Anda di halaman 1dari 7

BORAKS

Boraks merupakan bahan kimia yang banyak dipergunakan untuk industri kertas, pengawet
kayu, pengontrol kecoa dan industry keramik. Di masyarakat luas boraks sering
disalahgunakan sebagai bahan tambahan makanan untuk pembuatan kerupuk, mie basah,
lontong, bakso dan produk makanan lainnya. Akibat mengkonsumsi boraks dalam makanan
lama-kelamaan akan terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan
testis. Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah,
mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.

Boraks juga merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri
nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Ia tidak berwarna
dan mudah larut dalam air. Asal kita ketahui, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki
performa seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar daya
pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat.

Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai
antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida
(HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan
kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata
dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot
hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan
pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.

Pengaruh terhadap kesehatan diantaranya muntah, diare, merah dilendir, konvulsi, dan
depresi. Selain itu, tanda dan gejala kronis diantaranya nafsu makan menurun, gangguan
dalam pencernaan, bingung dan bodoh, serta anemia, rambut rontok, dan kanker. Contoh dan
ciri makanan yang mengandung boraks :

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat buruk
terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen secara
kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks
yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara akumulatif di dalam hati, otak, dan testes
(buah zakar). Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam
dosis tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah,
mencret, kram perut, dan lain-lain.

FORMALIN
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan
seperti ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai formalin sebagai pengawet. Produk
pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket di wilayah DKI Jakarta,
Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini
sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali
menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih
menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat bahaya formalin yang mengancam
kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari.

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan
ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai
banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic
aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan
Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan,
dengan kandungan formaldehid 10-40 persen.

FORMALIN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri
sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid memiliki banyak manfaat,
seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai,
kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi
biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam
bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku
dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur
minyak.. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai
barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat
sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri perikanan, formalin digunakan untuk
menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan
dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit
berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas
amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin
daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan
untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan untuk
pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Untuk
pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.

Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan untuk penggunaan


pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan,
karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat.
Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan
asin dan beberapa makanan lainnya. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya
sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air,
sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen. Bila tidak diberi
bahan pengawet makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak bisa tahan dalam lebih
dari 12 jam.
Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer, dimana
salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Sehingga
formalin dipakai di industri plastik. bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca.
Sehingga formalin juga banyak dipakai di produk rumah tangga seperti piring, gelas dan
mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas tersebut terkena
makanan atau minutan panas maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas akan larut. Dari
penelitian hasil air rebusan yang kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia Universitas
Indonesia, ini didapatkan hasil, bahwa kandungan formalin pada hampir semua produk yang
diteliti, kandungan formalin sangat tinggi antara 4,76 9,22 miligram per liter.

Barang-barang tersebut bila digunakan dalam keadaan dingin sebenarnya tidak berbahaya.
Tetapi sangat berbahaya bila wadah-wadah ini dipakai untuk menaruh bahan makanan panas
seperti membuat minuman teh, kopi, atau makanan berkuah panas.

BAHAYA PAPARAN FORMALIN

Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan.
Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang
dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita
hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun
sebetulnya juga mengandung formalin.

Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara
kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan
kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang
bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan
anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna
mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic
hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan
pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada
pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.

Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama
cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah. Imunitas
tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas
tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan
kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan
balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik
integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung
masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA
(sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat
menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna)
atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga
memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga
akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada
penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya.

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas
aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. IPCS adalah lembaga khusus dari tiga
organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan
penggunaan bahan kimiawi. Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas tgersebut
maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan system tubuh manusia. Akibat yang
ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka
panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan.

Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang
banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang
tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala,
mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan
pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan
sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau
edema paru ( pembengkakan paru).

Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati
rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga
mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila
merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air
mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit kepala,
hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat
terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.

Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan
banyak gangguan organ tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan
sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir
hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak
mengakibatk efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan emosi,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan gangguan
perilaku lainnya. Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada
perempuan. Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak juga
bisa terjadi.
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada
jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang
menimbulkan gelembung. Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya
radang selaput mata. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa
gatal di dada.

PENANGANAN BILA TERPAPAR FORMALIN

Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal yang harus
dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila
penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk
melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang
terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air
yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang
terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar.

Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan
tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur
0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-
menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera
minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan
segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal ini
terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka pendek akibat
yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu
gangguan dan gejala baru timbul.

BAGAIMANA MENYIKAPINYA?

Isu adanya formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan sehar-hari ini
memang harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak harus disikapi secara berlebihan. Bukan
berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita
tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak
semua bahan makanan atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting
konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli
atau dipakai`

Untuk alat makan berasal dari plastik atau melamin, kalau mudah sekali pudar atau kusam,
berarti bahannya banyak yang terkikis maka produk seperti ini perlu dihindari. Jika tidak
yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya jangan gunakan piranti
makan tersebut untuk makanan serta minuman panas. Untuk makanan dingin, biasanya tidak
berbahaya. Formalin yang sudah membentuk polimer dalam keadaan dingin sulit untuk
terurai.

Dalam mengonsumsi bahan makanan kita harus mencermati makanan yang mengandung
formalin. Kalau tahu tahan sampai berhari-hari, kenyal dan padat sangat mungkin
mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung formalin memiliki bau yang
khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun.

Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi pekerja
industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan,
seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin
ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan)
yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap
percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi
keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan
pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan
merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan.
Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak
bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin
sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak
menggunakannya pada makanan, karena masih ada pengawet makanan yang aman. Depkes
atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus menerus
dalam masalah ini.

Pengaruh terhadap badan


Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet,
dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan,
formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila
kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi
kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan
serasa terbakar, serta kegerahan.

Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan
kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam format yang
meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga
koma, atau sampai kepada kematiannya.

Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga
mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap
formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga
dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang
menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan
dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang
terpapar zat tersebut.

PENGUJIAN FORMALIN

Dimana pada reaksi ini, gugus aldehid pada formalin akan bereaksi dengan
gugus OH dari pereaksi Fehling dengan membentuk asam karboksilat.
Sedangkan Cu2O yang terbentuk merupakan hasil samping dari pembentukan
asam karboksilat dimana apabila terdapat endapan Cu 2O yang terbentuk dengan
warna merah bata, mengindikasikan bahwa memang dalam sampel makanan
yang kita uji positif mengandung formalin. Hal ini terjadi karena, senyawa
aldehid (formaldehid) yang ada dalam sampel makanan dapat mereduksi Cu 2+
dari pereaksi fehling menjadi Cu + membentuk Cu2O berupa endapan merah bata
sehingga apabila tidak terbentuk endapan merah bata maka memang di dalam
sampel makanan yang kita uji tidak mengandung formalin karena tidak
terbentuk endapan Cu2O atau Cu2+ tidak tereduksi.

Anda mungkin juga menyukai