Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Belajar Pembelajaran Ilmu Komputer

yang diampu oleh Drs. H. Eka Fitrajaya Rahman, M.T.

Oleh :
Zsalzsa Puspa Alivia (1603749)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Alah SWT. Yang telah
memberikan Rahmat, serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah mengenai “Strategi Belajar Mengajar”. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW.
Kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikut beliau hingga akhir
zaman. Aamiin.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan yang mungkin tidak disadari oleh penulis. Penulisan makalah ini pun
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan dalam makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berkah baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Bandung, 10 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
2.1. Strategi Belajar Mengajar ............................................................................... 2
2.1.1. Pengertian Strategi Belajar Mengajar ..................................................... 2
2.1.2. Komponen Strategi Belajar Mengajar ..................................................... 2
2.1.3. Jenis – jenis Strategi Belajar Mengajar ................................................... 5
2.2. Konsep dan Makna Belajar ............................................................................ 9
2.2.1. Konsep dan teori belajar.......................................................................... 9
2.2.2. Prestasi belajar ...................................................................................... 10
2.2.3. Proses Belajar ........................................................................................ 11
2.2.4. Jenis – jenis Belajar............................................................................... 12
2.3. Mengajar ....................................................................................................... 14
2.3.1. Tujuan Mengajar ................................................................................... 14
2.3.2. Peran Guru ............................................................................................ 16
2.3.3. Prinsip Dasar Mengajar ......................................................................... 20
2.3.4. Keterampilan Guru ................................................................................ 23
2.3.5. Penampilan Guru ................................................................................... 28
2.3.6. Guru Sebagai Fasilisator ....................................................................... 29
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 31
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan potensi –
potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar, manusia tidak mungkin dapat memenuhi
kebutuhan – kebutuhannya. Semua aktivitas keseharian membutuhkan ilmu yang
hanya didapat dengan belajar. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk
membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu
menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan masyarakat
dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah
satu hambatannya adalah rendahnya mutu pendidikan di negara ini, sehingga dengan
adanya hambatan tersebut akan menjadikan sebuah tantangan bagi pengelola
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia.

Dengan adanya strategi pembelajaran, konsep dan makna belajar, juga cara
mengajar yang baik dan benar seperti isi dari makalah ini diharapkan dapat membuat
penulis dan pembaca lebih memahami tentang belajar dan mengajar terutama pada
mata kuliah Pendidikan Ilmu Komputer.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian maka dapat dirumuskan masalah
dalam makalah ini yaitu “Apa saja dan bagaimana strategi belajar mengajar, konsep
dan makna belajar, juga cara mengajar yang baik dan benar?”

1.3. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang belajar dan
pembelajaran juga untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar
Pembelajaran Ilmu Komputer.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Strategi Belajar Mengajar

2.1.1. Pengertian Strategi Belajar Mengajar


Sebuah strategi belajar mengajar dapat terjadi karena terdapat interaksi antara
siswa dengan ruang lingkupnya atau di lingkungan sekolah. Karena itu, sebuah
lingkungan harus dibuat sedemikian rupa agar siswa menampilkan perilaku yang
diharapkan. Ada pula beberapa aspek yang terdapat pada lingkungan tersebut yaitu,
analisis tentang kebutuhan siswa, karakteristik siswa, perumusan tujuan belajar siswa,
menentukan materi pembelajaran bagi siswa, serta menentukan strategi dan media
pembelajaran yang cocok bagi siswa. Pada intinya, strategi pembelajaran merupakan
suatu unsur yang penting untuk seorang guru pahami juga strategi pembelajaran harus
tersusun dengan pendekatan tertentu.

2.1.2. Komponen Strategi Belajar Mengajar


Menurut Abudin Nata (2009) yang berdasar pada pengalaman uji coba yang
dilakukan oleh para ahli, ada beberapa komponen dalam strategi belajar mengajar
atau pembelajaran yaitu:

1. Penetapan perubahan yang diharapkan

Untuk menyusun sebuah strategi belajar mengajar, setiap perubahan harus


diarahkan secara tepat, terarah, dan terencana. Hal tersebut dapat membuat kegiatan
belajar mengajar terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Penetapan pendekatan

Pendekatan merupakan sebuah kerangka analisis agar mudah memahami suatu


permasalahan. Disiplin ilmu pengetahuan, tujuan yang akan dicapai, sasaran yang
dituju merupakan sebuah tolak ukur dalam pendekatan yang digunakan dalam strategi
belajar mengajar.

2
3. Penetapan metode pembelajaran

Metode dalam pembelajaran sangat penting guna dapat mendukung kegiatan


belajar mengajar. Dalam menentukan sebuah metode yang akan digunakan seorang
guru harus memikirkan dengan baik tujuan apa yang ingin dicapai, bahan ajar yang
akan diberikan, kondisi anak didik, lingkungan pembelajaran, dan kemampuan
seorang guru itu sendiri. Namun kadang – kadang suatu metode hanya dapat
digunakan untuk tujuan tertentu, dan tidak cocok untuk tujuan yang lain.

4. Penetapan norma keberhasilan

Seorang guru yang menetapkan norma keberhasilan dalam belajar dapat


mempunyai sebuah pegangan yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai sejauh
mana keberhasilan kegiatan pembelajaran atau belajar mengajar.

Berdasarkan komponen tersebut diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mengurutkan kegiatan belajar mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, mengurutkan kegiatan selama pembelajaran


akan mempermudah seorang guru saat sedang mengajar.

a) Pendahuluan

Pendahuluan diisi dengan memberikan para siswa motivasi agar mereka bisa
mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain dengan
memberikan motivasi, seorang guru juga bisa melakukan perbincangan santai guna
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dan apa yang telah siswa kuasai
sebelumnya yang berkaitan dengan materi lanjutan yang akan diberikan saat kegiatan
belajar mengajar. Dengan pendahuluan ini seorang guru juga dapat perlahan – lahan
mengetahui karakteristik peserta didiknya.

b) Penyajian

Dalam penyajian siswa akan diberi pengetahuan baru dan mengembangkan


pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam penyajian ini lah terdapat kegiatan

3
penyampaian materi pelajaran seperti menerangkan, memberikan contoh,
menganalisis suatu kasus, pemberian tugas berisi latihan maupun sebuah tes.

c) Penutup

Penutupan dalam kegiatan belajar mengajar juga penting untuk dilakukan. Pada
penutupan ini biasanya terdapat penilaian tugas juga kesimpulan materi yang telah
diberikan.

2. Metode pembelajaran

Sebuah perangkat maupun alat yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan sebuah metode sebagai strategi belajar mengajar. Perangkat
atau alat disini digunakan sebagai media peragaan dalam pembelajaran agar peserta
didik lebih mengerti dan tertarik mengikuti pembelajaran. Namun untuk menentukan
peraga atau alat tapa yang akan digunakan, seorang guru harus dapat dengan tepat
memilih peraga dan alat yang sesuai dengan materi pembelajaran agar tercapainya
tujuan pembelajaran tersebut. Ada pula beberapa metode pembelajaran dibawah ini:

1) Ceramah

Metode ceramah ini merupakan saat dimana seorang guru menyampaikan materi
kepada peserta didik dengan waktu dan tempat tertentu atau terbatas dan dilakukan
dengan penyampaian secara lisan guna memberikan penyampaian suatu materi
pembelajaran atau permasalahan tertentu.

2) Diskusi

Berdiskusi hampir sama dengan ceramah, namun metode ini dilakukan pada saat
membutuhkan jawaban atas permasalahan.

3) Demonstrasi

Metode demonstrasi ini dilakukan dengan menggunakan alat peraga untuk


memberikan contoh atau penjelasan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.

4
3. Media pembelajaran

Sebuah media pembelajaran dapat meliputi media elektronik, cetak, maupun


orang yaitu seorang guru. Dengan menggunakan media dalam pembelajaran akan
lebih memudahkan dalam penyampaian materi pembelajaran ataupun sebuah
informasi kepada peserta didik. Namun dalam penggunaan media, sorang guru harus
memperhatikan kesesuaian media dengan pembelajaran, keterampilan guru dalam
menyampaikannya, ketersediaan waktu juga sesuai dengan kapasitas kemampuan
siswa.

4. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas sangat penting untuk dikuasai oleh seorang guru karena disini
peran seorang guru dituntut untuk menentukan alokasi waktu yang pas dan tepat
untuk memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran guna proses belajar mengajar
dapat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Selain itu ruangan kelas yang berupa
lingkungan fisik harus sesuai dengan kaidah psikologi lingkungan yang
memerhatikan keindahan didalam kelas, posisi tempat duduk, pengaturan jendela atau
ventilasi, pengaturan cahaya, pengaturan alat – alat kelas. Pengelolaan kelas dengan
kondisi yang baik akan mempengaruhi hasil pembelajaran siswa.

2.1.3. Jenis – jenis Strategi Belajar Mengajar


Didalam proses belajar mengajar terdapat beberapa jenis strategi yang dapat
membuat sebuah materi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima oleh peserta
didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, berikut ini jenis – jenis strategi dalam
belajar mengajar:

1. Strategi pembelajaran expositori (SPE)

Menurut Sanjaya (2006) strategi pembelajaran expositori ini merupakan


pembelajaran yang mengutamakan sebuah proses penyampaian materi secara verbal
dari pengajar kepada peserta didik guna para peserta didik dapat menguasai materi

5
pembelajaran dengan maksimal. Dalam strategi ini terdapat pula keunggulan dan
kelemahan yaitu:

a) Keunggulan

Dengan strategi pembelajaran expositori ini seorang pengajar atau guru dapat
membuat perkiraan keluasan materi pembelajaran yang berarti ia dapat mengetahui
sampai kemana peserta didiknya menguasai pembelajaran yang ia sampaikan.
Strategi pembelajaran ini juga sangat efektif jika materi pembelajaran yang harus
disampaikan dan dikuasai peserta didik cukup banyak dan luas sedangan waktu
sedikit dan jumlah peserta didik banyak. Peserta didik dapat melakukan demonstrasi
yaitu dengan mengobservasi sesuatu.

b) Kelemahan

Strategi ini hanya akan dapat dilakukan kepada siswa yang tingkat kemampuan
dalam menyimak dan mendengar dengan baik. Dengan strategi ini tidak dapat
mengatasi perbedaan yang dimiliki oleh para peserta didik dengan berbagai
perbedaan kemampuan pengetahuan, minat dan bakat.

2. Strategi pembelajaran inquiry

Strategi pembelajaran inquiry menekankan kepada sebuah proses mencari dan


menemukan. Sebuah materi pembelajaran tidak langsung disampaikan kepada peserta
didik, dalam strategi ini para peserta didik dituntut untuk menjadi mandiri yaitu
dengan mencari sendiri materi pembelajaran sedangkan seorang pengajar atau guru
hanya menjadi seorang fasilitator sebagai pembimbing peserta didik. Jadi pada
strategi ini para peserta didik dituntut juga untuk berpikir secara kritis dan analisis
dalam mencari dan menemukan sendiri jalan keluar dari suatu permasalahan. Hal
tersebut dapat tercapai dengan kegiatan tanya jawab antara peserta didik dan
pengajar. Strategi ini memiliki keunggulan dan kelemahan juga sebagai berikut:

6
a) Keunggulan

Strategi ini menekankan pada aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif siswa.
Dengan itu siswa mendapat banyak ruang dan kesempatan untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar masing – masing. Penyeimbangan aspek tersebut merupakan
bentuk dari perkembangan psikologi belajar modern yang sesuai dengan strategi
belajar mengajar karena dianggap akan muncul sebuah proses perubahan tingkah laku
dari adanya pembelajaran mandiri ini. Selain itu aka nada juga keseimbangan antara
siswa yang diatas rata – rata dengan siswa yang biasa saja, dimana siswa yang kurang
memiliki kemampuan belajar yang kurang baik tidak akan tertinggal dengan siswa
yang diatas rata – rata.

b) Kelemahan

Dengan menerapkan strategi ini seorang pengajar akan sulit mengontrol


ketercapaian peserta didiknya juga akan sulit jika melakukan rancangan kegiatan
belajar mengajar karena peserta didik dituntut untuk mandiri dalam strategi ini yang
berarti terbentuk dengan gaya belajar masing – masing peserta didik.

3. Strategi pembelajaran berbasis masalah

Strategi berbasis masalah disini yaitu sebagai serangkaian kegiatan belajar


mengajar yang difokuskan pada proses dalam menyelesaikan sebuah masalah.
Strategi ini memiliki ciri – ciri yaitu strategi ini mengutamakan keaktifan siswa dalam
berpikir, berkomunikasi, menganalisis juga mencari jalan keluar permasalahan dan
menyimpulkannya. Peserta didik juga didekatkan pada pemikiran secara ilmiah yang
berarti dilakukan secara sistematis berdasarkan tahapan tertentu. Ada pula
keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran berbasis masalah berikut ini:

a) Keunggulan

Dengan teknik pemecahan masalah yang ada pada strategi ini dapat membuat
peserta didik lebih memahami isi materi pelajaran yang disampaikan oleh pengajar

7
atau guru. Selain itu dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar di kelas dan cara
berpikir siswa secara kritis akan semakin matang.

b) Kelemahan

Strategi ini akan sulit terlaksana jika peserta didiknya tidak mempunyai minat
menyelesaikan sebuah masalag dan tidak mau untuk mencobanya. Selain itu dengan
strategi ini membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan masalah. Yang
paling penting jika mereka tidak tahu alasan apa mereka memecahkan masalah
tersebut maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.

4. Strategi Pembelajaran Peningkaan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi


pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam
pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan
tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai
melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model


pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa
melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan
masalah yang diajarkan.

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan


oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan


menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau
suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.

8
Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

6. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Strategi pembelajaran kontekstual/Contextual teaching and learning (CTL) adalah


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari.

7. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran


kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur
karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam
batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral.

Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini
tidaklah mudah untuk dilakukan. Strategi pembelajaran afektif pada umumnya
menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang
problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.

2.2.Konsep dan Makna Belajar

2.2.1. Konsep dan teori belajar


Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku sebagaimana
diterangkan oleh Slameto (2003) belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan
raga guna memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, juga
psikomotorik. Namun menurut Skinner yang terdapat dalam Dimyati dan Mujiono
(2006) mengatakan bahwa belajar merupakan sebuah perilaku yang ada saat orang

9
belajar, maka responnya menjadi lebih baik namun sebaliknya bila ia tidak belajar
maka responnya menurun, dengan adanya pembelajaran maka seseorang akan
mempunyai perilaku yang baik. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan sebuah upaya untuk menyampaikan, mengorganisasi, menciptakan, dan
mendapatkan ilmu pengetahuan dengan berbagai metode sehingga peserta didiknya
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dengan hasil yang maksimal.
Menurut Indah Kosmiyah (2012) terdapat beberapa teori belajar yang akan
dikembangkan yaitu:

1. Teori belajar behaviorism, seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai


kejadian di dalam lingkungannya yang akan emberikan seseorang pengalaman
dalam belajar. Pada teori ini menekankan pada apa yang dilihat yaitu
tingkahlaku.
2. Teori belajar kognitif, belajar merupakan pengorganisasian sebuah aspek
kognitif untuk memperoleh pemahaman. Teori ini menekankan pada suatu
situasi yang saling berhubungan dalam sebuah situasi secara keseluruhan.
3. Teori belajar humanism, sebuah proses belajar haruslah dimulai dengan tujuan
untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri
para peserta didik yang belajar secara optimal.

2.2.2. Prestasi belajar


(Silaban, 2005) mengatakan bahwa prestasi merupakan sebuah hasil yang telah
dicapai yang telah dikerjakan juga merupakan hasil dari interaksi beberapa faktor
yang mempengaruhi secara internal maupun external. Faktor – faktor tersebut dapat
membantu peserta didik dalam mencapai prestasi belajar. Menurut Slameto (2003)
faktor – faktor tersebut adalah:

1. Faktor internal

Faktor internal meliputi faktor jasmaniah yang berarti sifat bawaan yaitu
pendengaran dan penglihatan. Ada pula faktor psikologis yang juga merupakan sifat
bawaan dan yang bisa diperoleh meliputi kecerdasan, sikap, kebiasaan, minat dan

10
bakat. Yang terakhir ada faktor kematangan fisik atau psikis yaitu jika seseorang
dikatakan matang apabila dia telah dewasa dimana seluruh organ badannya atau
fisiknya telah berkembang.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal meliputi faktor sosial yang didalamnya terdapat lingkungan


keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok. Faktor budaya berupa adat istiadat dan
ilmu pengetahuan. Lalu ada faktor fisik dan lingkungan spiritual yang didalamnya
terdapat fasilitas rumah dan belajar juga keamanan.

2.2.3. Proses Belajar


Proses dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan” menurut
Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau
kejiwaan. Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus
yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil
tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan
perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Berikut ini
terdapat fase - Fase dalam proses belajar:

Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :

a) Fase informasi (tahap penerimaan materi)


b) Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c) Fase evaluasi (tahap penilaian materi)

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses


belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :

a) Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)


b) Storage (tahap penyimpanan informasi)
c) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

11
1. Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar, setiap orang belajar di
sesekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru
menggunakan metode cerama, maka setiap siswa atau mahasiswa di haruskan
m,endengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan.
2. Memandang adalah mengarahkan suatu penglihatan ke suatu objek. Di kelas,
seorang pelajar memandang papan tumlis yang berisikan tulisan yang baru
saja di guru tulis, tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan
selamnjutnyatersimpan dalam otak.
3. Meraba, Membau, dan Mencicipi / Mencecap adalah indra manusia yang
dapat di jadikan sebagai alat untuk kepentingan belajr, artinya aktivitas
meraba, membau. Dan mencecap dapat memberikan kesempatan bagi orang
untuik belajar. Tentu saja aktivitasnya harus di sadari oleh suatu tujuan.
4. Menulis atau mencatat sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi,
yang tidahanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil
dari bahan bacaan.
5. Membaca Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak di
mlakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Kalau belajar
adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca salah jalan
menuju pintu ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju pinti
ilmu pengetahuan ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada
cara lain yang harus di lakukan kecuali memperbanyak membaca. Kalau
begitu membaca identik dengan mencari ilmu pengetahuan agar menjadi
cerdas dan mengabaikan berarti kebodohan.

2.2.4. Jenis – jenis Belajar


1. Belajar Abstrak (Abstract Learning)

Belajar abstrak merupakan belajar dengan menggunakan pikiran yang abstrak


guna memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata.

12
2. Belajar Keterampilan (Skill Learning)

Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang menggunakan gerakan –


gerakan motorik yaitu yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot manusia guna
memperoleh keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar keterampilan
membutuhkan waktu yang intensif dan teratur.

3. Belajar Sosial (Social Learning)

Belajar sosial menerapkan pemahaman masalah – masalah dan jalan keluarnya


guna menguasai pemahaman masalah dalam ruang lingkup sosial seperti keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Dengan belajar sosial ini dapat mengatur dorongan
nafsu demi kepentingan bersama.

4. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Belajar pemecahan masalah merupakan belajar untuk memperoleh keterampilan


atau kemampuan memecahkan berbagai masalah secara logis dan rasional guna
memperoleh kemampuan atau kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara
tuntas. Untuk itu, kemampuan individu dalam menguasai berbagai konsep, prinsip,
serta generalisasi, amat diperlukan.

5. Belajar Rasional (Rational Learning)

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara


logis atau sesuai dengan akal sehat guna memperoleh beragam kecakapan
menggunakan prinsip dan konsep. Jenis belajar ini berkaitan erat dengan belajar
pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, individu diharapkan memiliki
kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah
dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akan sehat, logis, dan sistematis.

6. Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru untuk perbaikan


kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah,

13
keteladanan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan hukum dan ganjaran.
Tujuannya agar individu memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih
tepat dan lebih positif, dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu atau
bersifat kontekstual.

7. Belajar Apresiasi (Appreciation Learning)

Belajar apresiasi pada dasarnya adalah belajar mempertimbangkan nilai atau arti
penting suatu objek. Tujuannya agar individu memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (effective skills), dalam hal ini kemampuan menghargai secara
tepat, arti penting objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, dan
apresiasi seni lukis. Dalam mengapresiasi mutu karya sastra, misalnya, seorang
individu perlu mengetahui “hakikat keindahan” (estetika) di samping mengetahui hal
– hal lain, seperti bentuk ungkapan, isi ungkapan, bahasa ungkapan, dan nilai
ekspresinya.

8. Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan dimaksudkan sebagai belajar untuk memperoleh sejumlah


pemahaman, pengertian, informasi, dan sebagainya. Belajar pengetahuan juga dapat
diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran
dengan melibatkan kegiatan investigasi atau penelitian dan eksperimen. Tujuan
belajar pengetahuan ialah agar individu memperoleh atau menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengetahuan tertentu, yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-
alat laboratorium dan penelitian lapangan.

2.3. Mengajar

2.3.1. Tujuan Mengajar


Tujuan pengajaran merupakan bagian yang terpenting dalam proses belajar-
mengajar, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang khusus dalam tiap model
pengajaran. Tujuan pengajaran meliputi tujuan guru dan tujuan siswa. Ada tiga jenis

14
tujuan yang masing-masing meliputi tujuan sekolah, tujuan guru, dan tujuan siswa.
Ketiga tujuan itu dapat menuntun perkembangan belajar dan mengajar.

Adalah suatu hal yang tidak wajar bila seorang guru yang sedang mengajar tidak
pernah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau
berupa tanggapan tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi pelajaran yang
disampaikan sebagai bentuk interaksi. Hal yang mengingkari tujuan pengajaran ini,
tidak jarang kita jumpai sehingga kadang-kadang timbul berbagai tanggapan bahwa
guru tersebut kurang menguasai materi yang sedang disajikan dan tidak
mengherankan bila ada siswa yang lebih pandai dibanding dengan gurunya.

Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus
diterapkan dalam proses pengajaran, berfungsi sebagai indicator keberhasilan
pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan
kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki oleh siswa setelah ia menyelesaikan
pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Pada hakikatnya, isi
tujuan pengajaran adalah hasil belajar yang diharapkan. Tujuan pengajaran biasanya
dirumuskan oleh guru bidang study dalam bentuk kata-kata operasional khusus.
Tujuan pengajaran dapat diartikan juga sebagai suatu upaya pendidik/guru dalam
hubungan dengan tugas-tugasnya membina peserta didik/siswa. Misalnya:

1. Meningkatkan kemampuan baca siswa.


2. Melatih keterampilan tangan siswa.
3. Menumbuhkan sifat disiplin dan percaya diri dikalangan siswa.

Dewasa ini, tujuan pengajaran lebih diartikan sebagai perilaku hasil belajar yang
diharapkan dimiliki siswa-siswa setelah mereka menempuh proses belajar mengajar.
Misalnya:

1. Peserta didik memiliki kemampuan membaca yang lebih baik.


2. Peserta didik bersikap disiplin dan percaya diri.
3. Peserta didik dapat menuliskan contoh-contoh kalimat dalam Bahasa Arab.

15
4. Peserta didik dapat memecahkan persamaan kuadrat.
5. Peserta didik gemar membuat kerajinan tangan dari tanah liat.

Dari contoh diatas, tujuan pengajaran diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan guru, sedangkan dewasa ini tujuan pengajaran lebih diartikan sebagai
produk atau hasil yang dicapai oleh siswa. Dengan kata lain, tujuan pengajaran pada
waktu yang lalu berpusat pada pengajar. Sedangkan tujuan dewasa ini berpusat pada
peserta didik.

Dengan berpusatnya tujuan pengajaran pada siswa, keberhasilan proses belajar


mengajar lebih banyak dinilai dari seberapa jauh perubahan-perubahan perilaku yang
diinginkan telah terjadi pada diri siswa. Tugas seorang guru tidak berakhir jika siswa-
siswanya telah memiliki perilaku-perilaku yang diharapkan sebagai hasil dari proses
belajar mengajar yang telah ditempuh.

Disamping itu, tujuan pengajaran yang berpusat pada siswa dirasakan dapat
memberikan petunjuk yang terarah bagi perkembangan alat evaluasi, pemilihan
materi dan kegiatan belajar mengajar, serta penetapan media dan alat pengajaran.

2.3.2. Peran Guru


Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Para pakar pendidikan di Barat telah
melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang
beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990)
serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Guru Sebagai Pendidik

16
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

2. Guru Sebagai Pengajar

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor
di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil
dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang
guru dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi
standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar
pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya
ketika mempelajari materi standar.

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan


pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.

4. Guru Sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik


intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.
Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi,
karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar

17
dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan
materi standar.

5. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara
lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.

6. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang


bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas
antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar
sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus
dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau
bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus
menjadi pribadi yang terdidik.

7. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai
teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan
peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:

18
Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman
dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya
hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara
apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan
berusaha untuk tidak mengulanginya.

8. Guru Sebagai Pribadi

Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.


Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”.
Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk
dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang
bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi
sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat
terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

9. Guru Sebagai Peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan


penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai
penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang
pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa
yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang
harus dikerjakan, yakni penelitian.

19
10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang
atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru
senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta
didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak
melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan
dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari
tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi
calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani
peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh.
Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.

2.3.3. Prinsip Dasar Mengajar


Menurut Slameto (2010:35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni:
1. Perhatian

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada


pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada
minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang
karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.

2. Aktivitas

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri,

20
kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian
dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan
pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.

3. Apersepsi

Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan
demikian siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi
miliknya dengan pelajaran yang akan diterimanya.

4. Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda
yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda
tiruan, atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain
sebagainya. Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan
pelajaran yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di
dalam jiwanya.
5. Repetisi

Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa
semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan
mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan
memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan.

6. Korelasi

Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar


setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau
pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat
diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.

21
7. Konsentrasi
Hubungan antar mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah
satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi
mendalam. Dengan demikian siswa dapat melihat hubungan pelajaran yang satu
dengan lainnya saling berhubungan, menyebabkan siswa memperoleh kesatuan
pelajaran yang bulat dan utuh.
8. Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa di
samping sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan.
Waktu siswa berada di kelas ataupun di luar kelas dan menerima pelajaran bersama,
alangkah baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama.
Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir mereka dalam
memecahkan masalah.

9. Individualisasi

Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing


mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah
laku, watak maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang
kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan
mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang
sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Untuk kepentingan perbedaan individual, guru perlu
mengadakan perencanaan untuk siswa secara klasikal maupun perencanaan program
individual. Dalam hal ini guru harus mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran
yang dapat melayani kelas, maupun siswa sebagai individual.

10. Evaluasi

Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi


motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-
macam bentuk dan teknik evaluasi serta prosedur penilaian. Guru dapat

22
melaksanakan penilaian yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk
perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga dapat mengetahui prestasi dan
kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan
belajar. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa, dan prestasinya, hasil rata-
ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan
umpan balik, guru dapat meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam
perencanaan maupun teknik penyajiannya.

2.3.4. Keterampilan Guru


Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru,
antara lain melalui pelatihan, seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan
formal dengan menyekolahkan guru ketingkat yang lebih tinggi. Kendati pun dalam
pelaksanaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun upaya
tersebut paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang menunjukkan sebagian
besar guru memiliki ijazah perguruan tinggi. Latar belakang pendidikan guru ini
hendaknya berkolerasi positif dengan kualitas pendidikan, bersama dengan faktor lain
yang mempengaruhinya.

Dalam praktik pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang belum


menguasai keterampilan atau variasi pengelolaan kelas dalam menunaikan tugas dan
fungsinya. Hal tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih
banyak guru yang belum menguasai keterampilan proses pembelajaran, bahkan masih
banyak yang menganggap hal ini biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun
kekurangan yang dilakukan oleh guru, khususnya dalam pembelajaran, akan
berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik.

Seorang guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan


dirinya menerapkan keterampilan untuk mengkondisikan suasana belajar di kelas, dan
yang paling penting adalah mengendalikan dirinya sehingga mampu menghindari dari
kesalahan yang mungkin akan dilakukanya. Dari berbagai hasil kajian menunjukan
bahwa sedikitnya terdapat delapan keterampilan yang harus dikuasai para guru dalam
pembelajaran. Keterampilanketerampilan tersebut adalah:

23
1. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan


pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap
pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan
guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Ada 2 keterampilan bertanya
guru:

a) Keterampilan bertanya Dasar

Keterampilan bertanya dasar mencakup: pertanyaan yang jelas dan singkat,


pemberian acuan, memusatan perhatian, memberi giliran dan menyebaran pertanyaan,
pemberian waktu berfikir, dan pemberian tuntunan.

b) Keterampilan bertanya Lanjutan

Keterampilan bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya


dasar. Keterampilan bertanya lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi: pengubahan
tuntunan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, dan
mendorong terjadinya interaksi.

c) Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat


meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat
dilakukan secara verbal, dan nonverbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan,
kebermaknaan, dan menghindari poenggunaan respon yang negative. Penguatan
secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat, bapak puas
dengan hasil kerja kalian. Sedangkan pujian secara non verbal dapat dilakukan
dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan
yang menyenangkan. Penguatan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan perhatian
peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar,
meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.

d) Keterampilan Mengadakan Variasi

24
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam
pembelajaran dalam upaya untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu
antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan
dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta
didik, serta mengurangi kejenuhan.

Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokan menjadi empat bagian:


Variasi dalam mengajar, dapat dilakukan dengan variasi suara, memusatkan
perhatian, membuat kesenyapan sejenak, mengadakan kontak pandang dengan
peserta didik, variasi gerakan badan dan mimik, mengubah posisi kegiatan.

Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar dapat dilakukan dengan
variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, variasi alat dan bahan yang dapat didengar,
variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi, variasi penggunaan
sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.

Variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan dengan variasi dalam
pengelompokan peserta didik, variasi tempat kegiatan pembelajaran, variasi dalam
pola pengaturan guru, variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik,
variasi dalam pengorganisasian pesan.

e) Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendiskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan,


fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hokum-hukum yang berlaku. Terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan penjelasan:

 Penjelasan dapat dilakukan selama pembelajaran.


 Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik.
 Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan atau menjelaskan
materi pembelajaran.
 Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dan bermakna bagi
peserta didik.

25
 Penjelasan yang diberiukan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat
kemampuan peserta didik.
f) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pembelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang


dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Embuka dan menutup
pelajaran yang dilakukan secara professional akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan pembelajaran antara lain:

 Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.


 Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan.
 Peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang
akan diambil dalam mempelajari materi pembelajaran.
 Peserta didik memahami hubungan pengalaman yang dimiliki dengan hal-hal
yang akan dipelajari.
 Peserta didik mengetahui keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan
terhadap bahan yang dipelajari.
g) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan
masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai
berikut:

 memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topic diskusi,


 memperluas masalah atau urun pendapat,
 menganalisis pandangan peserta didik,
 meningkatkan partisipasi peserta didik,
 menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan
 menutup diskusi.
h) Keterampilan Mengelola Kelas

26
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola kelas
adalah:

 kehangatan dan keantusiasan,


 tantangan,
 bervariasi,
 luwes,
 penekanan pada hal-hal positif, dan
 penanaman disiplin diri
i) Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen penciptaan dan
pemeliharaan iklim pembelajaran
 Menunjukan sikap tanggap dengan cara memandang, mendekati, memberikan
pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan kelas.
 Membagi perhatian secara visual dan verbal.
 Memusatkan perhatian kelompok.
 Memberi petunjuk yang jelas.
 Memberi teguran secara bijaksana.
 Memberi penguatan jika diperlukan

Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang


optimal

 Modifikasi perilaku.
 Mengelola kelompok dengan cara meningkatkan kerjasama dan keterlibatan,
dan menangani konflik dan memperkecil masalah.
 Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
j) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk


pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap

27
peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrak antara guru dan peserta didik
maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:

 Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan


motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
 Membimbing dan memudahkan belajar yang mencakup penguatan, proses
awal, supervise, dan interaksi pembelajaran.
 Perencanaan penggunaan ruangan.
 Pemberian tugas yang jelas, menantang dan menarik.

Dengan menguasai keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan


variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pembelajaran, membimbing diskusi,
mengelola kelas dan mengajar kelompok kecil dan perorangan. guru akan dapat
menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, sehingga akan meningkatkan
kualitas pembelajaran.

2.3.5. Penampilan Guru


Penampilan guru sebagai seorang guru rohani yang adalah panutan bagi para
muridnya sebaiknya memperhatikan:

a. Pakaian yang dikenakan, pilih yang sederhana, sopan, namun berkesan baik
dan rapi.
b. Bagi guru wanita, pilih make up yang wajar dan menarik, tetapi tidak "menor"
(jangan berlebihan). Sebaiknya Anda juga tidak memakai perhiasan yang
berlebihan.
c. Sesaat sebelum acara dimulai, jangan "sibuk" atau "mencari kesibukan", baik
dengan bersenda-gurau dengan guru SM lain, atau dengan berjalan hilir
mudik. Hal ini akan membuat Anda kelelahan dan kehilangan konsentrasi.
Lebih baik Anda duduk tenang, sambil berdoa dan membaca kembali
persiapan Anda. Juga gunakan waktumu untuk memastikan bahwa semua

28
perlengkapan sudah siap di tempat. Gunakan waktumu juga untuk berbincang-
bincang dengan anak-anak yang sudah datang.

Jangan lupa Anda harus istirahat secukupnya (tidur secukupnya) dan makan
secukupnya sebelum acara tersebut. Pastikan Anda pada kondisi "puncak" pada saat
Anda memimpin acara Sekolah Minggu tersebut sehingga Anda tampak segar,
bersemangat, dan dengan penampilan Anda dapat membangkitkan semangat anak-
anak dalam berbakti.

2.3.6. Guru Sebagai Fasilisator


Jika guru ingin menjadi fasilitator yang baik di dalam kelasnya, maka sudah tentu
ia akan berusaha untuk:

a. Memiliki pemahaman dan pengetahuan (mengenali) kekuatan dan kelemahan


setiap (masing-masing) peserta didik yang ada di kelas yang diampunya. Hal
ini penting agar guru dapat memberikan bantuan, atau fasilitas yang sesuai
dengan minat dan kebutuhan mereka.
b. Memiliki kepedulian kepada seluruh peserta didik yang di dalam kelasnya dan
sedang berupaya mengikuti pembelajarannya. Dengan demikian guru akan
berusaha memberika segala yang dapat ia berikan (fasilitasi) untuk
pembelajaran peserta didik, memberikan rasa aman dan nyaman berada di
dalam kelas dan membuat setiap peserta didik berkembang sesuai potensinya.
c. Memiliki kesadaran penuh bahwa setiap peserta didik memiliki hak yang
sama untuk belajar. Setiap peserta didik mungkin berkembang dan belajar
dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda-beda dan guru harus bisa-
bisa mengharmonisasi seluruh peserta didik di dalam kelasnya sehingga
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai.
d. Memahami bahwa setiap peserta didik mempunyai minat yang berbeda-beda
dan mempunyai gaya dan cara belajar terbaik mereka masing-masing yang
membutuhkan fasilitasi dengan cara-cara yang berbeda (khusus) pula.
e. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik sehingga ia dapat memanajemen
kelasnya dan pembelajarannya dengan baik dan efektif. Hal ini sangat penting

29
karena akan menghemat tenaga dan waktu bagi semua orang yang terlibat
dalam pembelajaran tersebut.

Memiliki tugas yang kompleks meliputi: melakukan penilaian dan evaluasi;


melakukan perencanaan pembelajaran secara baik; mengimplementasi rancangan
pembelajaran yang telah dibuat

30
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam kegiatan belajar mengajar didalamnya terdapat strategi belajar
mengajar, konsep dan makna belajar, dan juga bagaimana caranya untuk mengajar
dengan baik dan benar. Strategi belajar mengajar merupakan suatu pola yang
direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.
Dimana pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian strategi pembelajaran mencakup
penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar,
pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik
dengan peserta didik, antar peserta didik, dan terhadap proses, hasil, dan/atau dampak
kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, strategi pembelajaran di artikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.

31
DAFTAR PUSTAKA

Dimiyati, & Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kosmiyah, I. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.
Nata, A. (2009). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Silaban, S. (2005). 12 Kunci Menjadi Pelajar Efektif. Jakarta: QSEE.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.

32

Anda mungkin juga menyukai