Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PPKN

KONSTITUSI DAN PELAKSAANNYA

Disusun oleh :

Mailina Prima Sahara (22030114120020)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI ILMU GIZI
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
RahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Oktober 2014

Penyusun

Mailina Prima
Sahara

22030114120020

2
DAFTAR ISI

BAB I........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 5
C. TUJUAN PEMBAHASAN....................................................................................... 5
BAB II.......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN............................................................................................................. 6
A. SEJARAH KONSTITUSI........................................................................................ 6
1. Sejarah Konstitusi di Dunia............................................................................ 6
2. Sejarah Konstitusi di Indonesia......................................................................9
B. PENGERTIAN KONSTITUSI................................................................................11
C. MACAM KONSTITUSI........................................................................................ 12
D. PELAKSANAAAN KONSTITUSI...........................................................................18
BAB III....................................................................................................................... 22
PENUTUP.................................................................................................................. 22
A. KESIMPULAN................................................................................................... 22
B. Saran............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh
diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan
terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya
penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan
kata lain sebagai upaya memulai kontrak sosial baru antara warga negara
dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan
dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini
menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang
otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga
negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan
amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang
berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD
1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang
berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu
terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses
perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil
dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah
telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah
Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan
sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari
hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan
perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah konstitusi ?
2. Apa pengertian konstitusi ?

4
3. Apa saja macam-macam konstitusi ?
4. Bagaimanakah pelaksanaan konstitusi ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah konstitusi
2. Untuk mengetahui Apa itu konstitusi
3. Untuk mengetahui Apa saja macam-macam konstitusi
4. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan konstitusi

BAB II

PEMBAHASAN
A. SEJARAH KONSTITUSI

1. Sejarah Konstitusi di Dunia


Konstitusi atau hukum dasar ini, berkembang di dunia melalui beberapa tahap,
diantaranya:
a. Konstitusi Yunani Kuno

Dalam bukunya The Laws (Nomoi), Plato dan Sokrates sama-sama pada
pengertian konstitusi (Jimly Asshiddiqie : 6-11). Demikian pula Aristoteles dalam
bukunya politics mengaitkan pengertian kita tentang konstitusi dalam frase in a sense
the life of the city. Menurut Aristoteles tujuan tertinggi dari Negara adalah a good life,
dan dalam hal ini merupakan kepentingan bersama seluruh warga masyarakat. Karena itu
Aristoteles membedakan antara right constitution dan wrong constitution dengan ukuran
kepentingan bersama itu. Jika konstitusi itu diarahkan untuk tujuan mewujudkan
kepentingan bersama, maka konstitusi itu benar, tetapi jika sebaliknya maka konstitusi itu
adalah salah. Konstitusi yang baik adalah konstitusi yang normal, sedangkan sedangkan
yang tidak baik disebut Aristoteles sebagai konstitusi yang tidak normal.Ukuran baik
buruknya atau normal tidaknya konstitusi itu baginya terletak pada prinsip bahwa
political rule, by virtue of its specific nature, is essentially for the benefit of the ruled..

Sedangkan menurut Aristoteles sendiri membayangkan keberadaan seorang


pemimpin Negara yang bersifat superman dan berbudi luhur. Karena sejarah kenegaraan
Yunani pada zamannya sangat labil. Pertama, di zamannya belum ada mekanisme yang
tersedia untuk merespon keadaan atau tindakan-tindakan revolusioner yang sekarang
disebut sebagai tindakan inkonstusional. Kedua, revolusi-revolusi semacam itu jika

5
terjadi tidak hanya mengubah corak public law, tetapi juga menjungkir balikan segala
istitusi yang ada secara besar-besaran, dan bahkan berakibat pada tuntutan perubahan
keseluruhan way of life (masyarakat) polity yang bersangkutan. Dalam keadaan
demikian, Aristoteles berpendapat keseluruhan polity dan konstitusi mengalami
kehancuran atau bubar. Ketiga, revolusi demikian selalu terjadi dengan disertai kekerasan
(violence), proscription, ostracism, dan bahkan kematian sehingga orang Yunani
dihinggapi oleh penyakit fear of stasis. Orang Yunani kuno memang belum
membedakan sama sekali antara konsep Negara (state) dan masyarakat (society), antara
civil dan social. Karena itu para filosof Yunani cenderung melihat hukum sebagai bagian
atau satu aspek saja dalam pembicaraan mereka tentang polity, tentang negara. Hal ini
tergambar dalam buku Aristoteles Rhetorica yang menyebut istilah common law dalam
arti the natural law yang tidak lebih daripada satu porsi penertian saja dari the states
actual laws. Pemikiran filsafat Yunani kuno yang dikembangkan oleh Aristoteles sebagai
sesuatu yang berbeda di luar pengertian polity (negara) atau sesuatu yang terpisah dari
Negara, dimana Negara harus tunduk dan menyesuaikan diri dengan aturan yang
ditentukan olehnya.

b. Zaman Romawi
Cicero dengan jelas menyebut istilah lex yang kemudian menjadi kata kunci
untuk memahami konsep politik dan hukum di zaman Romawi kuno. Penggunaan kata
lex lebih luas cakupannya daripada leges yang mempunyai arti lebih sempit. Konstitusi
mulai dipahami sebagai sesuatu yang berada diluar dan bahkan diatas negara. Tidak
seperti masa sebelumnya, konstitusi mulai dipahami sebagai lex yang menentukan
bagaimana bangunan kenegaraan harus dikembangkan sesuai dengan prinsip the higher
law. disamping itu, para filosof Romawi jugalah yang secara tegas membedakan dan
memisahkan antara pengertian hokum public (jus publicum) dan hukum privat (jus
privatikum), sesuatu hal yang baru yang belum dikembangkan sebelumnya oleh para
filosof Yunani. Bahkan perkataan jus dalam bahasa latin sendiripun tidak dikenal
padanannya dalam bahasa Yunani kuno seperti yang sudah dijelaskan diatas. Biasanya,
keduanya dibedakan dari sudut kepentingan yang dipertahankan. Hukum publik membela
kepentingan umum yang tercermin dalam kepentingan negara, the civitas, sedangkan
hukum privat menyangkut kepentingan orang- perorang.Tuhan bagi Cicero bagaikan
Tuan dan penguasa semua manusia serta merupakan pengarang atau penulis, penafsir dan
sponsor hukum. Oleh karenanya, Cicero sangat mengutamakan peranan hukum dalam
pemahamannya tentang persamaan antar manusia.

Kesimpulan dapat ditarik dari pengalaman sejarah konstitusionalisme Romawi


kuno ini yaitu: Pertama, untuk memahami konsepsi yang sebenarnya tentang the spirit of
our constitutional antecendents dalam sejarah, ilmu hokum haruslah dipandang penting
atau sekurang-kurangnya sama pentingnya dibandingkan dengan sekedar perbincangan
mengenai materi hokum. Kedua, ilmu pengetahuan hokum yang dibedakan dari hokum

6
sangat bercorak Romawi sesuai asal mula pertumbuhannya. Ketiga, Dalam ilmu hokum
Romawi bukanlah the absolutism of a prince sebagaimana sering dibayangkan oleh
banyak ahli, tetapi justru terletak pada doktrin kerakyatan. Dengan demikian, rakyatlah
dalam perkembangan pemikiran Romawi yang dianggap sebagai sumber yang hakiki.

c. Piagam Madinah
Piagam tertulis pertama dalam sejarah umat manusia yang dapat dibandingkan
dengan pengertian konstitusi dalam arti yang modern hanyalah Piagam Madinah. Piagam
ini dibuat atas persetujuan bersama antara Nabi Muhammad saw dengan wakil-wakil
penduduk kota Madinah. Para ahli menyebut Piagam Madinah tersebut dengan berbagai
macam istilah yang berlainan satu sama lain.Para pihak yang mengikatkan diri atau
terikat dalam Piagam Madinah yang berisi perjanjian masyarakat Madinah (social
contract) tahun 622 M ini ada tiga belas kelompok komunitas yang secara eksplisit
disebut dalam teks Piagam. Ketiga belas komunitas itu adalah (i) kaum Mukminin dan
Muslimin Muhajirin dari suku Quraisy Mekkah, (ii) Kaum Mukminin dan Muslimin dari
Yatsrib, (iii) Kaum Yahudi dari Banu Awf, (iv) Kaum Yahudi dari Banu Saidah, (v)
Kaum Yahudi dari Banu al-Hars, (vi) Banu Jusyam, (vii) Kaum Yahudi dari Banu Al-
Najjar, (viii) Kaum Yahudi dari Banu Amr ibn Awf, (ix) Banu al-Nabit, (x) Banu
al-Aws, (xi) Kaum Yahudi dari Banu Salabah, (xii) Suku Jafnah dari Banu Salabah, dan
(xiii) Banu Syuthaybah.Dalam buku Jimly Asshiddiqie yang berjudul Konstitusi dan
Konstitusionalisme Indonesia, disebutkan bahwa, secara keseluruhan Piagam Madinah
berisi 47 pasal ketentuan, yang masing-masing pasal isinya mengatuh hal-hal tertentu.
Dalam hubungannya dengan perbedaan keimanan dan amalan keagamaan, jelas
ditentukan adanya kebebasan beragama. Jadi, bangsa-bangsa Yahudi bebas untuk
memeluk agamanya. Hal ini juga dijelaskan dalam Al Quran yang berbunyi lakum
diinukum walya diin (bagimu agamamu, dan bagiku agamaku). Selanjutnya, pasal
terakhir, yaitu Pasal 47 berisi ketentuan penutup yang dalam bahasa Indonesia adalah
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar
(bepergian) aman, dan orang yang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim
dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan taqwa.

d. Konstitusi Inggris
Inggris adalah salah satu Negara yang tidak memiliki konstitusi. Di Negara ini
yang menduduki jabatan tertinggi adalah parlemen, bukan konstitusi. Istilah konstitusi di
Inggris sering disebut constitution, yang jika menggunakan paham modern tidak
memenuhi karakteristik modern. Inggris pernah mengalami periode depotisme selama
Masa renaisans, tetapi ada keadaan istimewa yang mampu mencegah depotisme tersebut
menguat dan menetap. Inggris hampir tidak dapat lepas dari tipenegara yang didirikan
hanya sementara yang biasa dikenal sebagai Negara Renaisans. Istilah depotisme tidoe
memerlukanbanyak sekali batasan. Depotisme ini memiliki tiga batasan organ. Hanya
satu yang dapat dibandingkan dengan birokrasi sangat terlatih, yaitu Dewan. Dewan

7
adalah kak tangan raja di bagian eksekutif. Kekuasaan Dewan yang tidak terbatas,
dibatasi oleh keberadaan dua organ lainnya, yaitu Parlemen dan Hakim-Hakim Setempat.
Wilayah Inggris yang berupa kepulauan membebaskannya dari kebutuhan untuk terus
menyediakan pasukan pertahanan terhadap agresi luar negri dan memisahkannya dari
kekuatan-kekuatan terus memperkuat otokrasi Eropa Kontinental. Wilayah ini
memungkinkan Inggris memadukan depotisme raja dengan asas pemerintahan sendiri
yang diajalankan secara local. Berbagai macam Undang-Undang yang disahkan selama
masa Revolusi tahun 1688-1689 menetapkan kedaulatan Negara Inggris berada di tangan
parlemen. Undang-Undang Pemberontakan member parlemen kekuasaan atas angkatan
bersenjata, dan dengan cara sederhana berupa pasokan dana tahunan untuk biaya
pemeliharaannya.

Dengan berkembangnya konvensi dan serangkaian undang-undang, ketiga organ


pemerintahan yaitu legislative, eksekutif dan yudikatif dibentuk secara semestinya.
Selama pertengahan abad 18, Inggris merupakan satu-satunya Negara konstitusional di
dunia. Konstitusi Inggris adalah hasil perkembangan dari konvensi yang berlangsung
lambat dan bukan produk penemuan yang sengaja, yang dihasilkan dari sebuah teori.
Walaupun perkembangannya bukan merupakan hasil sebuah teoti, konstitusi Inggris telah
dijadikan titik tolak pemikiran politik (C.F Strong :41-46).

e. . Konstitusi Modern
Sebuah negara, pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut konstitusi
atau undang-undang dasar. Semua konstitusi selalu menjadikan kekuasaan sebagai pusat
perhatian, karena kekuasaan itu sendiri pada intinya perlu diatur dan dibatasi
sebagaimana mestinya. Persoalan yang dianggap terpenting dalam konstitusi adalah
pengaturan mengenai pengawasan atau pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara
itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah
rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menetukan
berlaku tidaknya suatu konstitusi.Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau
bahkan paling tinggi serta paling fundamental, karena kontitusi itu sendiri merupakan
sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hokum atau peraturan-peraturan
perundangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hokum yang berlaku umum, agar peraturan-
peraturan yang berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diterapkan,
maka peraturan-peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan hokum
dasar/konstitusi yang ada. Karena konstitusi digunakan sebagai suatu landasan atau
pedoman dalam menyusun suatu peraturan perundangan. (Jimly Ashidiqie, :19-23).

8
2. Sejarah Konstitusi di Indonesia
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia
memiliki konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945.
Eksistensi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia
mengalami sejarah yang sangaat panjang hingga akhirnya diterima
sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di
Indonesia.
Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancing sejak
29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang
dikenal dengan dokuritsu zyunbi tyoosakai yang beranggotakan 21
orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua
dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3
orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan,
Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan
berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang
tahun Tenno Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001:59)
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas
menyusun konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal
dengan nama Undang-Undang Dasar 1945 (UUD45). Para tokoh
perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus
Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo,
Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr.
Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari
Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan (Kalimantan),
R.P. Soeroso, Abdul WACHID hasyim dan Mr. Mohammad Hasan
(Sumatra).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD45) bermula dari
janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
dikemudian hari. Janji tersebut antara lain berisi sejak dari dahulu,
sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai Nippon sudah
mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak
menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun
udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia
sebagai saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan
giat dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga diharapkan kelak
bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur
Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang
selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa
Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi
ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu,
rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak
bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba.

9
Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus
dirumuskan. Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara
yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah
ikrar kemerdekaan,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan
sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan
sebagai berikut:

1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang


bahannya diambil dari rancangan undang-undang yang disusun
oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir
seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang
UUD tanggal 16 Juni 1945
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno
sebagai presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai
wakil presiden
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi komite
Nasional
5. Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-
Undang Dasar 1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna
sebagai sebuah Negara, sebab syarat yang lazim diperlukan oleh
setiap Negara telah ada yaitu adanya:
a. Rakyat, yaitu bangsa Indonesia
b.Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang
hingga ke merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar
dan kecil
c. Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan
Indonesia
d. Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai
pucuk pimpinan pemerintahan Negara
Tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila. Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan.

B. PENGERTIAN KONSTITUSI
Pengertian Konstitusi atau Undang-undang Dasar dalam negara adalah sebuah norma
sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara yang biasanya dikodifikasikan
sebagai dokumen tertulis. Aturan tata tertib hidup bernegara yang menjadi dasar segala
tindakan dalam kehidupan negara sering disebut sebagai hukum dasar atau konstitusi.
Konstitusi sering disebut sebagai Undang-Undang Dasar, meskipun arti konstitusi itu sendiri
adalah hukum dasar yang tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi pada umumnya bersifat
kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu

10
organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan
dalam arti tidak semuanya berupa dokumen tertulis atau formal.

Namun, menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan dan distibusi maupun alokasi. Undang-Undang Dasar tergolong hukum dasar yang
tertulis, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis adalah aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Hukum dasar
yang tidak tertulis ini sering disebut konvensi.
Berikut ini beberapa Pengertian Konstitusi Negara Menurut Ahli:

Pengertian Konstitusi Menurut KC Wheare: konstitusi adalah keseluruhan sistem


ketatanegaraan dari suatu Negara berupa kumpulan peraturan-peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu Negara. Peraturan
disini merupakan gabungan antara ketentuan-ketentuan yang memiliki sifat hukum
(legal) dan yang tidak memiliki sifat hukum (non legal).

Pengertian Konstitusi Menurut C.F. Strong konstitusi memiliki kedudukan sebagai


aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi posisi politik dan hukum, untuk mengatur
kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuannya dalam bentuk Negara;

Pengertian Konstitusi Menurut James Bryce: konstitusi adalah suatu kerangka


masyarakat politik (Negara) yang diorganisir dengan dan melalui hukum. Dengan kata
lain, hukum menetapkan adanya lembaga-lembaga permanen dengan fungsi yang telah
diakui dan hak-hak yang telah ditetapkan.

Pengertian konstitusi menurut Lasalle: konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan


yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata
di dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik

Pengertian konstitusi menurut Herman heller: konstitusi mempunyai arti luas


daripada uud. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tettapi juga sosiologis dan politis.

Pengertian konstitusi menurut L.j Van Apeldoorn: konstitusi memuat baik peraturan
tertulis maupun peraturan tak tertulis.

Pengertian konstitusi menurut Koernimanto soetopawiro: konstitusi berasal dari


bahasa latin cisme yang berarati bewrsama dengan dan statute yang berarti membuat
sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

Pengertian konstitusi menurut Chairul Anwar : Konstitusi adalah


fundamental laws tentang pemerintahan suatu negara dan nila-nilai
fundamentalnya.

11
Pengertian konstitusi menurut Sri Soemantri : Konstitusi adalah suatu
naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem
pemerintahan negara.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ada dua pengertian konstitusi, yaitu

1. Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan


dasar (hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum
dasar tidak tertulis yang mengatur mengenai suatu pemerintahan
yang diselenggarakan di dalam suatu negara;

2. Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu


dokumen yang berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang
bersifat pokok dari ketatanegaran suatu negara.

C. MACAM KONSTITUSI
Macam Konstitusi :

1. Konstitusi Tertulis (dokumentary constiutution / writen constitution) adalah aturan-


aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata Negara. Konstitusi Tidak tertulis
(nondokumentary constitution) adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan
negara dan tata negara.

2. Konstitusi Fleksibel (Luwes) adalah konstitusi yang dapat diubah melalui proses yang
sama dengan undang-undang. Konstitusi Kaku (Kaku / Tegas) adalah suatu konstitusi
dimana perubahannya dilakukan melalui suatu cara-cara atau proses khusus.
Ciri-ciri Konstitusi Fleksibel :
a . Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah.
b. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah Undang-
Undang
Ciri-ciri Konstitusi Kaku :
a. Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang
b. Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa
3. Konstitusi Derajat Tinggi adalah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang
paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain.
Konstitusi tidak derajat tinggi (Supreme and not supreme constitution) adalah konstitusi
yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat.
4. Konstitusi Serikat (Federal constitution) adalah system pembagian kekuasaan antara
pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian. Konstitusi Kesatuan
(Unitary constitution) yaitu pembagian kekuasaan yang tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.

5. Konstitusi Sistem Pemerintahan Presidensial adalah sistem pemerintahan dimana badan


eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Konstitusi Sistem

12
Pemerintahan Parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen
memiliki peranan penting di dalam pemerintahan.

Konnstitusi Yang Pernah Berlaku Di Indonesia :

1. UUD 1945

Lama periode : 18 Agustus 1945 27 Desember 1949


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Pembagian Kekuasaan :
=> Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan Undang Undang.
Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden.
=> Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat Undang Undang.
Kekuasaan ini dipegang oleh DPR dan Presiden.
=> Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengawasi jalannya Undang
Undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi (MK),
Dan Komisi Yudisial (KY).

Sistem Pemerintahan : Kabinet Presidensial


Presiden & Wapres : Ir. Soekarno & Mohammad Hatta
(18 Agustus 1945 - 19 Desember 1949

Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno


adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan
dari presidensiil menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh
pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan
Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai kepala
pemerintahan republik diganti oleh Sutan Syahrir yang seorang sosialis
dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak
diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda.
Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16
November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu
kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh
presiden sampai tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya
Maklumat Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan eksekutif yang
semula dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai
konsekuensi dari dibentuknya sistem pemerintahan parlementer

2. KONSTITUSI RIS

Lama periode : 27 Desember 1949 15 Agustus 1950


Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik

13
Pembagian Kekuasaan : Dua Kamar Bikameral
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember
1949 - 15 Agustus 1950)

Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949


dikota Den Hagg (Netherland) diadakan konferensi Meja Bundar (KMB).
Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst
voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan
delegasi Belanda dipimpin olah Van Harseveen.

Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk


meyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya
dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh
dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia
Serikat (RIS).
Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda
mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dam tidak
dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30
Desember 1949.

Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana


menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam.
Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita
Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945
karena :
1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang
terbagi dalam 16
negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan
(pasal 1 dan 2 Konstitusi RIS).

2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis


atau pemerintahan
berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya
bertanggung jawab
atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen
(pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS)

3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau


semangat
pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi
kemerdekaan
negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of
independence

14
bangsa Indonesia, kata tap MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula
dalam
pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari
kelima sila pancasila.
Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila
secara bebas dan
sesuka hati hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam
sejarah
ketatanegaraan Indonesia.

3. UUDS 1950

Lama periode : 15 Agustus 1950 5 Juli 1959


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Alat-alat Perlengkapan Negara:
1. Presiden dan Wakil Presiden
2. Menteri Menteri
3. DPR
4. Mahkamah Agung (MA)
5. Dewan Pengawas Keuangan
Sistem Pemerintahan : Sistem Kabinet Parlementer dengan
demokrasi liberal
yang bersifat semu
Konstitusi : UUDS 1950
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik


Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik
Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS
tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.
Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat
sementara, menunggu terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum
yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil
memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal
membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut.
Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan
Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS
1950. Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956.
Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil
merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di kalangan
masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada UUD '45

15
semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas
menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April
1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30
Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269
suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun
yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini
harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum.
Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum.
Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang
ternyata merupkan akhir dari upaya penyusunan UUD.
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka. Tujuan
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah Untuk
menyelamatkan kelangsungan kehidupan bangsa.

Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 antara lain :

1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Perbedaan Sistem Pemerintahan

NO. Presidensial Parlementer

1. Kepala pemerintahan Presiden. Kepala Pemerintahan Perdana


Mentri
2. Menteri-menteri bertanggung Menteri-menteri bertanggung
jawab kepada Presiden. jawab pada Parlemen.
3. Menteri-menteri diangkat dan Menteri-menteri diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. diberhentikan oleh Parlemen.
4. Presiden dibantu oleh para Perdana Menteri dibantu oleh
Menteri. para Menteri
5. DPR tidak bisa menjatuhkan Parlemen bisa menjatuhkan
DPR Perdana Menteri dengan Mosi
tidak percaya.

4. Periode Berlakunya Kembali UUD 1945 (5 Juli 1959 19 Oktober


1999)
Pada Masa Berlakunya UUD 1945 Periode kedua

16
a. Masa Orde Lama

Lama periode : 5 Juli 1959 22 Februari 1966


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana


banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal
menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku
pada waktu itu. Setelah mentapkan berlakunya kembali UUD 1945.
Presiden Sukarno meletakkan dasar-dasar kepemimpinannya yang
dinamakan Demokrasi Terpimpin.
Adapun yang dimaksud dengan Demokrasi Terpimpin oleh
Sukarno adalah demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Demokrasi
Terpimpin dalam praktiknya tidak sesuai dengan makna yang
terkandung di dalamnya dan bahkan terkesan menyimpang, dimana
demokrasi yang dijalankan dipimpin oleh kepentingan-kepentingan
politik tertentu. Keadaan ini melahirkan berbagai penyimpangan
terhadap UUD 1945.

2. Masa Orde Baru

Lama periode : 22 Februari 1966 21 Mei 1998


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres :
Soeharto (22 Februari 1966 27 Maret 1968)
Soeharto (27 Maret 1968 24 Maret 1973)
Soeharto & Adam Malik (24 Maret 1973 23 Maret 1978)
Soeharto & Hamengkubuwono IX (23 Maret 1978 11 Maret
1983)
Soeharto & Try Sutrisno (11 Maret 1983 11 Maret 1988)
Soeharto & Umar W. (11 Maret 1988 11 Maret 1993)
Soeharto & Soedharmono (11 Maret 1993 10 Maret 1998)
Soeharto & BJ Habiebie (10 Maret 1998 21 Mei 1998)

17
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan
akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan
konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari
Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23
(hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat
Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan
pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang
sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan :

i. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa


MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak
berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.
ii. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang
antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak
mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat
rakyat melalui referendum.
iii. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum,
yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Orde Baru dapat pula diartikan sebagai koreksi total atas segala
penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Koreksi itu
terlihat melalui perumusan yang dihasilkan pada siding-sidang MPRS,
misalnya :
1) Menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan system Presidensial.
2) Melaksanakan Pemilu secara teratur untuk memilih wakil-wakil rakyat
yang duduk dalam DPR dan MPR.
3) Menyelenggarakan kehidupan sosial, budaya, politik dan keamanan
secara demokratis berdasarkan UUD 1945.
4) Mengarahkan kebijakan Negara untuk menjamin pembangunan
kesejahteraan rakyat di segala bidang.
5) Meletakkan kedudukan semua lembaga tertinggi dan lembaga tinggi
Negara sesuai dengan UUD 1945.

D. PELAKSANAAAN KONSTITUSI
A. Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia antara lain,

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

a) Bentuk negara adalah kesatuan


b) Bentuk pemerintahan adalah Republik
c) Pelaksanaan kekuasaan adalah tidak menganut teori pemisahan kekuasaan murni,
tetapi menganut prinsip pembagian kekuasaan.
d) Sistem pemerintahan adalah presidensial, dan setelah keluarnya maklumat
pemerintah pada tanggal 14 November 1945 sistem pemerintahan menjadi
parlementer.

18
2. UUD RIS 1949

UUD RIS 1949 terdiri dari Mukaddimah (4 alenia), Batang tubuh (6 Bab 197 pasal),
dan sebuah lampiran.

a) Bentuk negara adalah federal/serikat


b) Bentuk pemerintahan adalah republik
c) Pembagian kekuasaan, bahwa kekuasaan negara dibagi menjadi 6 lembaga negara
adalah menteri-menteri, senat, DPR, MA Indonesia, dan Dewan Pengawas
Keuangan.
d) Sistem pemerintahan adalah parlementer.

3. UUDS 1950

a) Bentuk negara adalah kesatuan


b) Bentuk pemerintahan adalah republik
c) Pembagian kekuasaan bahwa Presiden adalah sebagai kepala negara dan wakil
presiden sebagai pembantu presiden, sedangkan kekuasaan eksekutif dijalankan
oleh kabinet atau menteri-menteri. Pada masa ini menganut sistem pembagian
kekuasaan.
d) Sistem pemerintahan adalah parlementer

4. UUD 1945 (5 Juli 1959-1965)


Penyimpangan yang terjadi pada masa ini adalah:
a) Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang kekuasaan
legislatif yang telah mengeluarkan produk legislatif berupa dalam bentuk
Penetapan Presiden yang semestinya UU yang dikeluarkan oleh badan legislatif.
b) Tap MPRS No. I/MPRS/1960 yaitu menetapkan pidato Presiden 17 Agustus 1959
yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita (Manifesto Politik RI) sebagai
GBHN yang bersifat tetap."
c) Pimpinan lembaga negara menjadi menteri negara, dan Presiden menjadi Ketua
DPA.
d) Hak budget tidak berjalan, karena setelah 1960 pemerintah tidak mengajukan
RUU APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.
e) Tanggal 5 Maret 1960, melalui penetapan Presiden No. 3 tahun 1960 , Presiden
membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, dan melalu Penetapan Presiden No. 4
tahun 1960 tanggal 24 Juni 1960 dibentuk DPRGR.
f) MPRS melalui Tap MPRS No. III/MPRS/1963 mengangkat Ir. Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup

5. UUD 1945 (1966-1998)

a) Pelaksanaan pemilu setiap 5 tahun sekali untuk memilih anggota MPR, DPR,
DPRD I, dan DPRD II
b) MPR terdiri dari anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan golongan,

19
c) Presiden adalah mandatatis MPR dibantu oleh wakil presiden dan menteri-
menteri.
d) Presiden melaksanakan tugasnya berlandaskan pada UU dan GBHN serta
dpertanggungjawabkan setiap 5 tahun pada Sidang Umum MPR.
e) DPR melaksanakan tugasnya mengawasi Presiden dalam menjalankan
pemerintahan.
f) DPA dan BPK menjalankan tugasnya sesuai dengan UU, dan diangkat 5 tahun
sekali.
g) Presiden dapat membuat UU atas persetujuan DPR, menyusun REPELITA
sebagai realisasi pelaksanaan GBHN, mengangkat Lembaga Tinggi Negara DPA
dan BPK, serta melaksanakan Pemilu setiap 5 tahun sekali tepat waktu.

6. UUD 1945 (1998-sekarang)

a) Melakukan tugas reformasi sesuai dengan tuntutan tergulirnya orde baru, seperti
supremasi hukum, pemberantasan KKN, pelaksanaan HAM dan amandemen
UUD 1945 menuju demokrasi di Indonesia.
b) Dilaksanakannya amandemen UUD 1945 dalam pembaharuan ketatanegaraan
Indonesia yang sesuai dengan UUD 1945.
c) Lembaga-lembaga negara melaksanakan peranannya sesuai dengan wewenang,
tugas dan kewajibannya.
B. Sikap Positif terhadap Pelaksanaan Konstitusi Indonesia Hasil Amanden
Sebagai warga Negara yang baik adalah memiliki kesetiaan terhadap
bangsa dan Negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi Negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
kesetiaan terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu maka setiap warga
Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku positif terhadap konstitusi, yang
mempunyai makna berprilaku peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD),
mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang
terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani menegakkan
jika konstitusi di langgar.
Adapun contoh sikap positif tersebut antara lain :
1) Berusaha mempelajari isi konstitusi hasil amandeman agar memahami
makna konstitusi tersebut.
Melaksanakan isi konstitusi sesuai dengan profesi masing-masing.
2) Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan isi konstitusi hasil
amandeman kepada warga masyarakat.
3) Melaporkan kepada yang berwajib apabila ada pihak-pihak yang
melanggar konstitusi.
4) Mengawasi para penyelenggara Negara agar melaksaakan tugasnya sesuai
konstitusi yang berlaku
5) Mempelajarai peraturan perundang-undangan yang berlaku apakah sudah
sesuai atau belum dengan konstitusi, jika belum kita usulkan kepada yang
berwenang agar ada perubahan.
6) Mengamati berbagai kegiatan politik/ partai politik, apakah sudah sesuai
dengan amanat konstitusi

20
7) Menanamkan nilai-nilai konstitusi khususnya perjuangan bangsa kepada
generasi muda
8) Menangkal masuknya ideologi asing yang bertentangan dengan konstitusi
Indonesia.

Usaha mengembangkan sikap positif terhadap UUD hasil amandemen antara


lain :
1) Mensosialisakan isi / muatan konstitusi hasil amandemen melalui kursus,
penataran, symposium dan diskusi
2) Mengadakan penyuluhan akan arti pentingnya hidup berbangsa dan
bernegara
3) Pembentukan peraturan harus sesuai dengan dengan konstitusi
Sistem politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan ahrus
sesuai prinsip yang ada dalam konstitusi
4) Mengadakan pengawasan secara ketat terhadap para penyelenggara
Negara

Wujud Partisipasi terhadap pelaksanaan UUD hasil amandemen :

1) Dalam diri Pribadi :


a. Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain
b. Mematuhi dan mentaati peraturan yang berlaku
c. Tidak main hakim sendiri
d. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
2) Dalam keluarga
a. Taat dan patuh terhadap orang tua
b. Ada keterbukaan terhadap permasalahan yang dihadapi
c. Memiliki etika terhadap sesama anggota keluarga
d. Mengembangkan sikap sportif
3) Dalam Sekolah
a. Taat dan patuh terhadap tata tertib sekolah
b. Melaksanakan program kegiatan OSIS dengan baik
c. Mengembangkan sikap sadar dan rasional
d. Melaksanakan hasil keputusan bersama
Dalam masyarakat
e. Menjunjung tinggi norma-norma pergaulan
f. Mengikuti kegiatan yang ada dalam karang taruna
g. Menjalin persatuan dan kerukunan warga melalui berbagai kegiatan
h. Sadar pada ketentuan yang menjadi keputusan bersama
4) Dalam berbangsa dan bernegara
a. Sanggup melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
b. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingtan bangsa dan Negara
c. Sadar akan kedudukanya sebagai warga Negara yang baik
d. Setia membela Negara sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

http://agung-tobe.blogspot.com/2013/02/sikap-positif-terhadap-pelaksanaan.html

21
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Latar belakang terbentuknya konstitusi di Indonesia bermula dari janji Jepang


untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian hari.
2. Pengertian Konstitusi atau Undang-undang Dasar dalam negara adalah
sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan
negara yang biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis
3. Macam konstitusi antara lain : Konstitusi Tertulis , Konstitusi Fleksibel ,
Konstitusi Derajat Tinggi , Konstitusi Serikat dan Konstitusi Sistem
Pemerintahan Presidensial
4. Pelaksanaan konstitusi di Indonesia cukup baik walau terjadi beberapa
penyelewengan .

22
B. Saran
Setelah kita fahami mengenai pembahsan diatas, kita sebagai warga
Negara Indonesia yang baik harus taat dan patuh kepada konstitusi
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Miriam Budiardjo, Miriam B dkk. Dasar-dasar ilmu politik, Gramedia Pustaka


Utama (2003)

http://makalahzaki.blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

23
http://ayankharyati.blogspot.com/2013/06/sejarah-perkembangan-konstitusi.html

http://yanawulan.blogspot.com/2012/06/sejarah-lahir-dan-perkembangan.html

http://luthfi428.blogspot.com/

http://agung-tobe.blogspot.com/2013/02/sikap-positif-terhadap-
pelaksanaan.html

http://dewinasititimuet.blogspot.com/2011/03/perkembangan-konstitusi-dunia.html

24

Anda mungkin juga menyukai