Anda di halaman 1dari 81

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

(Studi di desa Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan)

SKRIPSI

Oleh:

SITI JUMAISUN
141143052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
SURABAYA
2015

i
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

(Studi di desa Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan)


Diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi
Sarjana Keperawatan

SKRIPSI

Oleh:

SITI JUMAISUN
141143052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
SURABAYA
2015

i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

(Studi di desa Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan)

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes SURABAYA, sejauh yang saya ketahui
bukanlah merupakan tiruan atau duplikasi dari Skripsi yang sudah dipublikasikan dan
atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dilingkungan STIKes
SURABAYA maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali yang bagian
sumber informasinnya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia menerima
konsekuensinya apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui
bahwa pernyataan ini tidak benar

Sampang 21 Mei 2015


Yang menyatakan

SITI JUMAISUN

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

(Studi di desa Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan)

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES SURABAYA.Skripsi ini telah diperiksa,
dikonsulkan dan siap untuk diujikan pada sidang ujian Skripsi pada tanggal 17
Desember 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat sah sebagai Skripsi pada Program
Studi Ilmu Keperawatan STIKES SURABAYA.

Sampang, Juni 2015,

Pembimbing

Siti Rochimatul Lailiyah. S.SIT.M.Kes.


NIDN : 0723118401

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

(Studi di desa Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan)

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes SURABAYA.Skripsi ini telah
diseminarkan pada tanggal 17 Desember 2015 dihadapkan tim penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes SURABAYA Surabaya,dan telah diperbaiki
sesuai dengan saran dan masukan yang diberikan selama pengujian.

Surabaya, Desember 2015

Tim penguji

Ketua : Dr. Ahmad Hariyanto, Drs.M.Si (.)

Anggota : Edy yuwono, S.Kep.NS (.)

Anggota : H. Sjaiful Ilah, S.Kep.Ns.MM (.)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Keperawatan (STIKES)
Surabaya

Dr. Ahmad Hariyanto, Drs.M.Si


NIDN 0717098402

iv
SITI JUMAISUN Dosen Pembimbing
NIM 141143052 Siti Rochimatul Lailiyah S. SIT.M.Kes
Program Studi Ilmu Keperawatan

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

(Studi di desa Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan)

Memperkenalkan MP-ASI pada bayi sebaiknya diberikan secara bertahap. Tetapi


hal ini kurang diperhatikan oleh para ibu sehingga pada usia kurang dari 6 bulan
mereka sudah memberikan MP-ASI. Akibat pemberian MP-ASI pada umur yang
terlalu dini akan dapat membahayakan bayi karena pencernaan bayi belum
berkembang sempurna sehingga belum dapat mencerna makanan dengan baik dan
hanya akan menimbulkan masalah seperti diare. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisa hubungan pemberian MP ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Penelitan ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross


sectional dengan jumlah populasi 32 dan menggunakan tehnik simple random
sampling dengan jumlah sample 18 responden. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner, dengan variabel data dependent dan independent dan hasilnya dianalisa
dengan menggunakan uji analisa chi square

Hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat signifikansi 0,018 < p = 0,05 sehingga
H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pemberian MPASI dengan kejadian
Diare

Sebagian besar ibu (77,7%) memberikan MPASI secara dini pada bayi mereka,
sebagian besar bayi yg diberikan MPASI (77,7%) mengalami diare. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa bayi yg diberikan MPASI terlalu dini dapat menimbulkan
terjadinya diare. Kepada peneliti selanjutnya peneliti sarankan agar melakukan
penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan
terjadinya diare. Perlu diadakan penyuluhan oleh tenaga kesehatan, dan bimbingan
para kader untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama tentang
pemberian MPASI yang benar.

Kata Kunci : Pemberian MPASI, Kejadian Diare

v
SITI JUMAISUN Dosen Pembimbing
NIM 141143052 Siti Rochimatul Lailiyah S. SIT.M.Kes
Program Studi Ilmu Keperawatan

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

(Studi di desa Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan)

Memperkenalkan MP-ASI pada bayi sebaiknya diberikan secara bertahap. Tetapi


hal ini kurang diperhatikan oleh para ibu sehingga pada usia kurang dari 6 bulan
mereka sudah memberikan MP-ASI. Akibat pemberian MP-ASI pada umur yang
terlalu dini akan dapat membahayakan bayi karena pencernaan bayi belum
berkembang sempurna sehingga belum dapat mencerna makanan dengan baik dan
hanya akan menimbulkan masalah seperti diare. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisa hubungan pemberian MP ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Penelitan ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross


sectional dengan jumlah populasi 32 dan menggunakan tehnik simple random
sampling dengan jumlah sample 18 responden. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner, dengan variabel data dependent dan independent dan hasilnya dianalisa
dengan menggunakan uji analisa chi square

Hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat signifikansi 0,018 < p = 0,05 sehingga
H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pemberian MPASI dengan kejadian
Diare

Sebagian besar ibu (77,7%) memberikan MPASI secara dini pada bayi mereka,
sebagian besar bayi yg diberikan MPASI (77,7%) mengalami diare. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa bayi yg diberikan MPASI terlalu dini dapat menimbulkan
terjadinya diare. Kepada peneliti selanjutnya peneliti sarankan agar melakukan
penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan
terjadinya diare. Perlu diadakan penyuluhan oleh tenaga kesehatan, dan bimbingan
para kader untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama tentang
pemberian MPASI yang benar.

Kata Kunci : Pemberian MPASI, Kejadian Diare

KATA PENGANTAR

vi
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena karunia
dan kuasaNya saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Hubungan
Pemberian Makanan Pendamping ASI Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Sebelum
Usia 6 Bulan.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan sebagai tugas akhir akademik
dalam memperoleh gelar sarjana di STIKes Ngudia Husada Surabaya.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. Mustofa Haris, S.Kep, M.Kes. selaku ketua yayasan SURABAYA yang telah
memberikan ijin untuk peneliti untuk menuntut pendidikan di kampus ini.
2. Ulva Noviana S.Kep.Ns.M.Kep. selaku ketua STIKes Ngudia Husada Surabaya
sekaligus pembimbing yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
perkuliahan di kampus ini
3. Nisfil Mufidah, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku ketua program studi ilmu keperawatan
STIKES Ngudia Husada Surabaya atas bimbingan dan dukungan selama
penyusunan Skripsi ini.
4. Siti Rochimatul Lailiyah.S.SIT.M.Kes Sebagai pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan Skripsi ini
5. H. Misnari. SKM selaku Kepala Puskesmas Pangarengan atas kesempatan yang
diberikan sehingga saya bisa melakukan penelitian.
6. Orang tua terkasih atas dukungan, semangat dan motivasinya sehingga saya
mampu menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu.
7. Rekan mahasiswa Sampang dan seluruh pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan Skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Kami sadari
bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap Skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sampang, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

vii
Halaman sampul depan
Halaman sampul dalam.............................................................................................. i
Halaman pernyataan keaslian Skripsi....................................................................... ii
Halaman persetujuan.................................................................................................. iii
Halaman pengesahan.................................................................................................. iv
Abstrak.........................................................................................................................v
Abstrak.........................................................................................................................vi
Kata Pengantar........................................................................................................... vii
Halaman daftar Isi......................................................................................................viii
Halaman daftar Gambar............................................................................................. x
Halaman daftar Tabel................................................................................................. xi
Halaman daftar Singkatan.......................................................................................... xii
Halaman daftar Lampiran .........................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah................................................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah................................................................................. 8
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.5.1 Tujuan umum ........................................................................... 9
1.5.2 Tujuan khusus .......................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
1.6.1 Manfaat teoritis......................................................................... 9
1.6.2 Manfaat praktis.......................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................11


2.1Konsep makanan pendamping ASI.........................................................11
2.2 Konsep Diare......................................................................................... 22
2.3 Konsep Bayi..........................................................................................28
2.4 Hubungan Pemberian ASI dengan Diare...............................................34
2.5 Kerangka konseptual ............................................................................ 36
2.6 Hipotesis penelitian...............................................................................38

BAB3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 39


3.1 Desain penelitian .................................................................................. 39
3.2 Identifikasi variabel.............................................................................. 39
3.2.1 Variabel independen................................................................... 39
3.2.2 Variabel dependen..................................................................... 40
3.3 Definisi operasional.............................................................................. 40
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik sampling............................................... 41
3.4.1 Populasi..................................................................................... 41

viii
3.4.2 Sampel.......................................................................................42
3.4.3 Sampling...................................................................................43
3.5 Waktu dan lokasi penelitian ................................................................. 43
3.6 Alat Pengumpul data............................................................................. 43
3.7 Kerangka kerja...................................................................................... 44
3.8 Cara Pengumpulan Data....................................................................... 45
3.9 Cara Pengolahan Data............................................................................ 45
3.10Analisa Data.......................................................................................... 47
3.11Etika Penelitian..................................................................................... 47

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................49


4.1 Deskripsi daerah penelitian....................................................................49
4.2 Data umum.............................................................................................50
4.3 Data khusus............................................................................................51

BAB 5 PEMBAHASAN.............................................................................................53
5.1 Gambaran pemberian MP-ASI pada ibu yang mempunyai bayi usia
dibawah 6 bulan di Puskesmas Pengarengan.........................................
53
5.2 Gambaran kejadian diare pada bayi dibawah usia 6 bulan di Puskesmas
Pengarengan...........................................................................................54
5.3 Gambaran hubungan pemberian MP-ASI terhadap terjadinya diare pada
bayi sebelum usia 6 bulan di Puskesmas
Pengarengan........................................................................................55

BAB 6 KSESIMPULAN DAN SARAN..................................................................57


6.1 Kesimpulan..........................................................................................................57
6.2 Saran.....................................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................59
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi masalah penelitian hubungan antara pemberian MP-ASI


dengan kejadian diare pada bayi sebelum usia 6 bulan.................... 5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual hubungan antara pemberian MP-ASI dengan
kejadian diare pada bayi sebelum usia 6 bulan 34
Gambar 3.1 Kerangka Kerja......... 42

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI.....................................................................12


Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Makanan bayi per hari...............................................27
Tabel 3.1 Definisi operasional.................................................................................34
Tabel 4.1 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pengarengan menurut usia ibu................................................................48
Tabel 4.2 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pengarengan menurut aktivitas ibu..........................................................48
Tabel 4.3 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pengarengan menurut pendidikan ibu......................................................48
Tabel 4.4 Distribusi ibu berdasarkan pemberian MPASI.........................................50
Tabel 4.5 Distribusi ibu berdasarkan kejadian diare.................................................50
Tabel 4.6 Tabulasi silang antara pemberian MPASI dengan kejadian Diare...........51
Tabel 4.7 Tabel Chi Square penelitian......................................................................51

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Formulir Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3Lembar Kuesioner
Lampiran 4Tabulasi Data Khusus
Lampiran 5Daftar Hasil Angket Terjadinya Diare di Puskesmas Pengarengan
Lampiran 6Daftar Hasil Angket Pemberian MPASI di Puskesmas Pengarengan
Lampiran 7Frequency Table
Lampiran 8Surat Izin Studi Pendahuluan dari STIKes Surabaya
Lampiran 9 Surat Keterangan Pemberian Data Dalam Proses Penelitian Dari
Puskesmas Pengarengan
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dari STIKes Surabaya
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Pengarengan
Lampiran 12 Lembar Konsultasi

xii
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


BAB : Buang Air Besar
DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
E-Coli : Echerichia Coli
MP-ASI : Makanan pendamping ASI
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
SAB : Sarana Air Bersih
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
WC : Water Closed
WHO : World Health Organization

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan kepada bayi usia 6-24 bulan guna memenuhi

kebutuhan gizi selain ASI (Depkes RI, 2006). Jenis MP-ASI pada bayi usia 6

bulan adalah makanan semi cair (dihaluskan) dan dimasak. MP-ASI yang boleh

di konsumsi bayi usia 6 bulan berupa (bubur lunak) seperti bubur susu, yaitu

tepung serealia (misalnya, beras merah, beras putih dan terigu) dicampur

dengan nasi tim atau susu dicampur lauk (misalnya, daging dan hati) kemudian

sayuran (misalnya labu, kacang hijau, wortel, bayam) serta buah-buahan berupa

pisang, alpukat, apel, pir yang sudah dihancurkan atau disajikan dalam bentuk

jus.
Bayi sudah dapat mengkonsumsi makanan berserat, jika keterampilan

mengunyah dan menelannya sudah berkembang. Demikian jumlah makanan

harus ditingkatkan porsinya secara bertahap sesuai dengan isi lambung bayi.

Memperkenalkan MP-ASI pada bayi sebaiknya diberikan secara bertahap.

pertumbuhan Tujuan pemberian MP-ASI adalah agar kualitas dan kuantitas

untuk fisik dan perkembangan kecerdasan bayi berkembang pesat (Indiarti,

2009). Namun sebelum memperkenalkan MP-ASI bayi harus diberi ASI

eksklusif selama 6 bulan. Dimana ASI merupakan makanan utama bayi 0-6

bulan yang mengandung nutrisi tinggi dan berenergi tinggi. Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO, 2009) menjelaskan bahwa pada tingkat populasi dasar,

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam

xiv
pemberian makanan kepada bayi (Indiarti, 2009). Tetapi hal ini kurang

diperhatikan oleh para ibu-ibu sehingga pada usia 3-4 bulan mereka sudah

memberikan MP-ASI. Akibatnya pemberian MP-ASI pada umur yang

terlalu dini akan dapat membahayakan bayi karena pencernaan bayi belum

berkembang sempurna sehingga belum dapat mencerna makanan dengan baik

dan hanya akan menimbulkan keluhan perut dan pencernaan yang bahkan dapat

menimbulkan masalah yang lebih serius seperti diare (Suririnah, 2009).


Sejak tahun 2006 Worl Health Organization (WHO) mencatat jumlah ibu

yang memberi MP-ASI dibawah usia 2 bulan mencakup 64% total bayi yang

ada, 46% pada bayi usia 2-3 bulan, dan 14% pada bayi usia 4-6 bulan.

Berdasarkan datahasik survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007

didapatkan data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di usia kurang 2

bulan hanya mencakup 48,3% dari 486 total bayi. presentase tersebut menurun

seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 34,4% pada bayi usia 2-3 bulan,

17,8% pada bayi usia 4-5 bulan, yang lebih memprihatinkan sekitar 3 diantara

sepuluh anak (28%) bayi dibawah usia 2 bulan telah diberi susu formula dan

27,2% bayi usia 2-3 bulan telah diberikan makanan tambahan (SDKI, 2007).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 agustus 2015

di posyandu Pengarengan wilayah kerja Puskesmas Pengarengan dari 5 orang

ibu saat ditanya tentang pemberian MPASI terdapat 3 orang ibu mengatakan

sudah memberikan MPASI ketika bayi berusia 2 bulan dan 40% ibu

memberikan MPASI pada bayi berusia 3 bulan. Dari 5 orang ibu, 3 ibu

xv
mengatakan bayinya sering diare. Makanan pendamping ASI yang sering

diberikan adalah bubur, pisang, dan nasi tim.


Perilaku ibu dalam memberikan MPASI dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang mendasari timbulnya perilaku. Menurut teori green, yang mendasari

timbulnya perilaku ibu tersebut dikelompokkan menjadi faktor predisposing,

enabling, dan reinforcing. Faktor- faktor yang tergolong sebagai faktor

predisposing antara lain umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan,

dan budaya. Tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan akan

menyebabkan tingkat pengetahuan ibu yang juga rendah. Pengetahuan

mengenai MPASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan

bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MPASI. Faktor budaya

yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat akhirnya

akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. Faktor pendukung,

dimana hal yang memudahkan ibu dalam pemberian MPASI juga mendasari

tindakan ibu. Tingkat ketersediaan bahan makanan dalam lingkungan (pasar)

akan mendorong ibu untuk mendapatkan dan mengolah bahan makanan

tersebut menjadi makanan pendamping bagi bayinya. Informasi yang diperoleh

dari media massa akan mendasari ibu dalam memilih jenis makanan

pendamping baik tenaga puskesmas maupun posyandu akan mendorong ibu

untuk berprilaku berdasarkan informasi yang didapatkan dari mereka. Sikap dan

tindakan petugas yang mendukung akan menimbulkan minat pada ibu.


Pemberian MPASI sebelum usia 6 bulan dapat membahayakan bayi karena

pencernaan bayi belum berkembang sempurna sehingga belum dapat mencerna

makanan dengan baik dan hanya akan menimbulkan keluhan perut dan

xvi
pencernaan yang bahkan dapat menimbulkan masalah yang lebih serius seperti

permasalahan gizi buruk, gamgguan metabolisme tubuh tertentu serta diare

(Suririnah, 2009).
Diare merupakan infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer

dan berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari dan konsistensi lebih

lembek atau cair. Mekanisme penyebab timbulnya diare yaitu gangguan

osmotik yang disebabkan oleh makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Kemudian timbul diare

karena peningkatan isi rongga usus akibat makanan yang diberikan tidak sesuai,

serta gangguan motilitis usus berupa hiperperistaltik yang mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare

yang disebabkan jumlah makanan yang diberikan tidak sesuai (Widjaja, 2002).

Sehingga dampak dari diare itu sendiri adalah dehidrasi, hipoglikemia,

hipovolemik, intoleransi sekunder akibat perubahan vili mukosa usus dan

defisiensi enzim lactose, kejang dan malnutrisi.


Salah satu upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan

di Puskesmas Pangarengan untuk menanggulangi kejadian diare akibat pola

penyapihan yang salah adalah dengan meningkatkan pemahaman orangtua (ibu-

ibu) tentang waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 6

bulan, sedangkan pada bayi usia kurang dari 6 bulan hanya diberikan ASI

eksklusif saja (Depkes RI, 2006). Memberitahu petugas kader untuk melakukan

kegiatan penyuluhan tentang pengenalan dan pemberian MP-ASI yang

dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan

xvii
kemampuan pencernaan bayi (Widodo, 2009). Berdasarkan alasan diatas

peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan pemberian makanan

pendamping ASI dengan kejadian diare pada bayi sebelum usia 6 bulan di

Posyandu Pangarengan.

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor penyebab pemberian


MPASI
1. Faktor predisposisi Dampak pemberian
a. Umur MP-ASI terlalu
b. Pendidikan Pemberian dini :
c. Pengetahuan MPASI 1. Permasalan gizi
d. Sikap terlalu dini buruk.
e. Pekerjaan
2. Faktor pendorong 2. Ganguan
a. Jarak kepelayanan
metabolisme
b. Keterpaparan media
3. Faktor pendukung tubuh tertentu.
a. Dukungan petugas
kesehatan 3. Serta diare
b. Dukungan keluarga
Gambar 1.1 c.Identifikasi
Kebiasaan masalah
makan hubungan pemberian makanan pendamping ASI
dengan
bayi kejadian diare pada bayi sebelum usia 6 bulan (Suririnah, 2009)

Diare merupakan infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer

dan berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari dan konsistensi lebih

lembek atau cair. Beberapa faktor penyebabnya adalah pemberian makanan

pendamping ASI yang terlalu dini, adapun faktor penyebab perilaku ibu

memberikan makanan pendamping terlalu dini adalah sebagai berikut :

1. Faktor Predisposing
Terdapat beberapa faktor yang menjadi faktor pencetus dari perilaku

orangtua dalam pemberian MPASI terlalu dini, yaitu :


1. Umur

xviii
Umur terkait dengan tingkat kedewasaan dan kematangan berfikir,

semakin matang usia ibu saat menikah dikaitkan dengan kesiapan

dalam mengasuh dan menerima tanggungjawab dalam merawat anak.


2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan suatu objek panca indera

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut,

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian, persepsi terhadap objek.

Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh

pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan berpendidikan tinggi

maka semakin luas pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang

suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif, dan aspek

negatif. Kedua aspek tersebut akan menentukan sikap, semakin banyak

aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan objek

positif dan objek lain yang diketahui. Salah satu bentuk objek

kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman sendiri (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan mengenai

MPASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan

makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MPASI. Faktor budaya

yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat

akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya.

xix
3. Pekerjaan
Pekerjaan mempengaruhi perilaku ibu dalam merawat anak hal ini

dikaitkan dengan ketersediaan waktu yang dimiliki oleh orangtua

dalam mengasuh anak, selain itu terkait dengan kemampuan finansial

seseorang dalam menyediakan nutrisi bagi bayi mereka.


4. Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur

melalui pengalaman yang memberika pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan

dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis, ada tiga komponen

pendukung yaitu kogmitif, afektif, perilaku. Sikap juga merupakan

reaksi atau respon dari seseorang yang tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Kepercayaan atau keyakinan

artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek.
2. Faktor Enabling
Faktor pendukung perilaku seseorang adalah lingkungan fisik dan

tersediaannya sarana kesehatan. Faktor tersebut mencakup berbagai

ketrampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukam perilaku

kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan,

personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor ini juga

menyangkut keterjangkauan berbagai sumberdaya, biaya, jarak ketersediaan

tranportasi, waktu dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).


3. Faktor Reinforcing

xx
Sedangkan faktor pendorong seseorang berprilaku adalah sikap

petugas kesehatan. Faktor tersebut bisa berasal dari perawat, bidan, dokter,

pasien, dan keluarga (Notoatmodjo, 2007).

1.2 Batasan Masalah


Peneliti membatasi masalah penelitian hanya pada hubungan pemberian

MP-ASI dengan kejadian diare pada bayi kurang dari 6 bulan di Posyandu

Pengarengan wilayah kerja Puskesmas Pengarengan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada

bayi sebelum usia 6 bulan di Posyandu Pangarengan Wilayah Puskesmas

Pangarengan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
Menganalisa hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare

pada bayi sebelum usia 6 bulan di Posyandu Pangarengan Wilayah Puskesmas

Pangarengan.
1.5.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan di

Posyandu Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan


b. Mengidentifikasi kejadian diare pada bayi sebelum usia 6 bulan di Posyandu

Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan


c. Menganalisia hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare

pada bayi sebelum usia 6 bulan di wilayah Puskesmas Pangarengan

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Teoritis

xxi
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan hubungan antara pemberian MP-

ASI dengan kejadian diare sehingga dapat menjadi dasar pengembangan ilmu

keperawatan anak terutama pencegahan diare pada anak


1.6.2 Praktis
Memberikan gambaran mengenai MP-ASI sehingga dapat digunakan

sebagai dasar dalam membuat program.


a. Ibu-Ibu yang Memiliki Bayi Kurang dari 6 Bulan
Memberikan informasi tentang hubungan pemberian MP-ASI sebelum

usia 6 bulan dengan kejadian diare, sehingga dapat meningkatkan

kesadaran ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi

sebelum usia 6 bulan dan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-8 bulan

yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari diare.


b. Bagi Para Kader
Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan para kader

tentang hubungan pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian diare

sehingga dapat meningkatkan pelayanan para kader di posyandu.


c. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan dasar dan bahan masukan dalam

memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat tentang waktu yang

tepat untuk memberikan MP-ASI.

xxii
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Makanan Pendamping ASI

2.1.1 Pengertian Makanan Pendamping ASI


Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI adalah

makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak

untuk memenuhi kebutuhan gizinya di saat usia 6-24 bulan dan merupakan

proses perubahan dari asupan susu menuju ke makanan semi padat (Indiarti,

2009: 59).
2.1.2 Waktu yang Tepat dalam Pemberian MP-ASI
Menurut Widodo (2010), waktu yang tepat dalam memeberikan ASI

adalah:
a. Memberikan makanan pendamping kapan saja dan pada bayi berusia 6-24

bulan, karena pada usia ini bayi sudah bisa menggigit, mengunyah dan

memamah makanan serta pada masa ini bayi sudah tumbuh gigi, suka

memasukkan barang ke mulut, menyukai rasa baru dan mengunyah.


b. Memberikan makanan pendamping pada saat bayi mulai lapar, misalnya

setelah 2-3 jam setelah minum susu/ASI terakhir.


c. Sebaiknya tidak membiarkan makanan pendamping terlalu dekat dengan

waktu minum susu.

xxiii
d. Tidak memberikan makanan apapun antara waktu makannya sehingga bayi

tidak kekenyangan.
e. Setelah beberapa minggu, mulai mengatur jadwal makannya yang teratur.
Namun waktu pemberian MP-ASI tidak dapat ditentukan secara sama rata

antara setiap bayi. Seperti patokan umumnya pemberian MP-ASI diberikan

setelah bayi berusia Peralihan ASI kepada makanan tambahan harus dilakukan

sesuai dengan kondisi anatomi dan fungsi oral alat pencernaan bayi. Setelah

masa pemberian ASI eksklusif berakhir, maka bayi diberi makanan tambahan,

itupun makanan yang sangat halus.


2.1.3 Jenis dan Frekuensi Pemberian MP-ASI
Jenis MP-ASI bayi pada usia 6-24 bulan adalah makanan semi cair

(dihaluskan) dan dimasak. MP-ASI yang boleh di konsumsi bayi usia 6-24

bulan berupa (bubur lunak) seperti bubur susu, yaitu tepung serealia (misalnya,

beras merah, beras putih dan terigu) dicampur dengan nasi tim atau susu, lauk

(misalnya, daging dan hati), sayuran (misalnya labu, kacang hijau, wortel,

bayam) serta buah-buahan berupa pisang, alpukat, apel, pir yang sudah

dihancurkan atau disajikan dalam bentuk jus. Seluruh jenis makanan diatas

harus memiliki nilai gizi berupa kalori, protein lemak, karbohidrat, vitamin dan

zat besi (Depkes RI, 2006). Memperkenalkan MP-ASI pada bayi sebaiknya

diberikan secara bertahap, yang dimulai dari pengenalan satu jenis rasa setiap

pengenalan makanan yang baru. Setelah bayi terbiasa dengan makanan baru,

maka ibu dapat memberikan makanan tersebut dengan frekuensi makan 1

hingga 2 kali perhari dengan jumlah makanan yang diberikan kira-kira 2-3

sendok makan. Pemberiannya harus sedikit demi sedikit tidak boleh langsung

banyak, karena akan menyebabkan waktu makan bayi menjadi pengalaman

xxiv
yang tidak menyenangkan. Namun tetap diingat ASI masih terus berjalan setiap

3-4 kali (Indiarti, 2009).


2.1.4 Cara Pemberian MP-ASI
Menurut Indiarti (2009) cara memberikan MP-ASI adalah sebagai berikut:
a. Memperkenalkan jenis MP-ASI
Memperkenalkan MP-ASI pada bayi sebaiknya diberikan secara

bertahap. Dimulai dari pengenalan satu jenis rasa setiap mengenalkan

makanan yang baru dan jangan mencampurkan makanan yang belum

diketahui bahwa bayi suka pada makanan tersebut. Pada umumnya bayi

cenderung menyukai makanan yang manis dari buah. Oleh sebab itu

perkenalkan sayur terlebih dahulu. Biasanya sayuran yang sering digunakan

untuk pertama kali adalah wortel dan ubi manis. Jika bayi tetap tidak mau

makan sayuran maka ibu dapat mencampurkan buah. Setelah

memperkenalkan beberapa macam makanan maka tahap selanjutnya adalah

memperkenalkan makanan dari tekstur yang lembut dan tekstur yang kasar

jangan sampai bayi muntah dengan makanan yang kita buat. Refleks

muntah (gag refleks) biasanya terjadi jika bagian pertengahan lidah

dirangsang mundur ke bagian belakang lidah setelah usia 6 bulan sehingga

memungkinkan bayi mengkonsumsi makanan yang lebih kasar.

b. Cara memulainya
Pertama kali memulai memberi makanan pada bayi umur enam bulan

adalah menggunakan ibu jari sebagai sendok. Namun tangan harus steril dari

kuman dan ibu harus mencuci tangan terlebih dahulu. Perhatikanlah reaksi

bayi, ada yang langsung membuka mulut dan ada yang mengeluarkan

makanannya. Hal ini wajar sebab refleks menjulurkan lidahnya belum hilang

xxv
dan bayi belum bisa beradaptasi. Setelah bayi terbiasa dengan makanan

barunya maka ibu dapat memberikan makanan tersebut satu hingga dua kali

perhari. Namun tetap diingat ASI masih terus berjalan setiap 3-4 jam sehari.
c. Banyaknya MP-ASI yang diberikan
Setelah dicoba menggunakan jari dan bayi mulai mau dengan

makanannya maka cobalah dengan menggunakan sendok. Coba terlebih

dahulu sesendok teh MP-ASI untuk mengetahui reaksi bayi. Jika tampaknya

bayi menyukai makanan tersebut, boleh ditambah lagi bertahap sampai

jumlah yang dianjurkan untuk usianya kira-kira 2-3 sendok makan.

Pemberiannya harus sedikit demi sedikit tidak boleh langsung banyak karena

menyebabkan waktu makan akan menjadi pengalaman yang tidak

menyenangkan.
d. Jadwal pemberian MP- ASI
Jadwal pemberian MP-ASI dan makanan yang dapat diberikan pada

bayi umur enam bulan adalah:

Tabel 2.1 Jadwal pemberian MP-ASI


Makanan Berapa kali per 24 jam Jumlah
ASI 8-10 kali Sesuai keinginan bayi
Susu Formula 4-5 x 200 cc/hari 180-200 ml
Bubur Susu 1 kali 40-50 ml
Nasi tim saring 1-2 kali 50.100
(Sumber: Depkes RI, 2000)
2.1.5 Tujuan Pemberian MP-ASI
1) Mempertahankan dan memperbaiki status gizi bayi dan anak usia 6-24 bulan

(Depkes RI, 2009).


2) Agar kualitas dan kuantitas untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan

kecerdasan bayi berkembang pesat (Indiarti, 2009).


3) Agar kecukupan gizi bayi yang dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang

terpenuhi, untuk memelihara kesehatan, memulihkan bayi bila sakit dan

xxvi
untuk melaksanakan berbagai jenis aktifitas bayi sejalan dengan

perkembangan motoriknya (Indiarti, 2009).


4) Mendidik bayi untuk membiasakan makan makanan sehat bergizi dan

membina selera agar bayi menyukai anekaragam bahan makanan.


2.1.6 Manfaat Pemberian MP-ASI pada Usia 6-24 Bulan (Depkes RI, 2006 dan

Indiarti, 2009).
Beberapa manfaat pemberian MP ASI pada usia 6-24 antaralain:
a. Memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai

penyakit.
b. Memberikan kesempatan pada pencernaan bayi untuk dapat berkembang

lebih matang.
c. Memberikan kesempatan bayi untuk dapat memberikan tanda-tanda bahwa

bayi siap untuk diberi MP-ASI.


d. Mengurangi alergi makanan.
e. Melindungi bayi dari kekurangan zat besi (susu, pisang dan bayam).
f. Melindungi bayi dari kegemukkan.
2.1.7 Memperbaiki Makanan Pendamping ASI (Depkes RI, 2000)
Pemberian MP-ASI diberikan pada bayi secara bertahap. Perilaku

pemberian MP-ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan

bagaimana MP-ASI diberikan. Beberapa saran yang dapat meningkatkan cara

pemberian MP-ASI yang lebih baik.


a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan tetapi teruskan

pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu bayi berumur enam

bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (empat kali sehari). Setelah

anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik,

4-6 kali sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin.


b. Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi atau bubur dan biji-bijian

untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-

kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

xxvii
c. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi bayi. Suapi bayi

dengan sendok yang bersih.


d. Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang

dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan pada bayi.

2.1.8 Faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI terlalu dini.


Faktor penyebab prilaku ibu memberikan makanan pendamping terlalu dini

adalah sebagai berikut :


4. Faktor Predisposing
Terdapat beberapa faktor yang menjadi faktor pencetus dari perilaku

orangtua dalam pemberian MPASI terlalu dini, yaitu :


1. Umur
Umur terkait dengan tingkat kedewasaan dan kematangan berfikir,

semakin matang usia ibu saat menikah dikaitkan dengan kesiapan

dalam mengasuh dan menerima tanggungjawab dalam merawat anak.


2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan suatu objek panca indera

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut,

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian, persepsi terhadap objek.

Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh

pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan berpendidikan tinggi

maka semakin luas pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang

suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif, dan aspek

negatif. Kedua aspek tersebut akan menentukan sikap, semakin banyak

xxviii
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan objek

positif dan objek lain yang diketahui. Salah satu bentuk objek

kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman sendiri (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan mengenai

MPASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan

makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MPASI. Faktor budaya

yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat

akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya.


3. Pekerjaan
Pekerjaan mempengaruhi perilaku ibu dalam merawat anak hal ini

dikaitkan dengan ketersediaan waktu yang dimiliki oleh orangtua

dalam mengasuh anak, selain itu terkait dengan kemampuan finansial

seseorang dalam menyediakan nutrisi bagi bayi mereka.


4. Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur

melalui pengalaman yang memberika pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan

dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis, ada tiga komponen

pendukung yaitu kogmitif, afektif, perilaku. Sikap juga merupakan

reaksi atau respon dari seseorang yang tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Kepercayaan atau keyakinan

artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek.
5. Faktor Enabling
Faktor pendukung perilaku seseorang adalah lingkungan fisik dan

tersediaannya sarana kesehatan. Faktor tersebut mencakup berbagai

xxix
ketrampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukam perilaku

kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan,

personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor ini juga

menyangkut keterjangkauan berbagai sumberdaya, biaya, jarak ketersediaan

tranportasi, waktu dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).


6. Faktor Reinforcing
Sedangkan faktor pendorong seseorang berprilaku adalah sikap

petugas kesehatan. Faktor tersebut bisa berasal dari perawat, bidan, dokter,

pasien, dan keluarga (Notoatmodjo, 2007).


2.1.9 Akibat Pemberian MP-ASI pada Bayi Sebelum Usia 6 Bulan
Pemberian MP-ASI pada umur yang terlalu dini lebih sulit dilakukan dan

juga dapat membahayakan bayi. Akibatnya pemberian MP-ASI terlalu dini

akan menurunkan konsumsi ASI sebagai zat gizi berkualitas tinggi serta

kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan atau diare. Bayi dapat

mengalami alergi terhadap salah satu jenis zat gizi, terhambatnya penyerapan

zat besi dan gizi lainnya dari ASI, kegemukan dan rentan terhadap bahan-bahan

makanan maupun faktor kebersihannya (Widodo, 2010), apabila MP-ASI sudah

mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap, maka makanan tersebut

tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan.

Alasan pencernaan bayi tidak boleh digunakan untuk mencerna makanan padat

karena:
a. Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap sebab asam

lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran.


b. Enzim amilase yang dihasilkan oleh pankreas juga tidak dapat mencernakan

makanan kasar sampai usia 6 bulan.

xxx
c. Enzim maltase, isomaltase dan sukrase juga belum mencapai sama dengan

orang dewasa.
d. Jumlah lipase dan bile salts masih dalam jumlah yang sedikit, sehingga

pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa (Indiarti, 2009).


2.1.10 Permasalahan Pemberian Makanan Pendamping ASI (Nurlinda, 1993)
Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pemberian makanan

pendamping ASI meliputi:


a. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MP-ASI terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI sebagai

zat gizi berkualitas tinggi serta kemungkinan terjadinya gangguan

pencernaan atau diare. Pemberian makanan pendamping ASI terlambat dapat

menyebabkan anak menderita kurang gizi, karena volume ASI yang

diproduksi mulai menurun sedangkan kebutuhan anak meningkat.


b. MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode 6-24 bulan yang tidak cukup kualitas

maupun kuantitasnya dapat berakibat bayi /anak menderita kurang gizi.

Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan

tidak memberikan santan/minyak pada makanan anak akan berpengaruh

buruk terhadap keadaan gizi. Hal ini dapat merugikan kesehatan bayi/anak,

karena justru makanan tersebut sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan

dan perkembangannya. Beberapa vitamin antara lain vitamin A mempunyai

sifat dapat larut dalam lemak. Dengan menambahkan santan atau minyak

dalam makanan, maka vitamin A yang terkandung dalam makanan akan larut

dan mudah diserap oleh tubuh.


c. Pemberian MP-ASI dilakukan sebelum pemberian ASI

xxxi
Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat

berakibat ASI kurang dikonsumsi. ASI yang tersedia cukup tetapi kurang

dikonsumsi bayi dapat menghambat kelancaran produksi ASI.


d. Kurangnya frekuensi pemberian MP-ASI sehari-hari
Frekuensi yang kurang dalam pemberian MP-ASI sehari-hari akan

berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan gizi bayi.


e. Makanan selingan kurang bergizi
Pemberian makanan selingan pada hakekatnya bertujuan melengkapi

konsumsi zat gizi bayi, serta memperkenalkan anekaragam bahan makanan

atau makanan sejak usia dini. Kebanyakan ibu memberikan makanan

selingan dengan maksud agar bayi tidak rewel dan mengganggu saat dia

bekerja, sehingga ibu tidak memperhatikan kualitas makanan selingan yang

diberikan. Keadaan ini pada akhirnya akan merugikan bayi, karena

kesempatan memperoleh tambahan zat gizi menjadi berkurang. Disamping

itu juga akan menghambat proses terciptanya kebiasaan makan yang baik.
f. MP-ASI tidak diberikan saat anak sakit
Pada saat bayi sakit, kebanyakan ibu hanya meneruskan pemberian ASI,

sedangkan MP-ASI tidak diberikan. Pada saat sakit biasanya anak tidak suka

atau tidak mau makan. Ibu tidak berusaha agar bayi mau makan, misalnya

memberikan makanan yang lebiih lunak agar lebih mudah diterima. Dalam

keadaan demikian, konsumsi makanan bayi akan berkurang dibandingkan

dengan kebutuhan gizi yang meningkat selama sakit.


g. MP-ASI tidak cukup diberikan setelah bayi atau anak sembuh dari sakit
Setelah sembuh dari sakit, MP-ASI sangat kurang diberikan kepada bayi,

baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Padahal pada saat ini sangat

diperlukan tambahan zat-zat gizi untuk pemulihan sel-sel tubuh yang rusak

selama sakit.

xxxii
h. Penyapihan terlalu dini
Di daerah semi perkotaan terdapat frekuensi menyusui yang rendah,

terutama pada ibu bekerja. Hal ini berakibat adanya kecenderungan

menyapih bayi terlalu dini, karena ibu sibuk bekerja. Apabila penyapihan

dini disertai pula pemberian makanan pendamping ASI yang kurang baik,

hal ini akan menyebabkan konsumsi zat gizi kurang dan selanjutnya

menyebabkan terjadinya penyakit gizi kurang.

i. Kebersihan kurang
Banyak dijumpai banyak ibu kurang menjaga kebersihan pada saat

memberikan makanan kepada anaknya, misalnya tidak menggunakan sendok

pada waktu menyuapi anaknya, padahal tangannya dalam keadaan kurang

bersih. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare,

cacingan dan lain-lain.

2.2 Diare pada Anak


2.2.1 Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi,

konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir

dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2003).


Diare adalah buang air besar dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normalnya 100-200 ml/jam), dengan tinja berbentuk cairan dan

frekwensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, 2001).


Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan

fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi ( Wong, 2008).


Diare adalah kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi abnormal (

3x/hari), serta perubahan dalam isinya ( 200 gram/hari) dengan kosistensi cair

(Smeltzer, 2001).

xxxiii
2.2.2 Tanda dan Gejala Diare
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada. Frekuensi buang air besar yang lebih dari 4

kali pada bayi dan 3 kali pada anak: konsistensi feses encer, dapat pula

bercampur dengan lendir dan darah atau hanya lendir saja. Individu mengalami

perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai dengan seringnya

kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Nursalam, 2005:169). Warna

tinja makin lama berubah berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu.

Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin

lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari

laktosa yang tidak diabsorsi oleh usus selama diare (Ngastiyah, 2003).
2.2.3 Faktor Penyebab Diare
5. Menurut Depkes RI (2000)
1). Faktor Lingkungan
a) Pasokan air tidak memadai.
b) Air terkontaminasi tinja.
c) Fasilitas kebersihan kurang.
d) Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah

buang air.
e) Kebersihan rumah buruk, misalnya tidak membuang tinja anak di

WC.
f) Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes.

Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak

menutup makanan yang telah dimasak.


2) Praktik Penyapihan yang Salah
a) Pemberian ASI eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 6 bulan

dan melalui pemberian susu melalui botol.


b) Berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun.

xxxiv
c) Pemberian makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan
3) Faktor Individu

Kurang gizi. Frekuensi, durasi dan keparahan diare lebih tinggi pada

anak-anak kurang gizi. Mereka juga lebih beresiko untuk mengalami

komplikasi diare. kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh.

Misalnya, diare lebih lazim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap

campak atau yang mengalami campak.

4) Produksi asam lambung berkurang.


5) Gerakan pada usus berkurang yang mempengaruhi aliran makanan yang

normal
6. Faktor Diare Menurut Roy (2003)
1) Jenis makanan yang diberikan salah.
Pemberian makanan pendamping pada usia sangat dini dapat

menyebabkan muntah, diare dan menangis. Kembali pada diet susu

dapat memperbaiki kondisi, diikuti dengan kembali memperkenalkan

makanan padat secara hati-hati.


2) Kuantitas makanan yang diberikan salah.
Baik kekurangan atau kelebihan dapat mengakibatkan muntah-

muntah atau menangis. Pada awal penambahan berat badan secara

konsisten buruk. Pemberian makanan yang berlebihan pada awalnya

dapat meningkatkan berat badan secara berlebihan pula, namun setelah

itu beratnya dapat menurun.


3) Cara pemberian makanan yang salah.
Pemberian ASI menuntun bimbingan dan pertolongan dari orang

yang berpengelaman. Kesulitan dalam pemberian susu botol hanya dapt

diketahui dengan mengamati bagaimana bayi makan


2.3.4 Patogenesis Diare

xxxv
Mekanisme timbulnya diare berdasarkan patofisiologinya (Ngastiyah,

2003).
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.


b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

7. Gangguan motilitis usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan, selanjutnya timbul

diare pula.

2.3.4 Komplikasi Diare (Ngastiyah, 2003)

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi

berbagai komplikasi sebagai berikut:


a. Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan

kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan

tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat

penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel.

Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Kehilangan

cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang

xxxvi
(hipovolume) dan perubahan hematokrit. Macam-macam dehidrasi

berdasarkan derajatnya:
1) Dehidrasi berat, dengan ciri-cirinya:
a) Pengeluaran atau kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
b) Serum natrium mencapai 159-166mEq/lt.
c) Hipotensi.
d) Turgor kulit buruk.
e) Oliguria.
f) Nadi dan pernapasan meningkat.
g) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
2) Dehidrasi sedang, dengan ciri-cirinya:
a) Kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10%BB.
b) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt.
c) Mata cekung.
3) Dehidrasi ringan, dengan cirri-ciri kehilangan cairannya mencapai 5% BB

atau 1,5-2 liter.


b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipoglikemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot lemah, bradikardia

dan perubahan elektrokardiogram).


d. Intoleransi sekunder akibat perubahan vili mukosa usus dan defisiensi enzim

lactose.
e. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah, diare jika lama atau kronik).

2.3.5 .Cara Penanganan Diare (Ngastiyah, 2003)

Berikan minum sebanyak-banyaknya. 1 gelas setiap kali setelah buang

air besar. Cairan halus mengandung elektrolit seperti oralit. Bila tidak ada

oralit dapat diberikan larutan gula garam dengan 1 gelas air matang yang agak

dingin dilarutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1 jimpit garam dapur.

Pengganti air matang dapat diganti air teh atau air tajin. Untuk bayi dibawah

umur 6 bulan, oralit dilarutkan 2 kali lebih encer (untuk 1 gelas menjadi 2

gelas
2.3 Konsep Bayi
2.3.1 Pengertian

xxxvii
Bayi merupakan anak usia 0-24 bulan dengan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat, sehingga sering disebut sabagai periode emas (dapat

diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang

sesuai untuk tumbuh kembang optimal) sekaligus periode kritis (apabila bayi

dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya

dan akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada sat ini

maupun selanjutnya) (Depkes RI, 2006).


2.3.2 Tahap Perkembangan Keterampilan Makan pada Bayi
a. Bulan pertama ( 0-3 bulan)
Pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir, gerakan menghisap

puting susu dan gerakkan refleks menelan adalah gerakkan-gerakkan yang

penting dan sistem pencernaan. Makanan yang diberikan halus dalam bentuk

cair. Kapasitas perut juga kecil, sehingga makanan harus dalam porsi yang

kecil tetapi sering diberikan. Keduanya berukuran sama. Selama bulan

pertama tersebut perlu ditekankan pemberian ASI saja tanpa makanan lain

sebagai satu cara untuk mendapatkan bayi yang sehat dan tidak rewel

(Suharjo, 2002).
b. Perkembangan Bayi Usia 3-6 Bulan
Pada usia 3-6 bulan, bayi mulai dapat menggigit, mengunyah dan

memamah makanan. Pada masa ini anak mulai tumbuh giginya, suka

memasukkan barang ke dalam mulutnya, menyukai rasa baru dan mulai

dapat mengunyah. Pada usia 6 bulan bayi sudah mampu makan biskuit

dengan tangan dan mulai meraih benda yang ada di meja. Jika pada masa ini

bayi tampak lapar meskipun sering mendapatkan ASI, atau berat badannya

tidak mengalami penambahan yang cukup, ini merupakan tanda bahwa bayi

xxxviii
membutuhkan makanan tambahan (Widodo, 2009). Sedangkan pada usia

bayi 7 bulan ibu dapat menambahkan protein dalam diet bayi. Makanan yang

mengadung protein dapat meliputi daging, keju, kuning telur, tahu dan

tempe. (Suririnah, 2009).


c. Perkembangan Bayi Usia 9-12 Bulan
Usia sembilan bulan adalah masa bayi masih membutuhkan ASI.

Namun ASI bukanlah satu-satunya sumber makanan dan gizi utama bayi.

Bayi di usia Sembilan bulan pencernaannya semakin berkembang dia

sudah dapat mencerna makanan yang lebih kasar dari ASI. Makanan yang

diberikan bisa bubur, tim saring dan tim biasa. Bayi di usia ini masih

harus makan makanan yang seimbang untuk memajukan perkembangan

zat-zat gizi yang harus dipenuhi oleh bayi. Jenis makanan bayi usia 9-12

tentu berbeda dengan usia bayi enam bulan. Sebab ada berbagai makanan

yang tidak diperbolehkan untuk bayi usia enam bulan namun

diperbolehkan untuk bayi usia sembilan bulan keatas sebab bayi di usia

enam bulan pencernaannya belum sebagus usia sembilan bulan walaupun

belum sesempurna orang dewasa.


Jenis makanan yang boleh dikonsumsi oleh bayi usia 9-12 bulan

adalah beras (beras ketan, beras putih dan beras merah), tepung (tepung

terigu, tepung sagu, tepung maizena, tepung hunkwe yang terbuat dari

kacang hijau dan tepung havermout terbuat dari biji gandum), daging,

ayam, ikan, hati, telur buah, sayuran, tahu tempe, susu dan keju (Indiarti,

2009).

2.3.3 Gizi Seimbang yang diperlukan Bayi (Suririnah, 2009)

xxxix
Untuk bayi yang diberikan ASI eksklusif, ASI dapat memenuhi kebutuhan

gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Setelah 4-6 bulan bayi memerlukan

makanan tambahan karena kebutuhan gizi bayi meningkat, dan tidak seluruhnya

dapat dipenuhi oleh ASI. Namun, bukan berarti pemberian ASI dihentikan. ASI

tetap dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun, jika masih ada produksi ASI.
Menu makanan ideal untuk bayi adalah yang memiliki gizi seimbang,

yaitu gizi yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang

sesuai dengan kebutuhannya. Gizi seimbang ini sudah dapat diterapkan ketika

bayi sudah mulai makan makanan tim, saat usia 6 bulan.


Dua kelompok dasar makanan yang utama adalah karbohidrat, buah dan

sayuran, diikuti makanan yang kaya protein dan susu, sedangkan gula, lemak

dan minyak hanya diberikan pada jumlah yang sedikit, biasanya sudah

terpenuhi secara alamiah dari sumber makanan yang lain. Kegunaan dari menu

seimbang antara lain:


a. Karbohidrat sebagai sumber energi utama
b. Protein sebagai sumber bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membantu

pertumbuhan dan perbaikan sel-sel.


c. Lemak sebagai sumber energi, asam lemak esensial dan pelarut vitamin

A,D,E dan K.
d. Vitamin dan mineral untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh.
e. Serat untuk membantu kerja usus dengan baik.
Memberikan gizi yang seimbang sangat penting, karena akan membangun

pertumbuhan fisik anak yang sehat, meningkatkan daya tahan tubuhnya untuk

melawan berbagai penyakit dan mengajarkan kebiasaan makan yang sehat sejak

dini. Adapun jadwal pemberian makanan bayi perhari sesuai tahap

perkembangan tiap usia:

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Makanan Bayi per hari

xl
Usia Makanan Berapa kali per 24 jam
4-6 bulan ASI, Susu Formula, Sesuai keinginan bayi
Buah dan Bubur Susu 1 kali

6-7 bulan ASI, Sesuai keinginan bayi


Susu Formula, 4-5 x 200 cc/hari
Buah, Bubur Susu dan 1 kali
Nasi Tim
7-8 bulan ASI, Sesuai keinginan bayi
Susu Formula, 4x 200 cc/hari
Buah, Bubur Susu dan 1 kali
Nasi Tim 2 kali
9-12 bulan ASI, Sesuai keinginan bayi
Susu Formula, 3-4 x 200 cc/hari
Buah, 1 kali
Nasi Tim 3 kali
Selingan Makanan 1 kali
(Sumber: Suririnah, 2009)

2.3.4 Cara Mengolah Makanan Bayi ( Indiarti, 2009)

a. Membuat Makanan Sendiri


Membuat makanan sendiri untuk bayi memang tidak praktis seperti

makanan siap saji. Namun makanan yang dibuat sendiri lebih baik dari

makanan siap saji. Keuntungan bila kita membuat makanan sendiri adalah:
1) Membuat sendiri makanan bayi akan lebih bervariasi.
Jika ibu memasak sendiri untuk bayi maka buahnya dapat berganti-

ganti. Walaupun jika beli di supermarket banyak juga pilihan rasa

makanan bayi siap saji namun variasi sedikit. Ibu juga dapat

menyesuaikan kesukaan bayi. Ibu dapat memperkenalkan maknan dengan

xli
baik karena variatif. Dengan demikian bayi tidak akan bosan dan dapat

memenuhi kebutuhan bayi dengan seimbang.


2) Bayi akan lebih menyukai makanan yang dipilihnya sendiri.
Bayi akan menyukai makanan yang dipilihnya sendiri. Jika makanan

yang dibuat oleh ibu adalah makanan yang variatif maka bayi akan

memilih dari sekian banyak variatif pilihan yang diberikan bayi.

Membuat sendiri makanan bagi bayi anda, membuat anda bebas

menambahkan bumbu-bumbu dan mengkombinasi rasa, sehingga waktu

makan bagi bayi anda menjadi saat yang menyenangkan.


3) Praktis dan tanpa bahan pengawet.
Ternyata membuat makanan bayi tidak sulit dan tidak repot seperti

yang di bayangkan kebanyakan orang, sebab hanya dengan waktu

sepuluh menit kita dapat membuat makanan untuk bayi. Tinggal

menghaluskan dengan blender dan memberinya sedikit susu dan gula.


4) Murah jika dibanding dengan makanan instan.
Makanan bayi yang dibuat sendiri harganya sangat murah. Membuat

makanan bayi sendiri juga sangat hemat biaya, sebab makanan bisa

dibeli kapan saja, dengan mempergunakan bahan makanan lokal dan

yang sering dikonsumsi keluarga.


5) Makanan buatan sendiri lebih lezat.
Bayi dapat mengecap rasa, mengenali warna dan bau walaupun

belum sesempurna manusia dewasa. Makanan lezat adalah makanan

yang disajikan dari bahan segar.


b. Cara Menyimpan Makanan Bayi
Cara menyimpan makanan bayi sangatlah mudah. Cara penyimpanannya

setelah dimasak maka dinginkanlah makanan. Setelah dingin tuangkan ke cetakan

es batu dan bekukanlah. Setelah itu keluarkan dari cetakan masukan 2-4 potong

kedalam plastik. Apabila akan disajikan keluarkan sesuai kebutuhan.

xlii
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan:
1) Jangan menyimpan sisa makanan bayi dari mangkuk sisa makan. Misalnya

ibu menyisikan sedikit makan siang untuk bayi dan diberikan lagi pada bayi

waktu malam hari. Ambilah porsi sesuai dengan kebutuhan perut bayi. Sebab

bekas air liur bayi yang menempel pada sendok dapat menjadi tumbuh

kembang bakteri.
2) Jangan meninggalkan makanan yang sudah dimasak di atas meja dengan

suhu ruangan lebih dari satu jam. Sebab bakteri yang dibawa akan menempel

pada makanan.
3) Jika membuat makanan cadangan maka tuliskan keterangan pada kemasan

sebelum memasukkan dalam kulkas.


4) Makanan yang dibekukan harus berada pada temperature 00 celcius atau

kurang dari 00 celcius


5) Jangan gunakan cadangan makanan lebih dari satu bulan.
6) Makanan beku yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan kembali tanpa

dimasak terlebih dahulu.

2.4 Hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian Diare


Memperpanjang pemberian ASI eksklusif dapat memperendah angka

terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai umur 4-6 bulan, bayi memiliki

usus terbuka. Ini berarti jarak yang ada antara sel-sel pada usus kecil akan

membuat makromolekul yang utuh termasuk protein dan bakteri patogen dapat

masuk ke aliran darah.


Hal ini menguntungkan bagi bayi yang mendapatkan ASI karena zat antibodi

yang ada pada ASI dapat masuk langsung melalui aliran darah. Hal ini juga

berarti pada protein-protein lain darimakanan lain selain ASI dan bakteri patogen

yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dapat masuk. Selama 4-6 bulan

pertama umur bayi, saat usus masih terbuka organ pencernaan bayi dilapisi oleh

xliii
antibodi (Ig A) dari ASI. Antibodi ini menyediakan kekebalan pasif yang

mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus

terjadi. Pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibodi sendiri dan

penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama, oleh karena itu pemberian

makanan pada usia kurang dari 6 bulan beresiko meningkatkan kejadian diare

pada bayi ( Prabantini, 2010).

2.5 Kerangka Konseptual

4. Faktor predisposisi
f. Umur
g. Pendidikan
h. Pengetahuan
i. Sikap
j. Pekerjaan
5. Faktor pendorong
c. Jarak kepelayanan
Penyapihan d.
yangKeterpaparan
salah dengan pemberian
media Usus bayi masih terbuka
MPASI sebelum
Makromolekul 6 bulan
yang
6. Faktor utuh termasuk protein
pendukung Ada jarak antar sel dalam usus
dan bakteri patogen dapat petugas
d. Dukungan masuk kesehatan
ke aliran
e. Dukungan keluarga
f. Kebiasaan makan bayi

xliv
Keterangan: Diare
= Tidak diteliti
= Yang diteliti
= Mempengaruhi

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Konsep Hubungan Pemberian Makanan Pendamping


ASI dengan Kejadian Diare pada Bayi Sebelum Usia 6 Bulan menurut
Depkes (2000), Ngastiyah (2003)
Pada saat ini banyak ibu yang masih memberikan makanan selain ASI sebelum

bayi berusia 6 bulan yang dapat beresiko menyebabkan bayi mengalami diare.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan diare antara lain faktor lingkungan,

faktor individu, produksi asam lambung dan gerakan usus yang berkurang serta cara

penyapihan yang salah yaitu dengan memberikan makanan pendamping ASI sebelum

usia bayi kurang dari 6 bulan Hal ini disebabkan karena belum siapnya organ

pencernaan untuk mengkonsumsi makanan selain ASI pada bayi usia kurang dari 6

bulan yang mengakibatkan kejadian diare pada bayi, jika diare tidak teratasi dapat

menyebabkan terjadinya dehidrasi, hipoglikemia, hipovolemi, intoleransi sekunder,

kejang dan malnutrisi.


Perilaku ibu dalam memberikan MPASI dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mendasari timbulnya perilaku. Menurut teori green, yang mendasari timbulnya

perilaku ibu tersebut dikelompokkan menjadi faktor predisposing, enabling, dan

reinforcing. Faktor- faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain

umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan budaya. Tingkat pendidikan

ibu yang rendah diasumsikan akan menyebabkan tingkat pengetahuan ibu yang juga

xlv
rendah. Pengetahuan mengenai MPASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi, porsi,

pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MPASI. Faktor

budaya yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat

akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. Faktor pendukung,

dimana hal yang memudahkan ibu dalam pemberian MPASI juga mendasari tindakan

ibu. Tingkat ketersediaan bahan makanan dalam lingkungan (pasar) akan mendorong

ibu untuk mendapatkan dan mengolah bahan makanan tersebut menjadi makanan

pendamping bagi bayinya. Informasi yang diperoleh dari media massa akan

mendasari ibu dalam memilih jenis makanan pendamping baik tenaga puskesmas

maupun posyandu akan mendorong ibu untuk berprilaku berdasarkan informasi yang

didapatkan dari mereka. Sikap dan tindakan petugas yang mendukung akan

menimbulkan minat pada ibu.


Pemberian MPASI sebelum usia 6 bulan dapat membahayakan bayi karena

pencernaanbayi belum berkembang sempurna sehingga belum dapat mencerna

makanan dengan baik dan hanya akan menimbulkan keluhan perut dan pencernaan

yang bahkan dapat menimbulkan masalah yang lebih serius. Memperpanjang

pemberian asi eksklusif dapat memperendah angka terjadinya alergi makanan. Sejak

lahir sampai umur 4-6 bulan, bayi memiliki usus terbuka. Ini berarti jarak yang ada

antara sel-sel pada usus kecil akan memuat makromolekul yang utuh termasuk

protein dan bakteri patogen dapat masuk ke aliran darah.

2.6 Hipotesis Penelitian


(H1) Ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dengan

kejadian diare pada bayi sebelum usia 6 bulan

xlvi
BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah (Notoatmodjo,2005:19). Pemilihan

metode penelitian sangatditentukan oleh beberapa hal yaitu obyek penelitian, sumber

data, waktu, dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang di

gunakan untuk mengelola data apabila data sudah terkumpul. Pada bagian ini akan

disajikan antara lain desain atau rancangan penelitian, kerangka kerja, identifikasi

variabel, definisi operasional, populasi, sample, sampling, pengumpulan data dan

analisis data, masalah etika penelitian dan keterbatasan (Hidayat, 2009).

3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah desain

penelitian analitik korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variabel

(Nursalam,2007). Setelah itu dilakukan pendekatan cross sectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data

variabel dependen dan independen dinilai pada satu saat (Nursalam, 2007).

3.2 Identifikasi Variabel

xlvii
3.2.1 Variabel Independent

Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan.

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependent yang digunakan adalah kejadian diare pada bayi


sebelum usia 6 bulan.

3.3 Definisi Operasional

Adalah mendefinisikan variabel secara operasiona lberdasarkankarakteristik

yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat, 2009).

Tabel 3.1 Definisi operasional penelitian tentang pengaruh pemberian MP ASI


dengan kejadian diare pada anak usia kurang dari 6 bulan
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala Hasil Ukur
Variable Tindakan ibu yang memberikan Kuesione Nomina 1.Diberikan
independen makanan selain ASI pada bayi r l MP-ASI
Pemberian usia kurang dari 6 bulan. 0.Tidak
makanan Dengan kriteria : Diberikan

xlviii
pendamping 1. Diberikan MPASI jika MP-ASI
ASI sebelum usia 6 bulan
sudah mendapatkan
makanan selain ASI.
2. Tidak diberikan jika
sampai usia 6 bulan
hanya mendapatkan ASI
eksklusif tanpa makanan
dan minuman lain.

Variabel Riwayat BAB cair lebih dari 3 Kuesione Nomina 1.Diare


Dependent: kali yang dialami bayi usia r l 0.Tidak
Kejadian dibawah 6 bulan. Diare
diare Dengan kriteria :
1. Terjadi diare jika bayi
BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan
konsistensi cair.
2. Tidak diare jika
frekuensi BAB kurang
dari 3 kali dengan
konsistensi tidak cair.

3.4 Populasi Sampel dan Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

(Sugiyono, 2007). Jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 32

orang. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Ibu-ibu yang mempunyai bayi sebelum usia 6 bulan

2) Orang tuaresponden yang bersediamenjadiresponden

xlix
3) Orang tuaberada di wilayahkerjaPuskesmasPengarengan

4) Bayit idak mengalami kelainanretardasi mentaldancacatfisik

Sedangkankriteriaeksklusipenelitianiniadalah:

1. Ibutidakbersediamenjadiresponden

2. Usiabayidiatas 6 bulan

3. Bayimemilikicacatfisikdanretardasi mentaldancacatfisik

4. Orang tuabayibukanberadadiwilayahpuskesmaspangarengan

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono,2007). Pada penelitian ini besar sampel yang

diambil adalah 18sesuai dengan rumus di bawah ini.

N Z21-/2 2
n = --------------------------
(N-1) d2 + Z21-/2 2

Keterangan:

n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu
2 = harga varians di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

n = 30,738
0.775+0.9604

n= 30,738
1.7
n= 18 orang

l
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang telah terdaftar

sesuai dengan kriteria inklusi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah ada

18 responden mencakup seluruh bayis ebelum usia 6 bulan.

3.4.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi (Nursalam,2003:97). Teknik sampling dalam penelitian ini

menggunakan teknik simple random samplingadalah tehnik pengambilan

sampel dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil

menjadi sample penelitian (Notoadmojo, 2008)

3.5 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 selama 2 minggu, penelitian ini

dilaksanakan di Posyandu Pangarengan Wilayah Puskesmas Pangarengan

3.6 Alat Pengumpul Data

Instrumen penelitian atau alat ukur penelitian adalah alat guna

mengumpulkan data penelitian (Machfoedz,2007). Instrumen pada penelitian ini

baik variabel dependent maupun independen diambil dengan menggunakan

kuesioner. Setelah responden yang dipilih memenuhi kriteria maka responden

menandatangani formulir persetujuan dan mengisi kuesioner tentang pemberian

MP-ASI dan kejadian diare pada bayi.

3.7 Kerangka Kerja

li
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian. Penulisan

kerangka kerja dalam penelitian keperawatan dapat disajikan dalam bentuk alur

penelitian terutama variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Hidayat,

2003.

Variabel Independen: Pemberian MP-ASI pada Variable dependen: kejadiandiare


bayi sebelum usia 6 bulan.

Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki anak usia dibawah 6 bulan sebanyak 32

Sample sesuai kriteria inklusi sebanyak 18 orang

Pengumpulan data : cheklist

Pengolahan data: editing, scoring, coding ,tabulating

Analisa data:
Univariat: analisa deskriptif propors i persentase
Bivaria t chi square

Penyajian hasil

Penarikan kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan
Kejadian Diare pada Bayi Sebelum Usia 6 Bulan

3.8 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam,2003:115). Setelah mendapat izin dari ketua STIKES SURABAYA

lii
peneliti meminta ijin ke Bakesbang Sampang kemudian ijin yang diberikan

diteruskan ke Puskesmas Pangarengan,peneliti meminta ijin untuk melakukan

penelitian, setelah bertemu dan meminta persetujuan dari orang tua khususnya

ibu-ibu yang mempunyai bayi sebelum usia 6 bulan di Posyandu Pangarengan

sebagai responden yang memenuhi kriteria inklusi, maka peneliti mulai

melakukan penelitian, kemudian peneliti menjelasakan maksud dan tujuan

penelitian selanjjutnya meminta persetujuan dari responden. Setelah mendapat

persetujuan peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dilanjutkan dengan

membagikan kuesioner, selama penelitian peneliti mendampingi responden

untuk menjelaskan hal-hal yang kurang dimengerti oleh responden

3.9 Cara Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Setelah kuesioner diisi oleh responden dan

dikumpulkan saya melakukan pemeriksaan mengenai data dan tulisan yang sudah

diisi lengkap atau tidak. Sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melanjutkan

ke tahap berikutnya yaitu scoring.

2. Scoring

Scoring adalah memberikan skor terhadap semua item yang perlu diberi skor

(Arikunto, 2002:210). Untuk pemberian MPASI skoringnya adalah :

liii
a. Diberikan MPASI jika sebelum 6 bulan sudah mendapatkan makanan

tambahan.

b. Tidak diberikan MPASI jika sampai 6 bulan bayi hanya minum ASI saja.

Sedangkan untuk skoring diarenya adalah :

a. Diare jika bayi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair.

b. Tidak diare jika bayi BAB kurang dari 3 kali sehari dengan konsistensi

padat.

3. Coding

Coding adalah usaha memberikan kode pada jawaban responden. Apabila

yang digunakan adalah analisis kuantitatif, kode yang diberikan adalah angka. Jika

angka itu berlaku sebagai skala pengukuran, angka itu disebut skor. Data yang

sudah terkumpul perlu diberi kode pada setiap lembar jawaban untuk memudahkan

analisis. Pemberian kode pada setiap jawaban sangat penting artinya jika

pengolahan dilakukan dengan komputer (Nazir, 2003:348).

Kode pemberian MPASI :

a. Diberikan MPASI kode 1

b. Tidak diberikan MPASI kode 0

Sedangkan untuk kode diarenya :

a. Diare kode 1

b. Tidak diare kode 0

3. Tabulating

Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data yang

akan menjurus keanalisis kuantitatif. Biasanya pengolahan data seperti ini

liv
menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang (Wasis,

2008:63).

3.10 Analisa Data

Setelah hasil scoring terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis data secara

statistik deskriptif proporsi presentasi, penyajian menggunakan tabel distribusi.

Metode analisa data yang digunakan adalah uji chi square untuk mengetahui

hubugan antara pemberian MPASI dengan kejadian diare pada anak usia kurang

dari 6 bulan uji statistic ini menggunakan bantuan (Statistical Package for the

Social Sciences) SPSS.

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Kepala Puskesmas

Pengarengan.. Setelah surat tersebut disetujui, peneliti melakukan kegiatan

pengumpulan data dengan mempertimbangkan etika responden, yang antara lain

sebagai berikut:

3.11.1 Hak untuk mendapat Jaminan

Peneliti akan memberikan penjelasan secara rinci tentang penelitian yang

akan dilakukan serta akan bertanggung jawab kepada subyek penelitian jika

ada sesuatu yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan

3.11.2 Lembar persetujuan penelitian (Informed consent)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan (Informed consent). Informed consent

lv
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika

subyek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan

jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden

(Hidayat 2003). Peneliti menjamin hak-hak responden dengan cara menjaga

kerahasiaan identitas responden serta memberikan penjelasan tentang maksud

dan tujuan penelitian.

3.11.3 Tanpa nama (Anonimity)

Nama subyek tidak dicantumkan pada lembar pengumpul data. Untuk

mengetahui keikutsertaan responden, peneliti menuliskan kode atau nomor

pada masing-masing lembar pengumpul data.

3.11.4 Confiedentiality

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti, dengan hanya menyajikan kelompok data yang

relevan sebagai hasil riset tanpa mengungkap sumber informasi secara

perorangan.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

lvi
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan

narasi. Penyajian hasil dibagi dalam 4 (empat) bagian; 1) gambaran umum lokasi

penelitian; 2) data umum, menampilkan karakteristik ibumeliputi data tentang usia,

aktivitas, pendidikan 3) data khusus meliputi karakteristik ibu yang mempunyai bayi

sebelum usia 6 bulan di Puskesmas pengarengan serta analisa data berdasarkan

variabel pemberian PMT dan kejadian diare

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pangarengan, Puskesmas ini adalah

puskesmas dibawah dinas kesehatan Sampang yang berlokasi di jalan Empu Ronggo

No 1 Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang dipimpin oleh seorang Dokter

sebagai kepala Puskesmas. Puskesmas Pangarengan adalah Puskesmas induk yang

membawahi 8 Polindes. Desa pengarengan berada di wilayah dataran tinggi di desa

tersebut sebagian besar merupakan lahan pertambakan ikan dan garam. Jalan jalan

raya di desa Pengarengan untuk saat ini banyak yang rusak sehingga jalur untuk

menuju daerah perkotaan kurang baik. Sebagian besar penduduk disana banyak yang

tidak melanjutkan sekolah hanya sekolah ditingkat dasar saja.

lvii
50

4.2 Data Umum

Karakteristik data umum ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di

Puskesmas Pangarengan adalah ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan

sebanyak 18 orang. Karakteristik ini meliputi usia, aktivitas, dan pendidikan

a. Usia

Tabel 4.1 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut usia ibu
No Usia Jumlah Persentase
1 20-30 tahun 12 66,7
2 31-40 tahun 4 22,2
3 >40 tahun 2 11,1
Total 18 100
Sumber: Data Primer,Juni 2015

Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar ibu berusia 20-30 tahun sebanyak 12

orang (66,7 %)

b. Aktivitas Ibu

Tabel 4.2 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut aktivitas ibu
No Aktivitas Jumlah Persentase
1 Bekerja 12 66,7
2 Tidak Bekerja 6 33,3
Total 18 100
Sumber: Data Primer,Juni 2015

Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar ibu memiliki aktivitas sebagai pekerja

sebanyak 12 orang (66,7%)

50
51

c. Pendidikan Ibu

Tabel 4.3 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak Sekolah 11 61,1
2 SD-SMU 3 16,7
3 Diploma tiga -Sarjana 4 22,2
Total 18 100
Sumber: Data Primer, Juni 2015

Berdasarkan tabel 4.3 sebagian besar ibu tidak sekolah sebanyak 11 orang

(61,1%)

4.3 Data Khusus

a. Distribusi Ibu Berdasarkan pemberian MPASI

Tabel 4.4 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut Pemberian MP ASI
No Pemberian MP ASI Jumlah Persentase
1 Diberikan 14 77,7
2 Tidak diberikan 4 23,3
Total 18 100
Sumber: Data Primer, Juni 2015

Berdasarkan tabel 4.4 sebagian besar ibuyaitu sejumlah 14 orang (77,7%)

memberikan MPASI pada bayinya sebelum usia 6 bulan

2. Distribusi Ibu Berdasarkan kejadian Diare

Tabel 4.5 Distribusi ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan menurut kejadian diare,
No Kejadian Diare Jumlah Persentase
1 Diare 14 77,7
2 Tidak Diare 4 23,3
Total 18 100
Sumber: Data Primer, Juni 2015

Berdasarkan tabel 4.5 sebagian besar bayi yaitu sejumlah 14 orang (77,7%)

mengalami diare.

51
52

3. Hasil tabulasi Silang antara pemberian MP ASI dengan kejadian Diare

Tabel 4.7 Tabulasi silang antara umur pemberian MPASI dengan kejadian diare
Pangarengan
N Terjadinya Diare Total
o Diare Tidak Diare
Jumlah % jumlah % Jumlah %
1 Diberi MPASI 13 92 1 8 14 100
2 Tidak Diberikan
MPASI 1 25 3 75 4 100
Total 14 77,7 4 23,3 18
Sumber: Data Primer, Juni 2015

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang diberikan MP-ASI

mengalami diare yaitu sebanyak 13 orang (92%) sedangkan bayi yang tidak

diberikan MP-ASI sebagian besar tidak diare yaitu sebanyak 3 orang (75%)

4. Hasil Uji Statistik Chi Square

Diare
Chi-square 5.556
Df 1
Asymp Sig 0,018

Hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat signifikansi 0,018 < p=0,05
sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pemberian MPASI dengan
kejadian Diare.

52
53

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Pemberian MPASI pada ibu yang mempunyai bayi usia dibawah
6 bulan di Puskesmas Pangarengan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yaitu sejumlah

77,7% memberikan MPASI pada bayinya sebelum usia 6 bulan. B erdasarkan

hasil wawancara diketahui bahwa ibu memberikan MPASI sebelum 6 bulan

karena faktor kebiasaan, dan tidak mengetahui kalau perilaku tersebut berbahaya

bagi bayi jika diberikan pada usia kurang dari 6 bulan, sedangkan pada ibu yang

tidak memberikan MPASI sebelum 6 bulan, pengetahuannya didapat dari

informasi yang diberikan petugas kesehatan

Pendidikan mempengaruhi keputusan perilaku kesehatan yang dilakukan oleh

seseorang, hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar

ibu tidak sekolah sebanyak 61,1%, pendidikan juga mempengaruhi pada tingkat

pengetahuan ibu terutama untuk menentukan keputusan yang mereka ambil

untuk memberikan MPASI secara dini. Mengadopsi teori Lawrence Green,

perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dan sebagian di tentukan oleh masyarakat sekitar. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan, pekerjaan,

umur, minat, informasi, pengalaman dan kebudayaan lingkungan sekitar

(Notoadmojo, 2008)

53
53
54

Berdasarkan hasil penelitian jenis makanan MPASI yang banyak diberikan

antara lain susu formula (72%) dan bubur (72%) dan banyak diberikan sejak bayi

berumur 0-2 bulan (64%) dengan frekuensi 2 kali sehari, alasan utama

pemberian makanan yang terlalu dini adalah ASI yang tidak lancar dan ibu harus

segera bekerja. hal ini sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu memiliki aktivitas sebagai pekerja sebanyak 66,7%, sehingga

ibu tidak memiliki waktu banyak untuk menyusui bayinya, selain itu ibu kurang

mengerti bahwa pemberian MPASI yang terlalu dini akan membawa dampak

pada kejadian diare.

5.2 Gambaran kejadian diare pada bayi usia dibawah 6 bulan di Puskesmas
Pangarengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi dibawah 6 bulan

sejumlah 88,8% mengalami diare, dan sekitar 66% diare banyak terjadi pada

bayi yang berumur 0-2 bulan hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut

pencernaan bayi belum berkembang secara sempurna. Diare merupakan gejala

yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan

sekresi (Wong,2008).

Mekanisme timbulnya diare berdasarkan patofisiologinya yaitu pertama

karena Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak

dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus. Kedua

karena gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada

54
55

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Dan yang ketiga karena gangguan motilitis usus Hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan, selanjutnya timbul diare pula

(Ngastiyah,2003).

5.3 Gambaran Hubungan Pemberian MPASI dengan kejadian diare pada bayi
sebelum usia 6 bulan di Puskesmas Pengarengan

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pada bayi yg diberikan MP-ASI

terjadi diare sebesar 92% dan pada bayi yang tidak diberikan MP-ASI terjadi

diare sebesar 8% sedangkan bagi bayi yang diberikan MP-ASI tidak terjadi diare

sebesar 25% dan yang tidak diberikan MP-ASI tidak terjadi diare sebesar 75% ,

hal ini didukung dengan data hasil uji Chi Square menunjukkan tingkat

signifikansi 0,018 < p=0,05 sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan

antara pemberian MPASI dengan kejadian Diare.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan pemberian ASI dengan

kejadian diare hal ini terlihat dari adanya kejadian diare pada 92% orang ibu

yang memberikan MPASI pada anaknya hal ini sesuai dengan pendapat

Prabantini, (2010) bahwa MPASI harus diberikan pada usia lebih dari 6 bulan

karena pada umur sekitar 6 bulan, bayi mulai memproduksi antibodi sendiri dan

penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama, oleh karena itu pemberian

55
56

makanan pada usia kurang dari 6 bulan beresiko meningkatkan kejadian diare

pada bayi ( Prabantini, 2010).

Jenis kelamin bayi kadang-kadang menjadi alasan ibu memberikan MPASI

pada bayi mereka karena pada bayi laki-laki kadang lebih rewel dan sering lapar

daripada bayi perempuan. Dari hasil penelitian responden terdiri dari 44% bayi

laki-laki dan 56% bayi perempuan. Usia bayi juga menentukan tingkat

perkembangan bayi tersebut karena pada sekitar umur 6 bulan bayi mulai

memproduksi antibodi sendiri dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat

yang bersamaan pada umur inilah bayi mulai siap mendapatkan MPASI. Menurut

hasil penelitian bayi responden banyak yang berumur 1-2 bulan. Petugas

pembantu persalinan juga menjadi faktor yang dapat menentukan tingkat

pngetahuan ibu, karena ibu yang lahir pada petugas kesehatan tentu sudah

mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang bagaimana merawat bayi

termasuk dalam pemberian MPASI yang tepat agar tidak terjadi diare pada bayi

mereka, dari hasil penelitian diperoleh 72% ibu lahir pada petugas kesehatan dan

5% ibu lahir pada dukun.

Sebagian kecil bayi yang diberikan MPASI ada yang tidak mengalami diare

(25%) hal tersebut bisa terjadi karena kondisi fisik setiap bayi tidak sama dan

cara pemberian MPASI secara bertahap yang benar dan higinitas MPASI yang

diberikan. Namun ada pula pada bayi yang tidak diberikan MPASI tetapi terjadi

diare (25%) hal tersebut disebabkan karena ibu kurang memperhatikan higinitas

ketika menyusui bayi mereka misalnya tidak cuci tangan, atau tidak

56
57

membersihkan puting susunya terlebih dahulu sebelum menyusui sehingga

bakteri dapat masuk ketubuh bayi dan terjadi diare.

57
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang

pengaruh pemberian MPASI dengan kejadian diare

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Sebagian besar ibu yang mempunyai bayi di Puskesmas Pangarengan

memberikan MPASI sebelum usia 6 bulan


b. Sebagian besar bayi di Puskesmas Pangarengan mengalami diare
c. Ada hubungan antara pemberian MPASI pada bayi usia < 6 bulan dengan

kejadian Diare di Puskesmas Pangarengan

5.2 Saran

5.2.1 Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang

faktor faktor lainnya yang mempengaruhi pemberian MP-ASI misalnya

faktor predisposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, pekerjaan), faktor

pendorong (jarak kepelayanan, keterpaparan media) dan faktor pendukung

(dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, kebiasaan makan bayi).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa bayi yang diberikan

MPASI sebagian kecil masih ada yang tidak mengalami diare dan bayi yang

tidak diberikan MPASI sebagian kecil masih ada yang mengalami diare dan

57
hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor- faktor

lain yang berpengaruh.


5.2.2 Praktis
a. Bagi Petugas Kesehatan .

Perlu diadakan penyuluhan berkala tentang cara perawatan bayi

yang benar terutama tentang waktu pemberian MPASI yang

tepat,perlu sosialisasi mengenai perawatan bayi melalui berbagai

media seperti leaflet, baliho untuk meningkatkan pengetahuan warga

mengenai cara pencegahan diare.

b. Bagi Ibu-Ibu.
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan bagaimana cara,

waktu, dan pemberian yang tepat dalam memberikan MP-ASI pada

bayi mereka dengan cara rajin mendatangi posyandu serta

berkonsultasi dengan petugas kesehatan terdekat.


c. Bagi Para Kader.
Lebih meningkatkan pengetahuan mereka dengan rajin mengikuti

pelatihan dari tenaga kesehatan sehingga dapat mendampingi

masyarakat dan memberitahu bagaimana cara yang benar terutama

dalam pemberian MPASI pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI,


Rineka Cipta, Jakarta.
Adiusasmito,2007, Diare dan Penyebarannya.Jakarta:EGC.
Depertemen Kesehatan RI. 2006. Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta

i
. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) Lokal. Jawa Timur: Dinkes Jawa Timur.

Eka, Bertiani dan Indriarti. 2009. Nutrisi Bayi Sejak dalam Kandungan sampai
Usia Satu Tahun. Cetakan -1 .Yogyakarta: Cahayailmu.

KerjasamaDinasKeserhatan Kota Surabaya danPokja PGKM FKM Unair. 2007.


PendampinganBalitaKurangGizi. Surabaya.

Krisnatuti, Diah dan Rina Yenrina, 2004. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI.
Jakarta: Puspa Swara.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Markum, A.H. 1991.Ilmi kesehatan Anak. Jakarta: FK UI.

Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.

Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:CV


Sagung Seto.

. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.Jakarta: Salemba Medika.

. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pedriati, Devi. 2008. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini


dengan Insiden Diare pada Bayi Usia 0-5 Bulan.( http:// viever. eprints.
ums. ac.id/archive/etd/).

Roy Sir danJ.Simon, 2003.Lecture Notes: Pediatrika. Alih Bahasa Hartini, Kripti
dan Dwi, Rachmawati Asri: Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.


Bandung:Alfabeta.

Saifuddin, Azwar. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Jogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. Dasar Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sediaoetama, A. 2000. Ilmu gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

ii
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Umniyati, Helwiah. 2005. Penerapan ASI Eksklusif 6 Bulan Versus Pemberian


Makanan Pendamping ASI dini di Indonesia. Jurnal Kedokteran Yarsi, Vol 1
No.13.

WHO. 2009. Diare pada Bayi (http://www.esp.or.id/handwashing/media/diare)

Widodo, Rahayu. 2009. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak.
Jakarta: EGC.

Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Alih Bahasa Andry Hartono, Sari
Kurnianingsih, Setiawan: Jakarta: EGC.

Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

iii
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : SITI JUMAISUN
NIM : 141143052
Adalah mahasiswa Program B Prodi KeperawatanStikes Surabaya, akan
mengadakan penelitian dengan judul Hubungan pemberian makanan pendamping
ASI dengan kejadian Diare pada bayi sebelum usia 6 bulan Penelitian ini
bertujuanuntuk menganalisis hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian diare
sehingga hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam mengembangkan
kajian ilmu keperawatan serta peran perawat di masyarakat.
Untuk itu saya mengharapkan saudara berkenan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan bersedia mengisi kuisioner yang telah dipersiapkan, dengan
sejujur-jujurnya.Kerahasiaan informasi ini akan dijamin. Untuk itu, dalam
pengisian kuisioner ini tidak perlu mencantumkan nama dan alamat.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan saudara menandatangani persetujuan yang telah saya sediakan.
Patisipasi saudara menjadi responden dalam penelitian ini sangat saya hargai dan
sebelumnya saya ucapkan terima kasih

Sampang, 21Mei 2015

SITI JUMAISUN

Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

iv
Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, maka saya
menyatakan bersedia menjadi responden dari penelitians audara MARYAM yang
berjudul:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

Persetujuan ini saya buat dengan sadar tanpa paksaan dari siapapun.Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Sampang, 21 Juni 2015


Responden

.............................

Lampiran3

v
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BAYI SEBELUM USIA 6 BULAN

A. PETUNJUK SOAL !
1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda benar dengan memberikan
tanda () padakotak yang tersedia.
2. Hanya ada satu jawaban yang benar pada setia pnomor
3. Jawaban tidak dipengaruhi oleh orang lain.

B. DATA DEMOGRAFI
1. No. Responden : . (diisiolehpetugas)
2. Usia Bayi :(bulan)
3. Anak Ke : .
4. Jenis Kelamin :
: Laki-laki
: Perempuan
5. Lahir pada:
: Bidan/ Tenaga Kesehatan/ RS
: Dukun
6. Aktifitas ibu :
Bekerja
Tidak bekerja
7. Pendidikan terakhir:
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
Tidak Sekolah
8. Pemberian MPASI
Diberikan
Tidak Diberikan

vi
C. LEMBAR KUESIONER
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI

Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) adalah makanan atau minuman selain ASI
yang mengandung gizi yang diberikan pada bayi usia diatas 6 bulan sampai 24
bulan.

PertanyaanTentang Pemberian MP-ASI.


Berilah tanda centang (v) pada makanan dan minuman dibawah ini jika anda
memberikan makanan tersebut pada bayi anda.

NO JENIS MAKANAN DIBERIKAN

1 ASI Saja

2 Makanan tambahan

Susu formula

Pisang

Bubur

Teh

Puding

Lontong

Nasi tim

3 Lain-lain

vii
4 Sejak kapan anda memberikan makanan
tambahan padabayi anda

0 2 bulan

2 3 bulan

4 5 bulan

6 bulan

D. KUESIONER DIARE

NO PERTANYAAN YA

viii
1 Bayi anda pernah BAB cair

2 Bayi anda pernah BAB lebih dari 3 kali


sehari

3 Pada usia berapa bayi anda pertama kali


mengalami BAB cair lebih dari 3 kali
sehari

0 2 bulan

2 3 bulan

4 5 bulan

6 bulan

Lampiran 4

TABULASI DATA KHUSUS

ix
KETERANGAN :

Jenis kelamin : Pendidikan :


1 = laki-laki = 8 orang (44%) 0 = tidak sekolah = 11 orang(61%)
2 = perempua = 10 0rang (56%) 1 = SD = 2 orang (11%)
2 = SLTP = 0
Lahir pada : 3 = SMA = 1 orang (6%)
1 = bidan /tenaga kesehatan/RS = 13 0rang (72%) 4 = PT = 4 orang (22%)
2 = dukun = 5 orang (28%)
Pemberian MPASI :
Aktifitas : 1 = diberikan = 14 orang (77%)
1 = bekerja = 12 orang (67%) 2 = tidak diberikan = 4 orang (23%)
0 = tidak bekerja = 6 orang (33%)

Lampiran 5

x
DAFTAR HASIL ANGKET TERJADINYA DIARE DI PUSKESMAS
PENGARENGAN

KETERANGAN :
0 = Ya
1 = Tidak

SOAL 3 :

1 = 0-2 bulan

2 = 2-3 bulan

3 = 4-5 bulan

4 = 5-6 bulan

Lampiran 6

xi
DAFTAR HASIL ANGKET PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
PADA BAYI DI DAERAH PUSKESMAS PENGARENGAN

KETERANGAN :
1 = diberikan
2 = tidak diberikan
Makanan tambahan : * Umur pemberian :
1 = susu formula 1 = 0-2 bulan
2 = pisang 2 = 2-3 bulan
3 = bubur 3 = 3-4 bulan
4 = teh 4 = 5-6 bulan
5 = puding
6 = lontong
7 = nasi tim

xii
Lampiran 7

xiii
LEMBAR KONSULTASI
Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping ASI dengan Kejadian Diare
pada Bayi Sebelum Usia 6 Bulan

Nama : SITI JUMAISUN


Pembimbing : Siti Rochimatul L. S.SIT. M.Kes.

No Tanggal Saran Pembimbing Paraf

1 16/7/14 Konsul Judul

2 23/7/14 Acc Judul, Konsul Bab 1

3 7/8/14 Revisi Bab 1, konsul bab 2

4 12/8/14 Konsul Bab 2, Acc bab 1

5 23/8/14 Konsul Bab 2 Konsul Bab 3

6 3/9/14 Konsul Bab 2, 3

7 10/9/14 Acc bab 2, 3, konsul kuesioner

8 17/9/14 Acc Proposal

9 27/11/14 Konsul Bab 4 dan 5

10 3/12/14 Revisi Bab 4,5, konsu bab 6 dan abstrak

11 8/12/14 Revisi Bab 4,5,6, dan abstrak

12 12/12/14 ACC laporan skripsi

xiv

Anda mungkin juga menyukai