Anda di halaman 1dari 121

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR BERSIH

KECAMATAN PERBAUNGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat


dalam menempuh Colloqium Doctum/Ujian Sarjana (Insinyur) Teknik Sipil

Dikerjakan oleh:

HENDRI YATNO
03 0404 044

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Abstrak

Keberadaan air bersih di daerah perkotaan menjadi sangat penting mengingat


akifitas kehidupan masyarakat kota yang sangat dinamis. Air bersih untuk keperluan
sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat perkotaan. Pengelolaan air
bersih di Kota Perbaungan saat ini ditangani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk
Pakam. Karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pemekaran dari Kabupaten Deli
Serdang, maka penanganan air bersih saat ini masih ditangani oleh PDAM Tirtanadi
Cabang Lubuk Pakam dan belum ada pemisahan penanganan pelayanan air bersih sampai
saat ini. Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Kota Perbaungan berkapasitas 205
ltr/detik, direncanakan mampu memenuhi kebutuhan hingga tahun 2028. Berdasarkan
kualitas air baku, dapat ditentukan unit-unit yang digunakan untuk mengolah air baku
sehingga memenuhi baku mutu air bersih sesuai Kepmenkes no.
907/MENKES/SK/VII/2002.

Pada proses pengolahan ini, Unit koagulasi dilakukan pembubuhan koagulan


berupa alum sesuai dosis optimal yang ditentukan melalui percobaan jar test, kemudian
terjadi destabilisasi partikel koloid yang ada dalam air baku akibat pengadukan yang
dilakukan secara hidrolis. partikel koloid yang telah berikatan dengan alum akan bersatu
membentuk flok yang lebih besar pada unit flokulasi. Flokulasi yang digunakan adalah
flokulasi secara Mekanis dengan aliran Turbulen. Kemudian flok yang telah terbentuk
diendapkan di bak pengendap (sedimentasi). Partikel-partikel yang belum terendapkan di
bak sedimentasi akan disisihkan melalui proses filtrasi. Proses filtrasi menggunakan pasir
sebagai media penyaring. Kemudian air ditampung di reservoir. Sebelum masuk ke
reservoir, air yang telah diolah dibubuhi desinfektan (kaporit) untuk membunuh
mikroorganisme patogen dan kapur yang akan menghilangkan sifat agresivitas pada air.

Perencanaan pengolahan air bersih ini direncanakan menjadi 3(tiga) tahap yaitu
tahap pertama dengan debit rencana sebesar 105 l/det yang mampu memenuhi kebutuhan
air bersih hingga tahun 2014. Tahap kedua dengan debit rencana sebesar 150 l/det yang
mampu memenuhikebutuhan air bersih hingga tahun 2022. Tahap ketiga dengan debit
rencana sebesar 205 l/det yang mampu memenuhikebutuhan air bersih hingga tahun
2028. Secara keseluruhan hingga perencanaan tahun 2028 pengolahan ini dilengkapi
dengan 1(satu)unit bak prasedimentasi, 3(tiga) unit bak koagulasi, 2(dua)unit bak
flokulasi dan 4(empat) unit bak filtrasi. Masing-masing unit direncanakan secara bertahap
sesuai dengan debit yang direncanakan.

Pertambahan jumlah penduduk 20 tahun terakhir sebanyak 16.648 jiwa. Debit


sungai ular masih dapat memenuhi hingga tahun 2008. Pengolahan yang dilakukan
adalah INTAKEPENGENDAPANFILTRASIAIR BERSIH. Dalam proses
koagulasi dosis aluminium sufat/tawas ditentukan dengan menggunakan test laboratorium
dengan alat Jar Test.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya hingga

penulis dapat mengyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini berjudul Perencanaan

Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan. Tugas Akhir ini merupakan salah

satu persyaratan untuk menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Universitas Sumatera

Utara.

Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan dukungan material

maupun spiritual sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan, untuk itu

penulis ucapkan terima kasih kepada :

1 Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, Ketua Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara.

2 Bapak Ir. Sufrizal, M.Eng, sebagai Pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dalam penulisan tugas akhir ini.

3 Bapak Ir. Nurjulisman, dosen wali saya yang juga selalu memberikan motivasi

dan dukungan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

4 Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, Sebagai sekretaris Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara.

5 Bapak/Ibu staf pengajar, serta pengawai Deperteman Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tugas

akhir ini, untuk itu kritik dan saran serta sumbangan pemikiran dari pembaca demi

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


kesempurnaan tugas akhir ini.Penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2009

Penulis

HENDRI YATNO
03 0404 044

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISIiii
DAFTAR TABEL....vi
DAFTAR GAMBAR..vii
DAFTAR NOTASI....................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Umum.....1
I.2 Latar Belakang Masalah.............3
I.3 Maksud Penulisan...... 3
I.4 Tujuan Penulisan... 4
I.5 Ruang Lingkup Pnulisan....... 4
I.6 Metadologi.... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Air.......... 6
2.1.1 Siklus Hidrologi................ 6
2.1.2 Sumber-Sumber Air Minum...... 8
2.1.3 Mamfaat Air Bagi Kehidupan............. 10
2.2 AirMinum/Bersih.....12
2.2.1 Hubungan Air Dengan Kesehatan.............12 2.2.2
Standar Kualitas Air Minum.........12 2.2.3
Standar Kualitas Fis Minum.....................14
2.2.4 Standar Kualitas Kimia Air Minum..............16 2.2.5
Standar Kualitas BakteriologiAir Minu....................20
2.3 Sistem Pengolahan Air Bersih..... 24

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum Kota Perbaungan.........................26
3.1.1 Orientasi Wilayah ...................................................26
3.1.2 Rona Fisik ..................................................26
3.1.3 Rona Sosial Kependudukan .........................................31
3.1.4 Rona Sarana ..................................................33
3.15 Rona Prasarana ..................................................35

BAB IV PENGOLAHAN AIR BERSIH


4.1 Umum ..................................................37
4.2 Prinsip Pengolahan ..................................................38
4.2.1 Pengolahan Tahap Pertama..........................................38
4.2.2 Pengolahan Tahap Kedua.............................................41
4.2.3 Pengolahan Tahap Ketiga.............................................45
4.2.4 Pengolahan Tahap Keempat.........................................46
4.2.5 Pengukuran Parameter..................................................46
4.2.6 Rician Unit Pengolahan Air..........................................48
4.2.7 Bagian Penjernihan ..................................................49
4.2.8 Sistem Pencampuran bahan Kimia...............................50
4.3 Metode Analisa Proyeksi Penduduk.........................................51
4.4 Metode Analisa Pertambahan Sarana dan Prasarana................52

BAB V ANALISA HASIL PERENCANAAN


5.1 Analisa Kebutuhan Air Bersih..53
5.1.1 Proyeksi dan Daya Tampung Penduduk...53
5.1.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih....56
5.2 Analisa Air Baku .57
5.2.1 Analisa Kualitas Air Baku ...................57
5.2.2 Analisa Kuantitas Air Baku .........60
5.3 Analisa Pengolahan Air Bersih........................66

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


5.3.1 Prasedimentasi..66
5.3.2 Koagulasi......67
5.3.3 Flokulasi ..75
5.3.4 Pipa Inlet Filter ......82
5.3.5 Filtrasi ..82
5.3.6 Desinfeksi ......87
5.3.7 Waktu Proses ..90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan...91
6.2 Saran.92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Baku mutu kualitas air bersih .................................................. 22


Tabel 2.2. Baku mutu kualitas air minum ................................................. 23
Tabel 3.1. jenis dan luas lahan diwilayah perencanaan .............................. 30
Tabel 3.2. Jumlah dan kepadatan penduduk dikecamatan perbaungan ....... 31
Tabel 3.3. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin .................................. 32
Tabel 3.4. Banyak sarana pendidikan kota perbaungan.............................. 33
Tabel 3.5. Banyak sarana kesehatan kota perbaungan ............................... 34
Tabel 3.6. Banyak sarana peribadatan kota perbaungan ............................. 35
Tabel 4.1. Karakteristik Kualitas air baku ................................................. 37
Tabel 5.1. Jumlah penduduk kota perbaungan .......................................... 54
Tabel 5.2. Jumlah proyeksi penduduk kota perbaungan ............................ 55
Tabel 5.3. Analisa kebutuhan air bersih kota perbaungan .......................... 57
Tabel 5.4. Karakteristik Air Baku ............................................................. 58
Tabel 5.5. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2008 .......................... 61
Tabel 5.6. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2009 .......................... 62
Tabel 5.7. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2017 .......................... 63
Tabel 5.8. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2022 .......................... 64
Tabel 5.9. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2028 .......................... 65

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siklus hidrologi ...................................................................... 6


Gambar 3.1. Peta administrasi kota perbaungan ........................................... 28
Gambar 3.2. Peta rencana jaringan air bersih ................................................ 36
Gambar 4.1. Kecepatan pengendapan dalam air ............................................ 43
Gambar 4.2. Proses Pengolahan Air Bersih................................................... 47
Gambar 4.3. Diagram alir proses pengolahan air bersih ................................ 48
Gambar 4.4. Susunan unit penjerni dan arah aliran proses ............................ 49
Gambar 5.1. Grafik perkembangan proyeksi penduduk kota perbaungan ...... 55
Gambar 5.2. Sistem pengolahan air bersih .................................................... 59
Gambar 5.3. Alat Jar-Test flokulasi .............................................................. 72
Gambar 5.4. Luas penampang tangki flokulator ............................................ 75
Gambar 5.5. Bagia-bagian pada tangki flokulasi ........................................... 77
Gambar 5.6. Ruang sendimentasi.................................................................. 80
Gambar 5.7. Daerah observasi pengendapan ................................................. 81
Gambar 5.8. Konstruksi dalam filter ............................................................. 86

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


DAFTAR NOTASI

Va = Kecepatan air

d = Diameter

f = Faktor gesekan

g = Percepatan gravitasi

= Berat jenis

P = Koefisien pengendapan pasir

Q = Debit aliran

L = Panjang saluran tangki

A = Luas tangki

Pt = Jumlah penduduk pada tahun t

Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

r = jumlah pertumbuhan penduduk

n = Jangka waktu dalam tahun

Y = Jumlah penduduk tahun proyeksi

a, b = Ketetapan koefisien regresi

td = Waktu detensi

G = Gradien hidrolis

q = Debit larutan alum

C = Konsentrasi larutan alum yang siap dipakai dalam bak penyimpanan

m = Kebutuhan aluminium sulfat

M = Kebutuhan alum

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Re = Bilangan Reynold

R = Jari-jari hidrolik

v = Viskositas kinetik fluida

Fr = Froude number

g = Konstanta gravitasi

Sd = Konsentrasi suspended koloid

Sc = Konsentrasi solid dalam lumpur

Vs = Kecepatan pengendapan yang terhalangi

DPC = Daya pengikat klur

tin = Waktu tempuh partikel air dalam pipa inlet

tfl = Waktu tempuh partikel air dalam tangki flokulator

tf = Waktu tempuh partikel air dalam pipa inlet filter

tloss = Waktu loses akibat hambatan aliran pada tiap peralatan yang berkontak

langsung

T = Waktu proses pengolahan

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Keberadaan air bersih di daerah perkotaan menjadi sangat penting mengingat

akifitas kehidupan masyarakat kota yang sangat dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan air

bersih tersebut penduduk daerah perkotaan tidak dapat mengandalkan air dari sumber air

langsung seperti air permukaan dan air hujan karena kedua sumber air tersebut sebagian

besar telah tercemar baik secara langsung maupun tidak langsung dari aiktivitas manusia

itu sendiri. Air tanah merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, tetapi mempunyai keterbatasan baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain

itu, pengambilan air tanah secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kesetimbangan air

tanah akan memberikan dampak lain seperti penurunan air tanah, instrusi air asin dan

lain-lain.

Pertumbuhan penduduk dan berbagai aktifitas manusia sering kali mamberikan

dampak terhadap lingkungan, seperti pencemaran lingkungan dari suatu aktifitas manusia

itu sendiri, yang mengakibatkan sumber daya alam tidak terkontrol pemakaiannya,

sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh.

Sekarang ini sumber daya alam banyak yang tercemar, sehingga dijadikan sebagai

tolak ukur unutk penyediaan air bersih bagi kehidupan daerah perkotaan. Dengan kata

lain harus dilakukan konservasi, untuk mengatur daya dukung lingkungan, agar dapat

menahan dampak dari kerusakan lingkungan tersebut.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Air baku yang berasal dari sungai pada hakekatnya tidak selalu memenuhi

standart kualitas air minum. Oleh karena itu yang digunakan untuk air minum harus

memenuhi syarat kualitas dan kuantitasnya. Secara kualitas, air yang digunakan harus

memenuhi syarat fisika, kimia, dan biologi.

Dari aspek kualitas, air baku yang bersumber dari air permukaan, seperti air

sungai atau danau mempunyai kecenderungan untuk berubah secara cepat. Oleh karena

adanya berbagai pencemar di dalam air sungai, maka pengolahan air sungai memerlukan

proses pengolahan yang lebih kompleks dibandingkan air tanah.

Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mengamankan penyediaan air

minum yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat, Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) dan Departemen Kesehatan RI telah memberlakukan serangkaian standar kualitas

air minum yang direkomendasikan dan wajib ditaati, yakni Peraturan WHO tahun 1988

dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990. Secara umum ada 4 aspek

yang digunakan dalam standar kualitas air minum, yakni :

1. Aspek fisika

2. Aspek Kimia

3. Aspek Mikrobiologi

4. Aspek Radio Aktif

Untuk memperoleh kualitas air seperti yang telah ditetapkan oleh WHO maupun

Departemen Kesehatan RI tersebut, maka diperlukan suatu proses pengolahan

(Treatment) agar air tersebut dapat dan layak dikonsumsi oleh masyarakat. Proses

pengolahan itulah yang nanti akan dibahas dan dijelaskan secara detail pada BAB

berikutnya dalam skripsi ini.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


1.2 LATAR BELAKANG

Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan utama

masyarakat perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut di daerah

perkotaan perlu dibangun sebuah pengolahan air bersih yang dikelola oleh Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yaitu Perusahan Daerah Air Minum (PDAM). Di Kecamatan

Perbaungan.

Pengelolaan air bersih di Kota Perbaungan saat ini ditangani oleh PDAM

Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam. Karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan

pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang, maka penanganan air bersih saat ini masih

ditangani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam dan belum ada pemisahan

penanganan pelayanan air bersih sampai saat ini. Wilayah yang telah mendapat pelayanan

air bersih saat ini baru disekitar pusat kota yaitu Kelurahan Simpang Tiga Pekan.

Dalam tugas akhir ini penulis mengkhususkan mengenai pengolahan air bersih

pada Instalasi Kecamatan Perbaungan untuk menyediakan air minum ataupun air bersih

dimana air baku berasal dari sungai Ular. Instalasi inilah yang bertugas untuk

menyediakan air bersih dan mendistribusikannya kepada masyarakat sebagai konsumen

di kota Perbaungan.

1.3. MAKSUD PENULISAN

Maksud penulisan perencanaan pengolahan air bersih adalah untuk melakukan

suatu perencanaan di sektor air bersih yang terjadi di Kec.Perbaungan Kabupaten

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Serdang Bedagai sebagai salah satu usaha pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai

menuju kepada Kabupaten Terbaik di Indonesia.

1.4. TUJUAN PENULISAN

Tujuan Penulisan perencanaan pengolahan air bersih adalah untuk menyiapkan

rancangan unit pengolahan air bersih untuk Kecamatan Perbaungan.

Disamping itu penulisan perencanaan pengolahan air bersih juga ditujukan

untuk menjadi kerangka acuan dan pegangan dalam rangka pengembangan dan

pengolahan sektor air bersih Kec. Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, yang

dilandasi keterpaduan dan kesesuaian program agar tercapai hasil yang maksimal dan

sinergis.

1.5. RUANG LINGKUP PENULISAN

Ruang lingkup Penulisan perencanaan pengolahan air bersih , yaitu :

1. Membahas perencanaan dan pengolahan di sektor air bersih;

2. Membahas aspek-aspek penentu pengembangan dan pengolahan sektor air bersih;

3. Melakukan perencanaan unit pengolahan air bersih untuk Kecamatan Perbaungan.

4. Dalam pengolahan ini pengambilan air baku sudah ditetapkan berasal dari sungai

Ular.

Ruang lingkup penulisan perencanaan pengolahan Air Bersih di Kec. Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai yang dirumuskan adalah Kec. Perbaungan Kab. Serdang

Bedagai.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


1.6 METODOLOGI

Pada tugas akhir ini metodologi digunakan :

1. Studi Pustaka

Pengumpulan literature dari beberapa buku yang berkaitan dengan studi ini

antara lain :

a. Sumber-sumber air minum

b. Standar kualitas air minum

c. Pengolahan air minum

2. Pengambilan Data-Data yang Berhubungan dengan Studi ini

a. Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung sebelum melakukan survey

ke lapangan.

b. Pengambilan Data Primer

Data ini diperoleh dari hasil penelitian sample air sungai ular yang akan

dipakai dalam pengolahan air bersih untuk mengetahui kualitas air

tersebut dilakukan penelitian dilaboratorium.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. AIR

2.1.1 SIKLUS HIDROLOGI

Siklus Hidrologi adalah suatu proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari

lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali lagi ke laut. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Air merupakan suatu sumber yang sangat penting karena diperlukan bagi

kehidupan. Air mengaliri bumi melalui suatu siklus hidrologi. Sesuai dengan namanya,

siklus yang artinya suatu proses yang berulang, tidak mempunyai awal dan akhir.

Siklus Hidrologi mempunyai tahapan, yakni : Evaporasi, Transpirasi, Kondensasi,

Presipitasi, Run Off, Perkolasi, Air Tanah dan Air Permukaan.

Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cairan menjadi uap

(penguapan) yang terjadi pada permukaan bumi dan laut.

Transpirasi adalah Proses penguapan air ke atmosfir oleh tumbuh-tumbuhan dan

tanaman hidup.

Kondensasi adalah adalah proses pembekuan atau pelembaban uap air di-awan

yang mendingin menjadi butir-butir air.

Presipitasi adalah adalah proses jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi

sebagai hujan, embun, es atau salju.

Run Off adalah adalah proses mengalirnya air di permukaan tanah.

Perkolasi adalah adalah proses perembesan air kedalam lapisan tanah yang

berjalan sangat perlahan secara alamiah (disebut juga infiltrasi).

Air Tanah adalah adalah air yang terkumpul dan mengalir dalam lapisan tanah

jenuh air secara alamiah.

Air Permukaan adalah adalah air yang mengalir dan terkumpul diatas permukaan

tanah sebagai sungai atau danau.

Dari siklus hidrologi inilah kebutuhan kita akan air bersih secara terus-menerus

dapat dipenuhi. Akan tetapi karena pendistribusiannya yang tidak teratur dan permintaan

air yang terus meningkat beberapa tempat di dunia mengalami kekurangan air. Untuk

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


menjamin suplai yang cukup, kita perlu mengelola secara efisien pengambilan sumber air

baku air minum yang tersedia di alam. Secara umum untuk memenuhi kebutuhan air

minum, air baku biasanya diambil dari dua sumber utama yaitu air tanah dan air

permukaan.

2.1.2 SUMBER-SUMBER AIR MINUM

Sumber - sumber air berasal dari :

1. Air Laut

Air laut adalah air yang berada di permukaan laut. Air ini tidak dapat

langsung digunakan sebagai air minum karena kandungan garamnya. Air laut

mempunyai sifat asin, karena mengandung garam ( NaCl ). Kadar garam (NaCl)

dalam air laut = 3 %. Salah satu teknologi yang memungkinkan untuk dapat

mengolah air laut untuk menjadi air minum adalah Desalinisation Plant. Proses

yang terjadi pada Desalinisation Plant adalah penurunan tingkat salinity

(keasinan) yang dikandung pada air laut dengan menggunakan proses osmosis.

2. Air Hujan

Air hujan juga merupakan sumber air baku untuk keperluan rumah tangga,

pertanian, dan lain-lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara penampungan, air

hujan dari atap rumah dialirkan ke tempat penampungan yang kemudian dapat

dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Air hujan tidak selalu dapat

digunakan secara langsung, diakibatkan kandungan elektrik yang dikandung awan

serta tidak terjaminya sterilisasi wadah penampungan yang terbuka.

3. Air Permukaan

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pencemaran selama

pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batangbatang kayu, daun-daun, limbah

industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini untuk masing-masing

permukaan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini.

Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.

Air permukaan ada bebarapa macam yaitu:

a Air Rawa / Danau

Kebanyakan dari air rawa ini berwarna, hal ini disebabkan oleh

adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya: asam humus yang

dalam air menyebabkan warna kuning kecoklatan. Dengan adanya

pembusukan kadar zat organik tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn

akan tinggi pula. Dalam keadaan kelarutan oksigen kurang sekali, maka

unsur - unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan ini akan tumbuh

alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan oksigen. Jadi untuk

pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu agar endapan-endapan

Fe dan Mn tidak terbawa, demikian juga dengan lumut yang ada pada

permukaan rawa.

b Air Sungai

Air sungai adalah alternatif utama yang sampai saat ini masih

digunakan sebagai sumber air yang dapat dikelola untuk masuk ke dalam

proses pengolahan. Ini disebabkan kondisi morfologis sungai yang

memungkinkan untuk membuat bendung dan mengarahkan air. Namun

dalam penggunaannya sebagai air minum harus mengalami suatu

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umunya

mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat

mencukupi.

c Air Tanah (Sumur)

Air tanah (sumur) dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu:

1. Air Tanah Dalam / Sumur Artesis.

Tanah dibor sedalam-dalamnya dengan kedalaman antara 10-300 meter

dari permukaan tanah sampai ditemui sumber air sehingga air tersembul

ke permukaan dengan menggunakan pompa. Air ini biasanya

mengandung garam mineral, sehingga rasanya agak asin, bebas dari

bakteri dan kuman-kuman penyakit dan airnya agak kurang enak

diminum.

2. Air Tanah Dangkal.

Air dangkal diperoleh dengan menggali atau pompa hingga kedalaman

10 meter dari permukaan tanah. Kualitas air yang didapat dari air

tanah dangkal ini, lebih sering dikenal dengan sumur, juga dipengaruhi

dengan kondisi tanah di sekitarnya.

2.1.3. MANFAAT AIR BAGI KEHIDUPAN

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Di dalam sel hidup, baik pada

tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia terkandung air.

Jika kandungan air tersebut berkurang maka akan mengakibatkan dehidrasi pada

manusia dan untuk tumbuh-tumbuhan akan mati kekeringan. Selain itu, air juga adalah

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


faktor utama dalam penyebaran penyakit, terutama apabila air tersebut tidak diolah

terlebih dahulu.

Pemanfaataan air bagi manusia dan mahluk hidup lainnya:

1. Penyediaan Air Untuk Minum.

Air disadap untuk pemakaian rumah tangga, perdagangan, industri dan lain-lain. Air

minum yang dimaksud disini adalah air yang telah melaui proses pengolahan dan telah

memenuhi persyaratan air minum. Namun untuk di Indonesia, standar kesehatan dari

menteri kesehatan lebih rendah daripada yang ditetapkan oleh WHO, namun masih dalam

batas toleransi yang dimungkinkan.

2. Rekreasi Air

Air di danau, waduk, sungai, muara laut dipergunakan untuk olah raga atau

rekreasi.

3. Pembiakan Ikan dan Satwa Liar

Dalam hal ini air digunakan sebagai tempat perkermbang biakan ikan atau sebagai

habitat untuk kehidupan satwa liar.

4. Penyediaan Air Untuk Industri

Air digunakan untuk kegiatan industri termasuk untuk produk dan air pendingin

5. Penyediaan Air Untuk Pertanian / Irigasi.

Air digunakan untuk mengairi tanaman (irigasi) dan binatang ternak.

6. Pembiakan Kerang

Air sungai, muara dan perairan pantai dipergunakan untuk pembiakan dan

peternakan kerang.

7. Pelayaran

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Air di jalur-jalur air dipergunakan untuk pelayaran, dan lain-lain.

2.2. AIR BERSIH/ MINUM

2.2.1 HUBUNGAN AIR DENGAN KESEHATAN

Air sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar sekali

peranannya dengan kehidupan manusia. Air murni adalah air yang tidak mempunyai rasa,

warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen (H2O), karena air merupakan

larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun

buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut didalamnya.

Disamping itu, akibat daur hidrologi maka air juga mengandung zat-zat lainnya

termasuk gas. Zat tersebut sering disebut pencemar yang ada dalam air. Oleh karena air

yang berasal dari sungai tersebut tercemar oleh zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan

maka air tersebut diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan oleh masyarakat.

Beberapa hal yang menunjukkan hubungan air dengan kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Sebagai media dan tempat berkembang biakan serangga penular penyakit

2) Adanya mikro organisme Phatogenik di dalam air

3) Adanya mikroorganisme Non-Phatogenik di dalam air.

2.2.2. STANDART KUALITAS AIR BERSIH/MINUM

Air merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan sehari-hari,

seperti minum, mandi, cuci dan lain-lain. Namun apabila air tersebut bau dan kotor maka

air tersebut tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Air dapat

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


menyebabkan gangguan kesehatan terhadap pemakai air tersebut, hal ini disebabkan

karena:

1. Air mampu melarutkan bahan-bahan padat, mengobsorbsikan gas-gas dan bahan

cair lainnya, sehingga semua air yang mengandung mineral dan zat-zat lain dalam

larutan yang diperoleh dari udara, tanah dan bukit-bukit yang dilaluinya.

Kandungan bahan dan zat ini dalam yang konsentrasi tertentu dapat menimbulkan

efek gangguan kesehatan pemakai.

2. Air merupakan faktor utama dalam penularan penyakit infeksi bakteri-bakteri usus

terntentu seperti: typus, paratypus, dysentri, dan juga kolera. Dalam hubungannya

dengan kebutuhan manusia akan air dan dengan memperhatikan adanya efek

gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan karena pemakaian tersebut, maka

ditetapkan standar kualitas air minum. Menurut peraturan menteri kesehatan R.I

no.907/MEN/KES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air

minum, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Bahwa air yang memenuhi standar kesehatan mempunyai peranan yang penting

dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi kesehatan

masyarakat.

b) Bahwa perlu adanya penyediaan atau pembagian air minum untuk umum yang

memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Dari uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa adanya kaitan yang erat antara

usaha dan penempatan standar kualitas air minum dengan pencegahan resiko terhadap

kesehatan manusia yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian air tersebut. Di Indonesia

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


terdapat di dalam peraturan pemerintah Menteri Kesehatan R.I

no.907/MEN/KES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

2.2.3. STANDART KUALITAS FISIK AIR BERSIH/MINUM

Satuan yang paling umum digunakan untuk menetapkan konsentrasi pencemar

yang terdapat dalam air adalah miligram per liter (mg/l), yang sama dengan gram

permeter kubik (gr/m3). Konsentrasi dapat juga dinyatakan dalam bagian per sejuta (ppm

-parts per million) berdasarkan berat.

Berdasarkan syarat fisik, ada lima unsur yang mempengaruhi kualitas air minum

yaitu : suhu, warna, rasa, bau dan kekeruhan. Dalam hal ini kelima unsur tersebut besar

sekali pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat yang memakainya.

1. Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan

dapat mempengaruhi pula reaksi kimia di dalam pengelolaan terutama apabila pada

temperatur tersebut sangat tinggi. Iklim setempat, ke dalam pipa-pipa saluran air

dan jenis dari sumber air akan mempengaruhi secara langsung pertumbuhan

migroorganisme dan virus. Pengaruh temperatur dalam kelarutan terutama

tergantung pada efek panas secara keseluruhan pada larutan tersebut. Tidak semua

standar air minum mencantumkan suhu sebagai suatu parameter standar kualitas air

minum. Meskipun demikian suhu dapat dimasukkan sebagai salah satu persyaratan

standar kualitas air. Karena itu dapat disimpulkan suhu dipergunakan untuk:

- Menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkan

masyarakat.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


- Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan palutan yang mungkin

terdapat dalam air yang rendah mungkin.

- Menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan

bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air.

2. Warna

Air permukaan yang berasal dari sungai seringkali berwarna kuning kecoklat-

coklatan, bahkan sangat kotor dan tidak layak digunakan sebagai air minum,

maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya, tanpa dilakukan untuk pengolahan

untuk menghilangkan warna tersebut. Intensitas warna dalam air diukur dengan

satuan unit warna standar, yang dihasilkan oleh 1 mg/liter platina. Intensitas warna

yang ditetapkan oleh standar internasional dari WHO maupun standar nasional dari

Indonesia besarnya 5-15.

3. Bau dan Rasa

Sama halnya dengan warna, bau dan rasa akan mempengaruhi dan mengurangi

penerimaan masyarakat terhadap air tersebut. Bau dan rasa terjadi secara bersama-

sama yang disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, dan

persenyawaan kimia seperti phenol, yang berasal dari berbagai sumber.

4. Kekeruhan (Turbidity)

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak pertikel bahaya

yang teruspensi sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Kekeruhan

bukan merupakan sifat dari air yang membahayakan secara langsung, namun

kurang memuaskan untuk penggunaan rumah tangga, indusri, tempat ibadah, dan

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


lain - lain. Standar yang ditetapkan untuk kekeruhan ini adalah < 5 ppm, ini dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

2.2.4. STANDART KUALITAS KIMIA AIR BERSIH/ MINUM

Dari daftar standar kualitas air bersih dapat dilihat bahwa adanya unsur-unsur

yang tercantum dalam standar kualitas kimia dari air bersih. Dalam peraturan menteri

kesehatan R.I. No.907/MENKES/SK/VII/2002, tercantum dalam bermacam-macam

unsur standar kualitas kimia air bersih. Beberapa diantara unsur-unsur tersebut tidak

dikehendaki kehadirannya dalam air minum. Oleh karena itu zat kimia yang bersifat

racun dapat merusak pemipaan dan dapat menimbulkan bau dan rasa yang mengganggu

estetika. Bahan-bahan tersebut seperti : nitrit, sulfide, ammonia, dan juga Co2 agresif.

Meskipun ada beberapa unsur yang bersifat racun, hal ini masih dapat ditolerir

kehadirannya didalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang ditetapkan.

Unsur-unsut tersebut adalah : Phenolik, Arsen, Selenium, Chromium, Sianida, Cadmium,

timbale dan Air raksa.

Adapun tinjauan secara rinci terdapat setiap unsur yang tercantum persyaratan

kualitas kimia air minum dibawah ini akan memberikan gambaran yang sedikit lebih jelas

tentang sifat pengaruh unsur-unsur tersebut didalam air, sumber dari unsur dan akibat

yang dapat ditimbulkan apabila konsentrasi adanya unsur-unsur tersebut dalam air

melebihi standar yang telah ditetapkan.

1. Derajat Keasaman (pH)

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan basa

atau asam suatu larutan dan juga merupakan satu cara untuk menyatakan konsentrasi ion

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan suatu faktor yang harus dipertimbangkan

mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktifitas

pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi dan

disinfeksi.

Sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empiris pH optimum untuk setiap spesies

harus ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0 - 8,0.

meskipun beberapa bentuk mempunyai pH optimum rendah 2,0 (Thiobacillius

thiooxidan), dan lainnya yang mempunyai pH optimum 8,5 (allcaligenes Faecalis). Untuk

pH yang kurang dari 7, maka air akan bersifat asam, sedangkan pH yang lebih dari 7

bersifat basa. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar

kualitas air minum dalam hal pH ini yaitu apabila pH lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar

dari 8,5 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa air, menyebabkan beberapa senyawa

kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan.

2. Jumlah Zat Padat (Total Solid)

Bahan padat (solid) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan

dan pengeringan pada suhu 103oC 105oC. Dalam portable water reservoir, kebanyakan

bahan padat terdapat dalam bentuk terlarut (dissolved) yang terdiri dari garaman-organik,

selain gas - gas yang terlarut. Kandungan total solid pada portable water biasanya dalam

kisaran antara 20 1000 mg/l, dan sebagai satu pedoman, kekerasan air akan meningkat

dengan meningkatnya total solid.

Di samping itu, pada semua bahan cair, jumlah koloid yang tidak terlarut dan

bahan yang teruspensi akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran. Mengingat bahwa

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


dalam beberapa hal pengolahan untuk menurunkan kandungan bahan padat ini akan

dilakukan, maka U.S. Public Health Service menetapkan batas standar maksimum total

solid sebesar 1000 mg/l untuk air minum. Persyaratan dari Dep.Kes.R.I untuk ini adalah

1000 mg/l. Jumlah koloid yang berlebihan memberikan pengaruh rasa yang tidak enak

pada lidah, rasa mual yang disebabkan oleh natrium sulfat dan magnesium sulfat.

3. Zat Organik.

Adanya bahan-bahan organik dalam air erat kaitannya dengan terjadinya

perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau, rasa, dan kekeruhan

yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan

angka permanganatnya. Walaupun KMnO4 sebagai oksidator yang dipakai tidak dapat

mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat cara

kerjanya.

Standar kandungan bahan organik dalam air minum menurut Dep.Kes.R.I

maksimum diperoleh adalah sebesar 10 mg/l. baik. WHO maupun U.S. Public Health

Service tidak mencantumkan angka standar kualitas maksimum yang ditetapkan.

Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap

standar ini yaitu timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum.

4. CO2 Agresi

CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat

organik. Permukaan air biasanya mengandung CO2 bebas kurang dari 10 mg/l, sedangkan

pada dasar air konsentrsinya dapat lebih dari 10 mg/l

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


CO2 agresif dapat ditentukan dengan cara grafis dan analisis. Penyimpangan

terhadap standar konsentrasi maksimal CO2 agresif dalam air akan menyebabkan

korosifitas pada pipa-pipa logam.

5. Kesadahan Total (total hardness)

Kation-kation penyebab utama dari kesadahan Ca++, Mg++, Sr++, Fe++, dan Mn++,

sedangkan anion-anion yang biasa terdapat dalam air adalah HCO3-, SO4, Cl- , NO3-.

Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan

pembentukan batuan kapur. Yang dimaksud dengan kesadahan dalam air alam adalah

disebabkan oleh dua kation tersebut. Ketentuan standar dari DEP.KES.R.I untuk

kesadahan pada air minum adalah 500 mg/l. Pengaruh langsung terhadap kesahatan

akibat penyimpangan standar ini tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan sabun

pembersih menjadi tidak efektif kerjanya.

6. Calcium (Ca)

Calcium adalah merupakan bagian dari komponen yang menyebabkan terjadinya

kesadahan. Efek ekonomis terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh kesadahan yaitu

timbulnya lapisan kerak pada ketel-ketel pemanas air, pada pipa-pipa dan menurunnya

efektifitas dari kerja sabun. Selain itu Ca dalam air sangant diperlukan untuk kebutuhan

akan unsur tersebut, yang khusus diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Oleh

karena itu, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan akibat dari rendah atau terlalu

tingginya kadar Ca dalam air, maka Dep.Kes.R.I. menetapkan standar konsentrasi Ca

sebesar 75-200 mg/l.

Standar yang ditetapkan WHO Internasional adalah 75-150 mg/l. Konsentrasi Ca

dalam air yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh,

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas

pada pipa-pipa air.

Untuk selanjutnya, persyaratan kualitas yang diizinkan untuk air minum dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:

2.2.5. STANDART KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH/ MINUM

Parameter bakteriologi yang terpenting dalam air adalah kandungan koliform. Air

yang memenuhi syarat untuk diminum adalah jika tidak mengandung coliform tersebut.

Jika nilai BOD tinggi, keadaan seperti ini merupakan indikasi tingginya zat organik yang

dapat diuraikan oleh bakteri dalam air.

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan

oleh mikro organisme untuk menguraikan bahan-bahan organikyang ada dalam

diperairan secara biologis. COD (chemical oxygen demand) juga merupakan harga yang

menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan mikro organisme untuk menguraikan

bahan-bahan organik. Semakin tercemarnya air harga COD dan BOD semakin tinggi.

Sebaliknya, bila nilai COD dan BOD rendah maka indekasi kandungan zat organik dalam

air rendah. Jadi jika pada pemeriksaan air minum tersebut tidak terdapat bakteri E.coli

maka air dapat digunakan sebagai air bersih.

Standar dari KepMenKes adalah tidak terdapatnya jumlah koliform tinja dan total

koliform dalam 100 ml air.

Dari aspek kualitas, air baku yang bersumber dari air permukaan, seperti air

sungai atau danau mempunyai kecenderungan untuk berubah secara cepat. Oleh karena

adanya berbagai pencemar di dalam air sungai, maka pengolahan air sungai memerlukan

proses pengolahan yang lebih kompleks dibandingkan air tanah.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mengamankan penyediaan air

minum yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat, Organisasi Kesehatan Dunia

WHO dan Departemen Kesehatan RI telah memberlakukan serangkaian standar kualitas

air minum yang direkomendasikan dan wajib ditaati, yakni Peraturan WHO tahun 1988

dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990. Secara umum ada 4 aspek

yang digunakan dalam standar kualitas air minum, yakni :

5. Aspek fisika

6. Aspek Kimia

7. Aspek Mikrobiologi

8. Aspek Radio Aktif

Untuk lebih jelasnya standar kualitas air bersih dan air minum yang dapat dikonsumsi

oleh masyarakat sesuai dengan Peraturan WHO tahun 1988 dan Permenkes RI No. 416

tahun 1990 dapat dilihat pada table 1.1 berikut :

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Tabel 2.1. BAKU MUTU KUALITAS AIR BERSIH

KADAR
NO. URAIAN SATUAN KETERANGAN
MAKSIMUM
A. FISIKA
1 Bau - - Tidak berbau
2 TDS mg/L 1.5
3 Kekeruhan skala NTU 25
4 Rasa - - Tidak berasa
5 Suhu C 3C
6 Warna skala TCU 50

B. KIMIA
B.1.KIMIAANORGANIK
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001
2 Arsen (As) mg/L 0,05
3 Besi (Fe) mg/L 1,0
4 Fluorida (F) mg/L 1,5
5 Kadmium (Cd) mg/L 0,005
6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7 Klorida (Cl) mg/L 600
8 Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 Valensi 6+
9 Mangan (Mn) mg/L 0,1
10 Nitrat (N) mg/L 10
11 Nitrit (N) mg/L 1,0
12 pH mg/L 6,5-9,0
13 Selenium (Se) mg/L 0,01
14 Seng (Zu) mg/L 15
15 Sianida (CN) mg/L 0,1
16 Sulfat (SO4) mg/L 400
17 Timbal (Pb) mg/L 0,05

B.2. KIMIA ORGANIK


1 Aldrin dan dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01
3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4 Chlordane (total isomer) mg/L 0,007
5 Chloroform mg/L 0,03
6 1,4-Dichloroethane mg/L 0,00010
7 DDT mg/L 0,03
8 Detergen mg/L 0,5
9 1,2-Dichloroethane mg/L 0,01
10 1,1-Dichloroethane mg/L 0,0003
11 Heptachlor dan Heptachlor Epoxide mg/L 0,003
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13 Gamma-HCl (Lindane) mg/L 0,004
14 Methaxychlor mg/L 0,10
15 Pentachlorophenol mg/L 0,01
16 Pesticida total mg/L 0,30
17 2,4,6-Trichlorophenol mg/L 0,01
18 Zat organik (KmnO4) mg/L 10

B.3. MIKROBIOLOGIK
1 Koliform Tinja 100 mL 30 Bukan air perpipaan
2 Total Koliform 100mL 10 Air perpipaan

B.4. RADIOAKTIVITAS
1 Aktivitas Alpha Bq/L 0,1
2 Aktivitas Beta Bq/L 1,0
SUMBER : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
Tanggal 3 September 1990 LAMPIRAN-II

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


KETERANGAN :
mg = miligram
mL = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometric Turbidity Units
TCU = True Colours Units
1G = 17,86 mg/L CaCO3
Logam berat merupakan logam terlarut

Tabel 2.2. BAKU MUTU KUALITAS AIR MINUM


KADAR
KADAR
NO. URAIAN SATUAN MAKSIMUM KETERANGAN
MAKSIMUM YANG DIANJURKAN
A. FISIKA
1 Bau - - - Tidak berbau
2 TDS mg/L 1 1
3 Kekeruhan skala NTU 25 5
4 Rasa - - - Tidak berasa
5 Suhu C 3C 3OC
6 Warna skala TCU 15 5

B. KIMIA
I. KIMIA ANORGANIK
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001 0,001
2 Aluminium (Al) mg/L 0,2 0.2
3 Arsen (As) mg/L 0,05 0.01
4 Barium (Ba) mg/L 1,0 0.7
5 Besi (Fe) mg/L 0,3 0.3
6 Fluorida (F) mg/L 1,0 1.0
7 Kadmium (Cd) mg/L 0,005 0.003
8 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 500
9 Klorida (Cl) mg/L 250 250
10 Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 0.05 Valensi 6+
11 Mangan (Mn) mg/L 0,1 0.1
12 Natrium (Na) mg/L 200 200
13 Nitrat (N) mg/L 10 5
14 Nitrit (N) mg/L 10 3
15 Perak (ag) mg/L 0,05 0.05
16 pH mg/L 6,5-8,5 6,5-8,5
17 Selenium (Se) mg/L 0,01 0.01
18 Seng (Zu) mg/L 5,0 3
19 Sianida (CN) mg/L 0,1 0.07
20 Sulfat (SO4) mg/L 400 250
21 Sulfida (H2S) mg/L 0,05 0.05
22 Tembaga (Cu) mg/L 1,0 1
23 Timbal (Pb) mg/L 0,05 0.01

II. KIMIA ORGANIK


1 Aldrin dan dieldrin mg/L 0,0007 -
2 Benzene mg/L 0,01 -
3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001 -
4 Chlordane (total isomer) mg/L 0,0003 -
5 Chloroform mg/L 0,03 -
6 2,4-Dichloroethane mg/L 0,10 -

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


7 DDT mg/L 0,03 -
8 Detergen mg/L 0,05 -
9 1,2-Dichloroethane mg/L 0,01 -
10 1,1-Dichloroethane mg/L 0,0003 -
11 Heptachlor mg/L 0,003 -
Tabel 2.2.BAKU MUTU KUALITAS AIR MINUM (lanjutan)
KADAR KADAR MAKSIMUM
NO. URAIAN SATUAN KETERANGAN
MAKSIMUM DIANJURKAN
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001 -
13 Gamma-HCl (Lindane) mg/L 0,004 -
14 Methaxychlor mg/L 0,03 -
15 Pentachlorophenol mg/L 0,01 -
16 Pesticida total mg/L 0,10 -
17 2,4,6-Trichlorophenol mg/L 0,01 -
-
c. MIKROBIOLOGIK -
1 Koliform Tinja 100 mL 0 -
2 Total Koliform 100mL 0 -
-
d. RADIOAKTIVITAS -
1 Aktivitas Alpha Bq/L 0,1 -
2 Aktivitas Beta Bq/L 1,0 -
- SUMBE
R : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 LAMPIRAN-II

KETERANGAN :
mg = miligram
mL = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometric Turbidity Units
TCU = True Colours Units
1G = 17,86 mg/L CaCO3
Logam berat merupakan logam terlarut

2.3 SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH

Air baku yang berasal dari sumbernya yaitu air hujan, air dalam tanah atau air

permukaan mempunyai kekeruhan yang berubah-ubah dan dapat tercemar oleh zat-zat

kimia dan organisme penyebab penyakit.oleh karena itudiperlukan suatu pengolahan

untuk menghilangkan kekeruhan, zat-zat kimia dan organisme tersebut sehingga

mamanuhi persyaratan air minum.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Berikut adalah dua contoh skema pengolahan air:

1. CARA PERTAMA
BAK Lancar
AIR BAKU PENGENDAPAN Transisi
Pengendap

DESINFECTANT AIR MINUM

Cara pertama digunakan untuk sumber air minum yang kadar kekeruhannya rendah

(turbidity 50 mg/l) dan digunakan saringan pasir lambat agar penyaringan lebih

terjamin.

2. CARA KEDUA

BAK KOAGULASI
AIR BAKU PENGENDAPAN FLOKULASI
PENDAHULUAN SENDIMENTASI

PENYARINGAN DESINFEKSI AIR MINUM

Cara kedua digunakan untuk sumber air minum yang kadar kekeruhannya tinggi

(turbidity 50 mg/l) dan memerlukan penambahan zat kimia untuk mendapatkan

proses pengendapan yang lebih cepat dan lebih sempurna, sehingga umumnya

digunakan saringan pasir cepat.

Sistem pengolahan kedua ini dikenal dengan sistem pengolahan air minum lengkap.

Unit instalasi pengolahan air baku dengan sistem ini terdiri dari:

a. bak pengendapan

b. penjernihan

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


c. saringan

d. desinfeksi

Untuk lebih rincinya akan dijelaskan di bab IV.

BAB III
GAMBARAN UMUM

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


3.1 Gambaran Umum Kota Perbaungan

3.1.1 Orientasi Wilayah

Kota Perbaungan mempunyai luas 14,58 Km2 (1.458 Ha) yang terdiri dari 2 desa

dan 4 kelurahan dengan Ibukota Desa terletak di Kelurahan Simpang Tiga Pekan. Lihat

Peta 3.1.

Batas-batas wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Pantai Cermin Kab. Serdang Bedagai

Sebelah Timur : Desa Pematang Sijonam Kecamatan Perbaungan

Sebelah Barat : Desa Melati I Kecamatan Perbaungan

Sebelah Selatan : Kecamatan Pagar Merbau Kab. Deli Serdang

3.1.2 Rona Fisik

1 Topografi

Kota Perbaungan berada disepanjang jalur Jalan Lintas Nasional. Pada umumnya

Kota Perbaungan memiliki ketinggian 11 s/d 13 meter dari permukaan laut. Berdasarkan

keadaan lerengnya Kota Perbaungan relatif datar dengan kemiringan lereng berkisar

antara 0 8 %. Dengan demikian maka seluruh wilayah perencanaan dapat

dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Namun yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana cara membuat sistem drainase perkotaan yang baik, karena daerah yang relatif

datar biasanya rawan akan banjir dan genangan air.

2 Klimatologi

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Kota Perbaungan memliki iklim tropis dengan suhu 32oC. Kelembaban udara per

bulan berkisar antara 78-87%. Curah hujan bervariasi dari 30 mm sampai dengan 340

mm per bulan, dengan rata-rata 116,5 mm per bulan dengan priodik tertinggi terjadi pada

bulan September-Desember. Hari hujan per bulan berkisar antara 8-26 hari dengan

periode hari hujan yang besar pada bulan September-Desember.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Gambar 3.1 Peta Administration Kota Perbaungan

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


3 Hidrologi

Secara umum keadaan hidrologi Kota Perbaungan terbagi atas tiga jenis yaitu:

1. Air Tanah

Sumber air tanah yang ada, saat ini berasal dari air tanah dangkal dan dari air tanah

dalam yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bersih rumah tangga.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang ada di wilayah perencanaan pada umumnya adalah berupa

sungai dan kolam/rawa.

Air permukaan ini tidak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari, seperti mencuci pakaian dan mandi karena kualitasnya tidak baik. Salah satu

manfaat yang cukup signifikan dari keberadaan air permukaan ini adalah untuk

mendukung kegiatan pertanian, terutama pertanian lahan basah (persawahan) dan

perikanan air tawar/ kolam.

3. Sungai

Adapun sungai yang terdapat di sekitar Kota Perbaungan hanya Sungai Ular saja dan

beberapa anak-anak sungai lainnya. Sehingga air sungai yang ada didaerah tersebut

juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mencuci pakaian dan mandi.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


4 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di wilayah perencanaan pada saat ini

terdiri dari permukiman, persawahan, perkebunan,

ladang/tegal dan lain-lainnya yang luasan masing-

masing peruntukan tertera pada tabel dibawah ini.

Dari data yang didapat dilihat bahwa luas penggunaan

lahan yang menonjol adalah untuk kegiatan perumahan/lainnya, yaitu 547 Ha, sedangkan

untuk kegiatan perkebunan besar merupakan penggunaan lahan terkecil adalah 120 Ha.

Dimana penggunaan lahan di persawahan terdiri dari tanah sawah dan tanah kering seluas

656 Ha. Sedangkan untuk ladang/tegalan yaitu berkisar 135 Ha. Jadi jumlah penggunaan

lahan keseluruhannya adalah sebesar 1.458 Ha yang tersebar di semua desa/kelurahan

Kota Perbaungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III.1.

Tabel III.1
Jenis Penggunaan dan Luas Lahan di Wilayah Perencanaan
Tahun 2006
Luas Pengunaan Lahan (Ha)
Desa/
No Ladang/Perkebunan Perkebunan Perumahan/
Kelurahan Sawah Jumlah
Rakyat Besar Lainnya
1 Batang Terap 103 - 120 77 300
2 Cintaman
161 8 - 141 310
Jernih
3 Kota Galuh 96 12 - 57 165
4 Melati I 117 38 - 68 223
5 Simpang Tiga
56 18 - 152 226
Pekan
6 Tualang 123 59 - 52 234
Total 656 135 120 547 1.458
Sumber : Kecamatan Perbaungan Dalam Angka Tahun 2007

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


3.1.3 Rona Sosial Kependudukan

1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan tahun 2008, penduduk Kota Perbaungan saat ini

diperkirakan telah mencapai 24.831 jiwa dengan kepadatan penduduk 1703,08 Jiwa/Km2.

Sehingga dengan jumlah penduduk yang mengalami perubahan tersebut maka tingkat

kepadatan yang ada di Kota Perbaungan menjadi 1703,08 jiwa/Km2. Lihat Tabel III.2.

Tabel III.2
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Di Kota Perbaungan
Tahun 2008
Luas Jumlah Kepadatan
No Desa/Kelurahan
(Km)2 Penduduk (Jiwa) (Jiwa/Km2)
1 Batang Terap 1,97 3.449 1750,76
2 Citaman Jernih 1,62 7.364 4545,68
3 Kota Galuh 3,00 3.367 1122,33
4 Melati I 1,17 1.511 1291,45
5 Simpang Tiga Pekan 1,78 12.680 7123,60
6 Tualang 5,04 7.872 1561,90
Jumlah 14,58 24.831 1703,08
Sumber : Profil Kecamatan Tahun 2008

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang terbesar terdapat di Kelurahan

Simpang Tiga Pekan yaitu berkisar 12.680 jiwa dengan tingkat kepadatan 7123,60

jiwa/Km2, hal tersebut dikarenakan Kelurahan Simpang Tiga Pekan merupakan Ibukota

Desa yang memiliki kepadatan yang tinggi. Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil

terdapat di Kelurahan Melati I dengan jumlah 1.511 jiwa dan tingkat kepadatan 1291,45

jiwa/Km2.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan di

6 Desa/Kelurahan yang ada di Kota Perbaungan dapat dilihat pada Tabel III. 3 dibawah

ini.

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang terbesar terdapat di Kelurahan

Simpang Tiga Pekan (laki-laki = 6.131 jiwa, perempuan = 6.549 jiwa), sedangkan jumlah

yang terkecil terdapat di Kelurahan Melati I (laki-laki = 743 jiwa, perempuan = 768

jiwa).

Jumlah laki-laki yang lebih besar sebenarnya mempengaruhi tingkat

ketergantungan menjadi lebih kecil dan produktifitas lebih tinggi, tetapi hal ini tidak

tergambarkan di lokasi perencanaan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, keahlian/keterampilan, kepemilikan lahan, kultur, atau bahkan kelemahan

pembinaan masyarakat.

Tabel III.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Kota Perbaungan Tahun 2008
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Batang Terap 1.637 1.812 3.449
2 Citaman Jernih 3.586 3.778 7.364
3 Kota Galuh 1.675 1.690 3.367
4 Melati I 743 768 1.511
5 Simpang Tiga Pekan 6.131 6.549 12.680
6 Tualang 3.747 4.125 7.872
Jumlah 759.776 785.954 36.243
Sumber : Profil Kecamatan Tahun 2008

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


3.1.4 Rona Sarana

1 Sarana Pendidikan

Ketersediaan sarana pendidikan pada tahun 2007 di

seluruh tingkatan masih dalam kategori belum

memadai, walaupun penilaian awal ini perlu dicermati

untuk tiap sekolahnya dengan jumlah TK 8 unit, SD 21 unit, SLTP 8 unit, dan SLTA 11 unit.

Lihat Tabel III..4

Tabel III. 4
Banyaknya Sarana Pendidikan
Di Kota Perbaungan Tahun 2006
No Desa/Kelurahan TK SD SLTP SLTA
1 Batang Terap 1 3 1 4
2 Citaman Jernih 1 3 - -
3 Kota Galuh 2 2 3 2
4 Melati I - 1 - -
5 Simpang Tiga Pekan 3 9 4 4
6 Tualang 1 3 - 1
Jumlah 8 21 8 11
Sumber : Kecamatan Perbaungan Dalam Angka Tahun 2007

2 Sarana Kesehatan
Dalam fasilitas kesehatan di Kota Perbaungan pada

tahun 2007 terdapat 4 unit rumah sakit, 2 unit

poliklinik, puskesmas sama sekali tidak ada, dan 1

puksesmas pembantu. Artinya dengan sebaran yang

belum mencukupi pelayanan keseluruhan

desa/kleurahan yang ada di Kota Perbaungan, maka perlu adanya penambahan sarana

kesehatan demi menunjang kesehatan masyarakat. Lihat Tabel III. 5 dibawah ini.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Tabel III. 5
Banyaknya Sarana Kesehatan
Di Kota Perbaungan Tahun 2006
Puskes- Pus. R. Polik-
No Desa/Kelurahan RS BPU
mas Pembantu Bersalin linik
1 Batang Terap - - - 1 - 1
2 Citaman Jernih - - - - 1 -
3 Kota Galuh - - - - - -
4 Melati I - - 1 - - -
5 Simpang Tiga Pekan 4 - - 2 2 1
6 Tualang - - - 1 1 -
Jumlah 4 - 1 4 4 2
Sumber : Kecamatan Perbaungan Dalam Angka Tahun 2007

3 Sarana Peribadatan
Sebagaimana dikemukakan dalam bagian kependudukan terdahulu, bahwa

penduduk Kota Perbaungan bercirikan plural dan majemuk, baik dari suku maupun

agama. Hal ini berimplikasi pada cerminan keberadaan fasilitas peribadatan di setiap

desa/kelurahan. Beberapa desa/kelurahan merupakan permukiman mayoritas muslim dan

ada beberapa desa ada yang memiliki mayoritas penduduk Kristiani, Budha, dan Hindu.

Jadi jumlah fasilitas peribadatan yang ada di Kota Perbaungan adalah mesjid 15 unit,

langgar/surau 26 unit, gereja 7 unit, dan vihara 7 unit. Lihat Tabel III.6.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Tabel III.6
Banyaknya Sarana Peribadatan
Di Kota Perbaungan Tahun 2006
Langgar/
No Desa/Kelurahan Mesjid Gereja Pura Vihara
Surau
1 Batang Terap 3 1 2 - 1
2 Citaman Jernih 2 5 1 - 2
3 Kota Galuh 1 3 1 - 2
4 Melati I - 4 - - -
5 Simpang Tiga Pekan 5 4 3 - 2
6 Tualang 4 9 - - -
Jumlah 15 26 7 - 7
Sumber : Kecamatan Perbaungan Dalam Angka Tahun 2007

3.1.5 Rona Prasarana


1 Prasarana Jaringan Air Bersih
Pengelolaan air bersih di Kota Perbaungan saat ini

ditangani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam.

Karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan

pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang, maka

penanganan air bersih saat ini masih ditangani oleh

PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam dan belum ada pemisahan penanganan pelayanan

air bersih sampai saat ini. Wilayah yang telah mendapat pelayanan air bersih saat ini baru

disekitar pusat kota yaitu Kelurahan Simpang Tiga Pekan.

Dan di wilayah perencanaan masih adanya tempat bak penampungan-penampungan

(resevoir) air bersih dari PDAM yang digunakan masyarakat tetapi sudah tidak dipakai

lagi karena sudah rusak.

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


Gambar 3.2 Peta Rencana Jaringan Air Bersih

Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.


BAB IV
PENGOLAHAN AIR BERSIH

4.1. UMUM

Pengolahan air bersih ialah unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berfungsi

untuk memisahkan partikel-partikel padat tersuspensi dan koloidal dalam

kandungan air baku sehingga menghasilkan air bersih yang layak untuk

dikonsumsi.

Dari data yang didapat, kualitas air yang akan diolah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Kualitas Air Baku

Parameter Satuan kualitas Air Baku Baku Mutu Air Minum


Warna pt-CO 40 15
Kekeruhan mg/l SiO2 200 5
Kesadahan mg/l sbg CaCO3 60 500
Alkalinitas mg/l sbg CaCO3 55
NH4 mg/l 0.4 0
PH 7.5 6.5-8.5
Besi mg/l 0.7 0.3
Mangan mg/l 0.1 0.1
Zat Organik mg/l KMnO4 9 0
Caliform MPN/100ml 8 0
NO3 mg/l 12 10
NO2 mg/l 1 0.1
Sumber:Dinas PU serdang bedagai

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa kualitas air baku sangat jauh dari standart

baku mutu air minum yang dianjurkan. Air sungai yang belum diproses tingkat

kekeruhannya agak tinggi, kekeruhan akan mengurangi kejernihan air yang

disebabkan oleh pencemar-pencemar yang ada di dalam air yang disebabkan

oleh lempung, lanau partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloid

37
lainnya. Maka dari itu air baku yang berasal dari sungai tersebut perlu diolah

agar layak untuk dikonsumsikan sebagai air bersih.

4.2. PRINSIP PENGOLAHAN

Partikel-partikel padat tersuspensi dan koloidal atau pseudokoloidal dalam air

baku yang secara alami sulit mengendap akan diubah menjadi partikel-partikel

yang lebih besar yang disebut floc yang memiliki berat jenis yang lebih berat

dan ukuran partikel yang lebih besar sehingga lebih mudah dipisahkan dari air

dan mengendap.

4.2.1. PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA

Pengolahan tahap pertama meliputi 3 tahap, yaitu klorinasi awal, koagulasi dan

flokulasi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel padat

tersuspensi dan koloidal yang terkandung dalam air.

A. PRA SEDIMENTASI

Air baku yang berasal dari intake dialirkan dengan dipompa ke bak

prasedimentasi . Bak sedimentasi bentuk persegi panjang, didisain untuk

meningkatkan waktu detensi partikel untuk mengendapkan dibak

Prasedimentasi diskrit. Cara pembersihan partikel-partikel yang

mengapung (scum) yang masuk ke bak Prasedimentasi dengan

menggunakan alat khusus (jala) agar tidak terbawa ke outlet yang akan

dihisap oleh Raw Water Pump (RWP). Untuk mengetahui seberapa tinggi

endapan lumpur pada prasedimentasi dapat dilakukan dengan pengamatan

secara visual oleh operator.

B. KOAGULASI

38
Koagulasi dilakukan untuk menstabilkan pertikel-partikel padat yang

secara alamiah sulit diendapkan akibat dari muatan listrik yang terdapat

pada permukaan partikel sehingga dapat menghambat partikel-parikel

tersebut untuk bergabung. Bahan kimia yang digunakan untuk koagulasi

adalah aluminium sulfat/Tawas. Jumlah yang digunakan disesuaikan

dengan kondisi air yang akan diolah. Parameter yang mempengaruhi

proses koagulasi ialah:

Kandungan partikel koloidal dalam air terutama partikel yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan.

Zat-zat organik dalam air.

ph air

Intensitas pengadukan

Karakteristik koagulan, dosis dan konsentrasi

Pada unit proses ini diperlukan pengadukan dengan putaran tinggi untuk

mendispersikan koagulan secara merata didalam air baku. Pengadukan

dapat dilakukan secara hidrolis, mekanis maupun pneumatis. Secara

umum koagulasi berpungsi untuk:

Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik

maupun organik

Mengurangi warna akibat oleh partikel koloid di dalam air

Mengurangi bakteri-bakteri patogen, alga dan organisme plankton

yang lain

Mengurangi rasa dan bau akibat partikel koloid dalam air.

39
Dosis bahan kimia ditentukan pada saat proses awal dan selanjutnya diatur

selama pengoperasian IPA merupakan penyesuaian dari hasil Zart-test air

baku. Alumunium sulfat merupakan golongan garam dari asam kuat akan

menurunkan pH air sehingga mengubah air menjadi lebih agresif dan

terpisah dengan zat-zat tersuspensi terlarut tersebut. Sedangkan untuk

netralisasi pH dilakukan pada pipa outlet filter bertekanan (Sand Filter)

dengan menggunakan bahan kimia soda ash (Sodium Carbonate).

Bahan-bahan koagulasi yang biasa digunakan dalam pengolahan air

adalah:

A. Garam yang gugusannya aluminium sulfat seperti:

Aluminium Sulfat Al2(SO4)3.18H2O

Ammonia Alum Al2(SO4)3.(NH4)2SO4.24H2O

Potash Alum Al2(SO4)3.K2SO4.24H2O

Sodium Aluminate Na Al O2

B. Garam yang Gugusannya Besi seperti:

Ferri Sulfat Fe2(SO4)3

Ferrous Sulfat FeSO4.7H2O

Ferri Clorida Fe Cl3

C. FLOKULASI

Flokulasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan kohesi dari floc yang

telah terbentuk pada proses koagulasi. Flokulasi dilakukan secara

homogen, perlahan, dengan teknik pencampuran secara mekanis untuk

meningkatkan kesempatan pembentukan floc.

40
Floc yang terjadi memiliki berat jenis yang lebih ringan sehingga dengan

kecepatan aliran pada tangki pengendapan (tangki Clarifer) akan

mengakibatkan floc tersebut terbawa kedalam filter dan dapat

mengakibatkan Clogging pada filter. Untuk itu digunakan bahan kimia

khusus jenis polymer yang digolongkan sebagai flocculant. Tangki

flokulasi, system pencampuran bahan, dan peralatan pendukung

direncanakan dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:

Kondisi daerah pengisian (seperti endapan di dasar).

Efisiensi energi yang terbuang dengan memanfaat jenis aliran

turbulensi.

Mencegah terjadinya jalur Preferensial antara tekanan masuk dan

tekanan keluar tangki.

4.2.2. PENGOLAHAN TAHAP KEDUA : Pengendapan dan Penjernihan.

Pengendapan adalah pemisahan antara air dan floc yang telah terbentuk

sebelumnya. Perpindahan aliran air antara daerah flokulasi dengan daerah

pengendapan dilakukan pada ruang pengisian yang terdapat di bawah pelat

lamellar (Lamellar Modules). Pengendapan dilakukan pada pelat lamellar yang

diletakkan miring dengan penampang berbentuk persegi delapan sehingga

memungkinkan pengurangan luas daerah struktur.

Endapan yang terbentuk dari proses ini tersimpan di bagian bawah tangki

pengendapan dan dibuang ke saluran pembuangan dengan jangka waktu tertentu

yang sudah diatur terlebih dahulu. Air yang sudah dijernihkan dikumpulkan

41
pada suatu saluran pengumpul (Over flow Weirs) dan dialirkan ke tangki

penjernihan.

A. UKURAN PARTIKEL DAN KECEPATAN PENGENDAPAN

Secara sederhana yang dimaksud sendimentasi adalah proses keluarnya zat

padat yang terdapat dalam air dan seterusnya akan mengendap akibat gaya

beratnya sendirisecara cepat dan tepat dalam waktu yang ditentukan.

Secara umum pengendapan sendimen air baku tergantung dari sifat alami

dari sumber air dan keadaan aliran yang mungkin terjadi. Dalam hal ini

biasanya air baku membawa partikel-partikel suspensi yang tidak tentu

seperti Lumpur, tanah liat, pasir dan zat-zat organic yang susah dipisahkan

dari air.

Tujuan utama sendimentasi pada pengolahan air bersih adalah melewatkan

air dari bak dengan kecepatan rendah tanpa kandungan partikel sendimen.

Partikel tersebut akan turun akibat gaya berat dan bergantung juga kepeda:

a. Kecepatan arus horizontal dari air

b. Ukuran dari partikel

c. Berat jenis dari partikel

d. Bentuk dari partikel

e. Viskositas

Hubungan antara ukuran partikel dengan kecepatan mengendap dari

partikel tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.

42
Gambar 4.1.Kecepatan pengendapan dalam air

Tanah liat mempunyai diameter 10-9 m 10-6 m umumnya susah dipisahkan

dari air dengan proses sendimentasi yang sederhana, tetapi selanjutnya

proses pengolahan dapat dilakukan dengan proses yang lebih lengkap.

B. KECEPATAN MAKSIMUM UNTUK MENCEGAH PARTIKEL

TERANGKAT

Salah satu hal yang terpenting dalam proses pengendapan adalah

mencegah agar partikel tersebut tidak akan melayang atau terangkat oleh

karena kecepatan aliran air sebelum dan sesudah pengendapan.

43
Maka kecepatan aliran pada saluran dibatasi sebagai start awal proses

pengolahan air. adapun rumus untuk hal tersebut diatas adalah:

8 g
Va = (s 1)d ...Ernest W. Steel
f

Dimana:
Va = kecepatan air (m/det)
d = diameter partikel (mm)
f = factor gesekan
g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det
S = Berat jenis partikel
P = 0,1 untuk pengendapan pasir
0,04 untuk proses pengolahan yang menghendaki floc-
floc dari material.
Dalam proses pengendapan partikel dianggap berlangsung secara ideal

dengan pengertian:

1. arus mempunyai kecepatan yang sama diseluruh bagian bak

pengendapan, sehingga partikel mempunyai waktu pengendapan

yang sama.

2. partikel dianggap merata (homogen)

3. sesudah mencapai dasar bak, partikel tidak bergerak.

Misalkan panjang tangki L, kedalaman air d, lebar tangki b, dan debit

yang masuk sama dengan debit yang keluar (Qinlet = Qoutlet), seperti

gambar berikut:

44
t = (L.b.d)/Q d/V < L.b.d/Q

misalkan suatu partikel bergerak dalam tangki dengan kecepatan V, maka:

Q
kecepatan aliran horizontal =
d .b
L
waktu aliran horizontal =
(Q / db)
d
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai dasar bak =
V

maka agar supaya partikel mencapai dasar bak dan tidak keluar dari tangki,

maka waktu untuk mencapai dasar bak harus sama dengan waktu dari aliran

horizontal.

d Lbd Q
Jadi = ==== V=
v Q lb

Dimana: luas tangki A = L x b

4.2.3. PENGOLAHAN TAHAP KETIGA : Filtrasi

Filtrasi dimaksudkan untuk menyaring zat padat tersuspensi yang tertinggal

dalam air jernih (Clarified water). Penyaringan dilakukan pada tangki vertikal

bertekanan yang berisi media penyaring yang di tempatkan di atas lantai

penyaring yang telah dilengkapi dengan susunan lubang Nozzle.

Zat padat tersuspensi yang tersisa secara perlahan akan menutup ruang antar

butiran pasir. Proses ini disebut dengan Clogging. Bila Clogging meningkat

maka kerugian tekan (Head loss) akan meningkat sehingga mempengaruhi aliran

45
air pada media penyaring. Untuk itu diperlukan pencucian media penyaring

setelah Clogging mencapai tingkat ukuran tertentu.

Selama proses pencucian (Backwash), Instalasi masih tetap beroperasi walaupun

hanya satu filter. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air hasil

penyaringan dari filter yang beroperasi dan di kombinasikan dengan udara

bertekanan. Proses ini dilakukan secara berurutan untuk satu persatu filter.

Kombinasi pencucian dengan air dan udara memberikan keuntungan :

Pembersihan media penyaring yang menyeluruh dan mengurangi risiko

clogging yang terlalu dalam.

Waktu pencucian yang singkat (kira-kira 20 menit)

Tidak memerlukan tangki dan pompa air pembersih secara khusus.

Debit air yang digunakan untuk proses pencucian filter disarankan relatif kecil

dengan tujuan:

Pengoprasian yang relatif lebih mudah.

Pengoperasian yang relatif lebih aman.

Air pencucian yang terbuang tidak banyak.

Air bersih yang diperlukan untuk pencucian tidak terlalu banyak.

Menurut kecepatan system penyaringan air dan susunan media penyaringan,

maka penyaringan dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. saringan pasir lambat (slow sand filter)

2. saringan pasir cepat (rapid grafity sand filter)

4.2.4. PENGOLAHAN TAHAP KEEMPAT : Desinfeksi

Proses klorinasi akhir disebut juga dengan proses Desinfeksi yang bertujuan

untuk membunuh mikroorganisme di dalam air yang masih terdapat dalam air

46
ketika proses filtrasi. Meskipun air sudah melalui berbagai proses pengolahan

sebelumnya dan kelihatan bersih, namun masih sering terkontaminasi dengan

mikroba yang membahayakan kesehatan manusia sehingga diperlukan

desinfektan dalam jumlah minimum yang diinjeksikan ke dalam jaringan

distribusi. Jenis desinfektan yang umum digunakan adalah Kaporit /Hypho

Chlorite.

4.2.5. PENGUKURAN PARAMETER

Pada jalur pipa masuk dan keluar instalasi masing-masing di pasang flowmeter
untuk mengukur debit air.

47
V10
FILTER No. 1
DN100

V14
DN40 V11
DN100
FLOCCULATOR - SETTLING TANK
M01

M
F02
DN100
V07 DN100 V18 V19
FM01
PDE
V05
V13
PRA SEDIMENTASI V08 DN100 TO TW
CWP V09 RESERVOIR
V01

OVERFLOW
DN100 DN100 DN100
FROM / CONSUMENT
RAW WATER Q = 40 M3/H
PUMPING DN100 DN100 H = 15 M
V06

CWP V12
DN100
FILTER No. 2 DN100

Q = 40 M3/H
H = 15 M

V02 V03 V04


V15
DN40
DN40

Gambar 4.2 Proses Pengolahan Air Bersih

47
4.2.6. RINCIAN UNIT PENGOLAHAN AIR
Rincian dan alur proses unit pengolahan air diperlihatkan pada gambar 4.2

AIR BAHAN KIMIA

Intake Air Baku


Koagulant
Injeksi (Alum Sulfat/Tawas)

Prasedimentasi

Flokulasi

Pengendapan

Filtrasi Desinfeksi (Kaporit)


(Chlorine)

Injeksi Netralisasi
(Soda Ash)

Air Bersih

Gambar 4.3. Diagram alir unit proses pengolahan air bersih

4.2.7. BAGIAN PENJERNIHAN

54
Bagian penjernihan air baku adalah kontruksi baja meliputi unit-unit proses

flokulator, settling, dan clarified yang dikemas menjadi satu kesatuan seperti

diperlihatkan pada gambar 4.3.

Clarified

Settling
Flokulator

Gambar 4.4. Susunan unit bagian penjernihan dan arah aliran proses

A. Flokulator.

Bagian dari kontruksi penjernihan air baku yang berfungsi sebagai tempat

terjadinya proses flokulasi

B. Tangki Pengedapan (Settling Tank).

Setelah melalui flokulator selanjutnya air diolah dalam tangki pengedapan,

C. Tangki Penampungan Air Jernih (Clarified Water Tank).

Air yang sudah dijernihkan dari tangki pengendapan disimpan di dalam

tangki penyimpanan sementara sebelum diteruskan ke proses filtrasi.

D. Pompa Air Jernih(Clarified Water Pump).

Air yang sudah dijernihkan akan dipompakan kedalam proses filtrasi

4.2.8. SISTEM PENCAMPURAN BAHAN KIMIA

55
Untuk memperoleh pencampuran yang merata antara air baku dengan bahan

kimia ada beberapa cara yang dilakukan yaitu:

A. Sistem Pencampuran Alamiah

Sistem pencampuran alamiah dibagi atas:

a. pipa bazin Pencampur

b. Sistem Pencampur Horizontal

c. Sistem Pencampur Vertikal

B. Sistem Pencampuran Mekanis

Sistem pencampuran mekanis dapat dibagi menjadi beberapa bagian


yaitu:

a. sistem pencampur dengan propeler

b. sistem pencampur dengan paddle

c. sistem pencampur dengan impelar atau turbin

Ketiga sistem ini telah dipergunakan secara meluas dalam sistem

pengolahan air bersih. Dalam beberapa persoalan tertentu, sistem

pencampuran imperal atau turbin dengan menggunakan pipa sehingga

tidak mempergunakan bak pencampur.

Fungsi dari flash mixing untuk memancarkan bahan koagulan pada air,

sehingga terdapat kontak yang sempurna dalam proses pembubuhan dan

pembentukan floc tidak terjadi pada flash mixing untuk menjaga

penyumbatan..

1. UNIT DOSING DAN PERSIAPAN TAWAS (Aluminium Sulfat).

Zat kimia yang digunakan untuk mendestabilisasi koloid dan partikel

tersuspensi adalah aluminium sulfat yang berfungsi sebagai

koagulan. Sebelum dimasukkan kedalam proses koagulasi, koagulan

yang digunakan diencerkan terlebih dahulu agar koagulan dapat

56
bekerja secara lebih merata dalam air baku dan lebih mudah untuk

dimasukkan ke dalam air. Dosis Alumunium Sulfat yang digunakan ,

C alum = 12 mg / l dengan berat jenis Alumunium Sulfat =

2,71 kg / l.

4.3. METODE ANALISA PROYEKSI PENDUDUK


Analisa proyeksi penduduk bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk pada

wilayah kajian untuk tahun proyeksi yang akan datang. Proyeksi penduduk

merupakan salah satu unsur yang penting untuk dikemukakan karena mereka

inilah aktor dari kegiatan pembangunan wilayah. Input yang diperlukan terutama

berupa data kependudukan, data wilayah dan aktivitas penduduk. Adapun

alternatif metode analisis yang digunakan dalam memproyeksikan jumlah

penduduk antara lain :

A. Proyeksi Bunga Berganda

Metode bunga berganda berbasis pada rumus :

Pt = Po * (1 + r) n

Dimana :

Pt = Jumlah Penduduk pada tahun t


Po = jumlah Penduduk pada tahun awal.
r = Jumlah Pertumbuhan Penduduk
n = jangka waktu dalam tahun

B. Metode Eksponensial

Pt = Po exp r + t

Dimana :

Pt = Jumlah Penduduk pada tahun t


Po = Jumlah Penduduk pada tahun awal.

57
r = Angka pertumbuhan penduduk
t = Waktu dalam tahun
C. Metode Regresi Linier

Y=a+b*x

Dimana :

Y = Jumlah penduduk tahun proyeksi


a dan b = Tetapan koefisiensi regresi
x = Tambahan tahun terhitung dari tahun dasar

4.4. METODE ANALISA PROYEKSI PERTAMBAHAN SARANA DAN


PRASANA
Analisis kebutuhan sarana dan prasarana bertujuan untuk mengetahui

kebutuhan akan sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah tersebut.

Sarana dan prasarana yang akan dikaji terutama mencakup

ketersediaan listrik, air bersih dan telepon, kesemuanya merupakan

kelengkapan yang dibutuhkan masyarakat untuk aktivitas sehari-hari.

Input yang diperlukan dalam analisis ini terutama adalah data

ketersediaan utilitas dan data kependudukan.

Adapun alternatif metode analisis yang digunakan dalam memproyeksikan

kebutuhan antara lain :

Proyeksi penduduk
Proyeksi kebutuhan =
Standar kebutuhan per jenis

58
BAB V

ANALISA HASIL PERENCANAAN

5.1. ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH

Analisis kependudukan yang akan dilakukan hanya menyangkut kondisi

umum karena berdasarkan daya dukung lahan tidak ada masalah keterbatasan

pembangunan dan diketahui bahwa perkembangan penduduk lebih disebabkan

faktor alami dan tidak terdapat permasalahan sebaran penduduk. Permasalahan

yang perlu dikaji lebih jauh adalah masalah kesejahteraan penduduk berkaitan

dengan potensi pengembangan wilayah.

5.1.1 PROYEKSI DAN DAYA TAMPUNG PENDUDUK

59
Data yang diperoleh tidak lengkap dari instansi terkait khususnya dari

profil kecamatan dan kecamatan dalam angka, serta data tahun jamak (time

series) yang tersedia yaitu tahun 2000 sampai 2008. Tetapi hasil kajian terhadap

data yang dikumpulkan tersebut tidak mempengaruhi perhitungan dalam

mencari proyeksi penduduk, sehingga data proyeksi dapat dipertanggung

jawabkan. Hal tersebut dikarenakan laju pertumbuhan yang di cari berdasarkan

time series degan melihat jumlah penduduk tahun 2000 sampai tahun 2008.

Adapun dalam memperhitungkan proyeksi jumlah penduduk saya menggunakan

Metode Bunga Berganda dikarenakan agar arah perkembangan suatu kota

terhadap penduduknya terus meningkat baik itu fasilitas dan utilitasnya.

Adapun data- data penduduk yang didapat pada tabel V.1 adalah sebagai berikut:

Tabel V.1
Populasi Penduduk Kota Perbaungan
Tahun 2000-2008
Jumlah Penduduk
No Desa/ Kelurahan (Jiwa)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Batang Terap 3.332 3.346 3.362 3.374 3.390 3.407 3.424 3.441 3.449
2 Cintaman Jernih 7.180 7.198 7.203 7.238 7.258 7.277 7.308 7.354 7.364
3 Kota Galuh 2.114 2.250 2.399 2.506 2.661 2.824 3.005 3.196 3.367
4 Melati I 902 913 941 969 1.023 1.067 1.070 1.121 1.151
5 Simpang Tiga Pekan 934 993 1.027 1.063 1.089 1.137 1.185 1.219 1.268
6 Tualang 6.776 6.920 7.059 7.207 7.327 7.467 7.603 7.739 7.872
Total 21.238 21.620 21.991 22.357 22.748 23.179 23.595 24.070 24.471

Sumber : Data Kecamatan Perbaungan

Alasan lain penggunaan metoda ini didasarkan atas beberapa

pertimbangan yaitu :

60
1. Kota Perbaungan sebagai salah satu kawasan andalan cepat berkambang bagi

Kabupaten Serdang Bedagai dan akan semakin terus berkembang pada masa

mendatang.

2. Jumlah penduduk Kota Perbaungan merupakan yang terbesar jumlah

penduduknya di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Lebih baik memperkirakan jumlah penduduk lebih tinggi (proyeksi optimis).

Bila perkiraan lebih kecil dan ternyata jumlah penduduk tumbuh lebih cepat

akan menyulitkan dalam perencanaan selanjutnya. Selain itu penyediaan

fasilitas dan utilitas pelayanan menjadi terhambat.

Lihat Tabel V.2, V.3 dan Gambar 5.1.

Tabel V.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Perbaungan

61
kelurahan
Batang Terap Cintaman Jernih Kota Galuh
NO Tahun Jumlah Populasi Laju pertumbuhan Laju Pertumbuhan Jumlah Populasi Laju pertumbuhan Laju Pertumbuhan Jumlah Populasi Laju pertumbuhan Laju Pertumbuhan
Penduduk penduduk penduduk rata-rata Penduduk penduduk penduduk rata-rata Penduduk penduduk penduduk rata-rata
(jiwa) (r) (r rata-rata) (jiwa) (r) (r rata-rata) (jiwa) (r) (r rata-rata)
1 2000 3.332 - 7.180 - 2.114 -
2 2001 3.346 0,00432 7.198 0,0025 2.250 0,0685
3 2002 3.362 0,00453 7.203 0,0016 2.399 0,0695
4 2003 3.374 0,00421 7.238 0,0027 2.506 0,0620
5 2004 3.390 0,00432 0,0044 7.258 0,0027 0,0027 2.661 0,0628 0,069
6 2005 3.407 0,00444 7.277 0,0027 2.824 0,0631
7 2006 3.424 0,00452 7.308 0,0029 3.005 0,0638
8 2007 3.441 0,00459 7.354 0,0034 3.196 0,0642
9 2008 3.449 0,00432 7.364 0,0032 3.367 0,0695

kelurahan
Melati I Simpang Tiga Pekan Tualang
NO Tahun Jumlah Populasi Laju pertumbuhan Laju Pertumbuhan Jumlah Populasi Laju pertumbuhan Laju Pertumbuhan Jumlah Populasi Laju pertumbuhan Laju Pertumbuhan
Penduduk penduduk penduduk rata-rata Penduduk penduduk penduduk rata-rata Penduduk penduduk penduduk rata-rata
(jiwa) (r) (r rata-rata) (jiwa) (r) (r rata-rata) (jiwa) (r) (r rata-rata)
1 2000 902 - 934 - 6.776 -
2 2001 913 0,0130 993 0,0631 6.920 0,0213
3 2002 941 0,0215 1.027 0,0490 7.059 0,0207
4 2003 969 0,0242 1.063 0,0442 7.207 0,0208
5 2004 1.023 0,0322 0,027 1.089 0,0393 0,044 7.327 0,0197 0,0199
6 2005 1.067 0,0343 1.137 0,0403 7.467 0,0196
7 2006 1.070 0,0290 1.185 0,0405 7.603 0,0194
8 2007 1.121 0,0317 1.219 0,0389 7.739 0,0192
9 2008 1.151 0,0310 1.268 0,0390 7.872 0,0189

Sumber : Hasil Analisis


Tabel V.3
Jumlah Proyeksi Penduduk Kota Perbaungan
Tahun 2008-2028
Pertumbuhan Pddk Proyeksi Jumlah Penduduk
No Desa/ Kelurahan rata-rata (Jiwa)

(r) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Batang Terap 0,0044 3.449 3.464 3.479 3.495 3.510 3.526 3.541 3.557 3.572 3.588 3.604
2 Cintaman Jernih 0,0027 7.364 7.384 7.404 7.424 7.444 7.464 7.484 7.504 7.525 7.545 7.565
3 Kota Galuh 0,0686 3.367 3.598 3.845 4.109 4.390 4.692 5.013 5.357 5.725 6.118 6.537
4 Melati I 0,0270 1.511 1.552 1.594 1.637 1.681 1.726 1.773 1.821 1.870 1.920 1.972
5 Simpang Tiga Pekan 0,0440 1.268 1.324 1.382 1.443 1.506 1.573 1.642 1.714 1.789 1.868 1.950
6 Tualang 0,0199 7.872 8.029 8.188 8.351 8.518 8.687 8.860 9.036 9.216 9.399 9.587
Total 24.831 25.350 25.892 26.458 27.049 27.667 28.313 28.989 29.697 30.439 31.216

Pertumbuhan Pddk Proyeksi Jumlah Penduduk


No Desa/ Kelurahan rata-rata (Jiwa)
(r) 2.019 2.020 2.021 2.022 2.023 2.024 2.025 2.026 2.027 2.028
1 Batang Terap 0,0044 3.620 3.636 3.652 3.668 3.684 3.700 3.716 3.733 3.749 3.766
2 Cintaman Jernih 0,0027 7.586 7.606 7.627 7.647 7.668 7.689 7.709 7.730 7.751 7.772
3 Kota Galuh 0,0686 6.986 7.465 7.977 8.524 9.109 9.734 10.402 11.115 11.878 12.692
4 Melati I 0,0270 2.026 2.080 2.136 2.194 2.253 2.314 2.377 2.441 2.507 2.574
5 Simpang Tiga Pekan 0,0440 2.036 2.126 2.219 2.317 2.419 2.525 2.636 2.753 2.874 3.000
6 Tualang 0,0199 9.777 9.972 10.170 10.373 10.579 10.790 11.004 11.223 11.447 11.674
Total 32.030 32.885 33.781 34.723 35.712 36.752 37.845 38.995 40.205 41.479

Sumber : Hasil Analisis

62
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Proyeksi Penduduk Kota Perbaungan Tahun 2008-
2028

Pertambahan penduduk wilayah perencanaan selama 20 tahun adalah

sebesar 21.895 jiwa yang terhitung mulai dari tahun 2008 (24.831 jiwa) -2028

(46.816 jiwa).

5.1.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH

Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk, untuk setiap kecamatan di

asumsikan masuk kedalam kategori kota sedang. Dari standar perencanaan

Dirjen Cipta Karya kebutuhan air yang dipakai untuk keperluan sebagai berikut:

1. Kebutuhan Domestik diperkirakan pemakaian air 150 liter per orang per

hari pada tahun perencanaan.

2. Kebutuhan Hydran diperkirakan pemakaian air 40 liter per orang per hari

pada tahun perencanaan.

3. Kebutuhan Komersil/industri diperkirakan pemakaian air 30 liter per

orang per hari pada tahun perencanaan.

4. Kebutuhan Pelayanan Umum diperkirakan pemakaian air 15 liter per

orang per hari pada tahun perencanaan.

5. Tingkat Kebocoran diperkirakan 20% dari jumlah kebutuhan air pada

tahun perencanaan.

Berdasarkan analisis tersebut di atas maka diperlukan upaya-upaya dalam

penyediaan air bersih antara lain :

63
A. Skala Kota

1. Upaya pelestarian sumber air permukaan dan tanah.

2. Upaya sinergis pengadaan air baku air minum dan pengendalian air hujan

dengan membuat tandon-tandon air.

3. Membangun system pengolahan air bersih dan meningkatkan cakupan

pelayanan.

B. Skala wilayah atau Rumah tangga

1. Berpartisipasi dalam melakukan pengehamatan pemakaian air

2. Turut melestarikan sumber air tanah dengan menekan tingkat

pencemaran dari limbah rumah tangga masing-masing serta

berpartisipasi untuk membuat sumur resepan

3. Berpartisipasi dalam melakukan pembayaran restribusi secara tepat


waktu. Lihat Tabel V.4.

Tabel V.4
Analisis Kebutuhan Air Bersih Kota Perbaungan

64
Tahun proyeksi
2009 2014 2019
No Jenis Fasilitas
standart Jumlah pddk Keb.Air bersih standart Jumlah pddk Keb.Air bersih standart Jumlah pddk Keb.Air bersih
( ltr/hr/org ) (jiwa) (ltr/hr) ( ltr/hr/org ) (jiwa) (ltr/hr) ( ltr/hr/org ) (jiwa) (ltr/hr)
1 Domestik 150 3.802.541 160 4.530.119 170 5.445.115
2 Hidran 40 1.014.011 45 1.274.096 50 1.601.504
3 Komersil/Industri 30 25.350 760.508 40 28.313 1.132.530 50 32.030 1.601.504
4 Pelayanan Sosial 15 380.254 20 566.265 25 800.752
5 tingkat kebocoran 20% 1.191.463 20% 1.500.602 20% 1.889.775
Jumlah (ltr/hr) 7.148.778 9.003.611 11.338.651
Jumlah (ltr/det) 83 104 131

Tahun proyeksi
2024 2028
No Jenis Fasilitas
standart Jumlah pddk Keb.Air bersih standart Jumlah pddk Keb.Air bersih
( ltr/hr/org ) (jiwa) (ltr/hr) ( ltr/hr/org ) (jiwa) (ltr/hr)
1 Domestik 180 6.615.302 190 7.881.000
2 Hidran 55 2.021.342 60 2.488.737
3 Komersil/Industri 60 36.752 2.205.101 70 41.479 2.903.526
4 Pelayanan Sosial 30 1.102.550 35 1.451.763
5 tingkat kebocoran 20% 2.388.859 20% 2.945.005
Jumlah (ltr/hr) 14.333.154 17.670.031
Jumlah (ltr/det) 166 205

Tahun Proyeksi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah Penduduk (jiwa) 25.350 25.892 26.458 27.049 27.667 28.313 28.989 29.697 30.439 31.216
kebutuhan Air (ltr/hr) 7.148.778 7.488.022 7.842.161 8.212.128 8.598.922 9.003.611 9.427.344 9.871.348 10.336.942 10.825.538
kebutuhan Air (ltr/dtk) 83 87 91 95 100 104 109 114 120 125

Tahun Proyeksi 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Jumlah Penduduk (jiwa) 32.030 32.885 33.781 34.723 35.712 36.752 37.845 38.995 40.205 41.479
kebutuhan Air (ltr/hr) 11.338.651 11.877.905 12.445.043 13.041.936 13.670.588 14.333.154 15.031.944 15.769.438 16.548.298 17.670.031
kebutuhan Air (ltr/dtk) 131 137 144 151 158 166 174 183 192 205

Sumber : hasil analisa

ANALISA AIR BAKU

5.2.1 Analisa Kualitas Air Baku

Kapasitas pengolahan air sebesar 205 l/det dengan karakteristik air

baku adalah sebagai berikut:

65
Tabel V
Karakteristik Air Baku

Parameter Satuan kualitas Air Baku Baku Mutu Air Minum Keterangan

Warna pt-CO 40 15 Perlu Diolah


Kekeruhan mg/l SiO2 200 5 Perlu Diolah
Kesadahan mg/l sbg CaCO3 60 500
Alkalinitas mg/l sbg CaCO3 55
NH4 mg/l 0.4 0 Perlu Diolah
PH 7.5 6.5-8.5
Besi mg/l 0.7 0.3 Perlu Diolah
Mangan mg/l 0.1 0.1
Zat Organik mg/l KMnO4 9 0 Perlu Diolah
Caliform MPN/100ml 8 0 Perlu Diolah
NO3 mg/l 12 10 Perlu Diolah
Sumber: DinaS PU serdang bedagai
NO2 mg/l 1 0.1 Perlu Diolah

Berdasarkan kualitas air baku diatas, maka parameter-parameter

air yang melebihi batas dan perlu dilakukan pengolahan adalah:

warna
Kekeruhan
NH4
Besi
Zat Organik
Coliform
NO3
NO2

A. Jenis Pengolahan yang Diperlukan

Berdasarkan hasil analisa diatas, maka ditentukan jenis pengolahan

yang diperlukan untuk mengolah air baku tersebut, yaitu:

1. Warna dan kekeruhan dapat dikurangi dengan koagulasi dan

flokulasi, yang dilanjutkan dengan proses sendimentasi dan filtrasi.

66
2. Untuk mengurangi Zat Besi,Organik, NH4, NO3, dan NO2, dapat

dilakukan proses koagulasi yang dilanjutkan dengan sendimentasi,

serta perlu penambahan desinfeksi.

3. Coliform dapat dihilangkan dengan menambahkan zat desinfektan.

B. Diagram Alir Sistem Pengolahan Air Minum

Intake Air Baku


Lancar
Lancar Transisi
Transisi Pengendap

Lancar
Transisi

Lancar
Transisi

Lancar
Transisi

Lancar
Lancar Transisi
Transisi Pengendap

Lancar
Lancar Transisi
Transisi Pengendap

Lancar
Transisi

67
Gambar 5.2 Sistem Pengolahan Air Bersih

5.2.2 Analisa Kuantitas Air Baku

Sungai ular memiliki daerah aliran sungai (DAS) yang cukup luas

mulai dari Gunung Meriah sampai dengan Dolok Masihul dengan luas

DAS sebagai berikut:

Gunung Meriah = 100%

STM hulu =13,55%

Bangun Purba =15,59%

Galang = 13,27%

Pagar Merbau = 9,38%

Kotarih = 83,83%

Dolok Masihul = 25%

Maka dari hasil analisa didapat Neraca air sungai Ular seperti pada tabel di

bawah:

68
Tabel V.6
PROYEKSI NERACA AIR PADA DAS SEI ULAR TAHUN 2008
BULAN
URAIAN SATUAN LUAS AREAL TANAM (Ha) JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPT Okt NOV DES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NERACA AIR m3/dt 34,93 38,67 35,30 50,86 42,80 30,79 20,64 23,34 39,85 53,88 62,50 64,46

KETERSEDIAAN AIR m3/dt 51,15 56,01 39,95 51,06 48,02 45,52 35,75 29,16 40,16 54,01 62,71 70,90
1. AWLR SEI ULAR PADA TAHUN 2007 HASIL m3/dt 51,15 56,01 39,95 51,06 48,02 45,52 35,75 29,16 40,16 54,01 62,71 70,90
DATA YANG BANGKITKAN

KEBUTUHAN AIR m3/dt 16,22 17,34 4,66 0,20 5,21 14,73 15,11 5,83 0,31 0,12 0,22 6,45
IRIGASI PADA DAS ULAR m3/dt 16,10 17,22 4,53 0,08 5,09 14,61 14,99 5,70 0,19 - 0,09 6,32

1 Bendang m3/dt 1.380 1,20 1,28 0,34 0,0058 0,38 1,09 1,12 0,43 0,01 0,01 0,47
2 Timbang Deli m3/dt 520 0,45 0,48 0,13 0,0022 0,14 0,41 0,42 0,16 0,01 0,00 0,18
3 Pulau Gambar m3/dt 990 0,86 0,92 0,24 0,0042 0,27 0,78 0,80 0,31 0,01 0,01 0,34
4 Singosari m3/dt 880 0,77 0,82 0,22 0,0037 0,24 0,69 0,71 0,27 0,01 0,00 0,30
5 Sumber Rejo Lama m3/dt 2.064 1,80 1,92 0,51 0,0087 0,57 1,63 1,67 0,64 0,02 0,01 0,71
6 Sumber Rejo Baru m3/dt 846 0,74 0,79 0,21 0,0036 0,23 0,67 0,69 0,26 0,01 0,00 0,29
7 Ramunia m3/dt 1.880 1,64 1,75 0,46 0,0079 0,52 1,48 1,52 0,58 0,02 0,01 0,64
8 Perbaungan m3/dt 5.920 5,15 5,51 1,45 0,0249 1,63 4,67 4,80 1,82 0,06 0,03 2,02
9 Sei Buluh/Swadaya m3/dt 4.020 3,50 3,74 0,98 0,0169 1,11 3,17 3,26 1,24 0,04 0,02 1,37

Kebutuhan air di Intake lt/dt/ha MT I Padi 0,00087 0,00093 0,00025 0,0000024 0,000005 0,000342
MTII Padi 0,0000018 0,000275 0,001 0,00081 0,0003082 0,0000102

NON IRIGASI m3/dt 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
Kabupaten Deli Serdang:
1 Gunung Meriah m3/dt 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010
2 STM Hulu m3/dt 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005 0,000005
3 Bangun Purba m3/dt 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019 0,000019
4 Galang m3/dt 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044
5 Pagar Merbau m3/dt 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013 0,000013

Kabupaten Serdang Bedagai:


1 Kotarih m3/dt 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068 0,035068
2 Dolok Masihul m3/dt 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899 0,014899
3 Perbaungan m3/dt 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079 0,006079

Kabupaten Simalungun:
1 Kecamatan Silau Kahean m3/dt 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852 0,002852
2 Kecamatan Dolok Silau m3/dt 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440 0,010440
3 Kecamatan Raya m3/dt 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626 0,004626
4 Kecamatan Purba m3/dt 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785 0,000785
5 Kecamatan Silimakuta m3/dt 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146 0,030146

Kabupaten Karo
1 Kecamatan Barus Jahe m3/dt 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365 0,006365

INDUSTRI m3/dt 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011
10% DARI KEBUTUHAN AIR NON IRIGASI m3/dt 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011

KEHILANGAN AIR m3/dt 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011
1 Kehilangan Air 10 % Dari Industri m3/dt 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011 0,0011

69
Tabel V.7
PROYEKSI NERACA AIR PADA DAS SEI ULAR TAHUN 2009
BULAN
LUAS AREAL
No URAIAN SATUAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPT OKTOBER NOV DES
TANAM (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NERACA AIR m3/dt 23,42 23,86 44,34 57,03 54,35 41,20 24,82 19,86 34,23 38,87 58,88 43,47

