nurrokhim, A., Kelapa Sawit Dengan Kotoran Ayam
Suwarno, N., & Nurkhamidah, S. Menggunakan Limbah Cair Pabrik
(2013). Produksi Biogas Dari Kelapa Sawit Dan Em-4. JOM
Limbah Cair Industri Tepung FMIPA, 1(2), 195204.
Tapioka Dengan Reaktor Anaerobik Tewelde, S., K.Eyalarasan, R.Radhamani,
3.000 Liter Berdistributor. JURNAL Kaliyaperumal Karthikeyan. 2012.
TEKNIK POMITS, 2(1), 15. Biogas Production from Co-
Rowena T. Romano and Ruihong Zhang, digestion of Brewery Wastes [BW]
2007. Co-digestion of onion juice and Cattle Dung [CD]. International
and wastewater sludge using an Journal of Latest Trends in
anaerobic mixed biofilm reactor, Agriculture & Food Sciences.
Bioresource Technology (In Press). Triawati, A. 2010. Kualitas Ligkungan
Saputra, T., Triatmojo, S., & Sekitar Pabrik Tahu dan
Pertiwiningrum, A. (2010). Produksi Pemanfaatan Limbah Tahu Sebagai
biogas dari campuran feses sapi dan Pupuk Cair Organik dengan
ampas tebu (Baggase) dengan Rasio Penambahan EM4 (Effective
C/N yang Berbeda, 34(2), 114122. Microoganism). Surabaya. Tugas
Sasse, L. (1988). Biogas Plants by Ludwig Akhir, Fakultas Kesehatan
Sasse. Masyarakat, UNAIR
Satianathan, M.A. 1975. Biogas Tuti Haryati. 2006. Biogas: Limbah
Echiefemens and Challenges. 1992. Peternakan yang Menjadi Sumber
Mempelajari Cara Pembuatan Energi Alternatif. WARTAZOA
Biogas Melalui Proses Rumen Vol. 16 No . 3 Th. 2006
Derived Anaerobic Digestion W. Wilawan, P. Pholchan, and P.
(RURAD). Skripsi. Departemen Aggarangsi.(2014). Biogas
Teknologi Industri Pertanian, Production from Co-digestion of
Fakultas Teknologi Pertanian, Pennisetumpururem cv. Pakchong 1
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Grass and Layer Chicken
Sterling JMC, Lacey RE, Engler CR, ManureUsing Completely Stirred
Ricke SC. Effects of ammonia Tank. Energy Procedia 52 ( 2014 )
nitrogen on hydrogen and methane 216 222
production during anaerobic Wu, Wei. 2007. Anaerobic co-digestion of
digestion of dairy cattle manure. biomass for methane production:
Bioresour Technol 2001;77:9-18. recent research achievements. Iowa
Sudirman. 2005. Validasi dan kajian State University.
faktor-faktor yang mempengaruhi Zhong WZ, Zhang ZZ, Luo YJ, Qiao W,
efikasi penggunaan feses sebagai Xiao M, Zhang M. Biogas
pengganti cairan rumen dan productivity byco-digesting Taihu
penetapan kecernaan in vitro di blue algae with corn straw as an
daerah tropik. Disertasi program external carbon source.Bioresource
doktor pascasarjana. Universitas Technol 2012;114:2816.
Gadjah Madam Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai