Anda di halaman 1dari 2

Anak-anak yang dipaksa dewasa

Masih teringat dalam kenangan kita generasi 90an, dimana hari minggu memang benar-benar
hari berlibur, dimana sepanjang hari kita akan dihibur oleh tayangan di televisi yang menyajikan
acara favorit seperti kartun dan program anak-anak, sungguh hari yang sangat dinanti. Beranjak
beberapa tahun acara-acara tersebut sepertinya satu persatu hilang dari talevisi.
hal ini dikarenakan munculnya beberapa acara televisi yang mulai menggusur beberapa acara
anak-anak tadi, mulai dari acara gosip, berita, sinetron maupun musik. Selain itu, perkembangan
teknologi menyebabkan acara untuk anak-anak di televisi tidak lagi menarik, karena sekarang,
anak-anak sudah mulai mengenal internet, dimana acara tivi ataupun kartun favorit nya bisa
ditonton melalui media internet tanpa ada comersial break maupun menunggu episode
selanjutnya di minggu depan.
Selain itu, banyaknya acara tivi yang seharusnya tidak menjadi konsumsi anak-anak, lambat laun
mengubah pola pikir anak-anak dimana mereka mulai menyukai sinetron remaja yang berbau
percintaan. kita bisa lihat di televisi, acara sinetron memang ada yang diperankan oleh remaja
berusia dini yang dihiasi dengan kisah percintaan.di sinetron para aktor ditampilkan sesempurna
mungkin baik dari segi penampilan, wajah dan kehidupan, anak-anak pun tertarik melihatnya dan
mulai menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari, mereka tidak menyadari itu semua adalah
sandiwara yang sudah di setting sedemian rupa agar terlihat menarik.
Memang banyak penonton yang prostes terhadap acara yang ditampilkan oleh televisi, baik
perorangan maupun komunitas yang masih peduli terhadap realita ini, namun yang namanya
televisi swasta, mereka akan terus mananyangkan acara yang memiliki rating tinggi, jika tetap
ada protes, biasanya akan distop sementara atau dikurangi durasinya, terkesan stasiun tv tidak
mau kehilangan acara yang memiliki rating tinggi.
Selain acara sinetron tadi, masuknya beberapa acara tivi yang diimpor dari negara lain yang
sering ditampilkan di tivi menjadi hal yang perlu dikuatirkan, memang beberapa acara tersebut
diperankan oleh anak-anak dan notabane nya memang untuk anak-anak, tapi apakah acara itu
sudah dianalisa bagaimana efek jika dikonsumsi oleh anak-anak, mengingat adanya perbedaan
budaya di indonesia dengan budaya yang ada di acara televisi yang diimpor tadi.
Ahir-ahir ini Komisi Penyiaran Indonesia mengeluarkan aturan yang mewajibkan acara televisi
yang memuat kekerasan dan memperlihatkan bagian tubuh yang dianggap tidak pantas untuk
ditonoton anak-anak dilakukan sensor. Jika dibandingkan dengan apa yang dialami oleh anak-
anak era 90an, memang sangat berbeda, memang dulu masih banyak acara kartun yang
menampilkan kekerasan, seeperti perkelahian, tapi apakan dampak tontonan tersebut ketika itu?
jarang sekali kita dengar kasus kekerasan yang dilakukan anak-anak karena menirukan adegan di
televisi. Namun sekarang, dengan ada peraturan dari KPI, tetap saja ada kekerasan yang
dilakukan oleh anak-anak, meskipun tidak semua kekerasan itu karena acara televisi, jadi
penanyangan acara anak-anak terutama kartun tidak terlalu berpengaruh terhadap sifat anak yang
melakukan kekerasan.
Selain kekerasan, hal dirasakan perlu perhatian lebih adalah sifat bully yang memang banyak
terjadi pada kalangan anak-anak.bila kita lihat di beberapa episode, banyak sekali adegan bully
yang ditampilkan, orang yang membuly ditampilkan seperti orang yang sangat keren dan
dikagumi meskipun diahir cerita akan ada balasan ke pihak yang membully, tapi kan tidak semua
anak-anak dapat menangkap efek buruk dari membully apalagi adengannya selalu ditampilkan
di akhir cerita saja.
Selain bully, adegan romantis yang sering sekali ditampilkan pada acara sinetron sangatlah
bahaya untuk perkembangan anak-anak, terlebih pemeran adegan tersebut ada yang masih
dibawah umur, lagi-lagi adegannya ditampilkan sesempurna mungkin dan terlihat keren, anak-
anak baru bisa menangkap apa yang dilihantnya saja, tanpa melakukan analisa terhadap apa yang
ditontonnya, hasilnya banyak kita dengan kasus asusila yang dilakukan oleh anak dibawah umur,
kecil-kecil sudah bisa pacaran, lalu bagaiman proses tumbuh kembang anak? Emosional nya
akan sangat terganggu.
Dari beberapa efek dari tayangan televisi, peran orangtua jua lah yang sangat mempengaruhi
terhadap perkembangan anaknya, dengan pengawasan penuh dan pemberian nasehat kepada
anak sehinnga anak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tapi jika
orangtuanya kurang peduli ataupun tidak jua mengetahui efek dari acara televisi terhadap anak,
tak bisa kita diprediksikan bagaimana perkembangan anak nantinya.
Jadi jika kita ingin mendapatkan acara tivi yang berkualitas, cara yang terbaik menurut saya
adalah menciptakan ikllim tersebut, kita tau stasiun tivi hanya akan menayangkan acara dengan
rating yang tinggi, dengan sedikit pertimbangan isi dari acara, jika kita bisa memberikan edukasi
kepada keluarga dan masyarakat sekitar kita tentang bagaimana dan apa acara televisi yang
berkualitas dan baik untuk anak, maka otomatis tivi akan membuat dan manayangkannya, jika
satu acara tivi berkualitas memiliki rating yang tinggi karena banyaknya penonton, maka acara
seperti itu akan terus dibuat, dan jika acara yang kurang berkualitas ratinggnya turun karena
masyarakat tau efek dari acara tersebut, maka otomatis acara itu akan diberhentikan.

Anda mungkin juga menyukai