Anda di halaman 1dari 19

TUGAS INDIVIDU

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT RABIES

Di Susun
Oleh

WA ANITA ODE
KELAS SIANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang

Epidimiologi Rabies. Penulisi menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan ini dari awal sampai akhir. Khususnya buat

dosen pembimbing . Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita.

Amin.

Kairatu, 06 November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... xi

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 3

BAB II TIJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4

A. Pengertian Penyakit Rabies............................................................... 4


B. Identifikasi Rabies............................................................................... 4
C. Agen penular Rabies........................................................................... 5
D. Kejadian Rabies................................................................................... 6
E. Reservoir Rabies.................................................................................. 8
F. Cara penularan Rabies....................................................................... 9
G. Manifestasi klinis Rabies..................................................................... 9
H. Kerentanan dan ketahanan................................................................ 9
I. Pencegahan dan penanggulangan...................................................... 10

BAB III PENUTUP......................................................................................... 14

A. Kesimpulan......................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................... 15

DATAR PUSTAKA........................................................................................ 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

jika manusia tersebut terpapar terhadap factor lingkungan pada tingkat yang
tidak dapat ditenggang keberadaannya. Seorang tokoh di dunia kedokteran

Hipokrates (460-377 SM) adalah tokoh yang pertama-tama berpendapat

bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan fenomena alam dan

lingkungannya.

Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang didapat

karena fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies disebabkan oleh

gigitan anjing, kera dan kucing serta hewan yang berdarah yang berada

disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa bintang tersebut merupakan

fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita.

Rabies ditemukan pada hampir semua negara di dunia, kecuali

Australia, Inggris, sebagian besar Skandinovia, Islandia, Yunani, Portugal,

Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru, Brunai, Jepang dan Taiwan.

Jumlah kematian karena rabies di seluruh dunia diperkirakan mencapai

55.000 orang pertahun dan terbanyak di negara Asia, Afrika, Amerika Selatan

dan Eurasia. Negara endemis rabies antara lain India, Srilanka, Pakistan,

Bangladesh, China, Filipina, Thailand, Indonesia, Meksiko, Brazilia, Amerika

Serikat, dan Amerika Tengah. Negara dengan kejadian tertinggi di dunia

adalah India dengan 30.000 kasus kematian pertahun atau 3 : 100.000

penduduk (1990 - 2000) kurang lebih 60 % dari kematian karena rabies di

seluruh dunia (control rabies India 2003; V (182) 11-15)

Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di Indonesia. Arti

penyakit ini tidak saja dampak kematian manusia yang ditimbulkannya tetapi

juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan


ketidaknyamanan) pada orang-orang yang terpapar serta kerugian ekonomi

pada daerah yang tertular seperti biaya pendidikan, pengendalian yang harus

dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara dan masyarakat yang hilang

akibat pembatalan kunjungan wisatawan.

Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Schoorl (1884) di

Jakarta pada seekor kuda, kemudian oleh JW Esser (1889) di Bekasi pada

seekor Kerbau. Setelah Penning (1890) menemukan rabies pada anjing, rabies

ini menjadi penyakit yang popular di Indonesia (Hindia Belanda saat itu).

Rabies pada manusia dilaporkan lebih belakangan yaitu oelh de Haan pada

tahun 1894. Campur tangan (intervensi) pemerintah terhadap pengendalian

rabies secara formal telah dilakukan sejak era 1920-an, terbukti dengan

penetapan ordonansi rabies Hondsdolheids (Staatsblad 1926 No. 451 yo

Staatblad 1926 No. 452) oleh pemerintah colonial Belanda.

Dalam sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia,

walaupun ada wilayah yang berhasil dibebaskan, namun Indonesia tidak

berhasil menghentikan perluasan daerah tertular rabies di Indonesia. Daerah

tertular rabies yang semula hanya beberapa provinsi saja sebelum Perang

Dunia II.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah makalah ini adalah:

1. Apa pengertian penyakit rabies?

2. Bagaimana identifikasi penyakit rabies?

3. Jelaskan mengenai agen penular penyakit rabies


4. Bagaimana kejadian rabies di dunia?

5. Jelaskan tentang reservoir penyakit rabies

6. Bagaimana cara penularan penyakit rabies?

7. Jelaskan manifestasi klinis penyakit rabies yang meliputi masa inkubasi

dan masa penularan

8. Jelaskan kerentanan dan ketahanan penyakit rabies

9. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit rabies?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian penyakit rabies

2. Untuk mengetahui identifikasi penyakit rabies

3. Untuk mengetahui agen penular penyakit rabies

4. Untuk mengetahui kejadian rabies di dunia

5. Untuk mengetahui reservoir penyakit rabies

6. Untuk mengetahui cara penularan penyakit rabies

7. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit rabies yang meliputi masa

inkubasi dan masa penularan

8. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit rabies

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Rabies

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang

ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus


rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi

kucing, anjing, atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan

kelenjar saliva (air liur) hewan yang terinfeksi

B. Identifikasi Rabies

Suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan

biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise,

perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering

muncul adalah eksitabilitas dan aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah

terjadinya paresis atau paralisis, kejang otot-otot menelan menjurus kepada

perasaan takut terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium dan

kejang. Tanpa intervensi medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-

kadang lebih, 428 kematian biasanya karena paralisis pernafasan.

Diagnosa ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA yang spesifik terhadap

jaringan otak atau dengan isolasi virus pada tikus atau sistem pembiakan sel.

Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA spesifik

dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk kepaa bagian yang

berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi pada mencit

atau kultur sel.

C. Agen penular Rabies

Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga

Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Semua anggota genus ini mempunyai

persamaan antigen, namun dengan teknik antibodi monoklonal dan nucleotide

sequencing dari virus menunjukkan adanya perbedaan tergantung spesies


binatang atau lokasi geografis darimana mereka berasal. Virus yang mirip

dengan rabies yang ditemukan di Afrika (Mokola dan Duvenhage) jarang

menyebabkan kesakitan pada manusia mirip seperti rabies dan jarang yang

fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan pertama kali pada tahun 1996, pada

beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar di Australia dan telah

menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala penyakit seperti

rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama Lyssavirus kelelawar

Australia. Virus ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan

virus rabies klasik. Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus

yang mirip rabies inim dengan teknik pemeriksaan standard FA test

kemungkinan didiagnosa sebagai rabies.

Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara

lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika

Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan

Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang

masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan

lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan

hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk

melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan

bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke

jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.

D. Kejadian Rabies
Tersebar di seluruh dunia, dengan perkiraan 35.000 40.000 kematian

per tahun, hampir semuanya terjadi di negara berkembang. Dari tahun 1980

sampai dengan 1997, di Amerika Serikat, 36 kematian pada manusia oleh

karena rabies telah dilaporkan; 12 diantaranya kemungkinan didapat di luar

Amerika Serikat. Dari mereka yang diduga terinfeksi di Amerika Serikat,

lebih dari separuh meninggal karena rabies yang dikaitkan dengan kelelawar.

Sejak tahun 1950 kematian manusia karena rabies secara bertahap menurun,

sebagai hasil dari pemberian imunisasi rabies secara rutin kepada anjing dan

kucing dan meningkatnya efektivitas pengobatan prophylaxis pasca paparan.

Rabies adalah penyakit yang terutama menyerang binatang. Daerah dengan

populasi binatang yang saat ini bebas dari rabies hanyalah Australia, New

Zaeland, Papua Nugini, Jepang, Hawaii, Taiwan, Oceania, United Kingdom,

Irlandia, Iceland, Norwegia, Swedia, Finlandia, Portugal, Yunani, India

bagian Barat dan Kepulauan Atlantik. Urban (atau Canine) rabies ditularkan

oleh anjing, sedangkan sylvatic rabies adalah penyakit carnivora liar dan

kelelawar, yang menular secara sporadis kepada anjing, kucing dan ternak.

Di Eropa, rabies rubah menyebar luas, namun telah menurun sejak

tahun 1978 pada saat imunisasi dengan vaksin rabies oral dimulai; Di Eropa

Barat, jumlah kasus rabies menurun drastis sejak tahun 1992, kecuali rabies

pada kelelawar. Sejak tahun 1986 kasus rabies kelelawar telah dilaorkan dari

Denmark, Belanda dan Jerman Barat. Di Amerika Serikat dan Kanada rabies

liar sering melibatkan racoon, musang (skunk), rubah, coyotes dan kelelawar.

Telah terjadi epizootik progresif diantara racoon di Amerika Serikat bagian


Tenggara sejak lebih dari satu dekade dan sekarang telah mencapai New

Enland, dan saat ini diantara coyotes dan anjing di Texas Selatan telah terjadi

penyebaran virus ke binatang domestik dan umumnya adalah kepada kucing.

Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting virus

rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub utara),

luwak (Afrika Selatan,Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar (Amerika

Selatan) juga merupakan vektor penyakit yang penting. Di Amerika, rabies

kucing sekarang ini dilaporkan lebih seringdaripada rabies anjing; sehingga

vaksinasi kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada binatang

buas bertanggung jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang

dilaporkan,dengan anjing dan kucing hanya sekitar 2-3%.

Dilaporkan oleh WHO, setiap tahunnya kurang lebih ditemukan

40.000 kasus. Di Columbia hampir 2% penderita yang di otopsi

menggambarkan suatu rabies. Di Amerika Serikat lebih dari 25 orang

pertahun pada tahun 1940an tapi sejak tahun 1960 terdapat penurunan yakni

hanya 6 orang pertahun. Di Amerika Serikat, pria lebih banyak dari wanita (1-

4,6) pada penelitian ini ditemukan pria lebih banyak daripada wanita yakni

pria sebanyak 4 orang (80 %) dan wanita hanya 1 orang (20%). Dengan

kelompok umur terbanyak antara 61-70 tahun pada 2 orang (40%), 31-40

tahun pada 1 orang. (20%).

Kasus gigitan hewan penular rabies yang tahun 2009 tercatat 21.806

kasus, selama 2010 sampai 7 Oktober lalu melonjak menjadi 43.174 kasus.

Adapun korban meninggal melonjak dari 28 orang pada tahun 2009 menjadi
di atas 70 orang selama 2010. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan,

jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun

belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926

kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah

gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal

karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban

gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.

Tahun 2010, terjadi pula kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan daerah

Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terdapat rabies.

Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya

dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI

Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat.

E. Reservoir Rabies

Sebagai reservoir adalah berbagai Canidae domestic dan liar, seperti

anjing, serigala, coyote, rubah, dan mamalia menggigit lainnya. Kelelawar

frugivorous (pemakan buah) dan insectivorous (pemakan serangga)

ditemukan di Amerika Serikat dan Kanada bahkan Eropa. Di Negara

berkembang Anjing tetap menjadi reservoir utama.

F. Cara penularan Rabies

Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang

terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan

menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah


anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat

ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air

liur binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang

terjadi, umumnya penularan melalui gigitan

G. Manifestasi klinis Rabies

1. Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala

penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang

lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling

lama 1 tahun

2. Masa Penularan

Pada anjing dan kucing, terjadi untuk 3-10 hari sebelum ada gejala klinik

(jarang lebih dari 3 hari) dari penyebaran penyakit secara keseluruhan.

Penularan sangat jarang terjadi pada periode yang panjang.

H. Kerentanan dan ketahanan

Semua hewan yang berdarah pans adalah hewan rentan dan ketahanan

manusia tergantung dari daya tahan tubuh yang dimiliki. Semua mamalia

rentan terhadap rabies dengan berbagai tingkatan yang sangat dipengaruhi

oleh strain virus. Manusia paling resisten terhadap infeksi dibandingkan

dengan banyak spesies binatang, hanya sekitar 40% dari orang Iran yang

dipastikan digigit binatang yang menderita rabies berkembang menjadi sakit.

I. Pencegahan dan penanggulangan

1. Pencegahan
a. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai

dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.

b. Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan

yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi

Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter

Hewan Praktek. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari

penyakit rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga

anda.

c. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan

atau sedang diajak berjalan-jalan.

d. Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan

hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh

hewan liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.

e. Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang

liar yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda. Hindari

kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.

f. Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh.

Jangan coba coba memberi mereka makan, membelai ataupun

memelihara mereka di rumah walaupun kelihatan sangat jinak.

g. Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.

h. Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke

pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi

rabies
2. Penanggulangan

Tindakan Penanganan Kasus Gigitan, Setiap penderita kasus gigitan oleh

hewan penular rabies harus diduga sebagai tersangka rabies, tindakan

yang harus dilakukan adalah:

a. Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:

Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan

dan diberi yodium tinture atau alcohol 70%

Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk

penanganan lebih lanjut.

b. Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian

setempat.

c. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas

Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika

hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka

hewan tersangka dinyatakan positif rabies

d. Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut

divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau

dibunuh bila tidak ada pemilik.

Peraturan perundang-undangan tentang rabies yakni tahun 1926

pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing,

kucing, dan kera. Yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun

1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan

rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara

berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin

immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies

kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang

sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin

immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine

immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin

manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.

Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong

yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30

hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies,

namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-

penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies.

Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada

orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti

pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja

pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini

harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk

memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin

rabies.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang

ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus

rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies disebabkan oleh virus

rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan


penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008,

kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal

karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus

dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010

hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus

dengan kematian 113 orang.

Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang

terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan

menginfeksi tubuh manusia. Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan

sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada

anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3

minggu dan paling lama 1 tahun

Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan

rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang,

meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi)

yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang

mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu,

WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda

(purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran

immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa

negara ini.

B. Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terhadap pembaca khuusnya yang

memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, dll agar dapat menjadi

seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksaan hewan

peliharaan mengingat penyakit-penyakit yang dapat menyerang hewan

tersebut yang tidak menutup kemungkinan mendatangkan bahaya terhadap

pemelihara itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bogia, Steven Yohanes.2012. Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Uji


Pewarnaan Sellers dan Fluorescent Antibody Technique (FAT) dalam
Mendiagnosa Penyakit Rabies di Bali. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, 15 Maret 2014
Calvin Iffandi. 2013. Sebaran umur korban gigitan anjing diduga berpenyakit
rabies pada manusia di Bali. Fakultas Kedoktran Hewan Universitas
Udayana, 15 Maret 2014
Ewaldus Wera., dkk.2012. Kerugian ekonomi akibat penyakit rabies di provinsi
Nusa Tenggara Timur, Universitas Nusa Cendana Kupang, , 16 Maret 2014
Faisah, Nurul., dkk.2012. Gambaran klinik sapi bali tertular Rabies di Ungasan,
Katub dan Peninge. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, 16
Maret 2014
Fridolina Mau., dkk. 2010. Pemetaan daerah penyebaran kasus rabies dengan
metoge GIS (Geographical Informasion System) di Kabupaten Sikka
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Staf B2P2VRP Salatika, 16 Maret 2014
Herlinae., dkk.2013. Hubungan pengetahuan masyarakat pemelihara anjing
tentang bahaya rabies terhadap partisipasi pencegahan. Universitas Kristen
Palangkaraya, 15 Maret 2014
Jeanych Wattimena. & Suharya.2010. Beberapa factor risiko kejadian rabies pada
anjing di Ambon. FKM Universitas Dian Nuswantoro, 15 Maret 2014
Sri Utami. & Bambang Suwiarto.2010. Identivikasi Virus rabies pada anjing liar
di Kota Makassar. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, 16
Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai