Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Tourette syndromeatau Gilles de la


TouretteSyndromemerupakan suatu gangguan gerakan yang
onsetnya pada masa kanak-kanak berupa adanya gangguan tik
motorik dan fonik. Selain tik, sindrom ini sering dikaitkan dengan
gejala obsesif-kompulsif, kurangnya perhatian, perilaku impulsif,
gelisah dan gejala motorik. Tik pada gangguan ini dapat terjadi
dengan spektrum yang luas dari yang ringan sampai parah.
Gangguan fungsi adaptif pada sindrom ini mungkin berhubungan
dengan tik atau adanya kondisi terkait seperti attention-
deficit/hyperactivity disorder (ADHD), gangguan obsesif-kompulsif
(OCD), ketidakmampuan belajar (LD), dan kesulitan perilaku
lainnya.1
Dalam banyak kasus, gangguan penyerta tersebut mungkin
lebih penting secara klinis daripada gejala tik. Dampak sindrom
Tourette terhadap anggota keluarga, kemajuan pendidikan,kinerja
pekerjaan, atau hubungan dengan teman sebaya sangatlah besar.
Dengan demikian, manajemen klinis sindrom ini membutuhkan
perhatian pada keparahan tik, fitur terkait, respon terhadap
penyakit kronis, dan fungsi secara keseluruhan.1
Prevelansi seumur hidup gangguan Tourette diperkirakan 4 hingga 5 per
10.000. Lebih banyak anak yang menunjukkan gangguan ini dibandingkan orang
dewasa. Onset komponen motorik gangguan ini umumnya terjadi pada usia 7 tahun;
tic vokal muncul rata-rata pada usia 11 tahun. Gangguan Tourette terjadi kira-kira tiga
kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Gangguan
ini juga lebih lazim pada anak kulit putih daripada ras yang lain.1,2

1
Faktor genetik dan lingkungan memainkan peran dalam
etiologi Tourette, namun penyebab pasti tidak diketahui. Dalam
kebanyakan kasus, tidak diperlukan pengobatan. Tidak ada
pengobatan yang efektif untuk setiap kasus tik, tapi obat-obatan
tertentu dan terapi dapat membantu jika penggunaannya
dibenarkan. Edukasi merupakan bagian penting dari setiap rencana
pengobatan, dan penjelasan serta keyakinan sendiri sering
mencukupi proses pengobatan. Kondisi penyerta seperti attention-
deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan obsesif- kompulsif (OCD)
yang hadir pada banyak pasien. Kondisi lain yang sering
menyebabkan gangguan yang lebih fungsional untuk individu
daripada tik yang merupakan ciri khas dari Tourette, maka penting
untuk mengidentifikasi dengan benar kondisi komorbiditas dan
pengobatannya.2,3
Diagnosis yang akurat, termasuk identifikasi kondisi
komorbiditas, merupakan langkah penting menuju perawatan yang
tepat untuk pasien dengan sindrom ini. Perawatan
klinisnyatermasuk dengan edukasi pada pasien dan keluarga,
advokasi di lingkungan sekolah dan pekerjaan, serta manajemen
pada gejalanya. Pada banyak pasien dengan TS, manajemen gejala
membutuhkan farmakoterapi untuk tik atau gangguan yang
menyertainya. Khasiat bukti klinis yang mendukung dan keamanan
untuk obat yang digunakan pada pasien dengan sindrom ini
bervariasi. Tapi bukti tersebut menawarkan panduan terbaik untuk
praktek klinis dan mengidentifikasi area untuk penelitian masa
depan.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.SINDROM GILLES DE LA TOURETTE


2.1.1 Definisi
Sindrom Gilles de la Tourette adalah suatu gangguan
neuropsikiatri herediter dengan onset pada masa kanak-kanak,
ditandai dengan beberapa gangguan tik fisik (motorik) dan
setidaknya satu tik vokal (phonic). Tiksecara khas terjadi pasang
surut, dapat ditekan sementara, dan didahului oleh dorongan yang
dapat ditandai. Tourette didefinisikan sebagai bagian dari suatu
spektrum gangguan tik, yang meliputi tik transien dan kronis.Istilah
ini pertama kali ditemukan oleh Jean-Martin Charcot (1825-1893)
atas nama penduduk wilayahnya, Georges Albert douard Brutus
Gilles de la Tourette (1859-1904), seorang dokter dan ahli saraf
Perancis, yang menerbitkan satu tinjauan tentang sembilan pasien
dengan Tourette pada tahun 1885.2,3

3
Gangguan tik didefinisikan sebagai kontraksi otot berulang dan cepat yang
menghasilkan gerakan atau vokalisasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang
involuntar. Anak dan remaja bisa menunjukkan perilaku tik yang terjadi setelah suatu
stimulus atau sebagai respons terhadap dorongan internal. Gangguan tik merupakan
kelompok gangguan neuropsikiatrik yang umumnya dimulai pada masa kanak atau
remaja dan dapat konstan atau memburuk-membaik sepanjang waktu. Meskipun tik
tidak atas keinginan sendiri, pada beberapa orang, tik dapat ditekan untuk suatu
periode waktu.1,2
Tourette pernah dianggap sebagai suatu sindrom yang langka
dan aneh, paling sering dikaitkan dengan kata-kata yang tidak
senonoh atau komentar sosial tidak pantas dan merendahkan
(coprolalia), namun gejala ini terdapat pada hanya sebagian kecil
orang dengan Tourette.Tourette tidak lagi dianggap sebagai kondisi
yang jarang, tapi gangguan ini tidak selalu diidentifikasi dengan
benar karena kebanyakan kasusnyaringan dan keparahan tik
menurun pada kebanyakan anak ketika saat mereka melalui masa
remaja. Antara 0,4% dan 3,8% dari anak-anak usia 5 sampai 18
mungkin memiliki Tourette, prevalensi tik transien dan kronis pada
anak usia sekolah lebih tinggi, dengan tikyang lebih umum terjadi
seperti mata berkedip, batuk, membersihkan tenggorokan,
menghirup, dan gerakan wajah. Tourette yang ekstrim di masa
dewasa jarang terjadi, dan Tourette tidak mempengaruhi intelektual
atau harapan hidup.2,3

2.1.2 Epidemiologi
Prevelansi seumur hidup gangguan Tourette diperkirakan 4 hingga 5 per
10.000. Lebih banyak anak yang menunjukkan gangguan ini dibandingkan orang
dewasa. Onset komponen motorik gangguan ini umumnya terjadi pada usia 7 tahun;
tic vokal muncul rata-rata pada usia 11 tahun. Gangguan Tourette terjadi kira-kira tiga

4
kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Gangguan
ini juga lebih lazim pada anak kulit putih daripada ras yang lain.1,2,3

2.1.3 Etiologi
Faktor genetik dan lingkungan memainkan peran dalam
etiologi Tourette, namun penyebab pasti tidak diketahui. Dalam
kebanyakan kasus, tidak diperlukanpengobatan. Tidak ada
pengobatan yang efektif untuk setiap kasus tik, tapi obat-obatan
tertentu dan terapi dapat membantu jika penggunaannya
dibenarkan. Edukasi merupakan bagian penting dari setiap rencana
pengobatan, dan penjelasan serta keyakinan sendiri sering
mencukupi proses pengobatan. Kondisi penyerta seperti attention-
deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan obsesif- kompulsif (OCD)
yang hadir pada banyak pasien. Kondisi lain yang sering
menyebabkan gangguan yang lebih fungsional untuk individu
daripada tik yang merupakan ciri khas dari Tourette, maka penting
untuk mengidentifikasi dengan benar kondisi komorbiditas dan
pengobatannya.2,3,4

Faktor Genetik
Fakta bahwa gangguan Tourette dan gangguan tic vokal atau motorik kronis
lebih besar kemungkinannya untuk terjadi di keluarga yang sama memberikan
dukungan pada pandangan bahwa gangguan ini merupakan bagian dari spektrum
yang ditentukan secara genetik. Bukti oada beberapa keluarga menunjukkan bahwa
gangguan Tourette diturunkan dengan cara dominan autosom.1,3
Hingga setengah dari pasien gangguan Tourette juga mengalami gangguan
defisit-atensi/hiperaktivitas (ADHD). Hingga 40 persen pasien dengan gangguan
Tourette juga memiliki gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Di samping itu, kerabat

5
derajat pertama orang dengan gangguan Tourette memiliki risiko tinggi untuk
mengalami gangguan ini, gangguan tic vokal atau motorik kronis, dan gangguan
obsesif-kompulsif. Mengingat adanya gejala ADHD pada lebih dari setengah pasien
dengan gangguan Tourette, timbullah pertanyaan mengenai hubungan genetik antara
kedua gangguan ini.1,3

Faktor Neurokimia dan Neuroanatomis


Bukti kuat adanya keterlibatan sistem dopamin di dalam gangguan tic
mencakup pengamatan bahwa agen farmakologis yang mengantagonisasi dopamin-
haloperidol (Haldol)- menekan tic dan bahwa agen yang meningkatkan aktivitas
dopaminergik sentral-amfetamin-cenderung memperburuk tic. Hubungan tic dengan
sistem dopamin tidak sederhana, karena pada beberapa kasus obat antipsikotik,
seperti haloperidol, tidak efektif di dalam mengurangi tic, dan efek stimulan pada
gangguan tic dilaporkan beragam. Pada beberapa kasus, gangguan Tourette muncul
selama terapi dengan obat antipsikotik.2,4
Opiat endogen dapat terlibat di dalam gangguan tic dan gangguan obsesif-
kompulsif. Beberapa bukti menunjukkan bahwa agen farmakologis yang
mengantagonis opiat endogen. Kelainan di dalam sistem nonadrenergik terkait di
dalam beberapa kasus melalui pengurangan tic dengan clonidine (Catapres). Agonis
adrenergik ini mengurangi pelepasan norepinefrin di sistem saraf pusat (SSP)
sehingga dapat mengurangi aktivitas di dalam sistem dopaminergik. Kelainan di
ganglia basalis menimbulkan berbagai gangguan gerakan, seperti pada penyakit
Huntington, dan gangguan ganglia basalis juga mungkin terjadi pada gangguan
Tourette, gangguan obsesif-kompulsif, dan ADHD.2

Faktor Imunologis dan Pascainfeksi


Proses autoimun akibat infeksi streptokokus diidentifikasi sebagai mekanisme
yang berpotensi menimbulkan gangguan Tourette. Proses ini dapat bekerja secara

6
sinergis dengan kerentanan genetik untuk gangguan ini. Sindrom pascastreptokokus
juga dikaitkan dengan satu faktor penyebab yang potensial di dalam timbulnya OCD,
yang terdapat pada hampir 40 persen orang dengan ganggguan Tourette.3

2.1.4 Diagnosis dan Gejala Klinis

Untuk menegakkan diagnosis gangguan Tourette, klinisi harus mendapatkan


riwayat tic motorik multipel dan munculnya sedikitnya satu tic vokal pada suatu saat
di dalam gangguan ini. Menurut DSM-IV-TR, tic harus terjadi beberapa kali dalam
sehari hampir setiap hari atau secara intermitten selama lebih dari 1 tahun. Usia rerata
onset tic adalah 7 tahun, tetapi tic dapat muncul sedini usia 2 tahun. Onset harus
terjadi sebelum usia 18 tahun.5

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR untuk Gangguan Tourette5


a. Tic motorik multipel dan satu atau lebih tic vokal telah ada pada suatu saat
selama penyakit, meskipun tidak harus bersamaan.
b. Tic terjadi beberapa kali dalam sehari (biasanya dalam serangan) hampir
setiap hari atau secara intermitten sepanjang suatu periode lebih dari 1 tahun,
dan selama periode ini tidak pernah ada periode bebas tic selama lebih dari 3
bulan berturut-turut.
c. Onsetnya sebelum usia 18 tahun.
d. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis lansung dari suatu zat
(misalnya stimulan) atau keadaan medis umum (misalnya penyakit Huntington).
Sumber: American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder.. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association.5

Di dalam gangguan Tourette, tik awal terjadi di wajah dan leher. Seiring
waktu, tik cenderung terjadi dengan arah ke bawah. Tik yang paling lazim
digambarkan adalah tik yang mengenai leher dan kepala, lengan dan tangan, tubuh
dan ekstremitas bawah, serta sistem pernapasan dan pencernaan.Obsesi, kompulsi,
kesulitan atensi, impulsivitas, dan masalah kepribadian terkait dengan gangguan
Tourette. Kesulitan atensi sering mendahului onset tik, sedangkan gejala obsesif-

7
kompulsif sering muncul setelah onsetnya. Banyak tik memiliki komponen agresif
atau seksual yang dapat menimbulkan konsekuensi sosial yang serius pada pasien.
Secara fenomenologis, tik menyerupai kegagalan untuk menyensor, baik disadari atau
tidak disadari, dengan meningkatnya impulsivitas dan ketidakmampuan untuk
menghambat suatu pikiran untuk diwujudkan ke dalam tindakan.1,2
Tidak ada tes diagnostik laboratorium khusus untuk gangguan Tourette; tetapi
banyak pasien dengan gangguan Tourette memiliki temuan elektroensefalogram
(EEG) abnormal nonspesifik. Kira-kira 10 persen dari semua pasien dengan
gangguan Tourette menunjukkan beberapa kelainan khusus pada pemindaian
computed tomography (CT).1,2,4
Pencitraan dilakukan bila perlu atau untuk riset. Melalui pemeriksaan MRI
(magnetic resonance imaging), diketahui penderita TS memiliki area dorsolateral
prefrontal yang lebih besar dan peningkatan substantia alba di lobus frontal kanan.
Volume nucleus caudatus yang lebih kecil pada MRI di masa anak berhubungan
dengan meningkatnya derajat keparahan tik di masa dewasa.
Pemeriksaan lain menggunakan voxel-based morphometry (VBM) dan
magnetization transfer imaging (MTI) yang lebih sensitif terhadap perubahan
jaringan dibandingkan MRI konvensional. Keduanya merupakan pengukuran
kuantitatif integritas makro-struktur. Pada VBM, penderita TS menunjukkan
penurunan volume substantia nigra di area prefrontal, girus cinguli anterior, area
sensorimotorik, nukleus kaudatus k iri, dan girus postsentral kiri secara signi kan.
Penurunan volume substantia alba terdeteksi di girus frontal inferior kanan, girus
frontal superior kiri, dan anterior corpus callosum. Peningkatan dijumpai di girus
frontal pertengahan kiri dan area sensorimotor kiri. Dengan MRI, reduksi substantia
alba terlihat di girus frontal medial kanan, girus frontal inferior bilateral, dan girus
cinguli kanan.7
Terdapat beberapa kuesioner dalam penegakkan diagnosis. Untuk menilai IQ
digunakan Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence (WASI). Obsesi-kompulsi

8
dapat diketahui dengan Dimensional Yale-Brown Obsessive-Compulsive Scale
(DYBOCS).47-52 Skor Yale Global Tic Severity Scale (YGTSS) berkisar 0-50,
dengan rincian: tidak ada tik (YGTSS: 0), tik minimal (YGTSS: 19), tik ringan
(YGTSS: 1019), tik sedang atau lebih berat (YGTSS: 20). Skor YGTSS > 15
mengindikasikan tik yang secara klinis signi kan. Sedangkan skor Clinical Global
ImpressionsImprovement Scale berkisar 1-8, skor 1 berarti perkembangannya sangat
baik, skor 8 berarti sangat buruk.8

9
Leslie E. Packer, PhD.20159

10
2.1.5 Diagnosis Banding

Tik harus dibedakan dengan gangguan gerakan lain (contoh, distonik,


koreiform, atetoid, mioklonik, dan gerakan hemibalismik) serta penyakit neurologis
dengan gangguan gerakan yang khas (contoh, penyakit Huntington, parkinsonisme,
korea Sydenham, dan penyakit Wilson). Tremor, manerisme, dan gangguan gerakan
stereotipik, mencakup gerakan seperti mengguncang-guncang, menatap tangan, dan
perilaku meransang diri, tampak bersifat voluntar dan sering memberikan rasa
nyaman, sebalinya dengan gangguan tik. Meskipun pada anak dan remaja bisa
dirasakan dapat dikendalikan atau juga tidak, tic jarang menimbulkan rasa nyaman.
Kompulsi kdang-kadang sulit dibedakan dengan tic kompleks dan mungkin secara
biologis berada di dalam rangkaian kesatuan yang sama. Gangguan tic juga dapat
terdapat bersamaan dengan banyak gangguan mood dan perilaku. Pada anak dengan
gangguan Tourette dan ADHD, bahkan jika gangguan tic selalu ringan, frekuensi
masalah perilaku mengacau yang tinggi serta gangguan mood masih ada. Anak
autistik dan anak dengan retardasi mental dapat menunjukkan gejala yang serupa
dengan gejala yang ditemukan pada angguan tic, termasuk gangguan Tourette.1,2

Sebagian kecil anak akan mengalami satu, atau bahkan beberapa, tics di
beberapa titik dalam perkembangan mereka. Jika tic yang hadir kurang dari satu
tahun dan tidak terulang, kita bisa mengatakan bahwa anak memiliki "transient tic".
Ketika DSM direvisi, DSM-5 sekarang mengacu transiet tic disorder sebagai
provisional tic disoder. Bagi seseorang untuk dapat didiagnosis dengan gangguan ini,
dia harus:

memiliki satu atau lebih tics motorik (misalnya, berkedip atau


mengangkat bahu) atau tics vokal (misalnya, bersenandung, berdehem,
atau meneriakkan kata atau frase).
Muncul tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut.
memiliki tics yang dimulai sebelum ia adalah 18 tahun.

11
Gejala tidak timbul akibat minum obat atau karena memiliki kondisi
medis yang dapat menyebabkan tics (misalnya, penyakit Huntington
atau ensefalitis postviral).
tidak didiagnosis dengan motorik TS atau persisten atau gangguan tic
vokal.
Lain halnya dengan persistent tic disorder, memiliki tics yang terjadi berkali-kali
dalam satu hari sehari hampir setiap hari atau gejala hlng timbul selama jangka waktu
lebih dari satu tahun.10

2.1.6 Penatalaksanaan
Pertimbangan akan keseluruhan fungsi anak atau remaja adalah langkah
pertama di dalam menentukan terapi yang paling sesuai untuk gangguan tic. Memulai
terapi dengan edukasi yang komprehensif untuk keluarga merupakan hal yang
penting, agar anak tidak sengaja dihukum untuk perilaku ticnya. Penting juga bagi
keluarga untuk memahami sifat banyak gangguan tic yang membaik dan memburuk.
Teknik perilaku lain-termasuk massed (negative) practice, pengawasan diri, pelatihan
respons ayng tidak sesuai, presentasi dan menghilangkan dorongan positif, serta
terapi pembalikan kebiasaan.1,3

Teknik Psikologis
Berbagai teknik psikologis telah digunakan dalam pengobatan
sindrom Tourette. Teknik pertama yang digunakan adalah tidak
hanya untuk menunjukkan khasiat obat, tetapi juga untuk
menunjukkan praktik negative (latihan yang berlebihan terhadap tik
target oleh pasien, yang pada akhirnya akan tidak terlihat dengan
mekanisme yang disebut inhibisi reaktif). Namun, literature
berikutnya menunjukkan hasil tidak konsisten menggunakan
metode ini. Pengobatan psikologis lainnya yang telah terbukti

12
berguna dalam sindrom Tourette termasuk latihan ketegasan
(Mansdorf, 1986), self-monitoring (Billings, 1978) dan terapi kognitif
(O'Connor etal., 1993). Terapi relaksasi (Bergin etal., 1998), di sisi
lain dan vande Wetering menyarankan model pengobatan
berdasarkan teknik reduksi ketegangan tertentu di mana, bukannya
tik yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus sensorik
tertentu, pasien diajarkan respon alternatif yang lebih dapat
diterima secara social yang juga mengurangi stimulus sensorik
(Evers dan vande Wetering, 1994). Pada umumnya penulis tidak
terlalu terkesan dengan teknik psikologis untuk pengobatan tik,
sebagaimana banyak dokumentasi dalam literaturhanya nerupa
anekdotdan, dalam pengalamannya, hasil khususnya belum
menggembirakan. Penggunaa nutama untuk teknik
psychobehavioural di TS adalah terkait untuk OCS/OCB (obsessive-
compulsive symptoms/behavior) di mana menjadi tambahan
penting untukobat-obatan.3

Farmakoterapi
Pemberian antipsikotik konvensional, yang berpotensi tinggi, seperti
haloperidol, trifluoperazine (Stelazin), dan pimozide (Orap) menunjukkan memiliki
efek mengurangi tik yang signifikan. Penghentian obat ini sering didasari pada efek
merugikan obat, termasuk efek ekstrapiramidal dan disforia. Haloperidol tidak
disetujui untuk digunakan pada anak di bawah usia 3 tahun. Para klinisi harus lebih
dahulu memperingatkan pasien dan keluarganya mengenai kemungkinan terjadinya
reaksi distonik akut dan gejala parkinson ketika akan memulai terapi dengan obat
antipsikotik konvensional atau antipsikotik atipikal yang lebih baru. Antipsikotik
atipikal yang lebih baru dipasarkan saat ini, termasuk risperidone dan olanzapine
(Zyprexa), sering dipilih sebagai pilihan terapi dibandingkan antipsikotik
konvensional dengan harapan efek sampingnya akan lebih ringan. Bahkan dengan

13
antipsikotik atipikal, diphenhydramine (Benadryl) atau benztropine (Cogentin) sering
diperlukan untuk mengendalikan efek samping ekstrapiramidal.3
Meskipun clonidine, suatu antagonis noradrenergik, saat ini tidak disetujui
untuk digunakan untuk gangguan Tourette, yang dilaporkan efektif di berbagai studi;
40 hingga 70 persen pasien mendapatkan keuntungan dari obat ini. Di samping
perbaikan gejala tik, pasien dapat mengalami lebih sedikit tegangan dan
meningkatnya rentang perhatian. Agonis -adrenergik lain, guanfacine (Tenex), juga
telah digunakan di dalam terapi gangguan tik. Dalam hal seringnya komorbiditas
perilaku tik dengan gejala obsesif-kompulsif atau OCD, obat selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) telah digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
antipsikotik di dalam terapi gangguan Tourette. Beberapa data mengesankan bahwa
SSRI, seperti fluoxetine (prozac), dapat membantu.1,3
Meskipun para klinisi harus menimbang risiko dan keuntungan penggunaan
stimulan pada kasus hiperaktivitas berat dan tik yang ada bersamaan, studi baru-baru
ini melaporkan bahwa metilfenidat tidak meningkatkan angka atau intensitas tic vokal
atau motorik pada sebagian besar anak dengan gangguan tic dan hiperaktivitas.3

2.1. Prognosis
Terlepas darikeparahan gejalanya, penderita Tourettememiliki
jangka hidup yangnormal.Meskipun gejalanyamungkinterjadi
seumur hidupdan kronisbagi sebagian orang,kondisi ini tidakbersifat
degeneratifataumengancam jiwa. Tingkat intelijensi biasanya
normalpada penderita Tourette, meskipunmungkin terjadi
ketidakmampuan belajar. Keparahantikpada saat awal
kehidupantidakdapat memprediksikankeparahantik di kemudian
hari, danprognosisumumnyabaik, meskipun tidak adapenelitian
yang secarahandalmemprediksi hasiluntukindividu tertentu.1
Gangguan Tourette yang tidak diterapi bisanya adalah penyakit kronis dan
seumur hidup dengan perburukan dan pemulihan relatif. Gejala awal dapat berkurang,

14
tetap ada, atau meningkat, dan gejala lama dapat digantikan dengan yang baru. Orang
yang mengalami gangguan ini dengan berat bisa dapat memiliki masalah emosional
yang serius, mencakup gangguan depresif berat. Beberapa dari kesulitan ini tampak
terkait dengan gangguan Tourette, sedangkan yang lainnya terjadi karena konsekuensi
sosial, akademik, dan pekerjaan yang berat, yang merupakan sekuele gangguan ini
yang sering terjadi.11

15
BAB III
KESIMPULAN

Gilles de la TouretteSyndromeadalah suatu gangguan gerakan


yang onsetnya pada masa kanak-kanak berupa adanya gengguan
tik motorik dan fonik. Selain tik, sindrom ini sering dikaitkan dengan
gejala obsesif-kompulsif, kurangnya perhatian, perilaku impulsif,
gelisah dan gejala motorik. Tik pada gangguan ini dapat terjadi
dengan spektrum yang luas dari yang ringan sampai parah.
Pertimbangan akan keseluruhan fungsi anak atau remaja adalah langkah
pertama di dalam menentukan terapi yang paling sesuai untuk gangguan tic. Memulai
terapi dengan edukasi yang komprehensif untuk keluarga merupakan hal yang
penting, agar anak tidak sengaja dihukum untuk perilaku ticnya. Penting juga bagi
keluarga untuk memahami sifat banyak gangguan tic yang membaik dan memburuk.
Teknik perilaku lain-termasuk massed (negative) practice, pengawasan diri, pelatihan
respons ayng tidak sesuai, presentasi dan menghilangkan dorongan positif, serta
terapi perubahan kebiasaan.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Scahill, Lawrence et al. Contemporary Assessment and
Pharmacotherapy of Tourette Syndrome. The Journal of the
American Society for Experimental NeuroTherapeutics. 2006
April; (3): 192206.
2. Singer, HS. Tourette syndrome and other tic disorders. Handb
Clin Neurol. 2011;100:641-57.
3. Robertson, MM. Gilles de la Tourette syndrome: the complexities
of phenotype and treatment. Br J Hosp Med (Lond). 2011
Feb;72(2):1007.
4. J S Stern, S Burza, M M Robertson. Gilles de la Tourettes
syndrome and its impact in the UK. Postgrad Med J 2005;81:12
19
5. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders. Washington, D.C.: APA. 2005
6. Paschou, et al. Indications of Linkage and Association of Gilles
de la Tourette Syndrome in Two Independent Family Samples:
17q25 Is a Putative Susceptibility Region. Am. J. Hum. Genet.
75:545560, 2004.
7. Mller-Vahl KR. Kaufmann J. Grosskreutz J. Dengler R. Emrich HM. Peschel T.
Prefrontal and anterior cingulate cortex abnormalities in Tourette Syndrome:
Evidence from voxel-based morphometry and magnetization transfer imaging.
BMC Neuroscience 2009;10:47 doi:10.1186/1471-2202-10-47
8. Anurogo, Dito. 2013. Fenomenologi Sindrom Tourette. CDK-211/ vol. 40 no.12.

17
9. Leslie E. Packer, PhD.2015.Overview of Tourettes Syndrome.
(http://www.tourettesyndrome.net/disorders/tourette%E2%80%99s-
syndrome/overview-of-tourettes-syndrome/). Diakses pada 4 Januari 2107
10. Roessner, Veit, Pieter J. Hoekstra, and Aribert Rothenberger. Tourettes Disorder
and Other Tic Disorders in DSM-5: A Comment. European Child &
Adolescent Psychiatry 20.2 (2011): 7174. PMC. Web. 5 Jan. 2017.
11. Leckman, JF. Phenomenology of tics and natural history of tic disorders.
Brain Dev. 2003 Dec;25 Suppl 1:S24-8.

18

Anda mungkin juga menyukai