I KETERSEDIAAN AIR m3/dt 39,65 41,21 49,01 57,24 59,57 55,95 39,94 25,70 34,56 39,01 59,11 49,93
1. AWLR SEI ULAR PADA TAHUN 2009 HASIL m3/dt 39,65 41,21 49,01 57,24 59,57 55,95 39,94 25,70 34,56 39,01 59,11 49,93
DATA YANG BANGKITKAN

II KEBUTUHAN AIR m3/dt 16,23 17,35 4,67 0,21 5,22 14,74 15,12 5,84 0,33 0,14 0,23 6,46
IRIGASI PADA DAS ULAR m3/dt 24296,00 16,10 17,22 4,53 0,08 5,09 14,61 14,99 5,70 0,19 - 0,09 6,32

1 Bendang m3/dt 1.380 1,20 1,28 0,34 0,006 0,38 1,09 1,12 0,43 0,01 0,01 0,47
2 Timbang Deli m3/dt 520 0,45 0,48 0,13 0,002 0,14 0,41 0,42 0,16 0,01 0,00 0,18
3 Pulau Gambar m3/dt 990 0,86 0,92 0,24 0,004 0,27 0,78 0,80 0,31 0,01 0,01 0,34
4 Singosari m3/dt 880 0,77 0,82 0,22 0,004 0,24 0,69 0,71 0,27 0,01 0,00 0,30
5 Sumber Rejo Lama m3/dt 2.064 1,80 1,92 0,51 0,009 0,57 1,63 1,67 0,64 0,02 0,01 0,71
6 Sumber Rejo Baru m3/dt 846 0,74 0,79 0,21 0,004 0,23 0,67 0,69 0,26 0,01 0,00 0,29
7 Ramunia m3/dt 1.880 1,64 1,75 0,46 0,008 0,52 1,48 1,52 0,58 0,02 0,01 0,64
8 Perbaungan m3/dt 5.920 5,15 5,51 1,45 0,025 1,63 4,67 4,80 1,82 0,06 0,03 2,02
9 Sei Buluh/Swadaya m3/dt 4.020 3,50 3,74 0,98 0,017 1,11 3,17 3,26 1,24 0,04 0,02 1,37

Kebutuhan air di Intake lt/dt/ha MT I Padi 0,000870 0,000931 0,000245 0,0000024 0,0000051 0,000342
Padi 0,0000018 0,0002750 0,00079 0,00081 0,0003082 0,0000102
MTII

NON IRIGASI m3/dt 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
Kabupaten Deli Serdang:
1 Gunung Meriah m3/dt 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010
2 STM Hulu m3/dt 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006
3 Bangun Purba m3/dt 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020
4 Galang m3/dt 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044 0,000044
5 Pagar Merbau m3/dt 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014

Kabupaten Serdang Bedagai:


1 Kotarih m3/dt 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691 0,037691
2 Dolok Masihul m3/dt 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624 0,015624
3 Perbaungan m3/dt 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207 0,006207

Kabupaten Simalungun:
1 Kecamatan Silau Kahean m3/dt 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829 0,002829
2 Kecamatan Dolok Silau m3/dt 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249 0,010249
3 Kecamatan Raya m3/dt 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391 0,005391
4 Kecamatan Purba m3/dt 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703 0,007703
5 Kecamatan Silimakuta m3/dt 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415 0,031415

Kabupaten Karo
1 Kecamatan Barus Jahe m3/dt 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455 0,006455

INDUSTRI m3/dt 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012
10% DARI KEBUTUHAN AIR NON IRIGASI m3/dt 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012 0,012

KEHILANGAN AIR m3/dt 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012
1 Kehilangan Air 10 % Dari Industri m3/dt 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012 0,0012

70
Tabel V.8
PROYEKSI NERACA AIR PADA DAS SEI ULAR TAHUN 2017
BULAN
No URAIAN SATUAN LUAS AREAL TANAM (Ha) JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPT OKTOBER NOV DES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NERACA AIR m3/dt 29,81 22,14 32,12 43,25 33,34 20,79 17,38 15,40 33,41 27,80 30,40 9,10

I KETERSEDIAAN AIR m3/dt 44,70 38,22 36,78 43,78 38,77 34,30 31,21 21,07 33,96 27,95 30,72 15,45
1. AWLR SEI ULAR PADA TAHUN 2017 HASIL m3/dt 44,70 38,22 36,78 43,78 38,77 34,30 31,21 21,07 33,96 27,95 30,72 15,45
DATA YANG BANGKITKAN

II KEBUTUHAN AIR m3/dt 14,89 16,09 4,66 0,53 5,44 13,51 13,83 5,68 0,55 0,15 0,32 6,34
IRIGASI PADA DAS ULAR m3/dt 14,74 15,94 4,52 0,382 5,29 13,36 13,69 5,53 0,40 0,17 6,19

1 Bendang m3/dt 1380,00 1,20 1,28 0,34 0,006 0,38 1,09 1,12 0,43 0,01 0,01 0,47
2 Timbang Deli m3/dt 520,00 0,45 0,48 0,13 0,002 0,14 0,41 0,42 0,16 0,01 0,00 0,18
3 Pulau Gambar m3/dt 990,00 0,86 0,92 0,24 0,004 0,27 0,78 0,80 0,31 0,01 0,01 0,34
4 Singosari m3/dt 880,00 0,77 0,82 0,22 0,004 0,24 0,69 0,71 0,27 0,01 0,00 0,30
5 Sumber Rejo Lama m3/dt 2064,00 1,80 1,92 0,51 0,009 0,57 1,63 1,67 0,64 0,02 0,01 0,71
6 Sumber Rejo Baru m3/dt 846,00 0,74 0,79 0,21 0,004 0,23 0,67 0,69 0,26 0,01 0,00 0,29
7 Ramunia m3/dt 1880,00 1,64 1,75 0,46 0,008 0,52 1,48 1,52 0,58 0,02 0,01 0,64
8 Perbaungan m3/dt 5920,00 5,15 5,51 1,45 0,025 1,63 4,67 4,80 1,82 0,06 0,03 2,02
9 Sei Buluh/Swadaya m3/dt 4020,00 3,50 3,74 0,98 0,017 1,11 3,17 3,26 1,24 0,04 0,02 1,37

Kebutuhan air di Intake lt/dt/ha MT I Padi 0,001 0,001 0,000245 0,0000024 0,000 0,000
Padi 0,000 0,000 0,001 0,00081 0,0003082 0,000
MTII

NON IRIGASI m3/dt 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
Kabupaten Deli Serdang:
1 Gunung Meriah m3/dt 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010 0,000010
2 STM Hulu m3/dt 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006
3 Bangun Purba m3/dt 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020
4 Galang m3/dt 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045 0,000045
5 Pagar Merbau m3/dt 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014 0,000014

Kabupaten Serdang Bedagai:


1 Kotarih m3/dt 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998 0,041998
2 Dolok Masihul m3/dt 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778 0,016778
3 Perbaungan m3/dt 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404 0,006404

Kabupaten Simalungun:
1 Kecamatan Silau Kahean m3/dt 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794 0,002794
2 Kecamatan Dolok Silau m3/dt 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969 0,009969
3 Kecamatan Raya m3/dt 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782 0,006782
4 Kecamatan Purba m3/dt 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482 0,007482
5 Kecamatan Silimakuta m3/dt 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417 0,033417

Kabupaten Karo m3/dt


1 Kecamatan Barus Jahe m3/dt 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592 0,006592

INDUSTRI m3/dt 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013
10% DARI KEBUTUHAN AIR NON IRIGASI m3/dt 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,013

KEHILANGAN AIR m3/dt 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013
1 Kehilangan Air 10 % Dari Industri m3/dt 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013

71
Tabel V.9
PROYEKSI NERACA AIR PADA DAS SEI ULAR TAHUN 2022
BULAN
LUAS AREAL
No URAIAN SATUAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPT OKTOBER NOV DES
TANAM (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NERACA AIR m3/dt 21,74 28,93 43,65 46,39 40,25 28,16 17,44 33,68 42,89 48,53 64,02 44,68

I KETERSEDIAAN AIR m3/dt 38,02 46,33 48,37 46,66 45,53 42,95 32,61 39,57 43,27 48,72 64,31 51,19
1. AWLR SEI ULAR PADA TAHUN 2022 HASIL m3/dt 38,02 46,33 48,37 46,66 45,53 42,95 32,61 39,57 43,27 48,72 64,31 51,19
DATA YANG BANGKITKAN

II KEBUTUHAN AIR m3/dt 16,28 17,40 4,72 0,27 5,28 14,80 15,17 5,89 0,38 0,19 0,28 6,51
IRIGASI PADA DAS ULAR m3/dt 16,10 17,22 4,53 0,08 5,09 14,61 14,99 5,70 0,19 - 0,09 6,32

1 Bendang m3/dt 1380,00 1,20 1,28 0,34 0,006 0,38 1,09 1,12 0,43 0,01 0,01 0,47
2 Timbang Deli m3/dt 520,00 0,45 0,48 0,13 0,002 0,14 0,41 0,42 0,16 0,01 0,00 0,18
3 Pulau Gambar m3/dt 990,00 0,86 0,92 0,24 0,004 0,27 0,78 0,80 0,31 0,01 0,01 0,34
4 Singosari m3/dt 880,00 0,77 0,82 0,22 0,004 0,24 0,69 0,71 0,27 0,01 0,00 0,30
5 Sumber Rejo Lama m3/dt 2064,00 1,80 1,92 0,51 0,009 0,57 1,63 1,67 0,64 0,02 0,01 0,71
6 Sumber Rejo Baru m3/dt 846,00 0,74 0,79 0,21 0,004 0,23 0,67 0,69 0,26 0,01 0,00 0,29
7 Ramunia m3/dt 1880,00 1,64 1,75 0,46 0,008 0,52 1,48 1,52 0,58 0,02 0,01 0,64
8 Perbaungan m3/dt 5920,00 5,15 5,51 1,45 0,025 1,63 4,67 4,80 1,82 0,06 0,03 2,02
9 Sei Buluh/Swadaya m3/dt 4020,00 3,50 3,74 0,98 0,017 1,11 3,17 3,26 1,24 0,04 0,02 1,37

Kebutuhan air di Intake lt/dt/ha MT I Padi 0,00087000 0,00093060 0,00024500 0,00000240 0,00000510 0,00034170
Padi 0,00000180 0,00027500 0,00078960 0,00081000 0,00030820 0,00001020
MTII

NON IRIGASI m3/dt 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17
Kabupaten Deli Serdang:
1 Gunung Meriah m3/dt 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008 0,000008
2 STM Hulu m3/dt 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006
3 Bangun Purba m3/dt 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020
4 Galang m3/dt 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046 0,000046
5 Pagar Merbau m3/dt 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016 0,000016

Kabupaten Serdang Bedagai:


1 Kotarih m3/dt 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239 0,060239
2 Dolok Masihul m3/dt 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277 0,021277
3 Perbaungan m3/dt 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108 0,007108

Kabupaten Simalungun:
1 Kecamatan Silau Kahean m3/dt 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682 0,002682
2 Kecamatan Dolok Silau m3/dt 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088 0,009088
3 Kecamatan Raya m3/dt 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572 0,014572
4 Kecamatan Purba m3/dt 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791 0,006791
5 Kecamatan Silimakuta m3/dt 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065 0,041065

Kabupaten Karo
1 Kecamatan Barus Jahe m3/dt 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075 0,007075

INDUSTRI m3/dt 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
10% DARI KEBUTUHAN AIR NON IRIGASI m3/dt 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017

KEHILANGAN AIR m3/dt 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017
1 Kehilangan Air 10 % Dari Industri m3/dt 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017 0,0017

72
Tabel V.10
PROYEKSI NERACA AIR PADA DAS SEI ULAR TAHUN 2028
BULAN
LUAS AREAL TANAM
No URAIAN SATUAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPT OKTOBER NOV DES
(Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NERACA AIR m3/dt 29,93 26,23 31,54 44,06 34,41 25,62 18,42 28,41 44,04 52,43 46,64 32,53

I KETERSEDIAAN AIR m3/dt 46,25 43,68 36,30 44,37 39,72 40,45 33,64 34,34 44,46 52,66 46,97 39,09
1. AWLR SEI ULAR PADA TAHUN m3/dt 46,25 43,68 36,30 44,37 39,72 40,45 33,64 34,34 44,46 52,66 46,97 39,09
2022 HASIL DATA YANG
BANGKITKAN

II KEBUTUHAN AIR m3/dt 16,33 17,45 4,76 0,31 5,32 14,84 15,22 5,93 0,42 0,23 0,33 6,55
IRIGASI PADA DAS ULAR m3/dt 16,10 17,22 4,53 0,08 5,09 14,61 14,99 5,70 0,19 - 0,09 6,32

1 Bendang m3/dt 1380,00 1,20 1,28 0,34 0,006 0,38 1,09 1,12 0,43 0,01 0,01 0,47
2 Timbang Deli m3/dt 520,00 0,45 0,48 0,13 0,002 0,14 0,41 0,42 0,16 0,01 0,00 0,18
3 Pulau Gambar m3/dt 990,00 0,86 0,92 0,24 0,004 0,27 0,78 0,80 0,31 0,01 0,01 0,34
4 Singosari m3/dt 880,00 0,77 0,82 0,22 0,004 0,24 0,69 0,71 0,27 0,01 0,00 0,30
5 Sumber Rejo Lama m3/dt 2064,00 1,80 1,92 0,51 0,009 0,57 1,63 1,67 0,64 0,02 0,01 0,71
6 Sumber Rejo Baru m3/dt 846,00 0,74 0,79 0,21 0,004 0,23 0,67 0,69 0,26 0,01 0,00 0,29
7 Ramunia m3/dt 1880,00 1,64 1,75 0,46 0,008 0,52 1,48 1,52 0,58 0,02 0,01 0,64
8 Perbaungan m3/dt 5920,00 5,15 5,51 1,45 0,025 1,63 4,67 4,80 1,82 0,06 0,03 2,02
9 Sei Buluh/Swadaya m3/dt 4020,00 3,50 3,74 0,98 0,017 1,11 3,17 3,26 1,24 0,04 0,02 1,37

Kebutuhan air di Intake lt/dt/ha MT I Padi 0,001 0,001 0,000245 0,0000024 0,000 0,000
Padi 0,000 0,000 0,001 0,00081 0,0003082 0,000
MTII

NON IRIGASI m3/dt 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208 0,208
Kabupaten Deli Serdang:
1 Gunung Meriah m3/dt 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007 0,000007
2 STM Hulu m3/dt 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006 0,000006
3 Bangun Purba m3/dt 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021 0,000021
4 Galang m3/dt 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051 0,000051
5 Pagar Merbau m3/dt 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020 0,000020

Kabupaten Serdang Bedagai:


1 Kotarih m3/dt 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303 0,076303
2 Dolok Masihul m3/dt 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265 0,026265
3 Perbaungan m3/dt 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707 0,007707

Kabupaten Simalungun:
1 Kecamatan Silau Kahean m3/dt 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673 0,002673
2 Kecamatan Dolok Silau m3/dt 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271 0,010271
3 Kecamatan Raya m3/dt 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878 0,021878
4 Kecamatan Purba m3/dt 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181 0,008181
5 Kecamatan Silimakuta m3/dt 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457 0,047457

Kabupaten Karo
1 Kecamatan Barus Jahe m3/dt 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619 0,007619

INDUSTRI m3/dt 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021
10% DARI KEBUTUHAN AIR NON IRIGASI m3/dt 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021

KEHILANGAN AIR m3/dt 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021
1 Kehilangan Air 10 % Dari Industri m3/dt 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021 0,0021

73
5.3. ANALISA PENGOLAHAN AIR BERSIH

Dalam perencanaan pengolahan ini, perencanaan terdiri dari 3 (tiga)

tahap yaitu:

1. Tahap I = Perencanaan pengolahan dengan debit sebesar 50

% dari debit rencana tahun 2028 ( 105 l /det).

2. Tahap II = Perencanaan pengolahan dengan debit sebesar 75

% dari debit rencana tahun 2028 (150 l / det).

3. Tahap III = Perencanaan pengolahan dengan debit sebesar 100

% dari debit rencana tahun 2028 (205 l / det).

5.3.1 PRA SEDIMENTASI

Fungsi dari unit prasendimentasi adalah untuk menampung air dari

intake dan mengendapkan partikel-partikel kasar yang terdapat pada

air baku sebelum diolah ke unit pengolahan berikutnya. Adapun

perencanaan unit prasendimentasi yang akan direncanakan adalah

sebagai berikut :

Kreteria perencanaan:

1. Waktu Detensi, td = (10 60) s


2. Gradien Hidrolis, G = (1000 700) /s

Untuk dimensi koagulasi direncanakan:

Bentuk bak = Bujur Sangkar


Dimensi = p x l x h p x p x 1,25p
Kapasitas pengolahan = 0, 205m3/det = 205 l/det
Gradien Kecepatan = 850/det
Waktu detensi = 40 det

74
Suhu, T = 20oC
Viskositas absolute air = 1.0087 x 10-3 kg/(m.s)
Densitas,p = 998.2 kg/m3
Percepatan Gravitasi, g = 9.81 m/det2
Maka didapat:

- Volume Bak

V = Q x td
V = 0.205 x 40
V = 8,2m3
- Dimensi Bak
V = pxlxh
8.2 = p x p x 1.25p
8.2 = 1.25p3
P = l = 2,0 m
H = 1.25 p = 1.25 x 2,0 = 2.5 m
Jadi: p x l x h = 2,0 x 2,0 x 2.5
- Volume Bak yang Baru
V = pxlxh
V = 2,0 x 2,0 x 2,5
V = 5,0 m3

5.3.2 KOAGULASI

Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan partikel

koloid

dengan menggunakan koagulan. Unit proses yang terlibat dalam proses

koagulasi adalah penambahan koagulan kimia kedalam air baku yang

mengandung koloid.

Sistem koagulasi yang digunakan dalam pengolahan ini adalah system

mekanis. Sistem ini mengunakan pengaduk kedalam air untuk

75
menciptakan gerak turbulen yang memungkinkan air mengalami

pencampuran.

Kelebihan dari system mekanik ini adalah pengaruh debit yang masuk

(Qin) terhadap proses dan head lossnya yang relative kecil. Nilai gradien

hidrolis dari mekanik ini dapat ditentukan dengan menentukan variasi

besarnya kecepatan putar pengadukan kedalam air.

Kreteria perencanaan:

1. Waktu Detensi, td = (10 60) s


2. Gradien Hidrolis, G = (1000 700) /s
Untuk dimensi koagulasi direncanakan:
Bentuk bak = Bujur Sangkar
Dimensi = p x l x h p x p x 1,25p
Kapasitas pengolahan = 0,105 m3/det = 105 l/det
Gradien Kecepatan = 850/det
Waktu detensi = 40 det
Suhu, T = 20oC
Viskositas absolute air = 1.0087 x 10-3 kg/(m.s)
Densitas,p = 998.2 kg/m3
Percepatan Gravitasi, g = 9.81 m/det2

Untuk Tahap I

- Volume Bak

V = Q x td
V = 0.105 x 40
h

V = 4.2m3
- Dimensi Bak
V = pxlxh
4.2 = p x p x 1.25p
4.2 = 1.25p3
L

76
P = l = 1.5 m
H = 1.25 p = 1.25 x 1.5 = 2,0 m
Jadi: p x l x h = 1.5 x 1.5 x 2,0
- Volume Bak yang Baru
V = pxlxh
V = 1.5 x 1.5 x 2,0
V = 4,5 m3

- Kecepatan Aliran dalam Bak, koagulasi


V = Q/A
V = 0.105/(1.5 x 2.0)
V = 0,035 m/det = 3,5 cm/det.
-
Maka digunakan dimensi bak koagulasi (p x l x h) = (1.5 x 1.5 x 2,0)
meter

Untuk Tahap II
- Volume Bak

V = Q x td
V = 0.150 x 40
V = 6,5 m3
h

- Dimensi Bak
V = pxlxh
2,0 = p x p x 1.25p
2,0 = 1.25p3
P = l = 1,2 m
H = 1.25 p = 1.25 x 1.2 = 1.5 m L
Jadi: p x l x h = 1.2 x 1.2 x 1.5
- Volume Bak yang Baru
V = pxlxh
V = 1.2 x 1.2 x 1,5
V = 2,16 m3
- Kecepatan Aliran dalam Bak, koagulasi
V = Q/A

77
V = 0.50/(1.2 x1.5)
V = 0,027 m/det = 2,7 cm/det.

Maka digunakan dimensi bak koagulasi (p x l x h) = (1.2 x 1.2 x 1,5)


meter

Untuk Tahap III

- Volume Bak

V = Q x td
V = 0.205 x 40
V = 8,2 m3
h

- Dimensi Bak
V = pxlxh
2,0 = p x p x 1.25p
2,0 = 1.25p3
P = l = 1,2 m
L
H = 1.25 p = 1.25 x 1.2 = 1.5 m
Jadi: p x l x h = 1.2 x 1.2 x 1.5
- Volume Bak yang Baru
V = pxlxh
V = 1.2 x 1.2 x 1,5
V = 2,16 m3
- Kecepatan Aliran dalam Bak, koagulasi
V = Q/A
V = 0.50/(1.2 x1.5)
V = 0,027 m/det = 2,7 cm/det.

78
Maka digunakan dimensi bak koagulasi (p x l x h) = (1.2 x 1.2 x 1,5)
meter

1. Pembubuhan Koagulan

Senyawa A12(SO4)3 disebut juga tawas, dan tawas tersebut

merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan, karena

bahan ini paling murah dan mudah didapatkan di pasaran serta

mudah penyimpanannya. Selain itu tawas juga cukup efektif untuk

menurunkan kadar fluor. Menurut Degremont (1987), pemakaian

tawas yang semakin banyak, pH makin turun karena hasilnya asam

sulfat, sehingga perlu dicari dosis tawas optimum yang harus

ditambahkan. Pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8 7,4

atau 5,9 7, pemakaian yang pernah diteliti adalah setiap 150 gr/l

menjadi air minum yang memenuhi persyaratan. Dengan kualitas

air yang ada di Amerika Serikat pH = 6, kadar karbonat sebagai

CaCo3 dan MgCO3.

Reaksi yang terjadi :

Al2(SO4) 3 + Ca(HCO2) 2 Al (OH) 3 + 3CaSO4

Al2(SO4) 3 2Al+3a + 3 SO4-2)

H2 O H+ + OH

Selanjutnya Al+3 + 6OH Al (OH)3 Flok

Al(OH)3 + F AlF3 + H2O

Dalam Reaksi Stokiometri :

CA(OH)2 + HF CaF7 + 2H2O

79
Setiap mg/l Fluoride membutuhkan 4,25 mg/l kalsium

(Japerson, 1987). Beberapa faktor yang mempengaruhi

terbentuknya floc pada proses koagulasi flokulasi :

a. Dosis dan jenis bahan koagulasi;

b. Kondisi pH;

c. Alkalinitas;

d. Kekeruhan air baku;

e. Type Suspended Solid;

f. Pengadukan;

Untuk mengetahui dosis bahan koagulan optimum yang

ditambahkan ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium yang

dinamakan Jas Test (Tebut, 1979).

Cara kerja Jar Test adalah sebagai berikut:

1. Siapkan larutan alum dengan 10gr alum dalam 1 liter air

bersih dalam bejana gelas 1liter. Pastikan seluruh alum

larut

Contoh: c = 100 gr / ltr

10 10
= = 0.1liter = 100ml
c 100

Air pengencer = (1000-100)ml = 900ml

Hasil = 1% larutan alum.

80
2. Campurkan air baku dengan baik dan isi semua bejana

gelas alat Jar-Test yang telah dibersihkan, masing-masing

dengan 1liter air baku.

3. Masukan alat pengaduk kedalam bejana berisi air baku,

atur pengadukan pada 100-150rpm (pengadukan cepat).

4. Bubuhkan larutan alum (1%)kedalam masing-masing

bejana dengan jumlah yang berbeda. Bubuhkan mulai dari

bejana 1-6 dengan jumlah yang berurutan yaitu 1cc, 2cc,

3cc, 4cc, 5cc, 6cc larutan alum(1%) untuk kekeruhan air

baku kurang dari 500 FTU. Untuk kekeruhan yang lebih

tinggi dibubuhkan mulai dari 4cc, 5cc, 6cc, 7cc, 8cc, 9cc.

5. Setelah dibubuhkan larutan alum kedalam bejana,

pengadukan cepat dilakukan selama 1 menit, kemudian

kecepatan diturunkan menjadi 40rpm selama 20 menit

(pengadukan lambat).

6. Setelah 20 menit pengadukan lambat (40rpm) hentikan

pengadukan, angkat pengaduk dan biarkan floc-floc

mengendap selama 30 menit.

7. Setelah mengendap 30 menit pindahkan air jernih kedalam

bejana bersih 250ml, ukur kekeruhan tiap bejana secara

terpisah.

81
8. Buat grafik besarnya dosis (mg/ltr alum) dan kekeruhan.

Pilih dosis optimum D (mg/ltr = gr/m3) yang menghasilkan

kekeruhan terkecil.

9. Jika pH untuk dosis optimum kurang dari 7, bias juga

menambahkan dengan Soda-ash untuk memperbaiki pH

antara 7-8.

10. Ulangi langkah 2 s/d 10, tetapi dengan dosis (D-0.5)cc, (D-

0.3)cc, (D-0.1)cc dan seterusnya. Larutkan alum 1%

mengikuti langkah 4 dan seterusnya

11. Hitung untuk jumlah aliran air Q ltr/det, aliran q ltr/jam

larutan alum yang harus dibubuhkan untuk mendapatkan

dosis optimum mg/ltr.

QxD
q=
c

Dimana: q = debit larutan alum (ltr/jam)

Q = debit pengolahan (ltr/det)

C = konsentrasi larutan alum yang siap


dipakai dalam bak penyiapan
instalasi.

82
Gambar 5.3 Alat Jar Test Flokulasi

Kreteria:

- Kapasitas Pengolahan = 205 l/det


- BJ aluminium sulfat = 2.71 kg/l
- Dosis aluminium sulfat = 12 mg/l (asumsi)
- Kadar Al dalam Al2(SO4)3.18H2O = 60%
- Konsentrasi Larutan Alum = 5%
Asumsi perencanaan
- Jumlah Bak = 1 buah
- Bentuk Bak = silinder
- digunakan = stiap 24 jam
- h = 1.5 diameter
Untuk Tahap I

Kebutuhan Aluminium Sulfat, m:

m = Q x Calum

m = 105 x 12

m = 1260 mg/dt = 108,864 kg/hr

83
Kebutuhan Alum, M

100
M = mx
60

100
M = 108,864 x
60

M = 181,44 kg/hr

Debit Koagulan, Qal:

M
Qal =

181,44
= = 66,95 l/hr = 2,79
2,71

l/jam

Volume Alum yang Dibutuhkan Setiap 24 jam sekali, Valum :

Valum = Qalum x 24 jam

Valum = 2,79 x 24

Valum = 66,96 l/pembubuh

Pelarut yang digunakan, Vair:

100 C
C xValum

Vair =

100 C
C x66,96
Vair =
1

84
Vair = 1272,24 liter

Volume Larutan total, Vtot

Vtot = Valum + Vair

Vtot = 66,96 + 1272,24

Vtot = 1339 ltr = 1,339 m3

Dimensi Bak Pembubuh:

Vt = Luas alas x tinggi


Vt = d 2h
4


d 2 (1,5d )

h
1,339 =
4

D = 1.04 meter
d

H = 1,5 x 1.04

H = 1,56 meter

Maka dimensi bak pembubuh berdiameter, d = 100 cm dan

tingginya h = 150 cm

Untuk Tahap II & III

Kebutuhan Aluminium Sulfat, m:

m = Q x Calum

85
m = 50 x 12

m = 600 mg/dt = 51,84 kg/hr

Kebutuhan Alum, M

100
M = mx
60

100
M = 51,84 x
60

M = 86,4 kg/hr

Debit Koagulan, Qal:

M
Qal =

86,4
= = 31,88 l/hr = 1,32 l/jam
2,71

Volume Alum yang Dibutuhkan Setiap 24 jam sekali, Valum :

Valum = Qalum x 24 jam

Valum = 1,32 x 24

Valum = 31,68 l/pembubuh

Pelarut yang digunakan, Vair:

100 C
C xValum

Vair =

86
100 C
C x31,68
Vair =
1

Vair = 601,92 liter

Volume Larutan total, Vtot

Vtot = Valum + Vair

Vtot = 31,68 + 1601,92

Vtot = 633 ltr = 0,633 m3

Dimensi Bak Pembubuh:

Vt = Luas alas x tinggi


Vt = d 2h
4


d 2 (1,5d )

h
0.633 =
4

D = 80 cm
d

H = 1,5 x 0, 80

H = 120 cm

Maka dimensi bak pembubuh berdiameter, d = 80 cm dan

tingginya h = 120 cm

5.3.3 FLOKULASI

Tujuan flokulasi ialah untuk menghasilkan peningkatan jumlah

kontak antar partikel-partikel koagulasi tersuspensi dalam air dengan

87
pengadukan lamban dan relatif lama. Selama pengadukan partikel-

partikel saling bertubrukan dan menghasilkan flok-flok yang lebih besar

dan mudah dipisahkan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan ialah:

Kekeruhan air baku dan partikel-partikel terlarut dalam air.

Suhu air baku.

Jenis aliran pengolahan

Jenis sistim koagulasi yang dipergunakan.

Kondisi lokal.

Jenis pengaduk dirancang menyesuaikan dengan proses flokulasi

yang diambil. Pada perancangan ini jenis pengaduk yang diambil ialah

jenis pengaduk mekanis. Ukuran dan bentuk sebuah media flokulasi

ditentukan oleh jenis flokulator yang diambil. Untuk perencanaan ini

diambil jenis empat persegi panjang dengan jenis aliran vertikal. Dimensi

bak bagian flokulasi ialah sebagai berikut:

Kreteria perencanaan:

1. kecepatan aliran, v = (1 5) mm/det


2. Gradien Hidrolis, G = (1000 700) /s

Untuk Tahap I
Untuk dimensi flokulasi direncanakan:

Bentuk bak = Bujur Sangkar


Dimensi = pxlxh
Kapasitas pengolahan = 0,125 m3/det = 125 l/det
Kecepatan Aliran, v = 0.004 mm/det.
Tinggi Bak, h = 2.0 meter
Gradien Kecepatan = 850/det
Suhu, T = 20oC

88
Viskositas absolute air = 1.0087 x 10-3 kg/(m.s)
Percepatan Gravitasi, g = 9.81 m/det2

- Luas Penampang Tangki Flokulasi, A:


A = Q/v
= 0.125/0.003
= 31.25m2

- Volume Bak, V:
V = Luas Alas x Tinggi
= 31.25 x 2,0
= 62.5 m3
- Dimensi Bak Flokulasi :
V = P xL x T
V = L x L x 2.0
62.5 = 2L2
L = 5,6 m
Jadi Dimensi Bak adalah ; (P xL x T) = ( 5,6 x 5,6 x 2,0)meter
- Volume Bak yang baru:
V = P xL x T
= 5,6 x 5,6 x 2,0
= 62,72 m3
200cm

Lancar
Transisi

560cm 50cm

Gambar 5.5a. Bagian-bagian pada tangki flokulasi

89
Untuk Tahap II
Dimensi flokulasi direncanakan:

Bentuk bak = Bujur Sangkar


Dimensi = pxlxh
Kapasitas pengolahan = 0,080 m3/det = 80 l/det
Kecepatan Aliran, v = 0.004 mm/det.
Tinggi Bak, h = 2.0 meter
Gradien Kecepatan = 850/det
Suhu, T = 20oC
Viskositas absolute air = 1.0087 x 10-3 kg/(m.s)
Percepatan Gravitasi, g = 9.81 m/det2

- Luas Tangki Flokulasi, A:


A = Q/v
= 0.08/0.004
= 20,00m2
- Volume Bak, V:
V = Luas Alas x Tinggi
= 20 x 2,0
= 40 m3
- Dimensi Bak Flokulasi :
V = P xL x T
V = L x L x 2.0
40 = 2L2
L = 4,5 m
Jadi Dimensi Bak adalah ; (P xL x T) = ( 4,5 x 4,5 x 2,0)meter
- Volume Bak yang baru:
V = P xL x T
= 4,5 x 4,5 x 2,0
= 40,5 m3
200cm

90
Lancar
Transisi

Gambar 5.5b. Bagian-bagian pada tangki flokulasi

A. Waktu aliran air dalam tangki Flokulator

Laju aliran air dalam tangki diketahui dengan menggunakan

persamaan kontinuitas fluida, yaitu:

Q = A.V

(m3/jam).....(5.1)

Dimana: A ialah luas penampang media aliran,

V ialah kecepatan linear fluida dalam media aliran.

Kecepatan linear aliran air pada pipa masuk IPA:

Dedit aliran air masuk IPA direncanakan sebesar 125 l/det pada

tahap pertama, luas penampang pipa diasumsikan 0.0937 m2 -

dengan diameter 35cm, dan panjang pipa air masuk kurang

lebih 4 m. Maka kecepatan linear air dalam pipa ialah:

V = Q/A = 0.125 m3/det / 0.0937 m2 = 1,33 m/detik

Waktu (t) yang dibutuhkan partikel air untuk melalui pipa air

masuk ialah:

t = Panjang pipa / Kecepatan linear = 4 m / 1.33 m/detik = 3,0 detik

+ 1 detik (losses pipa) = 3,1 detik 3 detik.

91
Waktu limpahan dalam tangki flokulasi: = ( 5,6 x 5,6 x 2,0)meter

Waktu limpahan dihitung berdasarkan rumus:

T = Vol/Q

(jam)...............................................................(5.2)

Dimana: Vol ialah volume tangki = 5,60 x 5,60 x 2,0 m =

62,72 m3.

Debit air masuk, Q= 125 l/det.

T = 62,72 m3 / 0,125m3/det = 502 detik = 8,3 menit

Lamanya waktu proses pengolahan air di tangki flokulasi sama

dengan dua kali waktu limpahan (lihat gambar 5.5), sehingga:

Tflokulasi = 2 x T = 2 x 502 detik = 16,72 menit

B. Analisa Bagian Sedimentasi

Sendimentasi adalah unit yang dibuat dengan fungsi untuk

mengendapkan partikel yang telah berbentuk floc yang

dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi. Jadi unit

sendimentasi ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-

partikel yang tidak terendapkan.

Bagian sedimentasi pada perancangan ini merupakan satu

kesatuan dengan bagian flokulasi yang disebut dengan Tangki

Flokulator. Bagian sedimantasi dirancang berdasarkan

parameter-parameter sebagai berikut:

Beban permukaan.

Tinggi tangki efektif

Kecepatan aliran air horizontal rata-rata

Waktu penahanan

92
Besarnya pembebanan selama pencucian weir.

Sedangkan untuk daerah pengendapan tergantung pada

parameter:

Karakteristik pengendapan pada padatan tersuspensi (floc)

Beban permukaan.

Tinggi tangki.

Rasio panjang vs- lebar tangki.

Nilai Reynold dan Nilai Froude tangki.

Rasio panjang vs- lebar tangki harus berkisar antara 1:3

hingga 1:5.

Nilai Reynold dipergunakan untuk menentukan jenis aliran yang

terjadi pada air olahan selama proses berlangsung.

Nilai Reynold diperoleh berdasarkan rumus:

Vo.R
Re = (tanpa

dimensi).................................................(5.3)

Dimana : - Re : bilangan Reynold,

- Vo : kecepatan linear air dalam tangki (m/dtk),

- R : jari-jari hidrolik (m),

- : viskositas kinetik fluida (m2/dtk).

Untuk menghasilkan aliran air yang relatif tenang, maka Re

harus lebih kecil dari 2000 (Re < 2000).

Nilai Froude diperoleh berdasarkan rumus:

93
Vo 2
Fr = (tanpa dimensi)
gR

....................................................(

5.4)

Dimana: -Fr : nilai Froude,

-g : konstanta grafitasi (9,8 m/s2).

Untuk menangani masalah lumpur yang terdapat pada dasar

tangki sedimentasi maka tangki harus dilengkapi dengan

peralatan pembuangan lumpur (sludge valve). Peralatan ini

harus mampu menjamin kelancaran aliran pergerakan lumpur

secara grafitasi.

Kecepatan aliran air pada bagian sedimentasi berkisar antara 1

s/d 5 mm/dtk. Pada perencanaan Tahap I, kecepatan aliran air

ialah:

Debit air = 125 l/det; Luas penampang aliran = 31,25 m2.

V = Q/A = 0.125 m3/det / 31,25 m2 = 0.004 m/det = 4,00

mm/detik.

Lamanya waktu partikel air melewati bagian pengendapan

ialah:

Tsendimentasi = H sin / V = 2,3 m.sin56o / 0.004 m/s = 477 detik

7,94 menit.

C. Analisa Ruang Lumpur

94
Perencanaan

Frekuensi pengambilan lumpur = 3 jam sekali

Konsentrasi suspended koloid, Sd = 820 mg/l =

0.82kg/m3

Konsentrasi solid dalam lumpur, Sc = 4%

Berat jenis lumpur, S =

1.01gr/cm3=1010kg/m3

Perhitungan

Untuk Tahap I

1. Massa lumpur yang dihasilkan perhari, M:

M = Qn.C.n

M = (0.125m3/det x 0.82kg/m3 x 40%)

86400det/hari

M = 3542,4 kg/hari

2. Volume lumpur, V:

M
V =
SxSc

3542,4
V =
1010 x0.04

V = 87,63 m3/hari

3. Volume ruang lumpur, V1:

V1 = V x frek

V1 = 87,63 x 3jam x 1/24 hari

V1 = 10,95 m3

4. Rencana ruang lumpur:

95
Jumlah ruang lumpur, n = 5 ruang

Volume 1ruang lumpur = 10,95 m3/ 5

= 2,19 m3

Dengan trial and eror, maka didapat dimensi ruang lumpur

seperti

gambar:

112cm
60cm

41cm 30cm 41cm 56

Gambar 5.6a. Ruang Sendimentasi Tahap I.

Untuk Tahap II

1. Massa lumpur yang dihasilkan perhari, M:

M = Qn.C.n

M = (0.08m3/det x 0.82kg/m3 x 40%)

86400det/hari

M = 2267,136 kg/hari

2. Volume lumpur, V:

M
V =
SxSc

2267,136
V =
1010 x0.04

96
V = 56,11 m3/hari

3. Volume ruang lumpur, V1:

V1 = V x frek

V1 = 56,11 x 3jam x 1/24 hari

V1 = 7,01m3

4. Rencana ruang lumpur:

Jumlah ruang lumpur, n = 4 ruang

Volume 1ruang lumpur = 7,01 m3/ 4

= 1,75 m3

Dengan trial and eror, maka didapat dimensi ruang lumpur

seperti

gambar:
112cm
45cm

56

41cm 30cm 41cm

Gambar 5.6b. Ruang Sendimentasi Tahap II

Fasilitas penjernih air yang digunakan dalam perencanaan

ini ialah jenis tabung dengan kemiringan 50o 60o. Sudut

kemiringan ini merupakan sudut kemiringan efektif dengan

ketinggian jatuh maksimum floc yang memasuki tabung dan

membutuhkan prosedur pembersihan khusus untuk

97
menghilangkan material tersuspensi yang mengendap pada

tabung penjernihan.

Tabung pemisah jenis lamelar memberikan keuntungan

menghasilkan aliran fluida dan lumpur secara bersamaan.

Aliran masuk ke lamelar pemisah dengan arah aliran dari

bawah ke atas diantara plat pengendapan lumpur dalam

pemindahannya. Aliran laminar dibentuk dengan menggunakan

plat-plat paralel.

C. Analisa Tangki Pengumpul Air Jernih

Perancangan kapasitas tangki pengumpul air jernih

dihitung dengan perhitungan slope pada bagian kurva

pengendapan yang dihalangi seperti diperlihatkan pada gambar

5.7.

Lan Lancar
Tra Transisi
P d

Lan Lan
Lan Tra Tra Lancar
Tra
Transisi
Lancar
Transisi
Lan
T
L L
T T

Lancar
Transisi

Gambar 5.7. Daerah observasi pengendapan

Berdasarkan konsep ini daerah pengendapan dibedakan atas 4

bagian, yaitu: daerah B merupakan konsentrasi yang seragam

material-material padat tersuspensi yang memiliki hubungan

98
dengan bagian atas dari kolom. Akibat perubahan waktu maka

terbentuk lapisan supernatant (A) pada lapisan atas. Kemudian

terbentuk lapisan lumpur padat pada bagian dasar kolom (D),

dan berubah dari bentuk pengendapan yang dihalangi menjadi

bentuk yang lebih lengkap (C).

Laju kecepatan overflow pada tangki penampung air jernih

dibatasi harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan.

Pembatasan ini dihitung dengan menggunakan persamaan:

Q
A ............................................
Vs

(5.5)

Dimana: A ialah luas permukaan tangki; Q ialah laju aliran

air secara volumetric, dan Vs merupakan kecepatan

pengendapan yang terhalangi.

5.3.4 PIPA INLET FILTER

Pipa inlet filter direncanakan berdiameter 100 mm dengan panjang

horizontal pipa rencana untuk filter 1 ialah 5,3 m dan filter 2 ialah 6,5 m.

Kecepatan linear diperoleh dengan ketentuan debit air keluar pompa

ialah 38 m3/jam. Berdasarkan persamaan kontinuitas maka kecepatan

linear partikel air dalam pipa ialah 1,35 m/s. Maka waktu tempuh

partikel air dari outlet pompa air jernih hingga mencapai filter 1 ialah

lebih kurang 4 detik dan filter 2 lebih kurang 5 detik.

5.3.5 FILTRASI

99
Proses filtrasi yang secara luas digunakan untuk pengolahan air ialah

untuk memisahkan bahan-bahan terlarut yang umumnya terdapat air.

Dalam proses ini air dilewatkan pada media filter dan bahan-bahan

terlarut terakumulasi pada permukaan media atau dikumpulkan

sepanjang kedalaman media filter. Selain itu proses filtrasi juga sangat

efektif untuk menghilangkan partikel-partikel lain seperti algae,

komposisi humic koloidal, virus, serat-serat asbes, dan partikel-partikel

tanah liat. Jenis media filter yang umum digunakan ialah pasir dengan

ukuran media filter beragam mulai dari 0,4 s/d 2 mm.

Jenis filter yang direncanakan ialah jenis filter butiran (granular) pasir

cepat (rapid sand filter).

Alasan pemilihan karena pemakaian lebih dititik beratkan pada sumber

air baku yang berasal dari air sungai. Selain itu pemilihan jenis filter

meliputi pertimbangan sebagai berikut:

Jenis, ukuran, dan jumlah filter.

Laju filtrasi dan head loss akhir.

Skematis pengaturan aliran filter.

Bahan, ukuran, dan kedalaman media filter.

Pencucian filter dan sistim yang mendukung pencucian tersebut.

Bila kekeruhan air naik atau turun, kekeruhan hasil filtrasi juga akan

naik atau turun, tidak tergantung dari ukuran butir pasir filtrasi.karena

itu semakin rendah kekeruhan air baku atau makin sedikit jumlah floc,

makin rendahlah kekeruhan air hasil filtrasi engan kehilangan tekanan

yang dipertahankan rendah.

100
Faktor kedua yang mempengaruhi efisiensi filtrasi adalah kecepatan

filtrasi, yang harus dipertahankan dibawah kecepatan filtrasi maksimum

yang telah direncanakan. Makin tinggi kecepatan makin buruk kualitas

air hasil filtrasi.

Kecepatan filtrasi yang biasa digunakan 5-10 m/jam, filtrasi dengan

tekanan biasa diterapkan kecepatan filtrasi 15-30 m/jam

Laju aliran filtrasi dapat juga dihitung dengan menggunakan

pendekatan Trussell (1978), yaitu:

Re=(UFRVUBWV)/(tf+tb) ...

(5.6)

Dimana: UFRV : volume unit filter yang bekerja

UFRV = Vf/A (m3/m2)

A : Luas penampang filter (m2)

UBWV : volume backwash

UBWV = Vb/A (m3/m2)

tf = durasi kerja filter

tb = durasi backwash

Dimensi Bak Filtrasi

Untuk Tahap I

Jumlah bak, n

N = 1.2 Q , dimana Q = debit dalam mgd

101
0,105
N = 1,2
0,0438

N = 1.90 2 buah

Debit tiap bak, Qn :

Q
Qn =
2

0.105
Qn =
2

Qn = 0.0525 m3/det

Kecepatan filtrasi, Vs:

Diasumsikan diameter butiran terkecil 0.04 cm

Vs =
4 g
(1.65d ) = 86.33cd
3 cd

.....................1

Vs.d
Re = = 3.17Vs

......................2

Kombinasikan pers 1 dan 2 kedalam pers 3

24 3
Cd = + + 0.34
Re Re

......................3

24 3
Cd = + + 0.34
3.17Vs 3.17Vs

Dengan trial and eror diperoleh

Vs = 5 x 10-3 m/det

Luas permukaan, As

102
Qn
As =
Vs

0.0525
As =
0.005

As = 10,5 m2

Dimensi bak

A = P x L x H h = 1,5 P

10,5 = 1,5p3

P = 1.90 m 190cm

H = 1,5P

H = 1,5 x 190

H = 285cm

Untuk Tahap II & III

Jumlah bak, n

N = 1.2 Q , dimana Q = debit dalam mgd

0,05
N = 1,2
0,0438

N = 1.20 1 buah

Debit tiap bak, Qn :

Q
Qn =
2

0.05
Qn =
2

Qn = 0.025 m3/det

Kecepatan filtrasi, Vs:

103
Diasumsikan diameter butiran terkecil 0.04 cm

Vs =
4 g
(1.65d ) = 86.33cd
3 cd

.....................1

Vs.d
Re = = 3.17Vs

......................2

Kombinasikan pers 1 dan 2 kedalam pers 3

24 3
Cd = + + 0.34
Re Re

......................3

24 3
Cd = + + 0.34
3.17Vs 3.17Vs

Dengan trial and eror diperoleh

Vs = 5 x 10-3 m/det

Luas permukaan, As:

Qn
As =
Vs

0.025
As =
0.005

As = 5,00 m2

Dimensi bak

A = P x L x H H = 1,5 p

5,00 = 1,5p3

P = 1.40 m 140cm

H = 1,5p

104
H = 1,5 x 140

H = 210cm

Konstruksi dalam filter diperlihatkan pada gambar 5.8. Kedalaman

media filtrasi dalam tangki berkisar antara 800 s/d 900 mm di atas plat

ber-nozzle.

10cm
900mm
H

50cm

Gambar 5.8. Konstruksi dalam filter

PENCUCIAN FILTER

Setelah filtrasi mengalami penyumbatan, kekeruhan hasil filtrasi akan

meningkat dengan tajam, sedangkan kehilangan tekanan akan terus

bertambah secara perlahan. Hal ini disebut penerobosan (break-

through) yang berarti bahwa partikel koloid yang akan disaring tidak

tertahan lagi dengan baik selama operasi filter berlangsung.

Penerobosan dapat juga terjadi apabila kecepatan filtrasi berobah

dengan cepat dan secara tiba. Biasanya, filter cepat direncanakan

105
sehingga penerobosan tidak akan terjadi sebelum kehilangan tekanan

maksimum(yang diijinkan), tinggi permukaan air di atas filter

maksimum tercapai.

Bila hal ini terjadi maka filter perlu dibersihkan, yang dapat dilakukan

dengan cara pencucian balik (backwash).

Maksud dari pembersihan filter dengan pencucian balik ialah untuk

mengembalikan kehilangan tekanan awal dari unit filtrasi dan menjaga

kebersihan bahan filter. Dalam proses ini air dipaksakan keatas melalui

dasar filterdan setelah melalui lapisan filter masuk kesaluran

pembuangan pencucian.

Contoh dari prosedur pembersihan dengan pembersihan balik adalah

sebagai berikut:

Langkah 1 : pencucian balik dengan kompresi selama 8menit

(Vudara = 50 m/jam)

Langkah 2 : Pencucian balik dengan udara + air selama 8

menit(Vudara = 50 m/jam, Vair = 25m/jam)

Langkah 3 : Pencucian balik dengan air selama 8 menit (Vair =

25 m/jam)

5.3.6 DESINFEKSI

Proses klorinasi akhir disebut juga dengan proses Desinfeksi

yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme di dalam air yang

masih terdapat dalam air ketika proses filtrasi. Meskipun air sudah

melalui berbagai proses pengolahan sebelumnya dan kelihatan bersih,

namun masih sering terkontaminasi dengan mikroba yang

106
membahayakan kesehatan manusia sehingga diperlukan desinfektan

dalam jumlah minimum yang diinjeksikan ke dalam jaringan distribusi.

Jenis desinfektan yang umum digunakan adalah Kaporit /Hypho

Chlorite.

KRETERIA (KAWAMURA, 1991)

Dosis desinfektan : 1-5 mg/l

Jumlah bak : 1 buah

Sisa klor yang diperbolehkan : 0.30 0.50 mg/l

Perencanaan:

Desinfeksi yang digunakan : Kaporit,ca(ocl)2

Berat jenis Kaporit, : 0.8 kg/l

Daya pengikat klor/DPC : 1.5 mg/l

Kemurnian klor dalam kaporit : 40%

Konsentrasi larutan, C : 6%

Sisa klor diingnkan : 0.3 mg/l

Pembuatan larutan dilakukan setiap : 24 jam sekali

Bentuk bak : silinder

Dosis Kaporit

Dosis Klor, D :

D = DPC+sisa klor

D = 1.5 mg/l + 0.3mg/l

D = 1.8 mg/l

Untuk Tahap I

107
1. Kebutuhan Kaporit perhari

q = (Q x D)/kemurnian klor

q = [(0.105 m3/det x 1.8 mg/l)/ 40%]x 103 l/m3 x 86400 det/hr

x 10-6 kg/mg.

q = 40,824 kg/hari

2. Volume kaporit yang dibutuhkan perhari, V:

V = q/

V = 40,824kg/hari / 0.8 kg/ltr

V = 51,03 liter/hari

3. Debit larutan kaporit :

a. Volume pelarut, Vp:

100 C
Vp = xVkaporit
C

100 6
Vp = x51,03
6

Vp = 799,47 ltr/hr

b. Volume larutan total

Vtot = V +Vp = 850,5 liter/hari

Vtot= 35,43 l/jam

c. Volume total per 24 jam

V8jam : 35,43 l/jam x 24jam

V 8jam : 850,32 liter

V 8jam : 0,850 m3

4. Dimensi bak Pembubuh:


h

V24jam = Luas alas x tinggi

108

V24jam = d 2h
4


0.850 = d 2 (1.5d )
4

D = 0, 90 meter diambil D = 90 cm

H = 1.5 x 0, 90

H = 1,35 meter diambil H = 135 cm

Maka dimensi bak pembubuh berdiameter, d = 90 cm dan

tingginya h = 135 cm

Untuk Tahap II&III

1. Kebutuhan Kaporit perhari

q = (Q x D)/kemurnian klor

q = [(0.050 m3/det x 1.8 mg/l)/ 40%]x 103 l/m3 x 86400 det/hr

x 10-6 kg/mg.

q = 19,44 kg/hari

2. Volume kaporit yang dibutuhkan perhari, V:

V = q/

V = 40,824kg/hari / 0.8 kg/ltr

V = 24,3 liter/hari

3. Debit larutan kaporit :

a. Volume pelarut, Vp:

100 C
Vp = xVkaporit
C

100 6
Vp = x 24,3
6

109
Vp = 380,7 ltr/hr

b. Volume larutan total

Vtot = V +Vp = 405 liter/hari

Vtot= 16,875 l/jam

c. Volume total per 24 jam

V24jam : 16,875 l/jam x 24jam

V 24jam : 405 liter

V 24jam : 0,405 m3

4. Dimensi bak Pembubuh:

h
V24jam = Luas alas x tinggi


V24jam = d 2h
4 d


0.405 = d 2 (1.5d )
4

d = 0, 70 meter diambil d = 70 cm

H = 1.5 x 0, 70

H = 1,05 meter diambil H = 100 cm

Maka dimensi bak pembubuh berdiameter, d = 70 cm dan

tingginya h = 100 cm

5.3.7 WAKTU PROSES

Waktu proses pengolahan untuk menghasilkan air bersih sebesar 105 l/s

pada tahap I dihitung dengan berdasarkan pendekatan matematis

110
perhitungan laju aliran di tiap-tiap bagian pengolahan. Bagian yang

secara langsung berhubungan dengan waktu proses ialah: pipa inlet,

tangki flokulasi, sedimentasi, dan tangki air jernih, pipa inlet filter, dan

filter.

Perhitungan waktu proses pengolahan ialah sebagai berikut:

Waktu tempuh partikel air dalam pipa inlet WTP (tin) ialah 3 detik.

Waktu tempuh partikel air dalam tangki flokulator (tfl) ialah 200

detik.

Waktu tempuh partikel air dalam pipa inlet filter (tf) ialah 5 detik.

Waktu losses (tloss) akibat hambatan aliran pada tiap peralatan WTP

yang berkontak langsung ialah diperkirakan sebesar 60 detik.

Maka waktu proses IPA (T) ialah:

T =tin+tfl+tf+tloss .....................................................................(5.7)

T = 3 detik + 200 detik + 5 detik + 60 detik

= 268 detik 4,5 menit

111
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Penyusunan Perencanaan Pengolahan Air Bersih ini dilatarbelakangi atas

pemikiran bahwa kecamatan Perbaungan dalam mengatasi persoalan di bidang air

bersih membutuhkan suatu Perencanaan Pengolahan Air Bersih sendiri yang khusus

melayani kota perbaungan dan sekitarnya yang selama ini didapat dari PDAM

cabang Lubuk Pakam.

Perencanaan ini selain dapat diterapkan di Kec. Perbaungan dapat juga

diterapkan di setiap kecamatan, kelurahan dan desa di Kabupaten Serdang Bedagai

yang membutuhkan air bersih/air minum serta dapat digunakan apabila sewaktu-

waktu terjadi bencana ataupun kondisi darurat.

Dari perencanaan yang telah dibuat berdasarkan hasil perhitungan analisis

yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan hasil perencanaan tersebut,

yakni :

a. Proyeksi jumlah penduduk yang digunakan adalah Metode Bunga

Berganda dikarenakan agar arah perkembangan suatu kota terhadap

penduduknya terus meningkat baik itu fasilitas dan utilitasnya, sehingga

didapat pertambahan penduduk wilayah study selama 20 tahun adalah

sebesar 31.524 jiwa yang terhitung mulai dari tahun 2008 (36.243 jiwa) -

2028 (67.767 jiwa).

b. Kapasitas pengolahan air bersih yang direncanakan adalah 150 l/det

dengan standar kebutuhan Domestik 150 l/org/hr, hidran 40 l/org/hr,

112
komersil/industri 30 l/org/hr, pelayanan umum 15 l/org/hr dan

pemanfaatan air baku yang berasal dari sungai Ular

c. Metode pengolahan yang dilakukan adalah INTEK

PENGENDAPANFILTRASIAIR BERSIH.

d. Dalam proses koagulasi pembubuhan bahan kimia yang diberikan adalah

jenis aluminium sulfat/tawas dengan dosis yang didapat dengan

menggunakan alat Jar-Test.

e. Dari analisa neraca air sungai ular, dapat diketahui bahwa debit air

sungai ular masih dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk

kecamatan Perbaungan dengan intake sebesar 205 ltr/dtk.

6.2 SARAN

Terdapat beberapa saran yang perlu dipertimbangkan setelah tersusunnya

Perencanaan Pengolahan Air Bersih ini, yakni :

a. Diharapkan pada pihak Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai

kususnya Kec.Perbaungan ataupun pihak swasta (stakeholder) yang akan

mengembangkan suplai air bersih/air minum untuk mengaplikasikan

hasil perencanaan ini.

b. Sehubungan dengan penerapan teknologi dalam perencanaan ini, maka

dibutuhkan skill yang khusus dalam mengoperasikan alat-alat ini

nantinya, sehingga sangat dibutuhkan pelatihan (training) khusus bagi

SDM yang akan mengoperasikannya.

c. Perlu dibuat suatu kebijakan ataupun peraturan pemerintah untuk

menjaga supaya kualitas dan kuantitas air sungai ular tetap terjaga dan

lebih baik lagi.

113
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Sugianto, Ilmu Lingkungan, Airlangga University Press

2. Ersin Seyhan, Dasar-dasar Hidrologi, Gadjah Mada University Press

3. Gelora Tarigan dan Syariful, Pengendapan Partikel Koloidal Pada Air

Minum, USU, Medan 1988.

4. Mangku Setepu, Air Untuk Kehidupan, Grasindo, Jakarta 1997

5. Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan, PT Gramedia Widia Sarana,

Jakarta 2001

6. Suyono Sostrodarsono.Dr.Ir, Perbaikan dan Pengaturan Sungai, PT

Pradya Paramita, Jakarta 1985

7. Sri Harto Br, Analisis Hidrologi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1993

8. Sunggono Kh. Ir, Teknik - Sipil, Nova Bandung 1995

9. Tegoyuwono Notonadi Prawiro, Tanah dan Lingkungan, Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998

114

Anda mungkin juga menyukai