Departemen Antropologi FISIP UI mengadakan kuliah umum yang berjudul Applied Agrometeorology of
Todaypada Senin (28/10) di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI dengan mengundang Prof. Kees Stigter
sebagai pematerinya. Ia adalah profesor emeritus bidang agrikultur dari Wageningen University, Belanda.
Agrometeorologi adalah sebuah ilmu yang melakukan pengaturan dan rekayasa terhadap berbagai sumber daya
yang ada seperti air, tanah, dan udara dalam rangka mendukung kegiatan pertanian. Ilmu ini dapat berimplikasi
pada meningkatnya taraf hidup petani. Mereka mendapat banyak kemudahan dan peningkatan keuntungan dengan
diterapkannya ilmu ini dalam pertanian.
Salah satu bentuk dari agrometeorologi adalah melakukan prediksi terhadap cuaca maupun iklim. Prof. Kees
Stigter sebagai contoh, memiliki kelompok tani di Gunung Kidul Yogyakarta yang ia bina. Para petani ini mereka
ajak untuk terlibat langsung mengukur curah hujan yang terjadi di daerah tempat mereka bercocok tanam. Setiap
hari para petani ini diminta untuk mencatatnya.
Catatan dan hasil pengamatan yang ada kemudian didiskusikan dengan tim pendamping. Berdasarkan dua hal
itulah kemudian ditentukan waktu-waktu yang tepat dalam memulai kegiatan pertanian. Contoh lainnya adalah
melakukan persiapan terhadap kemungkinan terjadi bencana yang dapat merusak tanaman pertanian.
Selain dasar keilmuan yang bersifat teknis tentang pertanian dan meteorologi, dalam penerapannya,
agrometeorologi membutuhkan para ilmuwan sosial, khususnya antropolog. Antropolog inilah yang berperan
untuk menjadi mediator antara petani setempat dengan tenaga-tenaga ahli yang ada.
Para antropolog ini pula yang nantinya mengedukasi para petani untuk terus belajar dan melakukan pembiasaan
dalam menggunakan teknologi agrometeorologi ini dalam pertanian. Dari pembiasaan-pembiasaan tersebut
kemudian lahir suatu budaya pertanian yang baru, yang dalam prosesnya bisa lebih efisien dan efektif. (IRH)
Agrometeorologi
13 October 2014 by Indra Putra in Agrometeorologi.
Agro = Pertanian
Secara umum, Agrometeorologi merupakan penerapan / penggunaan meteorologi dalam bidang pertanian.
1. Ruang LIngkup Agrometeorologi
Membahasa faktor meteorologi, hidrologi dan pedologi yang mempengaruhi produksi pertanian dan juga interaksi
pertanian dengan lingkungannya.
1.
o Tujuannya adalah untuk menjelaskan efek tersebut dan membantu para petani
dengan menerapkan pengetahuan dan informasi yang mendukung dalam praktek dan
jasa agrometeorologi.
o Secara spasial praktek dan jasa meteorologi meluas dari lapisan tanah terdalam
tanaman dan akar-akan tanaman (pedosfer), melalui lapisan udara dekat permukaan
dimana tanaman dan pohon tumbuh dan hewan hidup, ke tingkat yang lebih tinggi di
atmosfer dimana proses transport dan penyebaran debu, benih dan serbuk sari
terjadi.
o Subyek lainnya adalah karakterisasi agroklimat, hama dan penyakit serta kontrolnya.
Kualitas produk pertanian, aspek kenyamanan hewan ternak, produksi tanaman selain
untuk tujuan pangan seperti produksi biomass sebagai sumber daya energi
terbarukan.
o Perhatian besar juga diberikan terhadap dampak perubahan iklim dan variabilitasnya.
Termasuk monitoring, peringatan dini, dan estimasi perubahan resiko kejadian ekstrem
semacan kekeringan, penggurunan dan banjir.
o Pertanian intensif mempengaruhi lingkungan, Gas RUmah Kaca (CO2, metana dan
NOx), amoniak dan ozon troposfer.
o Jadi, Agrometeorologi mempunyai peran utama dalam pemahaman tentang emisi dan
polusi dari berbagai sistem produksi tak berkelanjutan.
o Manajemen air untuk meyakinkan bahwa suplai air cukup dan pemeliharaan kualitas
air permukaan dan bawah permukaan merupakan topik kunci.
o Sistem dukungan terhadap jasa dan praktek Agrometeorologi meliputi data, riset,
training/pendidikan/ekstensi dan lingkungan kebijakan.
o Remote Sensing memberikan akses pada parameter biofisika tambahan seperti indeks
vegetasi dan temperatur permukaan.
Keyword : Agro, Tujuan, Spasial, Karakterisasi, agroklimat, pertanian, energi, perubahan iklim, manajemen
air, sistem dukungan, GIS, DSS, Remote sensing, pelatihan.
Perbandingan beberapa jenis hasil pertanian di lintang menengah (Temperate) dan lintang tropis (Tropic)
Dari data tersebut terlihat bahwa hasil pertanian di daerah tropis masih kalah dibandingkan hasil pertanian
di lintang menengah. Hal ini mungkin disebabkan karena teknologi pertanian masih belum banyak
digunakan di daerah tropis. Dari segi geografis, daerah tropis terletak di peralihan dari Tropic of Cancer
hingga Tropic of Capricorn dimana sinar matahari dan suhu yang hangat relatif dominan sepanjang tahun.
Curah hujan juga cukup melimpah akibat dari banyaknya penguapan dan pemanasan yang terjadi yang
disebabkan radiasi matahari.
Namun, tanah di daerah tropis banyak tak stabil, mudah tererosi, hilang kesuburan dan kandunga zat
haranya disebabkan perlakuan yang salah pada pemeliharaan tanah tersebut. Penggunaan pupuk sejenis ZA
dan TSP dalam jangka panjang dapat menyebabkan pengerasan tanah.
Faktor temperatur membatasi perluasan spesies tanaman. Kebanyakan tanaman tumbuh pada suhu 10-40
derajat celcius dan menghasilkan secara ekonomis pada temperatur bulanan rata-rata 15-30 derajat celcius.
Sehingga, sangat kecil kemungkinan menyelamatkan tanaman dari musim dingin pada suhu yang rendah
dimana frost dan suhu yang rendah dapat menyerang kapan saja dan menyebabkan kematian pada tanaman.
Ketahanan pangan adalah situasi dimana setiap orang sepanjang waktu dapat memiliki akses secara fisik, sosial
dan ekonomi tehadap pangan yang bergizi, aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan
selera budaya masing-masing, untuk melaksanakan kehidupan yang sehat dan aktif.
Definisi ketahanan pangan menurut UU No. 7 Tahun 1996 tentang pangan :
Ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana setiap rumah tangga mempunyai akses yang cukup baik dari segi
kualitas, kuantitas serta aman dan terjangkau.
Dengan demikian, maka ketahanan pangan secara keseluruhan meliputi :- Cukup dan baik
dari segi jumlah maupun mutunya serta keragamannya sehingga terpenuhi kebutuhan akan
gizi untuk hidup sehat dan produktif.
Aman, bebeas dari cemaran biologi dan kimia, benda lain yang mengganggu, merugikan,
dan membahayakan kesehatan serta aman dari kaidah agama.
Merata, pangan harus tersedia setiap saat dan merata pada lokasi yang mebutuhkan
Terjangkau, secara fisik pangan dapat diperoleh setiap waktu oleh rumah tangga dengan
harga yang terjangkau.
C. Prospek kedepan ?
Luas lahan tergarap terlalu sempit (8 juta ha) untuk kecukupan pangan 242 juta jiwa
Pola konsumsi makanan poko seragam, beras- Prasarana irigasi 52% rusak
Kehilangan hasil panen akibat serangan hama, penyakit, kekeringan, kehilangan secara fisik, pemborosan pangan
besar
Harga beras ditahan tetap murah
Masyarakat menyukai pangan yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri
Amerika utara dan Kanada : 130(90), 135(00), 148(15), 150(25), 172(50)- Amerika latin : 119, 118, 116,
118,117
Eropa Barat, timur dan bekas Uni Soviyet : surplus
Asia selatan, China, Timur tengah, Asia tenggara, Kepulauan pasifik dan Negara-negara Afrika : Defisit
Indonesia : 90(90), 92(00), 95(15), 91(25), 90(50)
2010 : 66 juta ton GKG, 31 juta ton siap konsumsi; jumlah penduduk 237 juta jiwa; kebutuhan beras 34 juta ton;
neraca produksi kebutuhan beras -7%
2011 : defisit 5,5%
2015 : defisit 10%
2020 : defisit 14,5%
2022 : defisit 16%
2025 : defisit 18%
Sistem produksi pangan harus menjadi tugas inter ministerial (PU, pertanian, perdagangan, perhubungan, dalam
negeri, bank dsb.)
Perluasan areal lahan untuk tanamana pangan, idealnya 1000 m2/kapita > pada tahun 2015: 25 juta ha.
Peningkatan produksi pangan dan menjaga harga jual.- Membangun prasarana produksi (seperti irigasi) dan
distribusi pangan yang modern dan efisien
Penyiapan tenaga kerja produsen dengan ketrampilan, IPTEK dengan luas minimal 2 ha.