PENDAHULUAN
melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang paling
berhubungan dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Skizofrenia juga
sering kali menimbulkan rasa takut, kesalahpahaman dan penghukuman bukan simpati atau
dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang
mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar.
Skizofrenia terbagi menjadi 5 tipe atau kelompok yaitu : (1) Skizofrenia tipe hibrefrenik,
(2) Skizofrenia tipe katatonik, (3) Skizofrenia tipe paranoid, (4) Skizofrenia tipe residual, dan
(5) Skizofrenia tipe tak tergolongkan. Salah satu tipe dari Skizofrenia adalah skizofrenia
residual merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala Skizofrenia yang tidak begitu menonjol.
Misalnya alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi (inappropriate),
penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak
rasional atau pelonggaran asosiasi pikiran. Meskipun gejala-gejala Skizofrenia tidak aktif
atau tidak menampakkan gejala-gejala positif Skizofrenia, hendaknya pihak keluarga tetap
mewaspadainya dan membawanya berobat agar yang bersangkutan dapat menjalankan fungsi
(sosialisasi). (Hawari,2014).
Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah terjadinya
lingkungannya, seseorang tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2016, terdapat sekitar 35 juta orang terkena
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
Data dari Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala
depresi dan ansietas) sebesar 6 % untuk usia 15 tahun ke atas atau sekita 14 juta orang. . Hal
ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia.
Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7
per 1000 penduduk . Hal ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat
(psikotis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau
Selama praktik 2 minggu di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Jiwa Menur , penulis
menemukan jumlah pasien yang mengalami Harga Diri Rendah sebanyak 2 orang dari 20
orang pasien atau sekitar 10% dari jumlah pasien yang menjalani rawat inap di ruang Wijaya
Kusuma.
Gangguan harga diri adalah perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif,
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Fajariyah, 2012). Harga diri
seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi
jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan
mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang
memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai
Menurut (Yosep, 2011) penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah
muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Harga diri rendah biasanya ditandai dengan perasaan malu terhadap diri sendiri akibat
penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial: menari diri, klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri, percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan,
mencederai diri sendiri (Afnuhazi, 2015). Dampak dari harga diri rendah adalah resiko
terjadinya isolasi sosial: menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Fajariyah, 2012).
Pengobatan untuk Skizofrenia antara lain dengan psikofarma, Psikoterapi, baik untuk
mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.
Tujuan dari psikoterapi adalah supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik
diri lagi ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, pasien dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersamadan Terapi kejang listrik (Electro Convulsive
Therapy), ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang Grandmall secara Artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Peran perawat terhadap klien dengan harga diri rendah sangat penting dalam mencegah
terjadinya angka peningkatan kasus harga diri rendah di Indonesia. Peran ini dilakukan
dengan membantu keluarga klien dalam meningkatkan pengetahuan tentang harga diri
rendah, mengerti akan gejala harga diri rendah dengan tujuan keluarga klien mampu
mengetahui harga diri rendah yang dialami klien secara dini serta tindakan apa yang harus
diberikan kepada klien dengan harga diri rendah, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
Berdasarkan latar belakang dan kejadian yang dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengambil judul tentang Asuhan keperawatan jiwa dengan Harga Diri Rendah
dengan diagnosa medis Skizofrenia tak terinci di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah Asuhan keperawatan jiwa dengan Harga Diri Rendah dengan diagnosa medis
3. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah (HDR)
(HDR)
Sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu dan teori dalam menganalisis pada
klien dengan gangguan Harga Diri Rendah (HDR )serta dapat menambah ilmu pengetahuan
dna keterampilan peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Harga
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk tenaga kesehatan dalam memberikan
(HDR) serta memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada keluarga dalam perawatan
Sebagai masukan bagi profesi keperawatan dalam melakukan perawatan pada klien
dengan Harga Diri Rendah dan sebagai referensi perkembangan ilmu keperawatan yang akan
datang dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah