Anda di halaman 1dari 129

Laporan Asidi Alkalimetri

1.

Jan

kompleksometri

Percobaan ke 4

Laporan Praktikum Kimia Analitik 1


KOMPLEKSOMETRI
Disusun oleh :

Nama : Dyah Dwi Poerwanto

NIM : 1211704018

Kelas : Kimia III A

Kelompok : 6 B

Tanggal Praktikum : 1 November 2012

Tanggal Pengumpulan Laporan : 29 November 2012

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012
KOMPLEKSOMETRI

I. Tujuan
Menentukan nilai kesadahan total pada sampel air dalam ppm CaCO3
Menentukan nilai kesadahan permanent sampel air dalam ppm CaCO3
Menghitung nilai kesadahan sementara pada sampel air dalam ppm CaCO3
Menentukan konsentrasi EDTA melalui standarisasi EDTA dengan larutan standar
CaCO3

II. Dasar Teori

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan


kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri adalah
jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks. Jadi membentuk hasil
berupa kompleks. Senyawa kompleks adalah suatu satuan baru yang terbentuk dari
satuan-satuan yang dapat berdiri tetapi membentuk suatu ikatan baru dalam kompleks
itu (Khopkar, 2002).

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi


pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi
dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula
kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA (Khopkar, 2002).

Suatu kompleks itu selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion
sentral atau inti dan komponen-komponen lain yang berupa ion negatif atau molekul
yang dinamakan ligan. Jumlah ligan dalam suatu kompleks berbeda-beda dari dua
sampai delapan ligan yang sering disebut sebagai bilangan koordinasi. Ligan-ligan
yang mempunyai satu atom donor lebih dari satu disebut ligan monodentat atau
unidentat. Sedangkan yang mempunyai atom donor lebih dari satu disebut ligan
polidentat atau multidentat. Ligan yang terdekat dan mempunyai donor lebih banyak
lagi bila mengkompleks dengan suatu ion logam akan membentuk lingkaran kelat
lebih dari satu.

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna


sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam
dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus
sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah
berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu
haruslah spesifik (khusus) atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks indikator logam
itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak karena disosiasi, tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks indikator logam itu harus
kurang stabil dibanding kompleks logam EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir,
EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks indikator logam ke kompleks
logam EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan
kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus
sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna
terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat
dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator
eriochrome black T. Pada pH tinggi 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).

Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan
penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik
oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks
yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut
dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai
dalam melakukan percobaan kompleksometri (Harjadi, 1993).

III. Cara Kerja


A. Standarisasi larutan EDTA

+ aquadest

dalam labu ukur 250 mL

+ 2 mL buffer pH 10

+ 0,5 mL Mg-EDTA

+ 5 tetes indicator

EBT
Warna ungu menjadi biru

Amati

B. Kesadahan Total

+ 2 mL buffer pH 10

+ 0,5 mL Mg-EDTA

+ 5 tetes indicator

EBT
Warna ungu menjadi biru

Amati

C. Kesadahan Permanen

Dididihkan

Disaring
Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL

+ aquadest sampai tanda

batas

+ 2 mL buffer pH 10

+ 0,5 mL Mg-EDTA

+ 5 tetes indicator

EBT

Warna ungu menjadi biru

Amati
IV. Hasil Pengamatan
Ciri Fisik Bahan
CaCO3 : serbuk putih
Larutan EDTA : tidak berwarna
Larutan buffer pH 10 : tidak berwarna, agak lengket, bau
agak , menyengat
Larutan Mg-EDTA : tidak berwarna
Indikator EBT : serbuk biru tua, bila dilarutkan dalam
air berwarna
larutan biru tua
Sampel air kran : tidak berwarna, tdak berbau, tidak keruh

A. Standarisasi larutan EDTA

Titra Warna Warna Volume Volume Volume Volum


si Awal Akhir Awal Akhir EDTA e
ke- (mL) (mL) EBT
1 Merah Biru laut 0,00 1,00 1 mL 3
anggur tetes
2 Merah Biru laut 5,00 5,50 0,5 mL 3
anggur tetes
Rata-rata titrasi 1,25 mL

B. Kesadahan total

Titra Warna Warna Volume Volume Volume Volum


si Awal Akhir Awal Akhir EDTA e
ke- (mL) (mL) EBT
1 Merah Biru laut 7,00 11,60 4,6 mL 3
anggur tetes
2 Merah Biru laut 12,00 16,80 4,8 mL 5
anggur tetes
Rata-rata titrasi 4,70 mL

C. Kesadahan permanent

Titra Warna Warna Volume Volume Volume Volum


si Awal Akhir Awal Akhir EDTA e
ke- (mL) (mL) EBT
1 Merah Biru laut 16,30 18,40 2,10 mL 3
anggur tetes
Volume titrasi 2,10 mL
V. Perhitungan dan Pengolahan Data
A. Pembuatan Larutan
Larutan Buffer pH 10
Dituangkan ke dalam gelas kimia

Larutan Mg-EDTA 0,005 M, 50 mL


Mol = m x v
= 0,005 M x 0,05 L
= 25 x 10-5 mol
Massa = mol x Mr C10H14N2O8 Mg
= 25 x 10-5 mol x 314,3 g/mol
= 0,078 0,08 gram

Indikator EBT 0,5%, 30 mL


Massa EBT = 0,5 gram x 30 mL

100 mL
= 0,15 gram

Larutan EDTA 0,01 M, 200 mL


Mol = m x v
= 0,01 M x 0,2 L
= 0,002 mol
Massa = mol x Mr
= 0,002 mol x 373 g/mol
= 0,746 0,75 gram

Larutan standar CaCO3


[CaCO3] = massa x 1000 x

Vpipet
Mr Vlabu Vlabu
= 0,25 g x 1000 mL x 25 mL
100,09 g/mol 250

mL 250 mL
= 0,001 M

B. Pengolahan Data
Standarisasi larutan standar EDTA 0,01 N
V x M x n CaCO3 = V x M x n EDTA
25 mL x 0,001 M x 1 = 1,0 mL x M x 1
= 0,025 M 0,025 N
Kesadahan Total
Mr CaCO3 = 40,08 + 12,01 + (3x16)
= 11,09 g/mol
D = 1000 x [EDTA] x V EDTA x Mr CaCO3

Vsampel
= 1000 x 0,01 M x 4,7 mL x 100,09 g/mol
50 mL

= 94,085 mg/L CaCO3

= 94,085 ppm CaCO3

Kesadahan Permanent
D = 1000 x [EDTA] x V EDTA x Mr CaCO3

Vsampel
= 1000 x 0,01 M x 2,1 mL x 100,09 g/mol
50 mL

= 42,038 mg/L CaCO3


= 42,038 ppm CaCO3

Kesadahan sementara
= kesadahan total kesadahan permanent
= 94,085 42,038
= 52,047 ppm CaCO3

VI. Pembahasan
Kesadahan merupakan sifat kimia air yang disebabkan oleh
adanya ion kalsium (Ca2+) dan Magnesium (Mg2+). Kesadahan air
ditiap tempat berbeda tergantung dari susunan biologinya juga
keadaan alamnya yang mana akan terjadi kontak antara air dan
tanah dari batuan sekitarnya. Air sadah mengandung logam-logam
bervalensi 2 terutama Ca2+ dan Mg2+. Penyebab kesadahan
dalam air adalah Ca2+, Mg2+, Mn2+, Sr2+, Fe2+, Fe2+ yang
berkaitan dengan anion-anion Cl-, SO42-, HCO3-, NO3-, dan SiO32-.
Kompleksometri adalah titrasi untuk menentukan kesadahan air
dimana dalam titrasi ini titran dan titrat saling mengkompleks.
Keadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan EDTA karena
larutan EDTA dapat bereaksi dengan kalsium dan magnesium yang
membentuk kompleks kelat yang larut jika ditambahkan larutan
yang mengandung kation logam tertentu. Penambahan larutan
buffer pH 10 dimaksudkan karena di dalam air sering dijumpai
pengotor sedikit oleh ion besi dan logam lain, serta buffer pH 10
dapat menyingkirkan besi sebagai endapan jika jumlahnya kecil.
Kemudian titrasi ini menggunakan indicator EBT karena EBT
optimal pada pH 5-11 dan apabila EBT ditambahkan pada larutan
yang mengandung ion kalsium dan magnesium akan mengubah
warna larutan dari merah anggur menjadi biru laut yang digunakan
sebagai titik akhir titrasi. Kemudian pH larutan juga harus dijaga
selama titrasi maka dari itu perlu ditambah larutan buffer.
Selanjutnya penambahan larutan Mg-EDTA untuk menghindari
terjadinya reaksi antara kalsium dengan larutan EDTA dan EDTA
bereaksi terlebih dahulu dengan Mg-EDTA dengan reaksi :
Mg2+ + H2Y2- MgY

Pada standarisasi EDTA, volume pada titrasi pertama 1,0 mL dan


titrasi kedua 0,5 mL. Perbedaan atau selisihnya cukup jauh
disebabkan karena penambahan indicator EBT yang kurang dan
juga kurangnya ketelitian ketika titrasi. Normalitas pada
standarisasi EDTA adalah 0,025 N. Kemudian titrasi untuk
menentukan kesadahan total dengan sampel air kran
dilaboratorium dilakukan duplo dan didapat volume rata-rata titrasi
4,7 mL dan kadar CaCO3 adalah 94,085 mg/L atau 94,085 ppm.
Kemudian dalam menentukan kesadahan permanent/kesadahan
tetap, sampel ini dipanaskan terlebih dahulu. Namun sebenarnya
kesadahan ini tidak berubah bila dipanaskan, tetapi dapat
dihilangkan dengan reaksi kimia. Titrasi kesadahan permanent
dilakukan simplo dengan volume titrasi 2,1 mL dan kadar CaCO3
adalah 42,038 mg/L atau 42,038 ppm.
Yang dapat dihilangkan dengan dipanaskan adalah

kesadahan sementara karena kesadahan sementara adalah


kesadahan yang disebabkan oleh garam bikarbonat dari kalsium
dan magnesium. Kation logam tersebut membentuk ikatan dengan
ion HCO3- yang menimbulkan kesadahan. Saat sampel air
dipanaskan maka CO2 akan keluar dan meninggalkan garam
karbonat yang mengendapkan. Persamaan reaksinya : Ca(HCO3)2
CaCO3 + H2O + CO2
Mg(HCO3)2 MgCO3 + H2O

+ CO2
Penentuan kadar CaCO3 pada kesadahan sementara dengan
mengurangi kesdahan total dan kesadahan permanent lalu didapat
52,047 mg/L atau 52,047 ppm CaCO3. Reaksi pada percobaan ini
adalah :
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+

Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+

Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+

MgD- + H2Y2- Mgy2- + HD2- + H+

merah anggur biru

Bagi kehidupan sehari-hari air sadah kurang baik untuk dijadikan


air minum, selain itu air sadah dapat menurunkan fungsi sabun
sebagai zat pembersih sebab sabun dengan garam Ca dan Mg
bereaksi membentuk garam yang tidak larut. Hal ini ditandai
dengan tidak timbulnya busa dari sabun. Bagi industry penggunaan
air sadah dapat menyebabkan timbulnya lapisan kerak pada alat
pemanas (misalnya katel uap), dapat menambah tahanan panas
sehingga efisiensi pemakaian akan besar, dan mempermudah
kerusakan.

VII. Kesimpulan
Untuk standarisasi EDTA dengan larutan CaCO3 digunakan titrasi dengan
metode kompleksometri karena EDTA dapat bereaksi sempurna
dengan ion logam pada CaCO3 dengan menggunakan indicator EBT
Standarisasi larutan EDTA 0,01 N adalah 0,025 N
Nilai kesadahan total pada sampel air adalah 94,085 ppm CaCO3
Nilai kesadahan permanent pada sampel air adalah 42,038 ppm CaCO3
Nilai kesadahan sementara pada sampel air adalah 52,047 ppm CaCO3

Daftar Pustaka

C Matahelumual, Betty. 2001. Analisis Kimia Air Secara Fisika, Kimia,


dan Biologi. Bandung: DGTLKP
Day, R.A and Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif edisi 4.
Jakarta: Erlangga
Effendi, Hefni. 2005. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kansius
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga
S, Rebecca D. 2008. Laporan Praktek Kerja Industri Analisis Air.
Bandung
Wulandari, Meyliana. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik.
Bandung: UIN SGD
Diposkan 5th January oleh Dyah Dwi Poerwanto

2.

Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1

ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
Ka = [H+] [OAc-]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat

+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH

Catat Volume NaOH NNaoOH


Amati

2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl

+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue


+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl

Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain

Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn

V 0,1 N = M x n
gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000

40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2

10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol
M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram

1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1

6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH

M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1
M = 1,667

10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-

Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2

1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025

120
= 0,015 N

VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.

Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya


2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

3.

Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1
ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat

+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH

Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati

2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl
+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue

+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl


Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain

Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn

V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000


40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2

10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram
1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1

6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH

M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667

10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-
Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2

1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025

120

= 0,015 N

VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah
H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.
Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya


2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

4.

Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1

ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A
JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat


+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH

Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati

2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl

+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH


3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue

+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl

Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain


Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)


CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn

V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000

40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2
10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram

1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1
6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH

M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667

10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-

Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2
1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025

120

= 0,015 N

VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.

Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya


2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

5.
Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1

ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat

+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH

Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati
2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl

+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue

+ aquadest 60 mL
+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl

Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain

Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22
Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)
2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn

V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M


= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000

40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2

10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n


Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram

1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1

6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH

M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667
10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-

Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2

1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025

120

= 0,015 N
VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.

Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya


2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

6.

Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1
ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat

+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH

Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati

2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl
+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue

+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl


Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain

Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn

V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000


40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2

10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram
1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1

6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH

M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667

10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-
Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2

1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025

120

= 0,015 N

VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah
H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.
Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya


2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

7.

Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1

ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A
JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat


+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH

Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati

2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl

+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH


3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue

+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl

Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain


Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)


CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn

V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000

40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2
10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram

1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1
6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH

M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667

10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-

Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2
1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025

120

= 0,015 N

VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.

Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya


2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

8.
Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1

ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat

+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH


Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati

2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl

+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue


+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl

Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain

Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH
Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn


V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000

40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2

10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram

1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1

6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH
M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667

10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-

Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2

1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025
120

= 0,015 N

VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.

Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)


Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Jimmy, Ahyari. 7 April 2008. Asidi Alkalimetri. Available at

http://blogkita.info/asidi-alkalimetri/ diakses pada 18/9/12 pukul 20.21

Phiins Blog. 11 Oktober 2010. Percobaan Asidi-Alkalimetri. Available at

http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/percobaan-asidi-alkalimetri/ diakses
18/9/12 pukul 20.35

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

9.
Oct

asidi alkalimetri

Percobaan ke 1

ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat

+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH


Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati

2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl

+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue


+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl

Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain

Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH
Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn


V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1

Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000

40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2

10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N

0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram

1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1

6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH
M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667

10

= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-

Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2

1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025
120

= 0,015 N

VI. Pembahasan

Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu


standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.

Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)


Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Jimmy, Ahyari. 7 April 2008. Asidi Alkalimetri. Available at

http://blogkita.info/asidi-alkalimetri/ diakses pada 18/9/12 pukul 20.21

Phiins Blog. 11 Oktober 2010. Percobaan Asidi-Alkalimetri. Available at

http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/percobaan-asidi-alkalimetri/ diakses
18/9/12 pukul 20.35

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

10.
Oct

Percobaan ke 1

ASIDI ALKALIMETRI
Disusun oleh :

Dyah Dwi Poerwanto

1211704018

Kimia III A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2012

ASIDI ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
Menentukan konsentrasi larutan HCl
Menentukan Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue

II. Teori Dasar


Titrasi asam-basa sering disebut asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa, diantaranya asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Meyliana W, 2012)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau
dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya
zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama
dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu
ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-
basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu
dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut
sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah.
Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut.
Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
a. Titrasi asam kuat basa kuat
Asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna, misalnya reaksi asam
klorida dengan Natrium Hidroksida adalah sebagai berikut :
H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Ion hidrogen dan hidroksil membentuk air sedangkan ion-ion yang lain tidak berubah,
sehingga hasil akhir dari reaksi ini adalah larutan NaCl yang netral. Kurva titrasi dapat
ditentukan dengan menghitung nilai pH melalui konsentrasi ion (OH - atau H+) yang ada
dalam larutan pada setiap tahap penambahan asam atau basa.
b. Titrasi asam lemah basa kuat
Reaksi asam lemah dengan basa kuat, misalnya asam asetat (CH 3COOH) dengan
NaOH, karena asam asetat hanya terurai sebagian maka penentuan pH harus melalui
konstanta kesetimbangan (Ka).
HOAc H+ + OAc-
+ -
Ka = [H ] [OAc ]
[HOAc]

III. Cara Kerja


1) Standarisasi NaOH

Labu Erlenmeyer

+ 6,3 g kristal Asam Oksalat

+ aquadest

+ 2-3 tetes phenolptalein

Titrasi dengan NaOH

Catat Volume NaOH NNaoOH

Amati
2)

Labu Erlenmeyer

Standarisasi HCl

+ 10 mL HCl

Titrasi dengan NaOH

+ 2 tetes phenolptalein

Amati

Catat volume NaOH

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

0,3 g soda kue

+ aquadest 60 mL

+ 2-3 tetes phenolptalein


Titrasi dengan HCl

+ 2-3 tetes metil jingga

Titrasi dengan HCl

Panaskan 2-3 menit

Amati

Titrasi dengan HCl

Ulangi pada 2 sampel lain

Hasil

IV. Data Pengamatan


1) Standarisasi NaOH

Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 6,23 6,23
2 Tdk berwarna Merah muda 6,23 12,44 6,21
Rata-rata 6,22

Reaksi : H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)


2) Standarisasi HCl
Titrasi ke Warna Awal Warna Akhir Vol. Awal Vol. Akhir Vol. NaOH
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 10,42 10,42
2 Tdk berwarna Merah muda 10,42 20,48 10,42
Rata-rata 10,42

Reaksi : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3) Penentuan Na2CO3 dalam soda kue

Titrasi ke Warna Warna Akhir Volume Volume Volume Indikator


Awal Awal Akhir HCl
1 Tdk berwarna Merah muda 0,00 1,15 1,15 PP
2 Merah muda Merah muda 1,15 7,25 6,10 MJ
kejinggaan
Dipanaska Merah muda Merah muda -
n kejinggaan jenuh
3 Merah muda Jingga muda/ 0,0 4,6 4,6 -
jenuh kuning
jingga

Reaksi : 2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2 H2O

V. Perhitungan dan Pengolahan Data


Pembuatan NaOH 0,1 N 600 mL

Mr NaOH = 32 + 16 + 1 = 40 g/mol

M = mol => N=Mxn

V 0,1 N = M x n

gram M = 0,1 N = 0,1 M

= Mr 1
Vp

Vl

0,1 M = gram x 1000

Mr V

0,1 M = gram x 1000

40 600

0,1 M = gram x 1,67

Mr

= 2,4 gram NaOH

Pembuatan HCl 0,1 N 500 mL

M1 . V1 = M2 . V2

10,67 . V1 = 0,1 . 500

V1 = 0,1 x 500

10,67

V1 = 4,689 mL

Pembuatan Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O) 150 mL


Mr H2C2O4 . 2H2O = (2x1) + (2x12) + (4x16) + (4x1) + (2x16) = 126 g/mol

M = gram x 1000 => N = M x n

Mr V M=N
0,05 M = gram x 1000 n

126 600 M = 0,1 = 0,05 M

= 0,05 . 126 . 150 2

1000

= 0,945 gram

1) Konsentrasi NaOH

mol H2C2O4 . 2H2O = mol NaOH

V1 . M1 . n1 = V2 . M2 . n2

10 . 0,05 . 2 = 6,22 . M2 . 1

1 = 6,22 . M2 . 1

M=1

6,22

= 0,16 M

2) Konsentrasi HCl

mol HCl = mol NaOH

V1 . M1 . n1 HCl = V2 . M2 . n2 NaOH

M . 10 . 1 = 0,16 . 10,42 . 1

M = 1,667

10
= 0,16 M 0,16 N (karena ion H+ = 1)

3) Kadar Na2CO3 dalam soda kue

HCO3- CO32-

Reaksi : CO32- + H+ pp
HCO3-

HCO3- + H+ MJ
H2O + CO2

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

[HCO3- ] => mol HCl = mol HCO3-

V1 . N1 = V2 . N2

1,15 mL . 0,1895 N = 60 mL . N2

= 3,63 x 10-2 N

[CO32-] => mol HCl = mol CO32-

M1 . V1 . n1 = M2 . V2 . n2

0,1895 N . 9,5 mL . 1 = N . 60 mL . 2

N = 1,80025

120

= 0,015 N

VI. Pembahasan
Pada praktikum Asidi Alkalimetri di lakukan sebanyak 3 kali percobaan, yaitu
standarisasi NaOH,standarisasi HCl, dan penentuan kadar Na 2CO3 dalam soda kue. Pada
standarisasi NaOH titrasi di lakukan duplo (2 kali) dengan menggunakan larutan baku
primer yaitu Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O). Larutan baku primer adalah larutan yang
telah di ketahui pasti konsentrasinya. Kemudian dengan menggunakan indikator
phenolptalein (pp), warna awal larutan yang asalnya tidak berwarna menjadi merah muda
dengan rata-rata volume NaOH yang terpakai 6,22 mL. Reaksinya adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Percobaan standarisasi HCl menggunakan penitrasi NaOH yang telah


distandarisasi. Percobaan duplo ini juga menggunakan indicator phenolptalein (pp)
sehingga warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah muda dengan rata-
rata NaOH yang terpakai 10,42 mL. Reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl (aq)
+ H2O(l)

Pada percobaan penentuan Na2CO3 dalam soda kue mengalami kendala. Saat
titrasi pertama dengan menggunakan indicator phenolptalein (pp) 5 tetes, lalu di titrasi
dengan HCl larutan sulit mendapatkan titik ekivalen sehingga percobaan ini di lakukan
bersama-sama dengan kelompok lain. Pada titrasi pertama menggunakan indicator
phenolptalein (pp) warna awalnya tidak berwarna dan warna akhirnya merah muda pada
volume HCl 1,15 mL. Selanjutnya titrasi kedua dengan indicator metal jingga (mj) warna
awalnya merah muda dan warna akhirnya pink jingga pada volume titrasi 6,10 mL.
Kemudian larutan di panaskan untuk membebaskan karbondioksida (CO2) dan larutan
berubah warna menjadi merah muda jenuh. Lalu titrasi dilanjutkan untuk mendapat titik
akhir titrasi dan didapat volume HCl 4,60 mL dengan warna akhir larutan kuning jingga.
Reaksinya adalah
2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O
Indicator yang digunakan untuk titrasi juga harus disesuaikan dengan pH larutan.
Seperti indicator phenolptalein (pp) perubahan warna yang terjadi pada pH basa
sedangkan metil jingga/metil orange pada larutan dengan pH asam, karena untuk
kepentingan titrasi, indicator tersebut akan merubah warna pada saat titik ekivalen
tergantung pH dari larutan tersebut.

Setelah perhitungan, didapatkan [NaOH] yaitu 0,16 M, [HCl] yaitu 0,16 M, dan
soda kue yang merupakan HCO3- dan CO32- memiliki masing-masing normalitas 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Percobaan yang di lakukan duplo (2 kali) bertujuan agar diketahui
hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya (lebih akurat).

VII. Kesimpulan

Asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu


larutan dan termasuk dalam reaksi netralisasi. Dari percobaan ini di dapatkan konsentrasi
larutan NaOH yaitu 0,16 M dan konsentrasi larutan HCl 0,16 M. Dan pada penentuan
Na2CO3 dalam soda kue, didapatkan normalitas HCO3- dan CO32- masing-masing 3,63 x
10-3 N dan 0,015 N. Reaksi kimia pada percobaan standarisasi NaOH adalah

H2C2O4 . 2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

Pada standarisasi HCl reaksinya HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada penentuan Na2CO3 dalam soda kue reaksinya


2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)

CO2
H2O

Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Dasar Untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

Jimmy, Ahyari. 7 April 2008. Asidi Alkalimetri. Available at

http://blogkita.info/asidi-alkalimetri/ diakses pada 18/9/12 pukul 20.21

Phiins Blog. 11 Oktober 2010. Percobaan Asidi-Alkalimetri. Available at

http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/percobaan-asidi-alkalimetri/ diakses
18/9/12 pukul 20.35

Diposkan 4th October 2012 oleh Dyah Dwi Poerwanto

Memuat
Kirim masukan

http://dyahdwii.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai