Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI ILMU GIZI
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
RahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca.
Penyusun
Mailina Prima
Sahara
22030114120020
2
DAFTAR ISI
BAB I........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 5
C. TUJUAN PEMBAHASAN....................................................................................... 5
BAB II.......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN............................................................................................................. 6
A. SEJARAH KONSTITUSI........................................................................................ 6
1. Sejarah Konstitusi di Dunia............................................................................ 6
2. Sejarah Konstitusi di Indonesia......................................................................9
B. PENGERTIAN KONSTITUSI................................................................................11
C. MACAM KONSTITUSI........................................................................................ 12
D. PELAKSANAAAN KONSTITUSI...........................................................................18
BAB III....................................................................................................................... 22
PENUTUP.................................................................................................................. 22
A. KESIMPULAN................................................................................................... 22
B. Saran............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh
diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan
terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya
penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan
kata lain sebagai upaya memulai kontrak sosial baru antara warga negara
dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan
dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini
menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang
otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga
negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan
amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang
berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD
1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang
berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu
terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses
perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil
dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah
telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah
Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan
sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari
hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan
perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah konstitusi ?
2. Apa pengertian konstitusi ?
4
3. Apa saja macam-macam konstitusi ?
4. Bagaimanakah pelaksanaan konstitusi ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah konstitusi
2. Untuk mengetahui Apa itu konstitusi
3. Untuk mengetahui Apa saja macam-macam konstitusi
4. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan konstitusi
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH KONSTITUSI
Dalam bukunya The Laws (Nomoi), Plato dan Sokrates sama-sama pada
pengertian konstitusi (Jimly Asshiddiqie : 6-11). Demikian pula Aristoteles dalam
bukunya politics mengaitkan pengertian kita tentang konstitusi dalam frase in a sense
the life of the city. Menurut Aristoteles tujuan tertinggi dari Negara adalah a good life,
dan dalam hal ini merupakan kepentingan bersama seluruh warga masyarakat. Karena itu
Aristoteles membedakan antara right constitution dan wrong constitution dengan ukuran
kepentingan bersama itu. Jika konstitusi itu diarahkan untuk tujuan mewujudkan
kepentingan bersama, maka konstitusi itu benar, tetapi jika sebaliknya maka konstitusi itu
adalah salah. Konstitusi yang baik adalah konstitusi yang normal, sedangkan sedangkan
yang tidak baik disebut Aristoteles sebagai konstitusi yang tidak normal.Ukuran baik
buruknya atau normal tidaknya konstitusi itu baginya terletak pada prinsip bahwa
political rule, by virtue of its specific nature, is essentially for the benefit of the ruled..
5
terjadi tidak hanya mengubah corak public law, tetapi juga menjungkir balikan segala
istitusi yang ada secara besar-besaran, dan bahkan berakibat pada tuntutan perubahan
keseluruhan way of life (masyarakat) polity yang bersangkutan. Dalam keadaan
demikian, Aristoteles berpendapat keseluruhan polity dan konstitusi mengalami
kehancuran atau bubar. Ketiga, revolusi demikian selalu terjadi dengan disertai kekerasan
(violence), proscription, ostracism, dan bahkan kematian sehingga orang Yunani
dihinggapi oleh penyakit fear of stasis. Orang Yunani kuno memang belum
membedakan sama sekali antara konsep Negara (state) dan masyarakat (society), antara
civil dan social. Karena itu para filosof Yunani cenderung melihat hukum sebagai bagian
atau satu aspek saja dalam pembicaraan mereka tentang polity, tentang negara. Hal ini
tergambar dalam buku Aristoteles Rhetorica yang menyebut istilah common law dalam
arti the natural law yang tidak lebih daripada satu porsi penertian saja dari the states
actual laws. Pemikiran filsafat Yunani kuno yang dikembangkan oleh Aristoteles sebagai
sesuatu yang berbeda di luar pengertian polity (negara) atau sesuatu yang terpisah dari
Negara, dimana Negara harus tunduk dan menyesuaikan diri dengan aturan yang
ditentukan olehnya.
b. Zaman Romawi
Cicero dengan jelas menyebut istilah lex yang kemudian menjadi kata kunci
untuk memahami konsep politik dan hukum di zaman Romawi kuno. Penggunaan kata
lex lebih luas cakupannya daripada leges yang mempunyai arti lebih sempit. Konstitusi
mulai dipahami sebagai sesuatu yang berada diluar dan bahkan diatas negara. Tidak
seperti masa sebelumnya, konstitusi mulai dipahami sebagai lex yang menentukan
bagaimana bangunan kenegaraan harus dikembangkan sesuai dengan prinsip the higher
law. disamping itu, para filosof Romawi jugalah yang secara tegas membedakan dan
memisahkan antara pengertian hokum public (jus publicum) dan hukum privat (jus
privatikum), sesuatu hal yang baru yang belum dikembangkan sebelumnya oleh para
filosof Yunani. Bahkan perkataan jus dalam bahasa latin sendiripun tidak dikenal
padanannya dalam bahasa Yunani kuno seperti yang sudah dijelaskan diatas. Biasanya,
keduanya dibedakan dari sudut kepentingan yang dipertahankan. Hukum publik membela
kepentingan umum yang tercermin dalam kepentingan negara, the civitas, sedangkan
hukum privat menyangkut kepentingan orang- perorang.Tuhan bagi Cicero bagaikan
Tuan dan penguasa semua manusia serta merupakan pengarang atau penulis, penafsir dan
sponsor hukum. Oleh karenanya, Cicero sangat mengutamakan peranan hukum dalam
pemahamannya tentang persamaan antar manusia.
6
sangat bercorak Romawi sesuai asal mula pertumbuhannya. Ketiga, Dalam ilmu hokum
Romawi bukanlah the absolutism of a prince sebagaimana sering dibayangkan oleh
banyak ahli, tetapi justru terletak pada doktrin kerakyatan. Dengan demikian, rakyatlah
dalam perkembangan pemikiran Romawi yang dianggap sebagai sumber yang hakiki.
c. Piagam Madinah
Piagam tertulis pertama dalam sejarah umat manusia yang dapat dibandingkan
dengan pengertian konstitusi dalam arti yang modern hanyalah Piagam Madinah. Piagam
ini dibuat atas persetujuan bersama antara Nabi Muhammad saw dengan wakil-wakil
penduduk kota Madinah. Para ahli menyebut Piagam Madinah tersebut dengan berbagai
macam istilah yang berlainan satu sama lain.Para pihak yang mengikatkan diri atau
terikat dalam Piagam Madinah yang berisi perjanjian masyarakat Madinah (social
contract) tahun 622 M ini ada tiga belas kelompok komunitas yang secara eksplisit
disebut dalam teks Piagam. Ketiga belas komunitas itu adalah (i) kaum Mukminin dan
Muslimin Muhajirin dari suku Quraisy Mekkah, (ii) Kaum Mukminin dan Muslimin dari
Yatsrib, (iii) Kaum Yahudi dari Banu Awf, (iv) Kaum Yahudi dari Banu Saidah, (v)
Kaum Yahudi dari Banu al-Hars, (vi) Banu Jusyam, (vii) Kaum Yahudi dari Banu Al-
Najjar, (viii) Kaum Yahudi dari Banu Amr ibn Awf, (ix) Banu al-Nabit, (x) Banu
al-Aws, (xi) Kaum Yahudi dari Banu Salabah, (xii) Suku Jafnah dari Banu Salabah, dan
(xiii) Banu Syuthaybah.Dalam buku Jimly Asshiddiqie yang berjudul Konstitusi dan
Konstitusionalisme Indonesia, disebutkan bahwa, secara keseluruhan Piagam Madinah
berisi 47 pasal ketentuan, yang masing-masing pasal isinya mengatuh hal-hal tertentu.
Dalam hubungannya dengan perbedaan keimanan dan amalan keagamaan, jelas
ditentukan adanya kebebasan beragama. Jadi, bangsa-bangsa Yahudi bebas untuk
memeluk agamanya. Hal ini juga dijelaskan dalam Al Quran yang berbunyi lakum
diinukum walya diin (bagimu agamamu, dan bagiku agamaku). Selanjutnya, pasal
terakhir, yaitu Pasal 47 berisi ketentuan penutup yang dalam bahasa Indonesia adalah
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar
(bepergian) aman, dan orang yang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim
dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan taqwa.
d. Konstitusi Inggris
Inggris adalah salah satu Negara yang tidak memiliki konstitusi. Di Negara ini
yang menduduki jabatan tertinggi adalah parlemen, bukan konstitusi. Istilah konstitusi di
Inggris sering disebut constitution, yang jika menggunakan paham modern tidak
memenuhi karakteristik modern. Inggris pernah mengalami periode depotisme selama
Masa renaisans, tetapi ada keadaan istimewa yang mampu mencegah depotisme tersebut
menguat dan menetap. Inggris hampir tidak dapat lepas dari tipenegara yang didirikan
hanya sementara yang biasa dikenal sebagai Negara Renaisans. Istilah depotisme tidoe
memerlukanbanyak sekali batasan. Depotisme ini memiliki tiga batasan organ. Hanya
satu yang dapat dibandingkan dengan birokrasi sangat terlatih, yaitu Dewan. Dewan
7
adalah kak tangan raja di bagian eksekutif. Kekuasaan Dewan yang tidak terbatas,
dibatasi oleh keberadaan dua organ lainnya, yaitu Parlemen dan Hakim-Hakim Setempat.
Wilayah Inggris yang berupa kepulauan membebaskannya dari kebutuhan untuk terus
menyediakan pasukan pertahanan terhadap agresi luar negri dan memisahkannya dari
kekuatan-kekuatan terus memperkuat otokrasi Eropa Kontinental. Wilayah ini
memungkinkan Inggris memadukan depotisme raja dengan asas pemerintahan sendiri
yang diajalankan secara local. Berbagai macam Undang-Undang yang disahkan selama
masa Revolusi tahun 1688-1689 menetapkan kedaulatan Negara Inggris berada di tangan
parlemen. Undang-Undang Pemberontakan member parlemen kekuasaan atas angkatan
bersenjata, dan dengan cara sederhana berupa pasokan dana tahunan untuk biaya
pemeliharaannya.
e. . Konstitusi Modern
Sebuah negara, pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut konstitusi
atau undang-undang dasar. Semua konstitusi selalu menjadikan kekuasaan sebagai pusat
perhatian, karena kekuasaan itu sendiri pada intinya perlu diatur dan dibatasi
sebagaimana mestinya. Persoalan yang dianggap terpenting dalam konstitusi adalah
pengaturan mengenai pengawasan atau pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara
itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah
rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menetukan
berlaku tidaknya suatu konstitusi.Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau
bahkan paling tinggi serta paling fundamental, karena kontitusi itu sendiri merupakan
sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hokum atau peraturan-peraturan
perundangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hokum yang berlaku umum, agar peraturan-
peraturan yang berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diterapkan,
maka peraturan-peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan hokum
dasar/konstitusi yang ada. Karena konstitusi digunakan sebagai suatu landasan atau
pedoman dalam menyusun suatu peraturan perundangan. (Jimly Ashidiqie, :19-23).
8
2. Sejarah Konstitusi di Indonesia
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia
memiliki konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945.
Eksistensi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia
mengalami sejarah yang sangaat panjang hingga akhirnya diterima
sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di
Indonesia.
Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancing sejak
29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang
dikenal dengan dokuritsu zyunbi tyoosakai yang beranggotakan 21
orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua
dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3
orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan,
Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan
berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang
tahun Tenno Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001:59)
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas
menyusun konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal
dengan nama Undang-Undang Dasar 1945 (UUD45). Para tokoh
perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus
Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo,
Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr.
Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari
Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan (Kalimantan),
R.P. Soeroso, Abdul WACHID hasyim dan Mr. Mohammad Hasan
(Sumatra).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD45) bermula dari
janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
dikemudian hari. Janji tersebut antara lain berisi sejak dari dahulu,
sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai Nippon sudah
mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak
menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun
udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia
sebagai saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan
giat dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga diharapkan kelak
bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur
Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang
selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa
Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi
ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu,
rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak
bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba.
9
Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus
dirumuskan. Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara
yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah
ikrar kemerdekaan,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan
sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan
sebagai berikut:
B. PENGERTIAN KONSTITUSI
Pengertian Konstitusi atau Undang-undang Dasar dalam negara adalah sebuah norma
sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara yang biasanya dikodifikasikan
sebagai dokumen tertulis. Aturan tata tertib hidup bernegara yang menjadi dasar segala
tindakan dalam kehidupan negara sering disebut sebagai hukum dasar atau konstitusi.
Konstitusi sering disebut sebagai Undang-Undang Dasar, meskipun arti konstitusi itu sendiri
adalah hukum dasar yang tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi pada umumnya bersifat
kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu
10
organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan
dalam arti tidak semuanya berupa dokumen tertulis atau formal.
Namun, menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan dan distibusi maupun alokasi. Undang-Undang Dasar tergolong hukum dasar yang
tertulis, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis adalah aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Hukum dasar
yang tidak tertulis ini sering disebut konvensi.
Berikut ini beberapa Pengertian Konstitusi Negara Menurut Ahli:
Pengertian konstitusi menurut L.j Van Apeldoorn: konstitusi memuat baik peraturan
tertulis maupun peraturan tak tertulis.
11
Pengertian konstitusi menurut Sri Soemantri : Konstitusi adalah suatu
naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem
pemerintahan negara.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ada dua pengertian konstitusi, yaitu
C. MACAM KONSTITUSI
Macam Konstitusi :
2. Konstitusi Fleksibel (Luwes) adalah konstitusi yang dapat diubah melalui proses yang
sama dengan undang-undang. Konstitusi Kaku (Kaku / Tegas) adalah suatu konstitusi
dimana perubahannya dilakukan melalui suatu cara-cara atau proses khusus.
Ciri-ciri Konstitusi Fleksibel :
a . Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah.
b. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah Undang-
Undang
Ciri-ciri Konstitusi Kaku :
a. Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang
b. Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa
3. Konstitusi Derajat Tinggi adalah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang
paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain.
Konstitusi tidak derajat tinggi (Supreme and not supreme constitution) adalah konstitusi
yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat.
4. Konstitusi Serikat (Federal constitution) adalah system pembagian kekuasaan antara
pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian. Konstitusi Kesatuan
(Unitary constitution) yaitu pembagian kekuasaan yang tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.
12
Pemerintahan Parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen
memiliki peranan penting di dalam pemerintahan.
1. UUD 1945
2. KONSTITUSI RIS
13
Pembagian Kekuasaan : Dua Kamar Bikameral
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember
1949 - 15 Agustus 1950)
14
bangsa Indonesia, kata tap MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula
dalam
pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari
kelima sila pancasila.
Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila
secara bebas dan
sesuka hati hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam
sejarah
ketatanegaraan Indonesia.
3. UUDS 1950
15
semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas
menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April
1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30
Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269
suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun
yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini
harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum.
Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum.
Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang
ternyata merupkan akhir dari upaya penyusunan UUD.
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka. Tujuan
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah Untuk
menyelamatkan kelangsungan kehidupan bangsa.
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
16
a. Masa Orde Lama
17
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan
akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan
konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari
Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23
(hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat
Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan
pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang
sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan :
Orde Baru dapat pula diartikan sebagai koreksi total atas segala
penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Koreksi itu
terlihat melalui perumusan yang dihasilkan pada siding-sidang MPRS,
misalnya :
1) Menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan system Presidensial.
2) Melaksanakan Pemilu secara teratur untuk memilih wakil-wakil rakyat
yang duduk dalam DPR dan MPR.
3) Menyelenggarakan kehidupan sosial, budaya, politik dan keamanan
secara demokratis berdasarkan UUD 1945.
4) Mengarahkan kebijakan Negara untuk menjamin pembangunan
kesejahteraan rakyat di segala bidang.
5) Meletakkan kedudukan semua lembaga tertinggi dan lembaga tinggi
Negara sesuai dengan UUD 1945.
D. PELAKSANAAAN KONSTITUSI
A. Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia antara lain,
18
2. UUD RIS 1949
UUD RIS 1949 terdiri dari Mukaddimah (4 alenia), Batang tubuh (6 Bab 197 pasal),
dan sebuah lampiran.
3. UUDS 1950
a) Pelaksanaan pemilu setiap 5 tahun sekali untuk memilih anggota MPR, DPR,
DPRD I, dan DPRD II
b) MPR terdiri dari anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan golongan,
19
c) Presiden adalah mandatatis MPR dibantu oleh wakil presiden dan menteri-
menteri.
d) Presiden melaksanakan tugasnya berlandaskan pada UU dan GBHN serta
dpertanggungjawabkan setiap 5 tahun pada Sidang Umum MPR.
e) DPR melaksanakan tugasnya mengawasi Presiden dalam menjalankan
pemerintahan.
f) DPA dan BPK menjalankan tugasnya sesuai dengan UU, dan diangkat 5 tahun
sekali.
g) Presiden dapat membuat UU atas persetujuan DPR, menyusun REPELITA
sebagai realisasi pelaksanaan GBHN, mengangkat Lembaga Tinggi Negara DPA
dan BPK, serta melaksanakan Pemilu setiap 5 tahun sekali tepat waktu.
a) Melakukan tugas reformasi sesuai dengan tuntutan tergulirnya orde baru, seperti
supremasi hukum, pemberantasan KKN, pelaksanaan HAM dan amandemen
UUD 1945 menuju demokrasi di Indonesia.
b) Dilaksanakannya amandemen UUD 1945 dalam pembaharuan ketatanegaraan
Indonesia yang sesuai dengan UUD 1945.
c) Lembaga-lembaga negara melaksanakan peranannya sesuai dengan wewenang,
tugas dan kewajibannya.
B. Sikap Positif terhadap Pelaksanaan Konstitusi Indonesia Hasil Amanden
Sebagai warga Negara yang baik adalah memiliki kesetiaan terhadap
bangsa dan Negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi Negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
kesetiaan terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu maka setiap warga
Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku positif terhadap konstitusi, yang
mempunyai makna berprilaku peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD),
mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang
terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani menegakkan
jika konstitusi di langgar.
Adapun contoh sikap positif tersebut antara lain :
1) Berusaha mempelajari isi konstitusi hasil amandeman agar memahami
makna konstitusi tersebut.
Melaksanakan isi konstitusi sesuai dengan profesi masing-masing.
2) Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan isi konstitusi hasil
amandeman kepada warga masyarakat.
3) Melaporkan kepada yang berwajib apabila ada pihak-pihak yang
melanggar konstitusi.
4) Mengawasi para penyelenggara Negara agar melaksaakan tugasnya sesuai
konstitusi yang berlaku
5) Mempelajarai peraturan perundang-undangan yang berlaku apakah sudah
sesuai atau belum dengan konstitusi, jika belum kita usulkan kepada yang
berwenang agar ada perubahan.
6) Mengamati berbagai kegiatan politik/ partai politik, apakah sudah sesuai
dengan amanat konstitusi
20
7) Menanamkan nilai-nilai konstitusi khususnya perjuangan bangsa kepada
generasi muda
8) Menangkal masuknya ideologi asing yang bertentangan dengan konstitusi
Indonesia.
http://agung-tobe.blogspot.com/2013/02/sikap-positif-terhadap-pelaksanaan.html
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
22
B. Saran
Setelah kita fahami mengenai pembahsan diatas, kita sebagai warga
Negara Indonesia yang baik harus taat dan patuh kepada konstitusi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahzaki.blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
23
http://ayankharyati.blogspot.com/2013/06/sejarah-perkembangan-konstitusi.html
http://yanawulan.blogspot.com/2012/06/sejarah-lahir-dan-perkembangan.html
http://luthfi428.blogspot.com/
http://agung-tobe.blogspot.com/2013/02/sikap-positif-terhadap-
pelaksanaan.html
http://dewinasititimuet.blogspot.com/2011/03/perkembangan-konstitusi-dunia.html
24