Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus


dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan
orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang
dilihat, didengar, dan dirasakan, mereka seolah-olah tidak pernah berhenti
bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, dan memiliki rasa ingin tahu
secara alamiah. Anak merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki
daya perhatian pendek, dan memiliki masa yang paling potensial untuk belajar, maka
dari itu upaya pendidikan untuk kesehatan anak melalui Unit Kesehatan Sekolah
(UKS) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas sangat penting karena akan
sangat membantu anak dalam tumbuh kembangnya ke masa depan. Anak yang sehat
merupakan akar dari pertumbuhan generasi muda yang kuat dan unggul untuk
mengisi pembangunan suatu Negara. Faktor yang kondusif untuk kesehatan anak ke
masa depan adalah dengan upaya pendidikan kesehatan anak sejak dini (Sujiono,
2009).
Tujuan pembangunan bidang kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dalam kehidupan sosial yang beragam di masyarakat,
keluarga adalah unit sosial terkecil, oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu dan anak. Masa anak
merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
terwujudnya manusia yang berkualitas.
Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah menengah Atas adalah suatu masa usia anak yang
sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak
permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari.
Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan,
gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada
umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik di sekolah.
Kesempatan belajar tersebut membutuhkan kondisi fisik prima yaitu tubuh yang
sehat, oleh karena itu diperlukan suatu upaya kesehatan untuk anak sekolah agar anak
dapat tumbuh menjadi manusia yang berkualitas dibutuhkan pendidikan di sekolah,
salah satunya melalui UKS.
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang
dilaksanakan
tersebut meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor
orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap
jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga
pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan
pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta
lingkungannya. Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehatan
dan pelayanan kesehatan. Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah.
Oleh karena itu kami tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai peranan
UKS dalam anak yang sehat.

1
2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan UKS?


2. Bagaimana pengendalian penyakit pada usia anak-anak?
3. Bagaimana perkembangan UKS?
4. Bagaimana dukungan UKS terhadap pengendalian penyakit usia anak-anak?
5. Sarana dan Prasarana apa saja yang terdapat dalam UKS ?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan UKS.


2. Untuk mengetahui pengendalian penyakit pada usia anak-anak.
3. Untuk mengetahui perkembangan UKS.
4. Untuk mengetahui dukungan UKS terhadap pengendalian penyakit pada usia
anak-anak.

4. Manfaat

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan UKS.


2. Mengetahui pengendalian penyakit pada usia anak-anak.
3. Mengetahui perkembangan UKS.
4. Mengetahui dukungan UKS terhadap pengendalian penyakit pada usia anak-
anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI

Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual,
emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun
1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut
Sumantri (2007), peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang
sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan
sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada
head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan.
Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H
(head, heart, hand dan health).
Usaha kesehatan sekolah (UKS) upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah,
guna menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah.
UKS biasanya dilakukan di ruang kesehatan suatu sekolah.
UKS tidak hanya menangani murid yang mengalami kecelakaan ringan di sekolah
(upaya pertolongan pertama pada kecelakaan), melayani kesehatan dasar bagi murid selama
sekolah (pemberian imunisasi), pemantauan pertumbuhan anak. Tetapi juga mengajarkan hal-
hal kecil namun penting bagi siswa, seperti menanamkan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, pengenalan makanan empat sehat lima sempurna, perilaku menggosok gigi
setelah makan, dan perilaku-perilaku lain yang dapat membentuk kebiasaan sehat bagi anak.
Hal tersebut perlu dilakukan karena UKS merupakan upaya terpadu lintas program
dan lintas sektoral untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat.

Makna Simbol UKS :


a) Segitiga sama sisi menggambarkan 3 program pokok UKS (Trias UKS) :

1) Pendidikan Kesehatan.
2) Pelayanan Kesehatan.
3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.

b) Lingkaran

Menggambarkan bahwa program UKS dilaksanakan secara terpadu oleh seluruh sektor
terkait.
c) Tulisan Uks (Ditulis Secara Vertikal & Horizontal)

Menggambarkan bahwa UKS dilaksanakan mulai dari TKA/RA sampai SLTA/MA, serta
dilaksanakan secara berjenjang dari sekolah/ Madrasah sampai pusat secara terkoordinasi
baik antara sekolah dengan Tim Pembina, Tim Pembina UKS dibawahnya dengan yang
diatasnya maupun antar sesama TIM Pembina UKS yang sejajar.

3
2. PENGENDALIAN PENYAKIT PADA USIA ANAK-ANAK

Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa
nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak, berdasarkan
pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya.
Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah menengah Atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda
dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak permasalahan kesehatan yang
sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi
kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar.
Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat pencapaian
prestasi pada peserta didik di sekolah.
Sasaran pelayanan usaha kesehatan sekolah adalah seluruh peserta didik dari tingkat
pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama,
pendidikan kejuruan, pendidikan khusus atau pendidikan sekolah.

3. PERKEMBANGAN UKS

1.Kegiatan UKS sebelum Tahun 1990

a. Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi

Ilustrasi kegiatan UKS sebelum tahun 1990 dapat dijadikan cermin atau
evaluasi kegiatan pada institusi sekolah untuk anak usia 6-12 tahun. Banyak
kegiatan yang berhubungan dengan antropometri anak yang telah dilakukan
di UKS namun semuanya hampir tidak ada tindak lanjutnya. Kegiatan
pemantauan pertumbuhan dan status gizi yang dilakukan sebelum tahun
1990an dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Pengukuran tinggi badan lebih banyak menggunakan meteran dinding;
sementara pengukuran berat badan sudah menggunakan Timbangan injak.
Semua data hasil pengukuran dicatat dalam buku besar panjang karena belum ada KMS
untuk anak sekolah (KMS-AS).

2) Minimnya alat antropometri pada waktu itu membuat guru UKS


berimprovisasi dalam menentukan status gizi anak. Selain itu pemantauan pertumbuhan
belum jalan karena masih banyak TK-SD yang belum memiliki KMS anak sekolah.
Akibatnya status kesehatan yang terdeteksi tidak mencerminkan status kesehatan yang
sebenarnya namun hanya merupakan status gizi dan status kesehatan saat dilakukan
pengukuran.
3) Kelainan status gizi anak usia sekolah tidak dapat diketahui secara pasti
apalagi dipantau terus menerus. Akibatnya tindakan promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif anak tidak dapat dilakukan sedini mungkin.

UKS adalah kegiatan yang sangat bagus dan relevan dari sekolah yang akan berhasil
guna baik dalam jangka waktu dekat maupun jangka waktu panjang. Upaya penanggulangan
gizi salah (malnutrisi / malnutrition) adalah upaya lintas sektor, dimana melibatkan banyak
institusi, termasuk lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sangat berperan dalam upaya

4
pencegahan (preventif) dan peningkatan (promotif) melalui upaya-upaya pendidikan gizi,
pemantauan yang telah ada dan telah dilaksanakan melalui kegiatan UKS.
Status Gizi adalah suatu keadaan / kondisi / state yang bersifat dinamis, dimana
merupakan suatu akibat dari faktor ganda (multifactorial) yang terutama hasil dari suatu
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Oleh karena status gizi ini merupakan
suatu proses yang selalu berlangsung dan berubah dari waktu ke waktu, maka upaya-upaya
pemantauannya perlu dilakukan secara sinambung dan tepat (Purwoko, 2001).

b. Pendidikan Kesehatan dan Olah Raga

Begitu padatnya kurikulum Sekolah Dasar (SD), sehingga guru UKS juga
bertanggungjawab terhadap materi pendidikan kesehatan dan praktek olahraga. Dahulu guru
olahraga kita selalu menyebut tentang men sana in korporisano yang diartikan sebagai
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Sampai sekarang motto tersebut masih
relevan, namun sudah jarang dikumandangkan oleh para guru UKS yang biasanya merangkap
sebagai guru olahraga dan kesehatan. Akan tetapi guru UKS tahun 1970-1990 lebih banyak
menghubungkan faktor gizi, kesehatan dan olahraga dengan motto empat sehat lima
sempurna.

c. Pembinaan warung / Kantin Sekolah

Integrasi pembinaan UKS dengan warung / kantin sekolah sangatlah tepat, namun
sampai sekarang belum ada laporan tentang hasil evaluasi pelaksanaan pengintegrasian
tersebut. Pembinaan warung /kantin sekolah di beberapa kecamatan ternyata banyak
warung/kantin sekolah yang pengelolaannya sepenuhnya diserahkan kepada penjaga sekolah
(Pak Bon).
Namun ada beberapa SD yang warung/kantin sekolah telah dikelola oleh koperasi
PKK desa, oleh guru PKK,b ada yang sudah dikelola antara koperasi guru sekolah dengan
perkumpulan orangtua murid. Hal ini terjadi karena belum ada pedoman penyelenggaraan
warung / kantin sekolah.
Sejak tahun 1993 Depkes, RI telah mengeluarkan pedoman penyelenggaran warung
sehat di sekolah, dengan falsafah penyelenggaraannya adalah :
Warung Sekolah adalah Tempat Penjualan Makanan yang berada di lingkungan
Sekolah.
Warung Sekolah sebagai wahana pendidikan gizi dan Kesehatan.
Makanan Warung Sekolah adalah aneka ragam makanan bergizi dan sehat dari
berbagai golongan bahan makanan, mengandung 50-300 kalori.
Warung Sekolah melayani murid pada waktu istirahat dan dibuka selama hari sekolah.
Pengawasan dan penanggung jawab Warung Sekolah adalah Kepala Sekolah / guru
sekolah.
Harga makanan di Warung Sekolah disesuaikan dengan kemampuan murid.

Selanjutnya Menurut Depkes (1993) ada beberapa tujuan penyelenggaraan Warung


Sekolah / Kantin, yaitu:
1) Warung Sekolah atau kantin merupakan tempat penjualan makanan dan minuman
yang diorganisir oleh masyarakat sekolah, berada dalam pekarangan sekolah dan
dibuka selama hari sekolah.

5
2) Pengelolaan Warung Sekolah. Pengelolaan makanan sekolah adalah serangkaian
kegiatan yang saling berkaitan mulai dari perencanaan menu hingga evaluasi makanan
Warung.

Sekolah dalam rangka pelaksanaan penyediaan makanan bagi anak sekolah.


Ditinjau dari aspek kesehatan, tujuan penyelenggaraan makanan di Warung Sekolah adalah :
a. Mendidik anak untuk dapat memilih makanan yang bergizi baik, sehigga lambat laun
tercipta pola makan yang sehat.
b. Memperkenalkan makanan yang beraneka ragam sebagai variasi hidangan dan
motivasi anak untuk memilih makanan bergizi.
c. Menanamkan kebiasaan yang baik dan menurut syarat kesehatan, termasuk perilaku
sebelum, pada saat dan sesudah makan.
d. Menambah dan melengkapi makanan murid baik dalam kuantitas maupun kualitas.
e. Meningkatkan selera makan, menimbulkan rasa akrab antar teman, dan pertemuan
sosial yang menyenangkan.
f. Melatih anak untuk disiplin, sabar, tertib pada pekerjaan yang praktis secara bergilir.
g. Menerapkan cara belajar sambil berbuat dan membina suatu bentuk koperasi sekolah.

Untuk melaksanakan seluruh proses pengelolaan Warung Sekolah, mulai dari


perencanaan menu hingga evaluasi penyediaan makanan pelayanan atau penjualan, termasuk
kebersihan dan sanitasi diperlukan tenaga pelaksana terampil.
Tenaga Warung Sekolah harus berbadan sehat, bebas dari penyakit menular, bersih
dan rapi, mengerti tentang gizi, kesehatan dan memiliki disiplin kerja yang tinggi. Dengan
demikian warung/kantin sekolah yang belum memiliki sarana air bersih perlu segera
bekerjasama dengan Dewan Sekolah untuk melaksanakan pembangunan sarana air bersih
secara serentak (Tim Pekan Sanitasi, 1999).

Modal pertama yang diperlukan dalam penyelenggaaan makanan di Warung / Kantin


Sekolah adalah dana untuk sarana fisik, penyelenggaraan makanan dan bahan makanan.
Dana dapat bersumber dari sekolah sepenuhnya, dari sekolah dengan orang tua murid, pihak
swasta yang ditunjuk atau koperasi sekolah, tabungan guru dan OSIS. Perputaran dana
selanjutnya diperoleh dan dimanfaatkan melalui penjualan di Warung /Kantin Sekolah.
Lokasi Warung Sekolah harus dalam pekarangan sekolah dan sedapat mungkin di
lingkungan gedung sekolah, tidak berdekatan dengan jamban, kamar mandi dan tempat
pembuangan sampah. Ruangan harus cukup luas, bersih, nyaman dengan ventilasi dan
sirkulasi udara yang baik. Lantai terbuat dari bahan kedap air dan mudah dibersihkan.
Dinding dan langit-langit selalu bersih dan dicat terang. Jendela yang dipergunakan
sebagai ventilasi hendaknya berkasa untuk menghindari lalat masuk. Ruang makan
dilengkapi dengan tempat cuci tangan yang letaknya mudah dijangkau oleh anak sekolah.
Namun kondisi ideal warung sekolah seperti anjuran depkes (1999) tersebut hampir belum
ada yang dapat memenuhinya.

3. Kegiatan UKS sesudah Tahun 1990


a) Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi

Ada beberapa cara menilai status gizi dalam rangka pemantuan maupun dalam rangka
pendidikan gizi. Penilaian status gizi ada dua macam yaitu : Penilaian status gizi masyarakat
dan penilaian status gizi individu. Untuk keperluan kegiatan UKS maka yang lazim
digunakan adalah penilaian status gizi individu murid. Pada penilaian status gizi murid

6
sekolah, dapat dilakukan pengukuran-pengukuran tolok ukur yang sudah lazim digunakan
dalam langkah-langkah penilaian status gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Pada kegiatan UKS penilaian status gizi dapat atau
mungkin digunakan dan dilaksanakan penilaian status gizi anak sekolah secara langsung
antara lain :
1) antropometri,
2) gejala klinis,
3) pemeriksaan laboratoris.

Dalam pengertian bahwa pada kegiatan UKS pengukuran tolok ukur status gizi
tersebut dipilih dengan mempertimbangkan faktor : kemudahan, dapat dilakukan secara
massal, sederhana tetapi dapat dipercaya (valid dan reliabel). Sesuai dengan tujuan penilaian
status gizi anak usia sekolah pada kegiatan UKS, maka pengukuran antropometri adalah salah
satu yang penting untuk diketahui oleh para penanggung jawab dan pelaksana UKS.
Antropometri adalah : suatu bagian dari cabang ilmu yang mempelajari tentang
ukuran (dimension) dari tubuh manusia beserta ciri dan sifat-sifatnya. Antropometri ini dapat
dimanfaatkan dan diterapkan pada banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah diterapkan
pada bidang gizi. Pada ilmu gizi lazim disebut dengan antropometri gizi. Pada antropometri
gizi banyak sekali dimensi tubuh manusia yang dapat dijadikan tolok ukur pada penilaian
status gizi individu. Tetapi pemilihan dimensi tubuh tergantung pada banyak faktor antara
lain :
1) Tujuan umum, dan masalah yang akan diselidiki,
2) Grup / kelompok umur,
3) Ciri biologis tolok ukur,
4) Sifat epidemiologis
5) Kepraktisan.

Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut maka hanya beberapa cara /


metode antropometri saja yang dapat dilakukan di UKS. Beberapa metode antropometri yang
praktis dan mudah, tetapi cukup valid dan reliabel, sesuai dengan tujuan penilaian status gizi
di UKS yaitu deteksi dini gizi salah, dapat dipilih dan dilakukan dengan melakukan evaluasi
secara sinambung (Purwoko, 2001).
Selain pengenalan beberapa gejala klinis sederhana pada beberapa kasus gizi salah,
maka beberapa metode antropometri gizi dapat dilakukan secara rutin di UKS. Dengan
mengingat keterbatasan tenaga, waktu, pendanaan dan kebijakan yang ada di setiap sekolah
maka hanya beberapa metode antropometri saja yang dapat dipilih dan dilaksanakan sekolah
pada kegiatan UKS. Sedangkan untuk tujuan lain, misalkan untuk penelitian atau pelaksanaan
program kesehatan dan gizi yang lebih serius, maka sekolah dapat bekerjasama atau meminta
bantuan pada instansi lain yang mampu dan berkompeten. Maka dalam kaitan ini, cukup
dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan secara berkala saja, maka sudah
cukup memadai untuk melakukan deteksi dini kasus gizi salah di UKS. Dengan
menggunakan kedua dimensi tubuh tersebut maka sudah dapat dipergunakan seperlunya
untuk menilai status gizi anak, asal dilakukan dengan teliti dan tepat.
Sejak tahun 2000an mulai dipikirkan oleh banyak pakar gizi masyarakat, bahwa
kegiatan pemantauan pertumbuhan di UKS dapat digunakan sebagai upaya pencegahan
terjadinya growth faltering (khususnya pencegahan stunted) dikalangan anak usia sekolah.
Strategi yang diperlukan secara langsung untuk mendukung kegiatan pendayagunaan KMS-

7
AS di UKS adalah:
1) Pelatihan petugas UKS dan guru UKS agar lebih terampil dalam pengukuran antropometri
dan pemeriksaan kesehatan dasar pada fisik anak usia sekolah.
2) Pelatihan petugas UKS dan guru UKS tentang pengisian KMS-AS yang akurat
3) Perbaikan semua alat pendukung pengukuran antropometri (Timbangan, Mikrotoise, mit-
line lingkar lengan / lingkar kepala, dllnya)
4) Memberikan pelatihan non-kurikuler kepada anak didik tentang bagaimana melakukan
penimbangan dan pengukuran tinggi badan yang benar.

b) Pendidikan Gizi, Kesehatan dan Olah Raga

Gizi salah dapat dialami oleh semua golongan umur dan keadaan ini dapat
mengakibatkan cacat baik fisik maupun psikik yang kadangkala bersifat menetap. Di
Indonesia telah disepakati ada 4 (empat) masalah gizi utama yaitu : Kekurangan Energi
Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
Masalah gizi utama tersebut hampir merata diderita oleh semua golongan umur.
Tetapi untuk golongan umur anak usia sekolah lebih memberikan gambaran yang spesifik
karena sifat-sifat fisiologik dan psikologik mereka yang sangat berhubungan dengan
keadaan / ciri-ciri mereka antara lain :
1) Anak usia sekolah dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan.
2) Adanya perubahan pola dan selera makan.
3) Adanya perubahan atau menurunnya perhatian orang tua mereka.
4) Adanya penyakit infestasi parasit yang diderita sejak usia dini.
5) Kelainan-kelainan keadaan gizi atau status gizi mereka mempunyai gambaran yang sangat
khas untuk anak-anak usia sekolah tersebut.

c) Pembinaan warung / Kantin Sekolah

Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pengelolaan sekolah, maka pembinaan


warung /kantin di sekolah sejak tahun 1999 telah mengalami perubahan yang cukup nyata.
Hal ini disebabkan adanya Dewan Sekolah yang terdiri dari tokoh masyarakat
setempat, orangtua murid, dan donatur sekolah (Dewan Penyantun Sekolah) yang didukung
oleh pemerintah setempat. Menurut Depkes (1999) Warung /Kantin Sekolah hendaknya
memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Tenaga Pengelola
Pengelolaan warung sekolah memerlukan seorang penanggung jawab yang
mempunyai tugas sebagai penanggung jawab kelangsungan Warung Sekolah secara
keseluruhan, baik ke dalam sekolah maupun keluar yaitu kepada orang tua murid dan instansi
terkait terutama bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau tak terduga. Misalnya terjadi
keracunan makanan yang dijual di warung sekolah, maka penanggungjawab warung yang
harus mampu memberikan penjelasan dan bertindak untuk penyelamatan murid. Sebaiknya
penanggungjawan warung sekolah adalah kepala sekolah, namun tidak menutup
kemungkinan dapat dilakukan oleh guru / pamong/ PKK desa, dll.
Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan akademik dan
administrasi sekolah dapat merangkap sebagai pengelola dan penyelenggara Warung
Sekolah. Sementara Guru Sekolah mempunyai tugas membina dan mengawasi langsung
pelaksanaan Warung Sekolah, jenis makanan dan minuman yang disediakan, kebersihan
Warung Sekolah dan lingkungannya (termasuk pengadaan dan jaminan adanya air bersih).

8
2) Mitra Pengelola
Orang tua peserta didik bersama tokoh masyarakat dapat menjadi mitra dan
melakukan perencanaan peningkatan kualitas atau perbaikan warung/kantin sekolah, dengan
cara :
a) Berpartisipasi membantu modal Warung Sekolah.
b) Ikut menyediakan makanan dan minuman bergizi yang memenuhi persyaratan kesehatan.
c) Ikut membantu mengawasi kebersihan Warung Sekolah dan cara pemasakan / pengolahan
makanan dan minuman di Warung Sekolah.

4. DUKUNGAN UKS TERHADAP PENGENDALIAN PENYAKIT PADA USIA


ANAK-ANAK

Periode anak-anak disebut periode memanjang secara fisik fungsi organ otak mulai
terbentuk mantap sehingga perkembangan kecerdasannya cukup pesat. Oleh karena itu
dibutuhkan upaya-upaya agar anak mampu menjaga kesehatannya sehingga perkembangan
kecerdasan dapat maksimal.
Nemir (1990, dalam Effendi 1998) mengelompokkan usaha kesehatan sekolah
menjadi tiga kegiatan pokok, yaitu :
1. Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in School)
Pendidikan kesehatan di sekolah dasar dapat dilakukan berupa kegiatan intrakurikuler,
kegiatan ekstrakurikuler dan penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan Puskesmas.
Maksud dari kegiatan intrakurikuler yaitu pendidikan kesehatan merupakan bagian
dari kurikulum sekolah, dapat berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri seperti mata
pelajaran ilmu kesehatan atau disisipkan dalam ilmuilmu lain seperti olah raga dan
kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Kegiatan ekstrakurikuler disini adalah
pendidikan kesehatan dimasukkan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka
menanamkan perilaku sehat peserta didik. Penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas
yang berkaitan dengan higiene personal yang meliputi pemeliharaan gigi dan mulut,
kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga, lomba poster sehat dan perlombaan kebersihan
kelas.

Pendidikan ini meliputi :

a. Pengetahuan tentang dasar dasar hidup sehat.


b. Sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan.
c. Latihan atau demonstrasi cara hidup sehat.
d. Penanaman kebiasaan hidup sehat dan upaya peningkatan daya tangkal terhadap pengaruh
buruk dari luar

Tujuan pendidikan kesehatan adalah:


a. Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur.
b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.
c. Memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
pertolongan dan perawatan kesehatan.
d. Memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk berlaku hidup sehat dalam kehidupan

9
sehari hari.
e. Memiliki kebiasaan hidup sehari hari yang sesuai dengan syarat kesehatan.
f. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang
proporsional.
g. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam
kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari hari.
h. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (narkoba, arus informasi).
i. Memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan
tubuh yang baik terhadap penyakit.

2. Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service)


Pemeliharaan kesehatan sekolah untuk tingkat sekolah dasar, dimaksudkan untuk
memelihara, meningkatkan dan menemukan secara dini gangguan kesehatan yang mungkin
terjadi terhadap peserta didik maupun gurunya. Pemeliharaan kesehatan di sekolah dilakukan
oleh petugas puskesmas yang merupakan tim yang dibentuk dibawah seorang koordinator
usaha kesehatan sekolah yang terdiri dari dokter, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.
Untuk koordinasi pada tingkat kecamatan dibentuk tim pembina usaha kesehatan
sekolah dengan kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan
perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang mungkin
terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila menemukan kasus
yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.
Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan dengan kegiatan komprehensif yang meliputi ;
a. Kegiatan Peningkatan Kesehatan ( Promotif )
Kegiatan promotif kesehatan tersebut berupa latihan ketrampilan teknis dalam rangka
pemeliharaan kesehatan, dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelajaran
kesehatan, antara lain:
1) Dokter Kecil
2) Kader Kesehatan Remaja
3) Palang Merah Remaja
4) Pembinaan warung sekolah sehat.
5) Pembinaan lingkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari vektor pembawa
penyakit.
6) Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Kegiatan pencegahan (Preventif )
Berupa kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan rantai
penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul
kelainan. Kegiatan preventif ini berupa :
1) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus
untuk penyakit penyakit tertentu.
2) Penjaringan kesehatan anak sekolah.
3) Memonitor/ memantau pertumbuhan peserta didik.
4) Imunisasi peserta didik.
5) Usaha pencegahan penularan penyakitdengan jalan memberantas sumber
infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah.
6) Konseling kesehatan di sekolah .
c. Kegiatan penyembuhan dan pemulihan ( Kuratif dan rehabilitatif)
Berupa kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar dapat berfungsi optimal. Kegiatan kuratif
dan rehabilitatif ini adalah :
1) Diagnosa dini.

10
2) Pengobatan ringan.
3) Pertolongan pertama pada kecelakaan, pertolongan pertama pada penyakit.
4) Rujukan medik.
Pelakasanaan pelayanan kesehatan dilakukan secara terpadu, baik secara antar
kegiatan pokok dari puskesmas, maupun secara terpadu dengan para tenaga kependidikan,
dengan peran serta peserta didik dan orang tua mereka. Puskesmas adalah kesatuan unit
organisasi kesehatan yang langsung memberi pelayanan kepada masyarakat secara
menyeluruh dan terintegrasi di wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha usaha kesehatan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pembinaan kesehatan dalam rangka usaha-
usaha kesehatan sekolah merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas.
Tugas dan fungsi puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan dalam
rangka usaha kesehatan sekolah mencakup :
a. Memberikan pencegahan terhadap suatu penyakit dengan immunisasi dan lainnya yang
dianggap perlu.
b. Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan dengan peserta
didik.
c. Memberikan bimbingan tekhnis medis kepada kepala sekolah dan guru dalam rangka
pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah.
d. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan UKS pada khususnya
kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain dalam rangka meningkatkan peran serta dalam
pelaksanaan UKS.
e. Memberikan pelatihan/penataran kepada guru UKS dan kader UKS ( dokter kecil dan
kader kesehatan remaja)
f. Melakukan penjaringan dan rujukan terhadap kasus- kasus tertentu yang memerlukan.
g. Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling.
h. Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan tingkat kesegaran
jasmani peserta didik dan cara peningkatannya.
i. Menginformasikan secara teratur kepada tim pembina UKS setempat meliputi :
1) Segala kegiatan pembinaan kesehatan yang telah, sedang, dan akan dilakukan.
2) Permasalahan yang dialami dan saran untuk penanggulangannya.
Tujuan pelayanan kesehatan :
a. Supaya peserta didik memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk menjalankan tindakan
hidup sehat dan terdorong untuk melaksanakan perilaku hidup sehat.
b. Supaya peserta didik memiliki daya tahan serta tercegahnya kelainan/ kecacatan.
c. Supaya proses penyakit berhenti dan tercegahnya komplikasi penyakit, sehingga
kemampuan peserta didik dapat pulih kembali dan berfungsi secara optimal.
d. Supaya peserta didik sehat baik mental, fisik maupun sosial.

3. Lingkungan Sekolah yang Sehat


Lingkungan sekolah yang dimaksud dalam program usaha kesehatan sekolah untuk
tingkat sekolah dasar meliputi lingkungan fisik, psikis dan sosial. Kegiatan yang termasuk
dalam lingkungan fisik berupa pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah, air limbah,
tempat pembuangan tinja, dan kebersihan lingkungan sekolah. Kantin sekolah, bangunan
yang sehat, binatang serangga dan pengerat yang ada dilingkungan sekolah, pencemaran
lingkungan tanah, air dan udara di sekitar sekolah juga merupakan bagian dari lingkungan
fisik sekolah. Kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan lingkungan psikis sekolah antara
lain memberikan perhatian terhadap perkembangan peserta didik, memberikan perhatian
khusus terhadap anak didik yang bermasalah, serta membina hubungan kejiwaan antara guru
dengan peserta didik. Sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan sosial
meliputi membina hubungan yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan peserta

11
didik, peserta didik dengan peserta didik, serta membina hubungan yang harmonis antara
guru, murid, karyawan sekolah serta masyarakat sekolah.
Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dilaksanakan dalam rangka
menjadikan sekolah sebagai institusi pendidikan yang dapat menjamin berlangsungnya proses
belajar mengajar yang mampu menumbuhkan kesadaran, kesanggupan dan ketrampilan
peserta didik untuk menjalankan prinsip hidup sehat, kegiatan ini meliputi:
a. Program pembinaan lingkungan sekolah
1) Lingkungan fisik sekolah meliputi :
a) Penyediaan air bersih
b) Pemeliharaan penampungan air bersih
c) Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah
d) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
e) Pemeliharaan WC/kakus
f) Pemeliharaan kamar mandi
g) Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang kelas, perpustakaan, laboratorium
dan tempat ibadah
h) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun
sekolah
2) Lingkungan mental dan sosial
Program pembinaan lingkungan mental dan sosial ini dilakukan dalam bentuk
kegiatan :
a) Konseling kesehatan
b) Bakti sosial masyarakat sekolah terhadap lingkungan
c) PMR, dokter kecil, kader kesehatan remaja

b. Pembinaan lingkungan keluarga


Pembinaan lingkungan keluarga ini bertujuan :
1) Meningkatan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal hal yang
berhubungan dengan kesehatan.
2) Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam
pelaksanaan hidup sehat.

Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan:


1) Kunjungan rumah yang dilakukan oleh pelaksana UKS.
2) Ceramah kesehatan yang dilakukan di sekolah

b. Pembinaan masyarakat sekitar


Pembinaan masyarakat sekitar dengan cara :
1) Penyelenggaraan ceramah kesehatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan sekolah
sebagai lingkungan sekolah yang sehat.
2) Penyuluhan baik melalui media cetak dan audio visual.

Dilihat dari tujuan yang ingin dicapai pada setiap kegiatan UKS, maka jelas terlihat
peran dan hubungan UKS dalam mengendalikan kesehatan anak. Ketiga program utama UKS
telah mencerminkan upaya dari pihak sekolah untuk menjaga bahkan meningkatkan
kesehatan peserta didik.
Pengamatan dan pemantauan keadaan gizi anak usia sekolah merepukan tanggung
jawab kita semua. Karena sekolah merupakan salah satu tempat yang strategis dalam
kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi
yang dapat membantu atau berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia

12
sekolah. Paling tidak UKS dapat berperan sebagai institusi yang dapat melakukan kerjasama
dalam upaya promotif dan preventif pada kelainan gizi (Graeff, Elder, Booth; 1996).
Oleh karena itu, UKS menjadi salah satu hal penting di dunia pendidikan dalam
kaitannya dengan kesehatan peserta didik, baik disekolah ataupun kebiasaan hidup sehat
siswa di rumah.
Dengan melakukan kerjasama yang erat dengan institusi yang berwenang dan mampu
menangani masalah gizi dan kesehatan masyarakat, maka upaya tersebut perlu dilakukan
secara efisien dan efektif (Gillespie; McLachlan; Shrimpton; 2003).

5. SARANA DAN PRASARANA YANG TERDAPAT DALAM UKS

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat dalam UKS adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Ideal: Ruang UKS 8 m x 7 m
2. Tempat tidur lengkap minimal 2 buah, satu untuk anak perempuan dan satu
untuk anak laki laki yang dibatasi dengan srem putih yang berlogo UKS
3. Lemari obat yang berisi obat obatan yang sifatnya emergency
4. Timbangan berat badan, Pengukur tinggi badan, Termometer suhu badan,Tensimeter,
Stetoskop, Toenguespate, buku tes buta warna, pengukuran ketajaman mata ( snelen )
5. Tempat cuci tangan (wastafel) lengkap dengan sabun dan lap tangan
6. Dispenser
7. Poster , leaflet dan lembar balik (media penyuluhan kesehatan)
8. Buku buku administrasi UKS dan alat tulis
9. Struktur UKS
10. Toilet
11. Alat dan kotak P3K
12. Alat-alat Kebersihan
13. Tandu
14. Meja dan kursi
15. Rak Sepatu/keset
16. KMS anak Sekolah
17. Bendera UKS
18. Trias UKS
19. Papan Data dan papan informasi
20. Contoh model organ tubuh
21. Lemari ADM
22. Ruang Konseling
23. Kipas angin
24. Micropon
25. Data tiga tahun terakhir

OBATOBATAN DAN PERALATAN YANG ADA DI LEMARI / KOTAK P3K


1. Kasa
2. Kapas
3. Plaster

13
4. Oralit
5. Minyak kayu putih
6. Handscoon
7. Revanol
8. Spalak / bidai
9. Mitela

Buku Administrasi UKS


1. Buku Pemeriksaan Kesehatan
2. Buku Daftar Pasien
3. Buku Daftar Rujukan
4. Buku Penerimaan Barang
5. Buku Agenda Surat Masuk & sura Keluar
6. Buku Inventaris UKS
7. Buku Belanja Obat
8. Buku Laporan Kegiatan UKS
9. Buku Tamu
10. Buku Kegiatan kader UKS

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Usaha kesehatan sekolah (UKS) upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah,
guna menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah.
UKS memiliki 3 program pokok (Trias UKS), yaitu:
1. Pendidikan Kesehatan.
2. Pelayanan Kesehatan.
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.

Tujuan UKS secara umum adalah mempertinggi nilai kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta rehabilitasi anak-anak sekolah dan lingkungannya sehingga
didapatkan anak-anak yang sehat jasmani, rohani, dan sosialnya. Sedangkan tujuan UKS
secara khusus ialah mencapai keadaan sehat anak-anak sekolah, keluarganya dan
lingkungannya sehingga dapat memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang secara
harmonis serta belajar secara efisien dan optimal.
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa
nantinya. Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia TK dan SD biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar,
kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri.

Ketiga program utama UKS telah mencerminkan upaya dari pihak sekolah untuk
menjaga bahkan meningkatkan kesehatan peserta didik. Sekolah merupakan salah satu tempat
yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai
salah satu institusi yang dapat membantu atau berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh
kembang anak usia sekolah. Paling tidak UKS dapat berperan sebagai institusi yang dapat
melakukan kerjasama dalam upaya promotif dan preventif pada kelainan gizi (Graeff, Elder,
Booth; 1996). Dengan melakukan kerjasama yang erat dengan institusi yang berwenang dan
mampu menangani masalah gizi dan kesehatan masyarakat, maka upaya tersebut perlu
dilakukan secara efisien dan efektif (Gillespie; McLachlan; Shrimpton; 2003).

Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual,
emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun
1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut
Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan
yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu
dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi
pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan.
Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H
(head, heart, hand dan health).

15
B. Saran
Saat ini fungsi UKS si sekolah, terutama sekolah dasar belumlah maksimal.
Diharapkan dengan adanya pengetahuan tentang UKS, pihak sekolah dapat memaksimalkan
fungsi UKS agar mampu menciptakan pribadi siswa yang sehat sehingga siswa dapat
mengoptimalkan proses belajar mereka.

16
Daftar Pustaka

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Mancana Jaya Cemerlang.

Effendy, Nasrul (1998), dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, editor,


Yasmin

Asih - Ed 2 Jakarta : EGC

Mubarak, Wahid Iqbal & Chayatin, Nurul(2009) , ilmu kesehatan masyarakat : teori
dan

aplikasi, Jakarta : Salemba Medika

Departemen Kesehatan. (2008). Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah.


Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Sumantri, M. (2007). Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata,
N.S.

dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook..


Bandung:

Pedagogiana Press (Halaman 1175 1186).

Depkes RI. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota. http://bankdata.depkes.go.id

17

Anda mungkin juga menyukai