Anda di halaman 1dari 9

Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

PENDEKATANPSIKOLOGILINGKUNGAN
DALAMPERENCANAANKAWASANWISATA
(StudiKasusPengembanganWisataAgroKawasanLoka,
KabupatenBantaeng,PropinsiSulawesiSelatan)

AsyraRamadanta
FakultasTeknikJurusanArsitekturUniversitasTadulako
aramadanta@yahoo.com

Abstrak

Pengembangan pariwisata diarahkan untuk mendorong perkembangan wilayah dalam rangka


meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan hidup yang berkesinambungan melalui
penataan ruang. Upaya tersebut membutuhkan : (a) Peningkatan efisiensi produksi, (b) peningkatan
kemampuan masyarakat, (c) pengendalian dampak lingkungan, (d) peningkatan peran lembaga sosial
ekonomi,dan(e)peningkatankemampuanpemerintahdaerah.
Sejalan dengan kebijakan pengembangan kepariwisataan yang memerlukan pendekatan
komprehensif, program pengembangan wilayah yang dilakukan secara holistik diarahkan dengan
memanfaatkan seluruh potensi sumber daya pariwisata, termasuk komunitas lokal sebagai stakeholder
utamadalamkegiatanpengembanganfungsikhususpadasuatukawasan.
Pelibatan komunitas lokal harus dilakukan sejak awal dalam penentuan dan pengambilan kebijakan
yangterkaitdenganpemanfaatanruangsecarabersama,agarmerekadapatberpartisipasisecaraaktif
dalam penyelenggaraan kegiatan wisata dan turut menikmati segala bentuk keuntungan dari aktifitas
wisata itu sendiri. Sosialisasi dan pendekatan yang lebih intensif untuk memperoleh gambaran tentang
persepsi dan preferensi masyarakat terhadap kegiatan pengembangan kepariwisataan, diantaranya
melalui pendekatan secara psikologis yang bertujuan untuk menciptakan keselarasan antara individu,
komunitasdengansettingfisik/lingkungandalamwujudsociospatialdialectic.
Hasilakhirdaripenelitianinidiharapkanmenjadisalahsatudasarpertimbangandalamperencanaan
tata ruang kawasan wisata yang mampu mendorong pengembangan wilayah sekaligus sebagai alat
pemacupertumbuhanwilayahdanpeningkatankesejahteraansosialekonomimasyarakat.
Katakunci:Komunitas,Lingkungan,Pariwisata

PENDAHULUAN memanfaatkan peluang tersebut, sehingga


dapat memberikan kontribusi bagi
1. LatarBelakang
Kabupaten Bantaeng sebagai salah satu perkembanganwilayahnya.
daerah yang memiliki letak strategis sebagai Selama ini Kabupaten Bantaeng sangat
koridor transportasi yang menghubungkan terkenalsebagaipenghasilsayurandanbuah
ibukota propinsi Sulawesi Selatan ke daerah buahan yang tidak hanya memasok
daerah yang terletak di pesisir Selatan dan kebutuhandiwilayahSulawesibahkansampai
Timur Propinsi Sulawesi Selatan seperti ke Kalimantan. Apabila memperhatikan
kabupaten Bulukumba yang memiliki obyek potensi wilayah yang ada, maka pada
wisatapantaiBirayangberskalainternasional dasarnya semua sektor pembangunan di
dan kabupaten Sinjai yang memiliki kawasan Kabupaten Bantaeng dapat didayagunakan.
cagar budaya. Melihat kondisi tersebut dan Namundemikian,potensiterbesaryangperlu
dengan mengkaji potensi dan karakteristik mendapatkan perhatian secara sungguh
wilayah yang dimiliki diharapkan agar sungguhadalahpengembanganagribisnis.
pemerintah dan masyarakat setempat
38
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

DimensiAgribisnisyangsecarasubstansial 395,83 Km2, dengan jumlah penduduk


bertumpupadaberkembangnyapotensiagro 151.450 jiwa (1998). Pada bagian utara
sepertikegiatanperkebunanataudiversifikasi daerah ini terdapat dataran tinggi yang
dalam bentuk kegiatan lain misalnya meliputi pegunungan Lompobattang.
agrowisata, dengan pertimbangan kekhasan Sedangkan di bagian selatan membujur dari
yang tidak dimiliki oleh wilayah sekitarnya. baratketimurterdapat dataranrendahyang
Pengembangan potensi wisata diharapkan meliputi pesisir pantai dan persawahan.
dapat menjadi penggerak utama Topografi daerah ini memiliki tiga karakter
berkembangnya sektorsektor pembangunan wilayah yaitu pantai, dataran dan
lainnya, yang nantinya secara sinergis pegunungan. Kabupaten Bantaeng memiliki
memperkuat ketahanan perekonomian kondisi lahan yang subur dibandingkan
daerah,denganharapanagarpengembangan daerahlaindisepanjangpesisirselatanPulau
pada lokasi tersebut dapat memacu Sulawesi, hal ini disebabkan karena
pertumbuhan daerah permukiman di permukaan tanahnya terdiri dari material
sepanjangkoridor. yang merupakan hasil dari proses vulkanik
GunungLompobattangyangterjadibeberapa
2. GambaranUmumKabupatenBantaeng ratus tahun lalu. Luas wilayah yang dimiliki
Secara geografis Kabupaten Bantaeng mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan,
terletakpadatitikkoordinat20O218Lintang masih memiliki potensi alam untuk
Utara dan 13O48 Bujur Timur. Berjarak 125 dikembangkan lebih lanjut. Lahan yang
Km ke arah Selatan dari Ibukota Propinsi dimilikinya39.583Ha
Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya mencapai


Gambar1:PetaOrientasiLokasiPenelitian(KawasanPengembanganWisataAgroLoka,
KabupatenBantaengPropinsiSulawesiSelatan)
Sumber:SistemInformasiDataPokokKabupatenBantaeng,tahun2003

39
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

3. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Membentuksuatuhubunganyangsama


kawasan antarkeduanya(synomorphy).
a. Potensi Dilakukanpadaperiodewaktutertentu.
Potensi Kabupaten Bantaeng sebagai Setiap behavior setting berbeda dari
penghasil sayurmayur dan buah setting lainnya menurut waktu dan ruang.
buahan sekaligus sebagai pemasok Seseorang hanya bisa menjadi partisipan
kebutuhan di wilayah Sulawesi hingga dalam sebuah behavior setting, apabila ia
Kalimantan. masuk ke dalam setting tertentu pada waktu
Potensi bentang alam wilayah dan tempat yang tepat. Sedangkan
perbukitan Kabupaten Bantaeng yang synomorphic yangberartistrukturyangsama
beriklimsejukdankualitasvisualkearah menunjukkanadanyahubunganantaramilieu
lautdarilahanperbukitan. danbehavior.
Potensi komunitas di sepanjang koridor
penghubung antara daerah urban dan 2. CognitiveMapping
rural yang dominan hidup dari hasil Adabeberapadefinisiberbedauntukpeta
perkebunan. kognitif,duadiantaranyaadalahdibawahini:
Peluang untuk menggabungkan ketiga Suatu peta kognitif adalah suatu alat
potensi tersebut di atas dalam mental yang mencatat dan
pengembangan pariwisata berbasis menyederhanakan bagaimana kita
agro. mengatur jalur lingkungan spasial kita.
(Ormrodetal.,1998).
b. Permasalahan Sebuah peta kognitif adalah suatu
Kurangnya fasilitas sosial, khususnya mekanisme syaraf yang (mana)
yangbersifatrekreatifpadadaerahyang memungkinkan pemakainya untuk
merupakanpusatpengembangan. memecahkan masalah navigasi dan
Kondisi infra struktur kawasan yang orientasi sebagaimana jika
belumberfungsisecaraoptimal. menggunakan suatu peta [yang] riil
Kesenjangan pengembangan wilayah (menyangkut) lingkungan tersebut. (
antarakawasanurbandanrural Mallot).
Pada beberapa pembahasan mengenai
lingkungan,upayamanusiamenemukan
KAJIANPUSTAKA
jalan (wayfinding) melibatkan
1. BehaviorSetting penghargaan dan pengenalan dan
Behavior setting didefinisikan sebagai terhadap representasi yang umum dan
suatu kombinasi yang stabil antara aktifitas informasiyangdiperolehdarioranglain
dantempatdengankriteriasebagaiberikut: . Pembentuk yang meliputi tanda, peta,
Terdapat suatu aktifitas yang berulang, uraian, dan imaji. Dengan bantuan dari
berupa suatu pola perilaku (standing sumber ini, manusia mulai dapat
pattern of behavior). Dapat terdiri atas menjelajahidaerahyangtakdikenaldan
satu atau lebih pola perilaku ekstra mengintegrasikan stimulus persepsual
individual. kedalamsuatupenyajianinternal,yang
Dengan tata lingkungan tertentu secara konsisten menggambarkan
(circumjacent milieu), dimana milieu ini lingkungannya.
berkaitandenganpolaperilaku,atau Down dan Stea mengemukakan peta
kognitif sebagai ``suatu penyajian tidak
40
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

sempurna, terbagibagi, matra yang 1. Penerapan Teori Psikologi Lingkungan


terdistorsi, dengan keterhubungan dalamPenataanKawasanWisata
yang akurat, antara unsur spasial dan BeberapateoriPsikologiLingkunganyang
non spasial yang saling melintasi''. dapat diterapkan dalam kegiatan
Manusia melakukan sesuatu berkaitan pengembangan suatu kawasan untuk fungsi
dengan peta kognitif untuk tertentu, dalam pembahasan ini diterapkan
menemukan arah dengan baik pada pada pengembangan potensi wisata agro
sebuahlingkunganyangbaru. pada sebuah kawasan. Pendekatan tersebut
diantaranya adalah pendekatan yang
3. Teritorialitas menggunakan beberapa teori psikologi
Teritorialitas merupakan perwujudan lingkungan/perkotaan (urban psychology),
ego seseorang karena orang tidak ingin yang setidaknya diharapkan dapat
diganggu, atau dapat dikatakan sebagai menunjang/memperkuat beberapa teori dan
perwujudan dari privasi seseorang. Beberapa konsep pengembangan lainnya, yang
indikator terhadap teritorialitas yang mudah umumnya lebih menitikberatkan pada
dikenali dalam lingkungan kehidupan sehari pendekatanfisik.
hari seperti pagar pembatas, papan nama, Dengan harapan agar sebuah kegiatan
dan pertandaan lainnya yang mencantumkan pengembangan dapat menciptakan
kepemilikansuatulahan.(JulianEdneydalam keseimbangan antara pencapaian hasil yang
Ramadanta, 2004) mendefinisikan diinginkan (peningkatan ekonomi,
teritorialitas sebagai sesuatu yang berkaitan perkembanganwilayah) dengan dayadukung
dengan ruang fisik, tanda, kepemilikan, dan keberlanjutan (sustainability) kawasan.
pertahanan, penggunaan yang eksklusif, Untuk itu diperlukan pendekatan yang
personalisasi dan identitas. Termasuk di mencakup hubungan antara manusia dengan
dalamnya dominasi kontrol, konflik, lingkungannya, sebagaimana digambarkan
keamanan,gugatanakansesuatupertahanan. dalamskemaberikut:

ANALISAdanPEMBAHASAN


Gambar2:SkemaPenerapanTeoriPsikologiUrbandalamPengembanganPariwisata

41
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

Konsep yang menguraikan hubungan wujud perilaku spasial sebagai sebuah


antara manusia dengan lingkungannya, proses psikologis, sebagaimana skema
terkait dengan bagian lingkungan yang yang dikemukakan oleh (Amiranti, dalam
dididentifikasi sebagai teritorinya dalam Ramadanta2004).

Gambar3:SkemaPenerapanKonsepTeritorialitaspadaPengalamanRuangdanPerilaku

Skema tersebut di atas dapat diterapkan yaitu obyek pembatas mengelilingi perilaku,
dalam proses perencanaan, khususnya pada sedangkanpadajenisobyekyangkeduayaitu
kajian terhadap atraksi wisata, sebagai, pendukung pola aktifitas, perilaku
transverbilitas dan jasa wisata yang mana mengelilingiobyek.
melibatkan unsur wisatawan sebagai guest Dari penjelasan tersebut di atas,
dan masyarakat lokal sebagai host, dimana hubungan antara milieu dengan behavior
dalam hal terjadi interaksi sosial antar dapat diterapkan dalam penataan daerah
individuataukelompokdenganlatarbelakang atraksi yang meliputi fasilitas wisata dan
yang berbeda pada suatu setting fisik yang ruang penunjang lainnya baik berupa ruang
oleh masingmasing individu dipersepsikan interior maupun ruang eksterior. Hal ini
secaraberbedapula. menjadi sangat penting karena manusia
adalah pemakai ruang yang tentunya
2. Penerapan Behavior Setting dalam membutuhkan ruang yang dapat menunjang
PenataanLansekapdanDaerahAtraksi aktifitasnya dalam hal ini adalah space untuk
Dalam penerapan behavior setting, kegiatan wisata, dimana apabila space yang
beberapa obyek berfungsi membentuk batas tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan dan
spasial, dan obyek lain berfungsi mendukung comfortabilitymakapemakaiakanmelakukan
polaaktifitasyangterjadididalamnya.Obyek penyesuaianpenyesuaian dalam berbagai
pembentuk batas spasial mempunyai bentuk termasuk mencari lokasi lain yang
hubungan circumjacent dengan perilaku ; lebihsesuai.Apabilahalinitidakdikendalikan
42
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

sedini mungkin, akan mengakibatkan lokasi.Elemenyangmemilikibanyakkekuatan


terjadinya pembangunan pada lokasi yang fungsi kemudian akan menjadi terkenal. Ini
tidak memiliki daya dukung atau seharusnya sangatpentingjikadapatdikenalidenganbaik
dikonservasi. sebagai batas peralihan yang mengelilingi
Dalambentuklaintanggapannegatifdari sebuahlokasi.
wisatawan terhadap sebuah obyek wisata Pendekatan dapat dilakukan dengan
akan mengakibatkan obyek tersebut akan membagikan kuesioner terhadap wisatawan
ditinggalkanolehpengunjung.Olehsebabitu untuk mengidentifikasi titiktitik tertentu di
pertimbangan terhadap hubungan antara sepanjang jalur perjalanan yang dapat
milieu dengan behavior dalam upaya memberikan tanggapan psikologis yang
menyediakan space yang sesuai dengan positif,yangkemudiandapatdieksposeuntuk
tuntutan pemakai menjadi sangat penting menciptakan sensasi visual yang secara tidak
dalam pengembangan sebuah kawasan langsung mempengaruhi pemulihan fisik
wisata. Dalam kasus ini yang perlu wisatawan, misalnya dengan membuat lokasi
diperhatikanadalahderajataksesibilitaspada perhentian sementara baik disepanjang jalur
pemakaian ruang pada lokasi, dengan tujuan jalan atau pada penataan jalur pedestrian di
untuk menciptakan kenyamanan dan dalam tapak, di mana pada lokasi tersebut
keamanan bagi wisatawan dengan tidak disediakanfasilitaspenunjangsepertigazebo,
mengabaikan keberadaan masyarakat kios minuman dan makanan ringan dan
setempat. Dalam pertimbangan yang lebih menarapengamatan.
lanjut dalam perspektif yang menyeluruh Dari pertanyaan terhadap kondisi selama
terhadap komunitas dan pariwisata untuk perjalanan perlu diantisipasi tingkat
memperolehhasilyanglebihbaik kenyamananwisatawan,agarjarakdanwaktu
tempuh yang panjang tidak menjadi
3. Penerapan Cognitive Mapping dalam membosankanhalinidapatdilakukandengan
Perencanaan Sistem Transportasi dan menempatkan lokasi perhentian sementara,
PergerakanWisatawan dimana wisatawan dapat melepas lelah
Cognitive Mapping dapat diterapkan pada sejenak dengan menikmati pemandangan
penataan jalur pergerakan wisatawan dalam atau jajanan khas daerah setempat, dengan
berinteraksi,menikmati,danbereksperiensi tujuan memberikan kesan positif dalam
dengan lingkungan alam yang terdapat pada persepsi dan kognisi mereka terhadap
kawasan wisata, dimana pemahaman dan perjalanan dan lokasi perhentian yang
tanggapan psikologis dari wisatawan merupakan rangkaian pengalaman ruang
terhadap proses perjalanan menuju ke lokasi yangterpadu.
atraksi (daerah tujuan wisata) dapat Dalam perencanaan sistem transportasi
mencegah kejenuhan dan kelelahan dalam daritempatasal(origin)kelokasiyangdituju
menempuh jarak perjalanan yang jauh. (destination)untukmemberikankenyamanan
Sebelum pengunjung menuju lokasi ia akan kepada wisatawan sebagai pengguna jasa
diberi bayangan, ramalan, atau beberapa pada lokasi kawasan wisata, dapat dilakukan
kesan. Jika bagian ini lemah, atau sangat dengan pendekatan dalam pola pergerakan
berbeda, atau justeru menyesatkan, sasaran darinodekenode,dimanapadasetiapnode
akan dikondisikan oleh pemakai. Mental yang terdapat dia sepanjang jalur jalan
seseorang akan menyesuaikan atau (linkage) menuju ke lokasi pengembangan
mengantisipasi sebuah atraksi dengan dapat diekspose potensi wilayahnya baik
melakukan banyak hal ketika ia mencapai dalam bentuk kultur sosial masyarakatnya,
43
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

hasil perkebunan dan pertanian, makanan komperehensifsehinggakeberadaankawasan


khas, hasil kerajinan dan home industri, Loka secara struktural dan visual tetap
maupun berupa kualitas visual dari topografi menyatu dan lebih memperkuat keberadaan
wilayahnya. Tujuan dari pendekatan di atas Kota Bantaeng sebagai gerbang kedatangan
adalah keberadaan area permukiman di keKawasanWisataAgroLoka.
sepanjang jalur transportasi tidak hanya Skema berikut dapat menjelaskan
sebagai daerah yang dilewati, tetapi dapat penerapan dari beberapa komponen Teori
menciptakan sebuah kesatuan ruang yang Psikologi Lingkungan dalam pengembangan
memiliki fungsi yang dapat menunjang pariwisata
pengembangan kawasan secara


Gambar4:SkemaPenerapanTeoriPsikologiLingkungandalamPengembanganPariwisata
4. Pemahaman Teritorialitas terhadap teritori publik dan pribadi, dan adanya
Interaksi antara Wisatawan dengan peluangbagipemilikteritoriuntukmelakukan
Masyarakat pengamatan daerahnya akan meningkatkan
Kajian ini bisa diterapkan pada rasa aman, dan mengurangi kriminalitas
perlindungan budaya dan adat istiadat dalamteritoritersebut.
masyarakat lokal terhadap pengaruh budaya Penerapan teritorialitas pada kawasan
luar yang tidak sesuai dengan normanorma wisata untuk tujuan menciptakan tatanan
dan kebudayaan masyarakat lokal. Hal ini fisik di mana pengunjung dapat memperoleh
terkait dengan bagaimana pengunjung space dengan tingkat privasi yang diiginkan
(wisatawan) sebagai tamu dapat menghargai tanpa harus menyinggung rasa kepemilikan
normanorma dan kebudayaan masyarakat baik secara fisik maupun simbolik dari
lokal, agar dapat terjadi interaksi yang lebih masyarakat lokal terhadap sebuah kawasan.
akrab dan memberikan dampak positif yang Tujuan dari pendekatan ini adalah
lebih besar terhadap kesejahteraan menciptakan pagar sosial yang sifatnya lebih
masyarakat tanpa perlu merusak budaya simbolik dengan memberikan pemahaman
denganperilakunegatifwisatawan. kepada masyarakat lokal terhadap
Bentuk desain tertentu, seperti keuntungan yang dapat diperoleh dari
penghalang yang nyata maupun penghalang keberadaan lokasi wisata tanpa harus
simbolis dapat digunakan untuk memisahkan meminggirkan peranan mereka, dengan kata

44
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

lain kegiatan pembangunan pada lokasi yang ditetapkan beberapa kriteria seperti berikut
dimaksud harus mempertimbangkan dan ini:
melibatkan kepentingan masyarakat Pengambilan keputusan terhadap bentuk
(communitybasedevelopment). pariwisata pada sebuah lokasi harus
Terkait dengan teritorialitas diperlukan dikonsultasikan dengan masyarakat
adanyasemacamruangtransisidalambentuk setempat agar mereka dapat
edgeyangbersifatsebagaipembatasaktifitas menerimanya.
antara komunitas lokal dengan wisatawan Sejumlahkeuntunganyangdiperolehdari
yang tidak bersifat sebagai physical barrier kegiatanpariwisataharusdapatdinikmati
yang massif. Tujuan dari ruang transisi ini olehmasyarakatsetempat.
adalahmasyarakattidakmerasaterpinggirkan Pariwisata harus didasari oleh
bahkan mereka harus dilibatkan dalam pertimbangan lingkungan dan prinsip
kegiatan pariwisata sementara wisatawan ekologi, dan peka terhadap budaya,
tetapmendapatkanprivasidalamberaktifitas. kepercayaan dan tradisi lokal dan tidak
Perwujudan ruang ini dapat berupa area menempatkan komunitas lokal dalam
perkebunandiantarapermukimanpenduduk posisiyangterpinggirkan.
denganFasilitasWisatayangsifatnyasebagai Sejumlah kunjungan wisatawan tidak
ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan diharapkan memenuhi dan menekan
bersama, bahkan diharapkan terjadi interaksi perkembangankomunitassetempat.
misalnya transaksi hasil kebun atau cindera Untuk mewujudkan interaksi positif
mata hasil kerajinan atau industri rumah antara wisatawan dan masyarakat, terdapat
tangga yang dikembangkan oleh penduduk beberapa hal yang dapat dijadikan
setempat. pertimbangan, yang juga diharapkan dapat
merespon pengaruh luar terhadap sebuah
komunitas;
KESIMPULAN
Pada tingkatan lokal, Perencanaan
Penetapan fungsi kawasan Loka sebagai
pariwisata harus didasari oleh tujuan
kawasan wisata, diharapkan akan
pengembangan yang menyeluruh dan
memberikan kontribusi positif bagi
memprioritaskankeinginanpenduduk.
masyarakat setempat dalam hal ini adalah
Promosi atraksi wisata harus mendapat
distribusi pelayanan fasilitas sosial ekonomi
dukungandaripenduduksetempat.
serta pembukaan lapangan kerja baru bagi
Keterlibatan penduduk lokal dalam
masyarakat setempat, lebih jauh lagi akan
industri pariwisata akan berjalan lancar
menciptakan sebaran pola pemanfaatan
hanya jika melibatkan pertimbangan
ruang yang lebih teratur melalui pemenuhan
terhadapintegritastradisidangayahidup
sarana dan prasarana kegiatan aktifitas
mereka.
kawasan.
Kesempatan harus tersedia untuk
Dayadukungsosialsuatukawasanwisata
memperoleh partisipasi masyarakat yang
dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum
luas dalam kegiatan dan aktifitas
dalam jumlah dan tingkat penggunaan
pariwisata.
dimana melampauinya akan menimbulkan
Usaha untuk mengurangi munculnya
penurunanan dalam tingkat kualitas
sejumlah problem yang kemungkinan
pengalamanataukepuasan.
muncul dari masyarakat harus didahului
Untuk memberikan arahan yang lebih
oleh pengenalan/sosialisasi kegiatan
jelastentangpengembanganpariwisataperlu
pariwisata atau dalam bentuk kegiatan
45
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako
Jurnal ruang VOLUME1NOMOR1September2009

pembinaan pada tingkat pemahaman 5. Holahan, Charles J, (1982),


yangada. Environmental Psychology, New York :
Pertimbangan tersebut di atas dapat RandomHouse.
diwujudkan pada pemintakatan tapak 6. Golledge. ReginaldG, (1999),
berdasarkan pola aktifitas pada kawasan Wayfinding Behavior: Cognitive
wisata dengan tidak mengesampingkan pola Mapping and other Spatial Processes.
pemukiman di sekitar kawasan wisata, tetapi Johns Hopkins University Press,
menjadikan mereka sebagai bagian dari Baltimore,MD,USA.
atraksi wisata melalui aktifitas keseharian 7. Gunn,ClareA,(1994),TourismPlanning:
merekamisalnyakegiatanberkebun,memetik Basics,Concepts,Cases.
dan mengolah hasil kebun, di mana 8. Lang, John, (1994) Urban Design ; The
wisatawan dapat dilibatkan dalam kegiatan American Experience, New York : Van
tersebutsebagaibagianeksperiensialmereka NostrandReinhold,
terhadap place. Dengan demikian berarti 9. Murphy, Peter E, (1985), Tourism: A
telah terbentuk sebuah pemanfaatan ruang Community Approach, New York &
secara bersama yang sedikit banyaknya akan London:Methuen.
membawa keuntungan ekonomi yang 10. Ramadanta, Asyra, (2004),
bermuara pada peningkatan kesejahteraan Pengembangan Potensi Wisata Agro
masyarakat setempat. Ruang yang terbentuk sebagai Pemacu Perkembangan Wilayah,
berdasarkan pertimbangan interaksi Tesis Pascasarjana, ITS, (tidak
semacaminidiharapkandapatmenjadipagar dipublikasikan
sosial bagi kawasan wisata dan dapat
mencegah reaksireaksi yang bersifat
vandalisme.

DAFTARPUSTAKA

Books:

1. BaudBovy, Manuel & Lawson, Fred,

(1977), Tourism and Recreation

Development,London:TheArchitectural

Press.

2. Bell,PaulA,(a.o.)(1984),Environmental

Psychology,London:W.B.Sounder,

3. Downs, RogerM. and David Stea,

(1973) , editors. Image and

Environment: Cognitive Mapping and

Spatial Behavior. Aldine, Chicago, IL,

USA,

4. Golledge. ReginaldG, (1999),

Wayfinding Behavior: Cognitive

Mapping and other Spatial Processes.

Johns Hopkins University Press,

Baltimore,MD,USA.

46
JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasTadulako

Anda mungkin juga menyukai