Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH

M. RIVAN ALENTINO

NIM 155140190P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA LAMPUNG

JURUSAN KONVERSI KEPERAWATAN

2016
ANALISA RISET KEPERAWATAN

1. Paparkan judul dari riset itu ?


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD GAMBIRAN KEDIRI

2. Gambarkan latar belakang penelitian itu, gambarkan permasalahan yang ada dari
variabel-variabel yang ada pada penelitian. Akhiri dengan rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian ?
Ginjal kronik yang menjalani hemodialisa masih merupakan masalah yang menarik
perhatian para profesional kesehatan. Pasien ginjal kronik masih dapat bertahan hidup
dengan menjalani terapi hemodialisa, namun berdampak pada fisik dan psikologis
pasien setelah menjalani hemodialisa (Ibrahim, 2009).Pasien diartikan gagal ginjal
kronik bila menjalani hemodialisa dengan 1 atau 2 kali seminggu, sekurang-
kurangnya sudah berlangsung selama 3 bulan secara berlanjut. Hemodialisa sangat
bermanfaat bagi penderita gagal ginjal kronik dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya, namun hemodialisa memiliki beberapa dampak atau resiko (Brunner &
Suddarth, 2001). Berbagai masalah atau komplikasi dapat terjadi pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, komplikasi dapat menimbulkan ketidak
nyamanan, meningkatkan stress kecemasan dan kualitas hidup pasien yang meliputi
kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status sosial, ekonomi, dan dinamika keluarga
(Ventegodt, 2003).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia.
Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih
telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka
kematian.Laporan The United States Renal Date System (USRDS) pada tahun 2007
menunjukkan adanya peningkatan populasi penderita gagal ginjal kronik di Amerika
Serikat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana prevalensi penderita gagal
ginjal kronik mencapai 1.569 orang per sejuta penduduk (Warlianawati,
2007).Prevalensi penderita penyakit ginjal kronik berdasarkan Indonesia Renal
Registry pada tahun 2008 yaitu sekitar 200-250 per satu jutapenduduk dan yang
menjalani hemodialisis mencapai 2.260 orang.Jumlah ini meningkat dari tahun
sebelumnya, dimana pasien hemodialisispada tahun 2007 berjumlah 2.148 orang.
Penyakit Ginjal Kronik di Jawa Timur, 1-3 dari 10.000 penduduk. Jumlah PGK di
Ponorogo sedikit lebih tinggi, di mana 2-4 dari 10.000 penduduk menderita PGK
(Dinkes Jatim, 2010). Di masa depan penderita Penyakit Ginjal Kronik digambarkan
akan meningkat jumlah penderitanya. Hal ini disebabkan prediksi akan terjadi suatu
peningkatan luar biasa dari diabetes mellitus dan hipertensi di dunia ini karena
meningkatnya kemakmuran akan disertai dengan bertambahnya umur manusia,
obesitas dan penyakit degeneratif (Susalit, 2012).

Berdasarkan data rekamedik di RSUD Gambiran Kediri jumlah pasien gagal ginjal
yang melakukan hemodialisis sampei tahun 2014 berjumlah 93 orang , dan untuk
pasien yang menjalani hemodialisis rutin 1-2 kali seminggu berjumlah 47 orang.
Jumlah pasien hemodialisis semakin meningkat di RSUD Gambiran Kediri, pasien
yang masuk/antri untuk daftar hemodialisis hingga bulan maret 2014 mencapai 40
orang, hasil observasi awal terdapat beberapa pasien yang menjalani terapi
hemodialisis mengalami dukungan keluarga yang kurang dalam menjalani terapi
hemodialisis. (Reka medik RSUD Gambiran Kediri, 2014).

3. Gambarkan tujuan penelitian ?


Tujuan penelitian ini menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD
Gambiran Kediri.

4. Gambarkan teori apa saja dan gambarkan kerangka teori ?


Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa masih
merupakan masalah yang menarik perhatian para profesional kesehatan. Pasien ginjal
kronik masih dapat bertahan hidup dengan menjalani terapi hemodialisa, namun
berdampak pada fisik dan psikologis pasien setelah menjalani hemodialisa (Ibrahim,
2009).Pasien diartikan gagal ginjal kronik bila menjalani hemodialisa dengan 1 atau 2
kali seminggu, sekurang-kurangnya sudah berlangsung selama 3 bulan secara
berlanjut. Hemodialisa sangat bermanfaat bagi penderita gagal ginjal kronik dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, namun hemodialisa memiliki beberapa
dampak atau resiko (Brunner & Suddarth, 2001). Berbagai masalah atau komplikasi
dapat terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, komplikasi
dapat menimbulkan ketidak nyamanan, meningkatkan stress kecemasan dan kualitas
hidup pasien yang meliputi kesehatan fisik, psikologis, spiritual, status sosial,
ekonomi, dan dinamika keluarga (Ventegodt, 2003).

5. Jelaskan populasi, sampel, teknik pengmpulan data dan metode penelitian ?


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional, dan
pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random sampling sehingga
didapatkan 40 responden dari populasi rata-rata pasien bulan juni sampai Agustus
didapat 47 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner data demografi,
dukungan keluarga dan kualitas hidup sebagai instrumennya. Dari analisa data dengan
menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nila p value sebesar 0,007 < =
0,05, ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa. Nilai korelasi sebesar 0,419 yang berarti tingkat
hubungan sedang. Semakin baik dukungan keluarga maka semakin tinggi pula
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

6. Gambarkan hasilnya dan pembahasan?

Penelitian dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD. Gambiran Kediri jawa timur.


Rumah Sakit terletak di Jalan Wakhid Hasyim No.64 Kota Kediri, Provinsi Jawa
Timur. Ruang Hemodialisa terdapat 2 bilik ruangan dengan 8 bed. Di depan ruang
hemodialisa terdapat 2 kursi untuk tempat tunggu antri masuk pasien untuk menjalani
hemodialisa, disamping kanan pintu ruangan terdapat timbangan untuk menimbang
berat badan pasien hemodialisa, ruang untuk kepala ruangan terletak di depan
samping kiri yang 1 ruangan berisi 1 unit komputer untuk rekap seluruh data pasien
hemodialisa, kamar mandi terletak di luar samping, untuk di belakang bilik 1 berisi
perlengkapan untuk mesin hemodialisa, di belakang bilik 2 terdapat musholla untuk
sholat dan fasilitas 4 AC untuk masing-masing bilik 2 AC, kemudian terdapat 1 kulkas
untuk penyimpanan obat injeksi pasien hemodialisa serta air mineral bagi keluarga
pasien yang mendampingi selama dilakukannya terapi hemodialisa.peneliti telah
menganalisa dari 40 responden pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa, didapatkan berumur 56 - 61 tahun sebanyak 14 orang (35 %), dari 40
responden. Sedangkan jumlah responden umur 32 37 tahun 1 orang (2,5%). jenis
kelamin sebanyak 30 orang (75%) dari 40 responden. status menikah sebanyak 35
orang (87,5%) dari 40 responden. beragama islam sebanyak 37 orang (92,5%) dari 40
responden. suku bangsa jawa sebanyak 40 orang (100%) responden.pendidikan
perguruan tinggi sebanyak 21 orang (52,5%) dari 40 responden. pekerjaan PNS
sebanyak 20 orang (50%) dari 40 responden. penghasilan >Rp. 1.800.000 sebanyak
19 orang (47,5%) dari 40 responden. penyakit penyerta hipertensi sebanyak 18 orang
(22,5%) dari 40 responden. lamanya menjalani hemodialisa > 2 tahun sebanyak 20
orang (50%) dari 40 responden.dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa RSUD. Ga Gambiran Kediri sebesar 70 % dalam
kategori cukup dan 30 % dalam kategori baik. kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa RSUD Gambiran Kediri sebesar 95% dalam
kategori sedang dan 5 % dalam keadaan tinggi.Analisa hubungan dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
diukur dengan menggunakan uji korelasi spearman. Hasil penelitian di dapat
koefisien korelasi (r) antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Gambiran Kediri yaitu (r)
0,419 dengan tingkat signifikasi (P) 0,007. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang mejalani terapi hemodialisa dimana kekuatan hubungannya
sedang yang positif, dalam arti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin
tinggi juga kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di RSUD. Gambiran Kediri.
Berdasarkan hasil penelitian dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD Gambiran Kediri terhadap 40 orang responden,
didapat bahwa 70% (28 orang) mendapat dukungan cukup dari keluarganya dan 30%
(12 orang) mendapat dukungan dalam kategori baik, karena disebabkan oleh
kurangnya dukungan instrumental, informasional dan harga diri yaitu bantuan
perekonomian, diskusi dari keluarga untuk mengatasi masalah penyakit gagal ginjal
kronik, informasi tentang pengobatan alternatif untuk membantu menyembuhkan
penyakit gagal ginjal kronik dan pemberian pujian terhadap kegiatan sehari-hari yang
dilakukan pasien gagal ginjal kronik.
Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi selama masa hidup, dengan sifat dan
tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan,
dukungan sosial keluarga memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat
meningkatkan adaptasi dalam kesehatan keluarga (Friedmen, 2003). Dukungan
keluarga terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa memberikan
manfaat dalam menejemen dan penyesuaian terhadap penyakit.

Dari hasil penelitian dan teori dapat diasumsikan bahwa Dukungan keluarga pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa bila semakin tnggi usia
pasien gagal ginjal kronik maka semakin baik dukungan dari keluarga, riwayat
pendidikan yang baik, pekerjaan dan penghasilan juga dapat mempengaruhi dukungan
keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD Gambiran Kediri terhadap 40 orang responden,
didapat bahwa 95% (38 orang) menyatakan kualitas hidupnya dalam kategori sedang
dan 5% (2 orang) menyatakan kualitas hidupnya pada kategori tinggi, karena
disebabkan kesehatan fisik, kesejah teraan psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan masih rendah, yaitu seberapa sering membutuhkan terapi medis untuk
kehidupan sehari-hari, kecukupan finansial untuk kebutuhan sehari-hari, kesempatan
untuk bersenang-senang / rekreasi, dan kepuasan seksual.
Menurut WHO kualitas hidup adalah sebagai persepsi individu sebagai laki-laki
ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana
mereka tinggal, hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian
mereka. Hal ini terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status
psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik
lingkungan mereka (WHOQOL, 2004).
Dari hasil penelitian dan teori dapat diasumsikan bahwa kualitas hidup pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa bila usia yang tinggi maka
kualitas hidupnya rendah, penyakit penyerta mempengaruhi dalam menjalani
hemodialisa, lamanya menjalani hemodialisa berakibat pada perubahan fisik,
dukungan dari keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.

Hasil penelitian dukungan keluarga berhubungan secara positif terhadap kualitas


hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa (r = 0,419) dan
didapat nilai interpretasi dengan hubungan sedang. Hasil analisa hubungan kedua
variabel tersebut memiliki nilai signifikasi yaitu P = 0,007 < = 0,05, artinya bahwa
pernyataan hipotesa adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dapat diterima. Hasil
analisa hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Gambiran Kediri dari
sejumlah 40 responden terdapat dukungan keluarga 28 (70%) cukup dan 12 (30%)
baik. Kualitas hidup 38 (95%) sedang dan 2 (5%) tinggi dikarenakan baiknya
dukungan emosional dan harapan yaitu memberikan suasana nyaman, hak untuk
menjalin hubungan dengan lingkungan, tidak membiarkan pasien bersedih,
memberikan nasehat tentang mengatasi efek samping yang timbul akibat hemodialisa,
memberikan semangat untuk tetap menjalani hemodialisa, memberikan dorongan
untuk tetap berserah kepada tuhan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik dalam domain kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan yaitu menikmati hidup, hidup yang berarti, hubungan
personal / sosial, akses layanan kesehatan dan sarana transportasi.
Dukungan keluarga terutama dari keluarga secara langsung dapat menurunkan tingkat
stress yang diakibatkan oleh suatu penyakit dan secara tidak langsung dapat
meningkatkan derajat kesehatan individu atau keluarga. Dukungan keluarga mengacu
kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa sebagai suatu yang dapat diperoleh baik dari
keluarga, lingkungan sosial maupun dari tim kesehatan, dimana pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa memandang bahwa mereka yang
memberikan dukungan keluarga siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman, 1998). Wills (1994) dalam sarafindo (1994) menyatakan
dukungan sosial yang berasal dari keluarga membuat pasien khusus pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa merasakan kenyamanan, perhatian,
penghargaan dan bisa menerima kondisinya. Menurut Marilyn (1998), terdapat
hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran
keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga,
mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi.
Dukungan keluarga yang baik maka akan meningkatkan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, hal ini di karenakan pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa mengalami keterbatasan dalam aktifitas fisiknya
sehingga perlu adanya bantuan dari keluarga. Sehingga semakin baik dukungan dari
keluarga maka akan semakin tinggi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.

7. Kesimpulan dan saran ?

Dukungan keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD.
Gambiran Kediri seluruhnya memiliki dukungan keluarga cukup.
Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD.
Gambiran Kediri seluruhnya memiliki kualitas hidup sedang.

Terdapat hubungan yang positif antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Gambiran
Kediri.

SARAN

Keluarga
Bagi keluarga diharapkan bisa lebih meningkatkan dukungan finansial, diskusi dari
keluarga untuk mengatasi masalah penyakit gagal ginjal kronik dan informasi tentang
pengobatan alternatif untuk membantu menyembuhkan penyakit gagal ginjal kronik.
Dalam membantu pasien gagal ginjal kronik untuk menjalani terapi hemodialisa.

Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan khususnya bagi perawat yang berhubungan langsung dengan
pasien diharapkan mampu memberikan Health Eduation kepada keluarga dalam
memberikan dukungan keluarga instrumental, informasional, emosional, pengharapan
dan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dan pasien
untuk tetap menjalani terapi hemodialisa.

Peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan
sampel yang lebih dari 47, tekhnik pengambilan samplingnya menggunakan
systematic random sampling dan variabelnya perlu di tambahkan tentang kebutuhan
spiritualnya.

8. Keuntungan penelitian untuk kemajuan manajemen keperawatan ?

Perawat yang berhubungan langsung dengan pasien diharapkan mampu memberikan


Health Eduation kepada keluarga dalam memberikan dukungan keluarga instrumental,
informasional, emosional, pengharapan dan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa dan pasien untuk tetap menjalani terapi hemodialisa
sehingga peningkatan derajat kesehatan menjadi lebih baik dan manajemen pelayanan
kesehatan berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai