SKRIPSI
Oleh:
SITI JUMAISUN
141143052
i
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN
SKRIPSI
Oleh:
SITI JUMAISUN
141143052
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia menerima
konsekuensinya apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui
bahwa pernyataan ini tidak benar
SITI JUMAISUN
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tim penguji
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Keperawatan (STIKES)
Surabaya
iv
SITI JUMAISUN Dosen Pembimbing
NIM 141143052 Siti Rochimatul Lailiyah S. SIT.M.Kes
Program Studi Ilmu Keperawatan
Hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat signifikansi 0,018 < p = 0,05 sehingga
H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pemberian MPASI dengan kejadian
Diare
Sebagian besar ibu (77,7%) memberikan MPASI secara dini pada bayi mereka,
sebagian besar bayi yg diberikan MPASI (77,7%) mengalami diare. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa bayi yg diberikan MPASI terlalu dini dapat menimbulkan
terjadinya diare. Kepada peneliti selanjutnya peneliti sarankan agar melakukan
penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan
terjadinya diare. Perlu diadakan penyuluhan oleh tenaga kesehatan, dan bimbingan
para kader untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama tentang
pemberian MPASI yang benar.
v
SITI JUMAISUN Dosen Pembimbing
NIM 141143052 Siti Rochimatul Lailiyah S. SIT.M.Kes
Program Studi Ilmu Keperawatan
Hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat signifikansi 0,018 < p = 0,05 sehingga
H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pemberian MPASI dengan kejadian
Diare
Sebagian besar ibu (77,7%) memberikan MPASI secara dini pada bayi mereka,
sebagian besar bayi yg diberikan MPASI (77,7%) mengalami diare. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa bayi yg diberikan MPASI terlalu dini dapat menimbulkan
terjadinya diare. Kepada peneliti selanjutnya peneliti sarankan agar melakukan
penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan
terjadinya diare. Perlu diadakan penyuluhan oleh tenaga kesehatan, dan bimbingan
para kader untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama tentang
pemberian MPASI yang benar.
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena karunia
dan kuasaNya saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Hubungan
Pemberian Makanan Pendamping ASI Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Sebelum
Usia 6 Bulan.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan sebagai tugas akhir akademik
dalam memperoleh gelar sarjana di STIKes Ngudia Husada Surabaya.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. Mustofa Haris, S.Kep, M.Kes. selaku ketua yayasan SURABAYA yang telah
memberikan ijin untuk peneliti untuk menuntut pendidikan di kampus ini.
2. Ulva Noviana S.Kep.Ns.M.Kep. selaku ketua STIKes Ngudia Husada Surabaya
sekaligus pembimbing yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
perkuliahan di kampus ini
3. Nisfil Mufidah, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku ketua program studi ilmu keperawatan
STIKES Ngudia Husada Surabaya atas bimbingan dan dukungan selama
penyusunan Skripsi ini.
4. Siti Rochimatul Lailiyah.S.SIT.M.Kes Sebagai pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan Skripsi ini
5. H. Misnari. SKM selaku Kepala Puskesmas Pangarengan atas kesempatan yang
diberikan sehingga saya bisa melakukan penelitian.
6. Orang tua terkasih atas dukungan, semangat dan motivasinya sehingga saya
mampu menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu.
7. Rekan mahasiswa Sampang dan seluruh pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan Skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Kami sadari
bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap Skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
vii
Halaman sampul depan
Halaman sampul dalam.............................................................................................. i
Halaman pernyataan keaslian Skripsi....................................................................... ii
Halaman persetujuan.................................................................................................. iii
Halaman pengesahan.................................................................................................. iv
Abstrak.........................................................................................................................v
Abstrak.........................................................................................................................vi
Kata Pengantar........................................................................................................... vii
Halaman daftar Isi......................................................................................................viii
Halaman daftar Gambar............................................................................................. x
Halaman daftar Tabel................................................................................................. xi
Halaman daftar Singkatan.......................................................................................... xii
Halaman daftar Lampiran .........................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah................................................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah................................................................................. 8
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.5.1 Tujuan umum ........................................................................... 9
1.5.2 Tujuan khusus .......................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
1.6.1 Manfaat teoritis......................................................................... 9
1.6.2 Manfaat praktis.......................................................................... 9
viii
3.4.2 Sampel.......................................................................................42
3.4.3 Sampling...................................................................................43
3.5 Waktu dan lokasi penelitian ................................................................. 43
3.6 Alat Pengumpul data............................................................................. 43
3.7 Kerangka kerja...................................................................................... 44
3.8 Cara Pengumpulan Data....................................................................... 45
3.9 Cara Pengolahan Data............................................................................ 45
3.10Analisa Data.......................................................................................... 47
3.11Etika Penelitian..................................................................................... 47
BAB 5 PEMBAHASAN.............................................................................................53
5.1 Gambaran pemberian MP-ASI pada ibu yang mempunyai bayi usia
dibawah 6 bulan di Puskesmas Pengarengan.........................................
53
5.2 Gambaran kejadian diare pada bayi dibawah usia 6 bulan di Puskesmas
Pengarengan...........................................................................................54
5.3 Gambaran hubungan pemberian MP-ASI terhadap terjadinya diare pada
bayi sebelum usia 6 bulan di Puskesmas
Pengarengan........................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................59
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
mengandung gizi diberikan kepada bayi usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selain ASI (Depkes RI, 2006). Jenis MP-ASI pada bayi usia 6
bulan adalah makanan semi cair (dihaluskan) dan dimasak. MP-ASI yang boleh
di konsumsi bayi usia 6 bulan berupa (bubur lunak) seperti bubur susu, yaitu
tepung serealia (misalnya, beras merah, beras putih dan terigu) dicampur
dengan nasi tim atau susu dicampur lauk (misalnya, daging dan hati) kemudian
sayuran (misalnya labu, kacang hijau, wortel, bayam) serta buah-buahan berupa
pisang, alpukat, apel, pir yang sudah dihancurkan atau disajikan dalam bentuk
jus.
Bayi sudah dapat mengkonsumsi makanan berserat, jika keterampilan
harus ditingkatkan porsinya secara bertahap sesuai dengan isi lambung bayi.
eksklusif selama 6 bulan. Dimana ASI merupakan makanan utama bayi 0-6
bulan yang mengandung nutrisi tinggi dan berenergi tinggi. Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO, 2009) menjelaskan bahwa pada tingkat populasi dasar,
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam
xiv
pemberian makanan kepada bayi (Indiarti, 2009). Tetapi hal ini kurang
diperhatikan oleh para ibu-ibu sehingga pada usia 3-4 bulan mereka sudah
terlalu dini akan dapat membahayakan bayi karena pencernaan bayi belum
dan hanya akan menimbulkan keluhan perut dan pencernaan yang bahkan dapat
yang memberi MP-ASI dibawah usia 2 bulan mencakup 64% total bayi yang
ada, 46% pada bayi usia 2-3 bulan, dan 14% pada bayi usia 4-6 bulan.
didapatkan data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di usia kurang 2
bulan hanya mencakup 48,3% dari 486 total bayi. presentase tersebut menurun
seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 34,4% pada bayi usia 2-3 bulan,
17,8% pada bayi usia 4-5 bulan, yang lebih memprihatinkan sekitar 3 diantara
sepuluh anak (28%) bayi dibawah usia 2 bulan telah diberi susu formula dan
27,2% bayi usia 2-3 bulan telah diberikan makanan tambahan (SDKI, 2007).
ibu saat ditanya tentang pemberian MPASI terdapat 3 orang ibu mengatakan
sudah memberikan MPASI ketika bayi berusia 2 bulan dan 40% ibu
memberikan MPASI pada bayi berusia 3 bulan. Dari 5 orang ibu, 3 ibu
xv
mengatakan bayinya sering diare. Makanan pendamping ASI yang sering
bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MPASI. Faktor budaya
yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat akhirnya
dimana hal yang memudahkan ibu dalam pemberian MPASI juga mendasari
dari media massa akan mendasari ibu dalam memilih jenis makanan
untuk berprilaku berdasarkan informasi yang didapatkan dari mereka. Sikap dan
makanan dengan baik dan hanya akan menimbulkan keluhan perut dan
xvi
pencernaan yang bahkan dapat menimbulkan masalah yang lebih serius seperti
(Suririnah, 2009).
Diare merupakan infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer
dan berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari dan konsistensi lebih
osmotik yang disebabkan oleh makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Kemudian timbul diare
karena peningkatan isi rongga usus akibat makanan yang diberikan tidak sesuai,
yang disebabkan jumlah makanan yang diberikan tidak sesuai (Widjaja, 2002).
ibu) tentang waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 6
bulan, sedangkan pada bayi usia kurang dari 6 bulan hanya diberikan ASI
eksklusif saja (Depkes RI, 2006). Memberitahu petugas kader untuk melakukan
xvii
kemampuan pencernaan bayi (Widodo, 2009). Berdasarkan alasan diatas
pendamping ASI dengan kejadian diare pada bayi sebelum usia 6 bulan di
Posyandu Pangarengan.
Diare merupakan infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer
dan berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari dan konsistensi lebih
pendamping ASI yang terlalu dini, adapun faktor penyebab perilaku ibu
1. Faktor Predisposing
Terdapat beberapa faktor yang menjadi faktor pencetus dari perilaku
xviii
Umur terkait dengan tingkat kedewasaan dan kematangan berfikir,
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif, dan aspek
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan objek
positif dan objek lain yang diketahui. Salah satu bentuk objek
xix
3. Pekerjaan
Pekerjaan mempengaruhi perilaku ibu dalam merawat anak hal ini
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis, ada tiga komponen
reaksi atau respon dari seseorang yang tertutup dari seseorang terhadap
terhadap objek.
2. Faktor Enabling
Faktor pendukung perilaku seseorang adalah lingkungan fisik dan
personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor ini juga
xx
Sedangkan faktor pendorong seseorang berprilaku adalah sikap
petugas kesehatan. Faktor tersebut bisa berasal dari perawat, bidan, dokter,
MP-ASI dengan kejadian diare pada bayi kurang dari 6 bulan di Posyandu
Apakah ada hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada
Pangarengan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
Menganalisa hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare
Pangarengan.
1.5.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan di
xxi
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan hubungan antara pemberian MP-
ASI dengan kejadian diare sehingga dapat menjadi dasar pengembangan ilmu
sebelum usia 6 bulan dan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-8 bulan
xxii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
mengandung gizi diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI adalah
makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak
untuk memenuhi kebutuhan gizinya di saat usia 6-24 bulan dan merupakan
proses perubahan dari asupan susu menuju ke makanan semi padat (Indiarti,
2009: 59).
2.1.2 Waktu yang Tepat dalam Pemberian MP-ASI
Menurut Widodo (2010), waktu yang tepat dalam memeberikan ASI
adalah:
a. Memberikan makanan pendamping kapan saja dan pada bayi berusia 6-24
bulan, karena pada usia ini bayi sudah bisa menggigit, mengunyah dan
memamah makanan serta pada masa ini bayi sudah tumbuh gigi, suka
xxiii
d. Tidak memberikan makanan apapun antara waktu makannya sehingga bayi
tidak kekenyangan.
e. Setelah beberapa minggu, mulai mengatur jadwal makannya yang teratur.
Namun waktu pemberian MP-ASI tidak dapat ditentukan secara sama rata
setelah bayi berusia Peralihan ASI kepada makanan tambahan harus dilakukan
sesuai dengan kondisi anatomi dan fungsi oral alat pencernaan bayi. Setelah
masa pemberian ASI eksklusif berakhir, maka bayi diberi makanan tambahan,
(dihaluskan) dan dimasak. MP-ASI yang boleh di konsumsi bayi usia 6-24
bulan berupa (bubur lunak) seperti bubur susu, yaitu tepung serealia (misalnya,
beras merah, beras putih dan terigu) dicampur dengan nasi tim atau susu, lauk
(misalnya, daging dan hati), sayuran (misalnya labu, kacang hijau, wortel,
bayam) serta buah-buahan berupa pisang, alpukat, apel, pir yang sudah
dihancurkan atau disajikan dalam bentuk jus. Seluruh jenis makanan diatas
harus memiliki nilai gizi berupa kalori, protein lemak, karbohidrat, vitamin dan
zat besi (Depkes RI, 2006). Memperkenalkan MP-ASI pada bayi sebaiknya
diberikan secara bertahap, yang dimulai dari pengenalan satu jenis rasa setiap
pengenalan makanan yang baru. Setelah bayi terbiasa dengan makanan baru,
hingga 2 kali perhari dengan jumlah makanan yang diberikan kira-kira 2-3
sendok makan. Pemberiannya harus sedikit demi sedikit tidak boleh langsung
xxiv
yang tidak menyenangkan. Namun tetap diingat ASI masih terus berjalan setiap
diketahui bahwa bayi suka pada makanan tersebut. Pada umumnya bayi
cenderung menyukai makanan yang manis dari buah. Oleh sebab itu
untuk pertama kali adalah wortel dan ubi manis. Jika bayi tetap tidak mau
memperkenalkan makanan dari tekstur yang lembut dan tekstur yang kasar
jangan sampai bayi muntah dengan makanan yang kita buat. Refleks
b. Cara memulainya
Pertama kali memulai memberi makanan pada bayi umur enam bulan
adalah menggunakan ibu jari sebagai sendok. Namun tangan harus steril dari
kuman dan ibu harus mencuci tangan terlebih dahulu. Perhatikanlah reaksi
bayi, ada yang langsung membuka mulut dan ada yang mengeluarkan
makanannya. Hal ini wajar sebab refleks menjulurkan lidahnya belum hilang
xxv
dan bayi belum bisa beradaptasi. Setelah bayi terbiasa dengan makanan
barunya maka ibu dapat memberikan makanan tersebut satu hingga dua kali
perhari. Namun tetap diingat ASI masih terus berjalan setiap 3-4 jam sehari.
c. Banyaknya MP-ASI yang diberikan
Setelah dicoba menggunakan jari dan bayi mulai mau dengan
dahulu sesendok teh MP-ASI untuk mengetahui reaksi bayi. Jika tampaknya
Pemberiannya harus sedikit demi sedikit tidak boleh langsung banyak karena
menyenangkan.
d. Jadwal pemberian MP- ASI
Jadwal pemberian MP-ASI dan makanan yang dapat diberikan pada
xxvi
untuk melaksanakan berbagai jenis aktifitas bayi sejalan dengan
Indiarti, 2009).
Beberapa manfaat pemberian MP ASI pada usia 6-24 antaralain:
a. Memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai
penyakit.
b. Memberikan kesempatan pada pencernaan bayi untuk dapat berkembang
lebih matang.
c. Memberikan kesempatan bayi untuk dapat memberikan tanda-tanda bahwa
pemberian MP-ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan
bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (empat kali sehari). Setelah
anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik,
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
xxvii
c. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi bayi. Suapi bayi
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif, dan aspek
xxviii
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan objek
positif dan objek lain yang diketahui. Salah satu bentuk objek
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis, ada tiga komponen
reaksi atau respon dari seseorang yang tertutup dari seseorang terhadap
terhadap objek.
5. Faktor Enabling
Faktor pendukung perilaku seseorang adalah lingkungan fisik dan
xxix
ketrampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukam perilaku
personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor ini juga
petugas kesehatan. Faktor tersebut bisa berasal dari perawat, bidan, dokter,
akan menurunkan konsumsi ASI sebagai zat gizi berkualitas tinggi serta
mengalami alergi terhadap salah satu jenis zat gizi, terhambatnya penyerapan
zat besi dan gizi lainnya dari ASI, kegemukan dan rentan terhadap bahan-bahan
mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap, maka makanan tersebut
tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Alasan pencernaan bayi tidak boleh digunakan untuk mencerna makanan padat
karena:
a. Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap sebab asam
xxx
c. Enzim maltase, isomaltase dan sukrase juga belum mencapai sama dengan
orang dewasa.
d. Jumlah lipase dan bile salts masih dalam jumlah yang sedikit, sehingga
Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan
buruk terhadap keadaan gizi. Hal ini dapat merugikan kesehatan bayi/anak,
sifat dapat larut dalam lemak. Dengan menambahkan santan atau minyak
dalam makanan, maka vitamin A yang terkandung dalam makanan akan larut
xxxi
Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat
berakibat ASI kurang dikonsumsi. ASI yang tersedia cukup tetapi kurang
selingan dengan maksud agar bayi tidak rewel dan mengganggu saat dia
itu juga akan menghambat proses terciptanya kebiasaan makan yang baik.
f. MP-ASI tidak diberikan saat anak sakit
Pada saat bayi sakit, kebanyakan ibu hanya meneruskan pemberian ASI,
sedangkan MP-ASI tidak diberikan. Pada saat sakit biasanya anak tidak suka
atau tidak mau makan. Ibu tidak berusaha agar bayi mau makan, misalnya
memberikan makanan yang lebiih lunak agar lebih mudah diterima. Dalam
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Padahal pada saat ini sangat
diperlukan tambahan zat-zat gizi untuk pemulihan sel-sel tubuh yang rusak
selama sakit.
xxxii
h. Penyapihan terlalu dini
Di daerah semi perkotaan terdapat frekuensi menyusui yang rendah,
menyapih bayi terlalu dini, karena ibu sibuk bekerja. Apabila penyapihan
dini disertai pula pemberian makanan pendamping ASI yang kurang baik,
hal ini akan menyebabkan konsumsi zat gizi kurang dan selanjutnya
i. Kebersihan kurang
Banyak dijumpai banyak ibu kurang menjaga kebersihan pada saat
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
3x/hari), serta perubahan dalam isinya ( 200 gram/hari) dengan kosistensi cair
(Smeltzer, 2001).
xxxiii
2.2.2 Tanda dan Gejala Diare
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada. Frekuensi buang air besar yang lebih dari 4
kali pada bayi dan 3 kali pada anak: konsistensi feses encer, dapat pula
bercampur dengan lendir dan darah atau hanya lendir saja. Individu mengalami
kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Nursalam, 2005:169). Warna
tinja makin lama berubah berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorsi oleh usus selama diare (Ngastiyah, 2003).
2.2.3 Faktor Penyebab Diare
5. Menurut Depkes RI (2000)
1). Faktor Lingkungan
a) Pasokan air tidak memadai.
b) Air terkontaminasi tinja.
c) Fasilitas kebersihan kurang.
d) Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah
buang air.
e) Kebersihan rumah buruk, misalnya tidak membuang tinja anak di
WC.
f) Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes.
xxxiv
c) Pemberian makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan
3) Faktor Individu
Kurang gizi. Frekuensi, durasi dan keparahan diare lebih tinggi pada
Misalnya, diare lebih lazim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap
normal
6. Faktor Diare Menurut Roy (2003)
1) Jenis makanan yang diberikan salah.
Pemberian makanan pendamping pada usia sangat dini dapat
xxxv
Mekanisme timbulnya diare berdasarkan patofisiologinya (Ngastiyah,
2003).
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare pula.
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Kehilangan
xxxvi
(hipovolume) dan perubahan hematokrit. Macam-macam dehidrasi
berdasarkan derajatnya:
1) Dehidrasi berat, dengan ciri-cirinya:
a) Pengeluaran atau kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
b) Serum natrium mencapai 159-166mEq/lt.
c) Hipotensi.
d) Turgor kulit buruk.
e) Oliguria.
f) Nadi dan pernapasan meningkat.
g) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
2) Dehidrasi sedang, dengan ciri-cirinya:
a) Kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10%BB.
b) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt.
c) Mata cekung.
3) Dehidrasi ringan, dengan cirri-ciri kehilangan cairannya mencapai 5% BB
lactose.
e. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah, diare jika lama atau kronik).
air besar. Cairan halus mengandung elektrolit seperti oralit. Bila tidak ada
oralit dapat diberikan larutan gula garam dengan 1 gelas air matang yang agak
dingin dilarutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1 jimpit garam dapur.
Pengganti air matang dapat diganti air teh atau air tajin. Untuk bayi dibawah
umur 6 bulan, oralit dilarutkan 2 kali lebih encer (untuk 1 gelas menjadi 2
gelas
2.3 Konsep Bayi
2.3.1 Pengertian
xxxvii
Bayi merupakan anak usia 0-24 bulan dengan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, sehingga sering disebut sabagai periode emas (dapat
diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang
sesuai untuk tumbuh kembang optimal) sekaligus periode kritis (apabila bayi
dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya
dan akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada sat ini
penting dan sistem pencernaan. Makanan yang diberikan halus dalam bentuk
cair. Kapasitas perut juga kecil, sehingga makanan harus dalam porsi yang
pertama tersebut perlu ditekankan pemberian ASI saja tanpa makanan lain
sebagai satu cara untuk mendapatkan bayi yang sehat dan tidak rewel
(Suharjo, 2002).
b. Perkembangan Bayi Usia 3-6 Bulan
Pada usia 3-6 bulan, bayi mulai dapat menggigit, mengunyah dan
memamah makanan. Pada masa ini anak mulai tumbuh giginya, suka
dapat mengunyah. Pada usia 6 bulan bayi sudah mampu makan biskuit
dengan tangan dan mulai meraih benda yang ada di meja. Jika pada masa ini
bayi tampak lapar meskipun sering mendapatkan ASI, atau berat badannya
tidak mengalami penambahan yang cukup, ini merupakan tanda bahwa bayi
xxxviii
membutuhkan makanan tambahan (Widodo, 2009). Sedangkan pada usia
bayi 7 bulan ibu dapat menambahkan protein dalam diet bayi. Makanan yang
mengadung protein dapat meliputi daging, keju, kuning telur, tahu dan
Namun ASI bukanlah satu-satunya sumber makanan dan gizi utama bayi.
sudah dapat mencerna makanan yang lebih kasar dari ASI. Makanan yang
diberikan bisa bubur, tim saring dan tim biasa. Bayi di usia ini masih
zat-zat gizi yang harus dipenuhi oleh bayi. Jenis makanan bayi usia 9-12
tentu berbeda dengan usia bayi enam bulan. Sebab ada berbagai makanan
diperbolehkan untuk bayi usia sembilan bulan keatas sebab bayi di usia
adalah beras (beras ketan, beras putih dan beras merah), tepung (tepung
terigu, tepung sagu, tepung maizena, tepung hunkwe yang terbuat dari
kacang hijau dan tepung havermout terbuat dari biji gandum), daging,
ayam, ikan, hati, telur buah, sayuran, tahu tempe, susu dan keju (Indiarti,
2009).
xxxix
Untuk bayi yang diberikan ASI eksklusif, ASI dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Setelah 4-6 bulan bayi memerlukan
makanan tambahan karena kebutuhan gizi bayi meningkat, dan tidak seluruhnya
dapat dipenuhi oleh ASI. Namun, bukan berarti pemberian ASI dihentikan. ASI
tetap dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun, jika masih ada produksi ASI.
Menu makanan ideal untuk bayi adalah yang memiliki gizi seimbang,
yaitu gizi yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang
sesuai dengan kebutuhannya. Gizi seimbang ini sudah dapat diterapkan ketika
sayuran, diikuti makanan yang kaya protein dan susu, sedangkan gula, lemak
dan minyak hanya diberikan pada jumlah yang sedikit, biasanya sudah
terpenuhi secara alamiah dari sumber makanan yang lain. Kegunaan dari menu
A,D,E dan K.
d. Vitamin dan mineral untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh.
e. Serat untuk membantu kerja usus dengan baik.
Memberikan gizi yang seimbang sangat penting, karena akan membangun
pertumbuhan fisik anak yang sehat, meningkatkan daya tahan tubuhnya untuk
melawan berbagai penyakit dan mengajarkan kebiasaan makan yang sehat sejak
xl
Usia Makanan Berapa kali per 24 jam
4-6 bulan ASI, Susu Formula, Sesuai keinginan bayi
Buah dan Bubur Susu 1 kali
makanan siap saji. Namun makanan yang dibuat sendiri lebih baik dari
makanan siap saji. Keuntungan bila kita membuat makanan sendiri adalah:
1) Membuat sendiri makanan bayi akan lebih bervariasi.
Jika ibu memasak sendiri untuk bayi maka buahnya dapat berganti-
makanan bayi siap saji namun variasi sedikit. Ibu juga dapat
xli
baik karena variatif. Dengan demikian bayi tidak akan bosan dan dapat
yang dibuat oleh ibu adalah makanan yang variatif maka bayi akan
makanan bayi sendiri juga sangat hemat biaya, sebab makanan bisa
es batu dan bekukanlah. Setelah itu keluarkan dari cetakan masukan 2-4 potong
xlii
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan:
1) Jangan menyimpan sisa makanan bayi dari mangkuk sisa makan. Misalnya
ibu menyisikan sedikit makan siang untuk bayi dan diberikan lagi pada bayi
waktu malam hari. Ambilah porsi sesuai dengan kebutuhan perut bayi. Sebab
bekas air liur bayi yang menempel pada sendok dapat menjadi tumbuh
kembang bakteri.
2) Jangan meninggalkan makanan yang sudah dimasak di atas meja dengan
suhu ruangan lebih dari satu jam. Sebab bakteri yang dibawa akan menempel
pada makanan.
3) Jika membuat makanan cadangan maka tuliskan keterangan pada kemasan
terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai umur 4-6 bulan, bayi memiliki
usus terbuka. Ini berarti jarak yang ada antara sel-sel pada usus kecil akan
membuat makromolekul yang utuh termasuk protein dan bakteri patogen dapat
yang ada pada ASI dapat masuk langsung melalui aliran darah. Hal ini juga
berarti pada protein-protein lain darimakanan lain selain ASI dan bakteri patogen
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dapat masuk. Selama 4-6 bulan
pertama umur bayi, saat usus masih terbuka organ pencernaan bayi dilapisi oleh
xliii
antibodi (Ig A) dari ASI. Antibodi ini menyediakan kekebalan pasif yang
terjadi. Pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibodi sendiri dan
penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama, oleh karena itu pemberian
makanan pada usia kurang dari 6 bulan beresiko meningkatkan kejadian diare
4. Faktor predisposisi
f. Umur
g. Pendidikan
h. Pengetahuan
i. Sikap
j. Pekerjaan
5. Faktor pendorong
c. Jarak kepelayanan
Penyapihan d.
yangKeterpaparan
salah dengan pemberian
media Usus bayi masih terbuka
MPASI sebelum
Makromolekul 6 bulan
yang
6. Faktor utuh termasuk protein
pendukung Ada jarak antar sel dalam usus
dan bakteri patogen dapat petugas
d. Dukungan masuk kesehatan
ke aliran
e. Dukungan keluarga
f. Kebiasaan makan bayi
xliv
Keterangan: Diare
= Tidak diteliti
= Yang diteliti
= Mempengaruhi
bayi berusia 6 bulan yang dapat beresiko menyebabkan bayi mengalami diare.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan diare antara lain faktor lingkungan,
faktor individu, produksi asam lambung dan gerakan usus yang berkurang serta cara
penyapihan yang salah yaitu dengan memberikan makanan pendamping ASI sebelum
usia bayi kurang dari 6 bulan Hal ini disebabkan karena belum siapnya organ
pencernaan untuk mengkonsumsi makanan selain ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan yang mengakibatkan kejadian diare pada bayi, jika diare tidak teratasi dapat
reinforcing. Faktor- faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain
ibu yang rendah diasumsikan akan menyebabkan tingkat pengetahuan ibu yang juga
xlv
rendah. Pengetahuan mengenai MPASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi, porsi,
pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MPASI. Faktor
budaya yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat
akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. Faktor pendukung,
dimana hal yang memudahkan ibu dalam pemberian MPASI juga mendasari tindakan
ibu. Tingkat ketersediaan bahan makanan dalam lingkungan (pasar) akan mendorong
ibu untuk mendapatkan dan mengolah bahan makanan tersebut menjadi makanan
pendamping bagi bayinya. Informasi yang diperoleh dari media massa akan
mendasari ibu dalam memilih jenis makanan pendamping baik tenaga puskesmas
maupun posyandu akan mendorong ibu untuk berprilaku berdasarkan informasi yang
didapatkan dari mereka. Sikap dan tindakan petugas yang mendukung akan
makanan dengan baik dan hanya akan menimbulkan keluhan perut dan pencernaan
pemberian asi eksklusif dapat memperendah angka terjadinya alergi makanan. Sejak
lahir sampai umur 4-6 bulan, bayi memiliki usus terbuka. Ini berarti jarak yang ada
antara sel-sel pada usus kecil akan memuat makromolekul yang utuh termasuk
xlvi
BAB 3
METODE PENELITIAN
metode penelitian sangatditentukan oleh beberapa hal yaitu obyek penelitian, sumber
data, waktu, dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang di
gunakan untuk mengelola data apabila data sudah terkumpul. Pada bagian ini akan
disajikan antara lain desain atau rancangan penelitian, kerangka kerja, identifikasi
variabel dependen dan independen dinilai pada satu saat (Nursalam, 2007).
xlvii
3.2.1 Variabel Independent
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat, 2009).
xlviii
pendamping 1. Diberikan MPASI jika MP-ASI
ASI sebelum usia 6 bulan
sudah mendapatkan
makanan selain ASI.
2. Tidak diberikan jika
sampai usia 6 bulan
hanya mendapatkan ASI
eksklusif tanpa makanan
dan minuman lain.
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek
xlix
3) Orang tuaberada di wilayahkerjaPuskesmasPengarengan
Sedangkankriteriaeksklusipenelitianiniadalah:
1. Ibutidakbersediamenjadiresponden
2. Usiabayidiatas 6 bulan
3. Bayimemilikicacatfisikdanretardasi mentaldancacatfisik
4. Orang tuabayibukanberadadiwilayahpuskesmaspangarengan
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
N Z21-/2 2
n = --------------------------
(N-1) d2 + Z21-/2 2
Keterangan:
n = 30,738
0.775+0.9604
n= 30,738
1.7
n= 18 orang
l
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang telah terdaftar
sesuai dengan kriteria inklusi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah ada
3.4.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
sampel dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 selama 2 minggu, penelitian ini
li
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian. Penulisan
kerangka kerja dalam penelitian keperawatan dapat disajikan dalam bentuk alur
2003.
Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki anak usia dibawah 6 bulan sebanyak 32
Analisa data:
Univariat: analisa deskriptif propors i persentase
Bivaria t chi square
Penyajian hasil
Penarikan kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan
Kejadian Diare pada Bayi Sebelum Usia 6 Bulan
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
lii
peneliti meminta ijin ke Bakesbang Sampang kemudian ijin yang diberikan
penelitian, setelah bertemu dan meminta persetujuan dari orang tua khususnya
1. Editing
dikumpulkan saya melakukan pemeriksaan mengenai data dan tulisan yang sudah
diisi lengkap atau tidak. Sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melanjutkan
2. Scoring
Scoring adalah memberikan skor terhadap semua item yang perlu diberi skor
liii
a. Diberikan MPASI jika sebelum 6 bulan sudah mendapatkan makanan
tambahan.
b. Tidak diberikan MPASI jika sampai 6 bulan bayi hanya minum ASI saja.
a. Diare jika bayi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair.
b. Tidak diare jika bayi BAB kurang dari 3 kali sehari dengan konsistensi
padat.
3. Coding
yang digunakan adalah analisis kuantitatif, kode yang diberikan adalah angka. Jika
angka itu berlaku sebagai skala pengukuran, angka itu disebut skor. Data yang
sudah terkumpul perlu diberi kode pada setiap lembar jawaban untuk memudahkan
analisis. Pemberian kode pada setiap jawaban sangat penting artinya jika
a. Diare kode 1
3. Tabulating
Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data yang
liv
menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang (Wasis,
2008:63).
Setelah hasil scoring terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis data secara
Metode analisa data yang digunakan adalah uji chi square untuk mengetahui
hubugan antara pemberian MPASI dengan kejadian diare pada anak usia kurang
dari 6 bulan uji statistic ini menggunakan bantuan (Statistical Package for the
sebagai berikut:
akan dilakukan serta akan bertanggung jawab kepada subyek penelitian jika
lv
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden
3.11.4 Confiedentiality
perorangan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
lvi
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan
narasi. Penyajian hasil dibagi dalam 4 (empat) bagian; 1) gambaran umum lokasi
aktivitas, pendidikan 3) data khusus meliputi karakteristik ibu yang mempunyai bayi
puskesmas dibawah dinas kesehatan Sampang yang berlokasi di jalan Empu Ronggo
tersebut sebagian besar merupakan lahan pertambakan ikan dan garam. Jalan jalan
raya di desa Pengarengan untuk saat ini banyak yang rusak sehingga jalur untuk
menuju daerah perkotaan kurang baik. Sebagian besar penduduk disana banyak yang
lvii
50
Karakteristik data umum ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di
Puskesmas Pangarengan adalah ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan
a. Usia
Tabel 4.1 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut usia ibu
No Usia Jumlah Persentase
1 20-30 tahun 12 66,7
2 31-40 tahun 4 22,2
3 >40 tahun 2 11,1
Total 18 100
Sumber: Data Primer,Juni 2015
Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar ibu berusia 20-30 tahun sebanyak 12
orang (66,7 %)
b. Aktivitas Ibu
Tabel 4.2 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut aktivitas ibu
No Aktivitas Jumlah Persentase
1 Bekerja 12 66,7
2 Tidak Bekerja 6 33,3
Total 18 100
Sumber: Data Primer,Juni 2015
Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar ibu memiliki aktivitas sebagai pekerja
50
51
c. Pendidikan Ibu
Tabel 4.3 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak Sekolah 11 61,1
2 SD-SMU 3 16,7
3 Diploma tiga -Sarjana 4 22,2
Total 18 100
Sumber: Data Primer, Juni 2015
Berdasarkan tabel 4.3 sebagian besar ibu tidak sekolah sebanyak 11 orang
(61,1%)
Tabel 4.4 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut Pemberian MP ASI
No Pemberian MP ASI Jumlah Persentase
1 Diberikan 14 77,7
2 Tidak diberikan 4 23,3
Total 18 100
Sumber: Data Primer, Juni 2015
Tabel 4.5 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut kejadian diare,
No Kejadian Diare Jumlah Persentase
1 Diare 14 77,7
2 Tidak Diare 4 23,3
Total 18 100
Sumber: Data Primer, Juni 2015
Berdasarkan tabel 4.5 sebagian besar bayi yaitu sejumlah 14 orang (77,7%)
mengalami diare.
51
52
Tabel 4.7 Tabulasi silang antara umur pemberian MPASI dengan kejadian diare
Pangarengan
N Terjadinya Diare Total
o Diare Tidak Diare
Jumlah % jumlah % Jumlah %
1 Diberi MPASI 13 92 1 8 14 100
2 Tidak Diberikan
MPASI 1 25 3 75 4 100
Total 14 77,7 4 23,3 18
Sumber: Data Primer, Juni 2015
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang diberikan MP-ASI
mengalami diare yaitu sebanyak 13 orang (92%) sedangkan bayi yang tidak
diberikan MP-ASI sebagian besar tidak diare yaitu sebanyak 3 orang (75%)
Diare
Chi-square 5.556
Df 1
Asymp Sig 0,018
Hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat signifikansi 0,018 < p=0,05
sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pemberian MPASI dengan
kejadian Diare.
52
53
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Pemberian MPASI pada ibu yang mempunyai bayi usia dibawah
6 bulan di Puskesmas Pangarengan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yaitu sejumlah
karena faktor kebiasaan, dan tidak mengetahui kalau perilaku tersebut berbahaya
bagi bayi jika diberikan pada usia kurang dari 6 bulan, sedangkan pada ibu yang
seseorang, hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar
ibu tidak sekolah sebanyak 61,1%, pendidikan juga mempengaruhi pada tingkat
(Notoadmojo, 2008)
53
53
54
antara lain susu formula (72%) dan bubur (72%) dan banyak diberikan sejak bayi
berumur 0-2 bulan (64%) dengan frekuensi 2 kali sehari, alasan utama
pemberian makanan yang terlalu dini adalah ASI yang tidak lancar dan ibu harus
segera bekerja. hal ini sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu memiliki aktivitas sebagai pekerja sebanyak 66,7%, sehingga
ibu tidak memiliki waktu banyak untuk menyusui bayinya, selain itu ibu kurang
mengerti bahwa pemberian MPASI yang terlalu dini akan membawa dampak
5.2 Gambaran kejadian diare pada bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan
sejumlah 88,8% mengalami diare, dan sekitar 66% diare banyak terjadi pada
bayi yang berumur 0-2 bulan hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut
yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan
sekresi (Wong,2008).
karena Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus. Kedua
54
55
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
(Ngastiyah,2003).
5.3 Gambaran Hubungan Pemberian MPASI dengan kejadian diare pada bayi
sebelum usia 6 bulan di Puskesmas Pengarengan
terjadi diare sebesar 92% dan pada bayi yang tidak diberikan MP-ASI terjadi
diare sebesar 8% sedangkan bagi bayi yang diberikan MP-ASI tidak terjadi diare
sebesar 25% dan yang tidak diberikan MP-ASI tidak terjadi diare sebesar 75% ,
hal ini didukung dengan data hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat
signifikansi 0,018 < p=0,05 sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan pemberian ASI dengan
kejadian diare hal ini terlihat dari adanya kejadian diare pada 92% orang ibu
yang memberikan MPASI pada anaknya hal ini sesuai dengan pendapat
Prabantini, (2010) bahwa MPASI harus diberikan pada usia lebih dari 6 bulan
karena pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibodi sendiri dan
penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama, oleh karena itu pemberian
55
56
makanan pada usia kurang dari 6 bulan beresiko meningkatkan kejadian diare
pada bayi mereka karena pada bayi laki-laki kadang lebih rewel dan sering lapar
daripada bayi perempuan. Dari hasil penelitian responden terdiri dari 44% bayi
laki-laki dan 56% bayi perempuan. Usia bayi juga menentukan tingkat
perkembangan bayi tersebut karena pada sekitar umur 6 bulan bayi mulai
memproduksi antibodi sendiri dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat
yang bersamaan pada umur inilah bayi mulai siap mendapatkan MPASI. Menurut
hasil penelitian bayi responden banyak yang berumur 1-2 bulan. Petugas
pngetahuan ibu, karena ibu yang lahir pada petugas kesehatan tentu sudah
termasuk dalam pemberian MPASI yang tepat agar tidak terjadi diare pada bayi
mereka, dari hasil penelitian diperoleh 72% ibu lahir pada petugas kesehatan dan
Sebagian kecil bayi yang diberikan MPASI ada yang tidak mengalami diare
(25%) hal tersebut bisa terjadi karena kondisi fisik setiap bayi tidak sama dan
cara pemberian MPASI secara bertahap yang benar dan higinitas MPASI yang
diberikan. Namun ada pula pada bayi yang tidak diberikan MPASI tetapi terjadi
diare (25%) hal tersebut disebabkan karena ibu kurang memperhatikan higinitas
ketika menyusui bayi mereka misalnya tidak cuci tangan, atau tidak
56
57
57
BAB 6
Bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Teoritis
MPASI sebagian kecil masih ada yang tidak mengalami diare dan bayi yang
tidak diberikan MPASI sebagian kecil masih ada yang mengalami diare dan
57
hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor- faktor
b. Bagi Ibu-Ibu.
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan bagaimana cara,
DAFTAR PUSTAKA
i
. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) Lokal. Jawa Timur: Dinkes Jawa Timur.
Eka, Bertiani dan Indriarti. 2009. Nutrisi Bayi Sejak dalam Kandungan sampai
Usia Satu Tahun. Cetakan -1 .Yogyakarta: Cahayailmu.
Krisnatuti, Diah dan Rina Yenrina, 2004. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI.
Jakarta: Puspa Swara.
Roy Sir danJ.Simon, 2003.Lecture Notes: Pediatrika. Alih Bahasa Hartini, Kripti
dan Dwi, Rachmawati Asri: Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
ii
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Widodo, Rahayu. 2009. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak.
Jakarta: EGC.
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Alih Bahasa Andry Hartono, Sari
Kurnianingsih, Setiawan: Jakarta: EGC.
Lampiran 1
iii
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : SITI JUMAISUN
NIM : 141143052
Adalah mahasiswa Program B Prodi KeperawatanStikes Surabaya, akan
mengadakan penelitian dengan judul Hubungan pemberian makanan pendamping
ASI dengan kejadian Diare pada bayi sebelum usia 6 bulan Penelitian ini
bertujuanuntuk menganalisis hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian diare
sehingga hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam mengembangkan
kajian ilmu keperawatan serta peran perawat di masyarakat.
Untuk itu saya mengharapkan saudara berkenan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan bersedia mengisi kuisioner yang telah dipersiapkan, dengan
sejujur-jujurnya.Kerahasiaan informasi ini akan dijamin. Untuk itu, dalam
pengisian kuisioner ini tidak perlu mencantumkan nama dan alamat.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan saudara menandatangani persetujuan yang telah saya sediakan.
Patisipasi saudara menjadi responden dalam penelitian ini sangat saya hargai dan
sebelumnya saya ucapkan terima kasih
SITI JUMAISUN
Lampiran 2
iv
Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, maka saya
menyatakan bersedia menjadi responden dari penelitians audara MARYAM yang
berjudul:
Persetujuan ini saya buat dengan sadar tanpa paksaan dari siapapun.Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
.............................
Lampiran3
v
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN
A. PETUNJUK SOAL !
1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda benar dengan memberikan
tanda () padakotak yang tersedia.
2. Hanya ada satu jawaban yang benar pada setia pnomor
3. Jawaban tidak dipengaruhi oleh orang lain.
B. DATA DEMOGRAFI
1. No. Responden : . (diisiolehpetugas)
2. Usia Bayi :(bulan)
3. Anak Ke : .
4. Jenis Kelamin :
: Laki-laki
: Perempuan
5. Lahir pada:
: Bidan/ Tenaga Kesehatan/ RS
: Dukun
6. Aktifitas ibu :
Bekerja
Tidak bekerja
7. Pendidikan terakhir:
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
Tidak Sekolah
8. Pemberian MPASI
Diberikan
Tidak Diberikan
vi
C. LEMBAR KUESIONER
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI
Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) adalah makanan atau minuman selain ASI
yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi usia diatas 6 bulan sampai 24
bulan.
1 ASI Saja
2 Makanan tambahan
Susu formula
Pisang
Bubur
Teh
Puding
Lontong
Nasi tim
3 Lain-lain
vii
4 Sejak kapan anda memberikan makanan
tambahan padabayi anda
0 2 bulan
2 3 bulan
4 5 bulan
6 bulan
D. KUESIONER DIARE
NO PERTANYAAN YA
viii
1 Bayi anda pernah BAB cair
0 2 bulan
2 3 bulan
4 5 bulan
6 bulan
Lampiran 4
ix
KETERANGAN :
Lampiran 5
x
DAFTAR HASIL ANGKET TERJADINYA DIARE DI PUSKESMAS
PENGARENGAN
KETERANGAN :
0 = Ya
1 = Tidak
SOAL 3 :
1 = 0-2 bulan
2 = 2-3 bulan
3 = 4-5 bulan
4 = 5-6 bulan
Lampiran 6
xi
DAFTAR HASIL ANGKET PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
PADA BAYI DI DAERAH PUSKESMAS PENGARENGAN
KETERANGAN :
1 = diberikan
2 = tidak diberikan
Makanan tambahan : * Umur pemberian :
1 = susu formula 1 = 0-2 bulan
2 = pisang 2 = 2-3 bulan
3 = bubur 3 = 3-4 bulan
4 = teh 4 = 5-6 bulan
5 = puding
6 = lontong
7 = nasi tim
xii
Lampiran 7
xiii
LEMBAR KONSULTASI
Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping ASI dengan Kejadian Diare
pada Bayi Sebelum Usia 6 Bulan
xiv