Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular merupakan


salah satu program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan yang seoptimal-
optimalnya.Terjadinya perubahan gaya hidup sebagai dampak dari transisi
demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan penyakit menular
dan penyakit tidak menular.

Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh


kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme
pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah; batuk,
sariawan, sakit perut, dan sebagainya.

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang


menjangkiti tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau
jamur.Dan kanker servik adalah salah satu contoh penyakit menular yang
disebabkan oleh beberapa tipe dari virus yang disebut Human Papilloma Virus
(HPV).

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan
bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20
sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai
dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim
(abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi
beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut.

1
Menurut Siregar (2002), kanker leher rahim merupakan kanker kedua
terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru
kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara
berkembang. Kanker servik uteri atau leher rahim ini menduduki peringkat utama
dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada kasus kanker yang menyerang
wanita di Indonesia.

Data departemen kesehatan menunjukkan hingga kini jumlah penderitanya


mencapai 50 per 100.000 penduduk. Oleh sebab itu diperlukan upaya maksimal
dalam rangka penanggulangan terhadap kejadian kanker servik yang mencakup
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk
dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap
dunia kesehatan,yang salah satu tujuannya adalah untuk memberikan informasi
tentang kanker serviks.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dan yang bertujuan memberikan informasi


tentang kanker serviks, maka masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut :

Pengertian Kanker Serviks ?


Bentuk bentuk Kanker Serviks ?
Etiologi Kanker Serviks ?
Manifestasi klinis kanker Serviks ?
Penatalaksanaan Kanker Serviks ?
Asuhan Keperawatan Kanker Serviks ?

I.3 Tujuan

2
Untuk mengidentifikasi tentang kanker serviks

Memberikan informasi tentang gejala dan bahaya kanker serviks

Untuk mengetahui Etiologi kanker serviks

Untuk mengetahui penatalaksanaan Kanker Serviks

Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Kanker Serviks

3
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997). Kanker
serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan merupakan karsinoma
ginekologi yang terbanyak diderita oleh wanita.
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh
lapisan epitel serviks uteri (Price dan Wilson, 1995).
Kanker serviks adalah Kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh Wanita.Kanker
Leher Rahim ( Kanker Serviks ) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina ). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90%
dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan
bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20
sampai 30 tahun. Kanker Serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher
rahim atau cerviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina). Kanker cerviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.(Nada,
2007)

Jadi dapat disimpulkan Karsinoma insitu pada serviks adalah keadaan


dimana sel sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel serviks disebut
displasia. Kanker serviks adalah perubahan sel sel serviks dengan karakteristik
histologi. Proses perbahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel sel
squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30
sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia dini, yaitu 18 tahun.

II.2 Bentuk-bentuk Kanker Serviks

4
Bentuk kanker dimulai dengan

Dysplasia ringan, baik pada epitel serviks yang lazim atau pada
kondiloma yang rata, yang ditandai dengan perubahan koilositosis. Dysplasia
menjadi lebih tidak teratur dan dapat bersamaan dengan beberapa variasi sel dan
ukuran inti dengan proses mitosis yang tampak normal di atas lapisan basal, baik
pada mukosa serviks yang lazim maupun pada kondiloma yang rata, perubahan ini
dinamakan dysplasia sedang. Walaupun perubahan-perubahan ini reversibel, tetapi
sering disebut CIN (neoplasma intraeoitel serviks). Derajat I-II. Sel-sel pada
lapisan superficial masih berdiferensiasi baik, tetapi pada beberapa kasus
menunjukkan perubahan koilositosis.

Dysplasia berat (CIN derajat III), yang ditandai dengan lebih banyaknya
variasi sel dan ukuran inti, orientasi yang tidak teratur, hiperkromasi, dengan
mitosis normal atau abnormal, ada kalanya proses ini mendekati lapisan
permukaan. Diferensiasi sel permukaan dan perubahan koilositosis, biasanya
menghilang atau sangat jarang dijumpai. Pada CIN derajat III, perubahan
epitelnya belum sampai menginvasi jaringan stroma dibawahnya, tetapi dapat
berlanjut ke dalam kelenjar endoserviks; perubahan ini berupa karsinoma in situ.

Kanker Invasif. Berdasarkan biopsy yang dilakukan berurutan dan dari


data epidemiologi terdahulu, diketahui bahwa proses perubahan dari dysplasia
ringan ke karsinoma in situ, sampai karsinoma invasive berjalan lambat, dimana
memerlukan waktu sampai beberapa tahun (10 sampai 15 tahun). Sukar untuk
menginterpretasikan penegasan-penegasan yang sering dikemukakan bahwa,
beberapa kelainan in situ dapat mengalami regresi spontan. Mungkin benar bahwa
perubahan in situ akibat virus dapat mengalami regresi. Sebaliknya, kehamilan
atau infeksi HPV, baik dengan atau tanpa pembentukan kondiloma dapat
menimbulkan perubahan epitel yang segera didiagnosis sebagai karsinoma in situ,
atau perubahan in situ mungkin kecil dan hilang oleh biopsy atau akibat pengaruh
trauma, waktu melahirkan, penyinaran, atau akibat infeksi sekunder (servisitis).
Pada setiap kejadian, adalah tidak mungkin untuk meramalkan regresi dan
berbahaya bila tergantung terhadapnya. Proses atipik dari epitel dan karsinoma
serviks, selalu dimulai pada atau dekat dengaan pertemuan skuamokolumnar dari

5
osteum eksternum. Pada tahap CIN, tidak tampak perubahan yang dapat dilihat
dengan mata telanjang, tetapi sel atipis dapat dilihat melalui pemeriksaan sitologi
pada sebagian besar kasus. Di samping itu, kolposkopi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas pada serviks, di mana sering terlihat daerah abnormal
yang tidak tampak dengan mata telanjang. Fokus-fokus perubahan epitel dapat
dibuat lebih jelas dengan memulas serviks dengan larutan iodium- uji Schiller
(mukosa normal berwarna merah-coklat, karena selnya mengandung glikogen,
tetapi pada sel atipis kadar glikogennya berkurang, sehingga tampak pucat). Atau
dengan asam asetat yang diencerkan, di mana untuk sebab yang belum diketahui
akan memberikan fokus abnormal yang berwarna putih pucat. Akhirnya,
diperlukan biopsy dan pemeriksaan histology untuk dapat menunjukkan gambaran
dari dysplasia ringan sampai karsinoma in situ, seperti yang sudah dijelaskan di
atas.

Karsinoma invasif dapat memperlihatkan 3 bentuk makroskopis yang


berbeda. Bentuk yang terbanyak adalah tumor menonjol eksofitik (fungating)
yang dimulai dengan penebalan nodular dari epitel dan ada kalanya seperti
kembang kol (cauliflower-like) yang menonjol diatas permukaan mukosa
sekitarnya, ada kalanya melingkari osteum eksternum. Bentuk kedua ialah bentuk
ulseratif, yang ditandai dengan terlepasnya jaringan nekrotik di bagian tengah
tumor tersebut. Bentuk ketiga yang paling jarang dijumpai ialah bentuk
infiltrative, yang cenderung tumbuh ke dalam jaringan stroma dibawahnya,
daripada tumbuh ke permukaan. Dengan berjalannya waktu, ketiga bentuk tumor
cenderung untuk menyatu dan mengadakan infiltrasi ke jaringan di bawahnya,
menyumbat osteum eksternum, tumbuh ke atas menuju saluran endoserviks dan
segmen bahwa uterus, dan akhirnya meluas ke dinding fundus, dan melalui
dinding fundus menuju ke ligamentum-ligamentum uterus.

Pertumbuhan berikutnya dapat menyebar ke rectum dan dasar buli-buli,


kadang-kadang mengadakan penyumbatan pada satu atau kedua ureter. Metastasis
ke kelenjar getah bening atau metastasis yang jauh, terjadi relative lambat.
Kelenjar getah bening yang pertama kali terkena ialah kelenjar getah bening iliaka
interna dan hipogastrika, disusul kemudian kelenjar periaorta. Bila ada metastasi

6
jauh, biasanya mengenai paru-paru, tulang, dan hepar. Gambaran histologik dari
95% karsinoma serviks ialah karsinoma sel skuamosa dengan diferensiasi yang
bervariasi. Sisanya 5% ialah adenokarsinoma, yang memungkinkan berasal dari
kelenjar endoserviks, atau campuran bentuk skuamosa dan bentuk adeno yang
disebut karsinoma adenoskuamosa. Telah ditentukan system penderajatan (grading
system), berdasarkan diferensiasi sel, dan system pentahapan(staging system)
berdasarkan penyebaran tumor. Derajat I samapai III dimaksudkan sebagai
kelainan diferensiasi rendah yang progresif.

II.3 Etiologi Kanker Serviks

Umur pertama kali melakukan hubungan seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan sexual pada usia 20
tahun dianggap masih terlalu muda
Merokok
Sel-sel mulut rahim yang teracuni oleh nikotin dalam darah juga mempengaruhi
selaput lender pada tubuh, termasuk selaput lendir mulut rahim yang dapat
memicu abnormalitas sel pada mulut rahim.
Hubungan Kelamin
Hubungan kelamin, dan terutama yang terlibat ialah virus herpes simpleks(HSV)
tipe II dan virus papiloma manusia (HPV) terutama tipe 16 dan 18. Meskipun
banyak penelitian mengkaitkan salah satu atau kedua virus dengan karsinoma
serviks, tidak boleh dilupakan bahwa faktanya masih belum lengkap. Mungkin
salah satu atau kedua virus tersebut memiliki afinitas terhadap sel abnormal atau
neoplasma, atau mungkin secara kebetulan terjadi bersamaan, yaitu infeksi dengan
pertumbuhan neoplasma, dimana keduanya berkaitan dengan kegiatan seksual.

Hubungan antara HSV dengan karsinoma serviks


Serum antibody terhadap Terdapat pada 50-90% penderita karsinoma infasiv
antigen virus terhadap 5-10% pada control.
Terdapat pada 30-70% penderita karsinoma in situ

7
terhadap 5% pada kontrol
Infeksi herpes genetalis pada Angka kejadian karsinoma serviks lebih tinggi daripada
traktus genitalis control yang tidak terinfeksi.
Antigen HSV-2 Terdapat pada 50-90% biopsi karsinoma serviks terhadap
10% biopsy control normal
DNA virus HSV-2, protein Dijumpai dalam sel pada beberapa kasus karsinoma
virus mRNA serviks
Urutan DNA HSV-2 Dijumpai dalam sel ganas pada beberapa kasus dengan
teknik rekombinasi DNA

Bukti yang meliputi HPV lebih meyakinkan. Kondiloma, terutama


yang rata, dianggap sebagai pendahulu dari neoplasma serviks, kondiloma itu
dipastikan berasal dari HPV. Selanjutnya, petunjuk adanya indeksi virus (urutan
DNA virus) sering terdapat dalam sel. Bila dysplasia (sering bersamaan dengan
koilostosis) sebagai pendahulu yang member perubahan praganas, biasanya
ditemukan HPV tipe 16 dan 18. Berikut ringkasan mengenai pengamatan penting
yang berkaitan dengan HPV.
Kondiloma penis Sering dijumpai pada mereka yang menderita neoplasma
serviks.
Kondiloma serviks Didapati bersamaan dengan displasi hebat atau
karsinoma in situ pada 5-55% kasus, kadang-kadang
memilik sel atipi
Sel koilositosis Penanda HPV; sering tampak pada displasi dan
karsinoma in situ, tetapi jarang pada karsinoma invasif
Protein virus HPV; antigen Dijumpai pada 80 sampai 90% kasus sel-sel neoplasma
virus, dan urutan DNA invasif

Memperhatikan etiologi kanker serviks, dua hal yang perlu mendapat perhatian:
1. Walaupun HSV dan HPV memainkan peran sebagai penyebab, sangat mungkin
bahwa ada pengaruh lain yang juga diperlukan untuk menimbulkan perubahan
pada tahap kanker invasif (penyebab multifaktorial).
2. Vitus mungkin tidak tampak dalam semua kasus dan mungkin ada jalur
penyebab lain yang terpisah.

8
II.4 Manifestasi Klinis Kanker Serviks

Hasil pemeriksaan pap smear yang pertama kali menunjukkan abnormal


dengan dysplasia ringan, dapat ditemukan pada remaja atau dewasa muda, tanpa
gejala. Juga karsinoma in situ yang jelas pada umumnya tanpa gejala kecuali
mungkin ada keputihan (leukore), tetapi lebih sering karena servisitas atau
vaginitis. Dengan mata telanjang, serviks mungkin masih tampak normal, tetapi
dengan kolposkopi dan uji schiler atau uji asam asetat dapat memperlihatkan
daerah yang abnormal. Bila timbul karsinoma invasif, biasanya pada dekade
keempat atau kelima atau sesudahnya, sering disertai dengan perdarahan vagina
yang tidak teratur, keputihan, nyeri waktu senggama, dan disuria. Semua kelainan
invasif kecuali bentuk infiltrative, biasanya mudah diketahui dengan cara palpasi
dan inspeksi. Biopsy selalu diperlukan untuk memastikan hasil positif dari
pemeriksaan sitologi dan untuk menilai kedalaman penetrasi tumor tersebut.

Mortalitas dari kanker jenis ini lebih banyak berkaitan dengan dampak
local (misalnya penyumbatan ureter atau penetrasi ke dalam buli-buli atau rectum)
daripada metastasis jauh. Kematian karena penyakit ini adalah tragedi yang perlu
disayangkan, karena diperlukan waktu yang lama (sedikitnya satu dekade) dari
bentuk in situ, agar dapat berkembang menjadi bentuk invasive, dimana member
cukup kesempatan untuk dilakukan diagnosis secara dini. Juga tidak diperlukan
perawatan yang tergesa-gesa. Bila penafsiran hasil biopsy meragukan, masih
cukup waktu untuk memberikan kesempatan bagi kelainan itu untuk menyatakan
diri.

Kelangsungan hidup bagi orang yang menderita tumor ganas ini, dengan
menganggap bahwa telah dilakukan pengelolaan yang baik (biasanya dengan
pembedahan atau radiasi atau keduanya), sangat tergantung kepada tahap tumor
itu saat pertama dijumpai, seperti yang tampak pada data angka kelangsungan
hidup selama lima tahun berikut ini:

Stadium 0 100%

Stadium 1 85-95%

9
Stadium 2 70-75%

Stadium 3 35%

Stadium 4 10%

Stadium pada kanker serviks:

1. Stadium 0 (karsinoma in situ ).

2. Stadium 1 : karsinoma terbatas seluruhnya pada serviks (I-A, invas stroma dini:
I-B, semua lesi stadium lainnya).

3. Stadium 2 : karsinoma yang melibatkan dua pertiga atas vagina atau daerah
parametrium, tetapi tidak meluas kedinding samping pelvia (II-A hanya
melibatkan vagina, II-B inflatrasi parametria).

4. Stadium 3 : karsinoma yang melibatkan sepertiga bawah vagina dan


parametrium, tetapi tidak melibatkan dinding samping III-B, perluasan kedinding
samping II-urinarius, obstruksi satu atau kedua ureter tanpa memandang penyakit
lain.

5. Stadium 4 : karsinoma diluar traktus reproduksi (IV-A, melibatkan mukosa


vesika urinaria atau usus, IV-B, diluar pelvis)

System penentuan stadium ini berhubungan baik dengan kemungkinan metastatis


kelenjar limfe dengan stadiumI 17 %, stadium II 32%, stadium III 47%, dan
stadium IV 81%. Tak tergantung pada stadium, kecepatan metastatis kelenjar
limfe meningkat dengan peningkatan ukuran lesi kanker serviks (leher rahim), lesi
primer jarang berukuran kurang dari 1 cm, 17% untuk lesi 1-3 cm serta 52% lebih
dari 3 cm.

Kanker Rahim stadium awal dapat dilihat dari rasa sakit pada mulut rahim.
Rasa sakit tersebut memang tidak muncul dengan intensitas yang sering. Tetapi
jika penyakit ini semakin parah rasa sakit tersebut akan sangat terasa.. Rasa sakit

10
pada mulut rahim diakibatkan oleh virus human papilloma yang mulai
menggerogoti sel dan jaringan pada mulut rahim.

Kanker rahim stadium 2 begitu menunjukkan gejala yang khas, bahkan


bisa gejala luarbiasa. Pada stadium lanjut, gejala kanker serviks, antara lain:
perdarahan post coitus, keputihan abnormal, perdarahan sesudah mati haid
(menopause) serta keluar cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan
bercampur darah)

* Keputihan patogonis

* Sakit pada area kewanitaan

* Pendarahan

* Nyeri buang air kecil

* Timbul rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan seks

* Penurunan nafsu makan

* Bengkak pada kaki

* Cepat Lelah

Stadium III dibagi menjadi tahap IIIA dan IIIB, berdasarkan seberapa jauh
kanker telah menyebar.

Stadium IIIA : Kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina namun
tidak ke dinding panggul

Stadum IIIB

- Kanker telah menyebar ke dinding panggul dan / atau tumor telah menjadi cukup
besar untuk memblokir ureter (tabung yang menghubungkan ginjal ke kandung
kemih). Sumbatan ini dapat menyebabkan ginjal untuk memperbesar atau berhenti
bekerja. Kanker juga mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di
panggul.

11
- Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di panggul dan mungkin di
dalam rahim, dinding panggul dan / atau lebih rendah sepertiga dari vagina, dan /
atau telah menyebabkan ginjal untuk berhenti bekerja.

Pada stadium IV, kanker telah menyebar ke kandung kemih, rectum, atau
bagian lain dari tubuh. Stadium IV dibagi menjadi IVA dan IVB tahap, didasarkan
pada tempat kanker ditemukan.

- Tahap IVA : Kanker telah menyebar ke dinding kandung kemih atau rectum,
dan / atau di luar panggul. Kanker juga mungkin telah menyebar ke kelenjar getah
bening di panggul.

- Tahap IVB : Kanker telah menyebar ke luar panggul dan kelenjar getah bening
panggul ke tempat lain dalam tubuh, seperti perut, hati, saluran pencernaan, paru-
paru, tulang, atau kelenjar getah bening

12
II.5 Penatalaksanaan Kanker Serviks

Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan


stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan
pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan
hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti
menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan
menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini
juga mendapatkan sitostatika dalam ginekologi.

Penggolongan obat sitostatika antara lain :

a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat - obatan non spesifiik.

13
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.

Penatalaksanaan Keperawatan

Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi


eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk
prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan
menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.

Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara


lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu
efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan
kulit dan mulut.

Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan


umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan
pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar
selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan
latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama
terapi radiasi perawatannya yaitu monitor tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral
sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara
lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal
dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)

II.6 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks

14
Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala :
a. Kelemahan atau keletihan akibat anemia
b. Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
c. Adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan
keringat malam.
d. Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingkungan dan tingkat
stres tinggi.
2. Integritas ego
Gejala : faktor stres, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan,
menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
3. Eliminasi
Pengkajian eliminasi dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut.
a. Pada kanker serviks : perubahan pola pada defekasi, perubahan eliminasi
urinalis, misalnya nyeri.
b. Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih,
menoupouse dini, dan menoragia.
4. Makanan dan minumann
Gejala :
a. Pada kanker serviks : kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi
lemak, adiktif, bahan pengawet rasa)
b. Pada kanker ovarium : dispesia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar
abdomen yang terus meningkat.
5. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
6. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit), nyeri tekan pada payudara
(pada kanker ovarium)
7. Pernapasan
Gejala : merokok, pemajanan abses

15
8. Keamanan
Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
9. Seksualitas
Gejala : perubahan respon seksualitas, keputihan (jumlah karakteristik, bau),
pendarahan sehabis senggama
10. Interaksi sosial
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung. Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang
fungsi atau tanggung jawab peran.
11. Penyuluhan
Gejala : riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, miltigravida
pasangan seks multipek, dan aktivitas sensual dini.

Diagnosis Keperawatan
1. Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas, dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, serta hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinalis yang berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, dan gangguan
sensorik motorik : paralisis saraf.
4. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
5. Kurangnya pengetahuan tentang aspek perioperatif histerektomi dan perawatan
diri.

Intervensi Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan kanker serviks
adalah sebagai berikut.
1. Diagnosis I (prioritas diagnosis)

16
Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas, dan perubahan bentuk tubuh.

Dibuktikan dengan :
a. Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, dan gelisah.
b. Mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.

Tujuan : rasa cemas ibu hilang atau tidak cemas lagi


Kriteria Hasil : menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya
rasa takut.

Intervensi Mandiri
a. Tinjau ulang pengalaman klien atau orang terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada ibu dan apakah kesimpulan
ibu telah dicapai.
Rasional :
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman pada kanker.
b. Memberikan dukungan emosi untuk klien atau orang terdekat selama tes
diagnostik dan fase pengobatan.
Rasional :
Meskipun mampu beradaptsi atau menyesuaikan diri dengan efek kanker atau
efek samping terapi, tetapi banyak klien memerlukan dukungan tambahan selalam
periode ini.

Kolaborasi
a. Rujuk orang terdekat pada program kelompok pendukung
Rasional : kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan, baik untuk
klien maupun orang terdekat, memberikan kontak dengan ibu dengan kanker pada
berbagai tingkatan pengobatan dan pemulihan/
b. Rujuk pada konseling profesional bila diindikasikan
Rasional :

17
Mungkin perlu untuk memulai dan mempertahankan struktur psikososial positif
bila sistem pendukung orang terdekat ibu terganggu.

2. Diagnosis 2 : Gangguan harga diri yang berhubungan dengan perubahan


seksualitas, fertilitas, serta hubungan dengan pasangan dan keluarga.

Dibuktikan dengan :
a.Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa, dan ketidakmampuan.
b.Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti
perubahan pada persepsi diri atau persepsi orang lain tentang peran.

Tujuan : meningkatkan harga diri klien


Kriteria hasil : klien mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh,
menerimaan diri dalam situasi yang sedang dialami.

Intervensi Mandiri
a.Motivasi diskusi atau pecahkan masalah tentang efek kanker atau pengobatan
pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua, dan sebagainya
Rasional :
Dapat membantu menurunkan masalah yang memengaruhi penerimaan
pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
b.Akui kesulitan klien yang mungkin dialami, berikan informasi bahwa konseling
sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : memvalidasi perasaan ibu dan memberikan izin, untuk tindakan apa
pun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
c.Pertahankan potensi kateter tak menetap, pertahankan drainase selang bebas
lipatan.
Rasional :
Meningkatkan drainase bebas urine, menurunkan risiko stasis urine retesi dan
infeksi.

18
3. Diagnosis 3 : Perubahan eliminasi urinalis yang berhubungan dengan
trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal,
hematoma, dan gangguan sensorik motorik : paralisis saraf.
Tujuan : eliminasi kembali lancar seperti biasanya.
Dibutikan dengan :
a.Sensasi kandung kemih penuh dengan tiba tiba
b.Frekuensi sedikit untuk berkemih atau tidak ada keluarnya urine, inkontinensia.
c.Aliran berlebih distensi kandung kemih
Kriteria hasil: mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas

Intervensi Mandiri
a.Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine
Rasional :
Dapat mengindikasi retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit atau kurang (kurang dari 100 ml)
b.Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalahan
konsep diagnostik.
c.Berikan informasi akurat konsistensi mengenai prognosis, hindari
memperdebatkan persepsi klien tentang situasi.
Rasional :
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan klien dalam membuat keputusan
berdasarkan realita.

4. Diagnosis 4 : Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan dan terapi


tambahan lainnya
Dibuktikan dengan :
a.Keluhan nyeri
b.Memfokuskan pada diri sendiri
c.Distraksi atau perilaku berhati hati
d.Gelisah

19
Tujuan : nyeri hilang/ berkurang
Kriteria hasil : melaporkan nyeri hilang/ berkurang atau kontrol dengan pengaruh
minimal.

Intervensi Mandiri
a.Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas
(skala 0 10), serta tindakan kehilangan yag digunakan.
Rasional :
Informasi memberi data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intervensi.
Catatan : pengalaman nyeri adalah individual yang digabung, baik respon fisik
maupun emosional.

b.Berikan tindakan kenyamanan dasar ( misalnya : reposisi, gosokan punggung)


dan aktivitas hiburan (misalnya : musik dan televisi).
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

c.Palpasi kandung kemih, sedikit keluhan merasa ketidaknyamanan dalam


berkemih.
Rasional :
Persepsi kandung kemih penuh,distensi kandung kemih di atas simfisis pubis
menunjukkan retensi urine.

d.Berikan tindakan berkemih, posisi normal, aliran air pada baskom penyiraman
air hangat pada perineum.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat memudahkan upaya berkemih.

e.Berikan perawatan kebersihan perineum dan perawatan kateter


Rasional :
Meningkatkan kebersihan menurunkan risiko infeksi saluran kemih asenden.

20
f.Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, dan baunya.
Rasional :
Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermiten/tak
menetap meningkatkan risiko infeksi, khusunya bila ibu mempunyai jahitan
perineum.

g.Pemasangan kateter bila diindikasikan


Rasional :
Edema atau pengaruh supali saraf dapat menyebabkan atonia kandung
kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.

h.Dekompresi kandung kemih


Rasional :
Bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung kemih cepat
menghilangkan tekanan pembuluh pelvis, meningkatkan pengumpulan vena.

Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarka analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatam lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau ptugas kesehatan lain.

Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang kendak dicapai.

21
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997). Kanker
serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan merupakan karsinoma
ginekologi yang terbanyak diderita oleh wanita. Kanker serviks ini terjadi paling
sering pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia dini, yaitu 18
tahun. Etiologi kanker serviks biasanya meliputi umur pertama kali melakukan
hubungan seksual, merokok, hubungan kelamin
Bentuk kanker dimulai dengan dysplasia ringan, baik pada epitel serviks
yang lazim atau pada kondiloma yang rata, yang ditandai dengan perubahan
koilositosis. Dysplasia berat yang ditandai dengan lebih banyaknya variasi sel dan
ukuran inti, orientasi yang tidak teratur, hiperkromasi, dengan mitosis normal atau
abnormal, ada kalanya proses ini mendekati lapisan permukaan Kanker Invasif
memperlihatkan 3 bentuk makroskopis yang berbeda. Bentuk yang terbanyak
adalah tumor menonjol eksofitik (fungating). Bentuk kedua ialah bentuk
ulseratif.Bentuk ketiga yang paling jarang dijumpai ialah bentuk infiltrative.

III.2 Saran

Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu
masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik
dan saran yang membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi saat ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Otto, Shirley E. 2003.Buku Keperawatan Onkologi . Jakarta : EGC

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Robbin, Stanley L. 1995. Buku Ajar patologi II(Basic Pathology)Jakarta:EGC

A.Price, Sylvia Anderson.2005.Pathofisiologi Konsep konsep klinis proses proses


penyakit.Jakarta:EGC

23

Anda mungkin juga menyukai