DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
ditemukan pada pria yang memasuki usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic
Hiperplasia (BPH) yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai hampir
15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59
tahun prevalensinya mencapai hampir 45% dan pada usia 60 tahun mencapai
angka sekitar 43%. Angka kejadian BPH di Indonesia sebagai gambaran hospital
prevalensi di dua Rumah Sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras
prostat yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra
atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus
kemih atas maupun bawah. Adanya BPH ini akan menyebabkan terjadinya
obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non
pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping pemeriksaan fisik pada
konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari
ternyata hanya 26-34% yang positif kanker prostat pada pemeriksaan biopsi.
33%.
BAB II
PEMBAHASAN
I. ANTOMI PROSTAT
Kelenjar prostat adalah salah saiu organ genitalia pria yang terletak
prostat. Zona ini rentan lertiadap inflamasi dan merupakan tempat asal
karsinoma terbanyak.
c. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resislen tethadap inflamasi.
d. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai
e. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
semen. Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6.5).
Selain itu dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang
kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret proslat dikeluarkan
prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi.
III. DEFINISI
Hiperplasia Prostat Benigna sebenarnya adalah suatu keadaan dimana
jaringan prostat yang asli ke perifer. Selain itu, BPH merupakan pembesaran
kelenjar prostat yang bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-laki yang
IV. ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab
estrogen-testosteron, (3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat,
(4) Berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan (5) Teori Stem sel.5
a. Teori Dihidrotestosteron (DHT)
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metaboli androgen yang
sangat penting pada pertumbuhan sel- sel kelenjar Prostat. Dibentuk dari
tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada Prostat normal, hanya saja
pada BPH, aktivitas enzira 5a-reduktase dan jumlah reseptor androgen
lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan pada BPH lebih sensitif
dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel kelenjar Prostat
menemukan jumlah kematian sel- sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari
semua keadaan ini adalah. Meskipun rangsangan terbentuknya sel- sel bam
ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih
besar.5
c. Interaksi stroma epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan
sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma
melalui suatu mediator (growth factor) tertentu. Setelah sel- sel stroma
mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel- sel stroma mensintesis
suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel- sel stroma itu
sendiri secara intrakin dan autokrin, sola mempengaruhi sel- sel epitel
antara laju prolifersi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-
kelenjar prostat. selain ada hubungannya dengan stroma dan epitel. juga
ada hubungan antara jenis-jenis sel epitel yang ada di dalam jaringan
prostat. Stem sel akan berkembang menjadi sel transit, yang keduanya
sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen, sehingga dengan
di dalam sel- sel kelenjar prostat hormon akan dirubah menjadi metabolit
buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi
yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli- buli berupa
divertikel buli- buli. Perubahan struktur pada buli- buli tersebut, oleh pasien
dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower
prostatimus.5
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-
buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara
ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau
Obstruksi Irilasi
Hesistansi Frekuensi
Pancaran miksi lemah Nokturi
Intermitensi Urgensi
Miksi tidak puas Disuria
Distensi abdomen Urgensi dan disuria jarang jika ada di
Terminal dribbling (menetes) sebabkan oleh ketidak stabilan
Volume urine menurun delrusor sehingga terjadi kontraksi
involunte
Mengejan saat berkemih
Tabel 1. Gejala obstruksi dan Iritasi Benigna Prostat Hipeiplasia
buli untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami
lain:
1) Volume buli-buli tiba-tiba penuh (cuaca dingin, konsumsi obat-obatan
infeksi Prostat)
3) Setelah mengkonsumsi obat-obat yang dapat menurunkan kontraksi otot
BPH, dibuatlah suatu skoring yang valid dan reliable. Terdapat beberapa
(AUA). Skor AUA berdiri dari 7 pertanyaan. Pasien diminta untuk menilai
sendiri derajat keluhan obstruksi dan iritalif mereka dengan skala 0-5. Total
skor dapat berkisar antara 0-35. Skor 0-7 ringan, 8-19 sedang, dan 20-35 berat.
intra abdominal.
anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik
(Brunner & Suddarth, 2001). Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi
4 gradiasi, yaitu:
dari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat
lebih menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50
gambaran (tonus sfingter ani, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti
benjolan di dalam rektum dan tentu saja meraba prostat. Pada perabaan
Pada BPH akan ditemukan Prostat yang lebih besar dari normal,
permukaan licin dan konsistensi kenyal.12 Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi
kelainan pada traktus urinaria bagian alas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan
apabila sudah terjadi pnielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok
pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total,
buli-buli penuh (ditemukan massa supra pubis) yang nyeri dan pekak pada
kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti
batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis,
urin setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang
masih dapat ultrasonografi kandung kemih setelah miksi. Sisa urin lebih dari
pada hipertrofi prostat. Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan
mengukur pancaran urin pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri. Angka
normal pancaran kemih rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran maksimal
atau glukosa.
b. Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus
diujikan
c. Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
ginjal kronis pada pasien yang menuliki postvoid residu (PVR) yang
tinggi.
d. Gula darah
Mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat
hyperplasia
Gambar 5 Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Benigna Prostat
Hiperlasia
yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda suatu retensi urine
b. Pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS)5,7,10
Adalah tes USG melalui rectum. Dalam prosedur ini, probe
USG untuk memandu jarum biopsi untuk tumor yang dicurigai. Jarum
rumus : (H x W x. L) .
c. Sistoskopi 7,11
Dalam pemeriksaan ini. disisipkan sebuah tabung kecil melalui
e. Sistografi Buli 11
Prostat Hiperplasia
4.
Pemeriksaan lain5,12
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara
mengukur:
Residual urin:
Jumlah sisa urin setelah miksi. dengan cara melakukan
BPH. Pada aliran urin yang lemah aliran urin kurang dari 15 mL/s dan
jumlah air seni yang tertinggal di dalam kandung kemih setelah buang
air kecil segera sebelum tes dan sisa urin ditentukan oleh USG atau
kateterisasi.
Keterangan :
Gambaran aliran urin atas : dewasa muda yang asimtomatik, aliran urin lebih dan
Gambaran aliran urin bawah : dewasa tua dengan benigna hyperplasia prostat,
terlihat waktu berkemih memanjang dengan aliran urin kurang dan 10mL/s,
IX. KOMPLIKASI
Retensi urine akut - ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin, distensi
tidak nyeri
Batu buli
Hematuri
Inkontenensia-urgensi
Hidroureter
Hidronefrosis - gangguan pada fungsi ginjal
Hiperplasia Prostat
Hidronefrosis
Hidroureter
X. PENATALAKSANAAN
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik.
tanpa mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat saja. Namun
volume residu urine serelah miksi dan (6) mencegah progretifitas penyakit.
reduktese
Fisioterapi 1. TURP
Hormonal 2. TUIP
3. TULP
Elektovaporasi
Riwayat
Pemeriksaan fisik & DRE
Urinalisa
PSA (meningkat/tidak
Tes diagnostic
Watchful waiting Terapi medis
Presssure flow
Uretrosistoskopi
USG prostat
Hiperplasia15
a. Watchful waiting5
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS
Pasien tidak mendapat terapi namun hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu
mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi
kurangi makanan pedasadan asin, dan (S) jangan roenanan kencing lerialu
lama.
keluhannya apakah menjadi lebih baik (sebaiknya memakai skor yang baku),
b. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamemosa adalah berusaha untuk : (1) mengurangi
reduktase.)
1)
Penghambai reseptor adrenergik -5
Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih. yang
pembedahan
1)
Microwave transurelhral
Pada tahun 1996, PDA menyetujui perangkat yang menggunakan
selama prosedur.
Prosedur ini memakan waktu sekitar 1 jam dan dapat dilakukan
d. Bedah
1) Operasi transurethral. 5,11 ,13,16,17
Pada jenis operasi, sayatan ekstemal tidak diperlukan. Setelah
irigasi, dan loop listrik yang memotong jaringan dan segel pembuluh
darah.
Cairan irigan yang dipakai adalah aquades . kerugian dari
pasien yang mulai gelisah, somnolen das tekanan darah meningkat dan
Gambar 14. (a) TURP (b) Cara melakukan Turp, (c) uretra pristatika pasca TURP
Prosedur bedah yang disebut insisi transurethral dan prostat (TUIP), prosedur ini
kemih, di mana terdapat kelenjar prostat. Prosedur ini digunakan pada hiperplasi
prostat yang tidak terlalu besar, tanpa ada pembesaran lobus medius dan pada
(>100 gram), ketika ada komplikasi, atau ketika kandung kemih telah rusak
Penyakit yang dapat terjadi adalah inkontinensia urin (3%), impotensia (5-
pada suhu yang lebih dari IOOC mengalami vaporasi. Teknik laser
flow rale lebih rendah daripada pasca TURP. Serat laser melalui uretra ke
a) Interstitial laser coagulation. Tidak seperil prosedur laser lain, koagulasi laser
interstisial tempat ujung probe serat optik langsung ke jaringan prostat untuk
menghancurkannya.
menghancurkan jaringan prostat. Cara sama dengan TURP, hanya saja teknik
ini memakai roller ball yang spesifik dengan mesin diatermi yang cukup kuat,
sehingga mampu membuat vaporasi kelenjar prostat. Teknik ini cukup aman
tidak menimbulkan perdarahan pada saat operasi. Namun teknik ini hanya
ditentukan pada prostat yang tidak terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan
waktu.
e. Kontrol berkala5
Walchfull waiting
Kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah
skor
Pembedahan
Paling lambat 6 minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan
penyulit.
BAB III
KESIMPULAN
pada populasi pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar dapat
kelenjar (jaringan dalam kelenjar prostat). Gejala dari pembesaran Prostat ini
bedah konvensional, dan terapi minimal invasif. Prognosis untuk BPH berubah-
ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya denderung
meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
SagungSeio.
5. Rahardjo. J. 1996. Prostat Hipertropi. Dalam : kumpulan Ilmu Bedah.
EGC. 1994.
8. Sjafei M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. Dalam : Pembesaran