Anda di halaman 1dari 11

TUGAS GEOLOGI STRUKTUR

GEOLISTRIK

DISUSUN OLEH:
Elisabeth W Ningrum 24040112140113
M Syarif Muhtadi 24040113120010
Aisyah Rosalia 24040113120037
Lilik Wulandari 24040113120044
M Fuad Firdaus 24040113140077
Indah Kesumayanti 24040113140079
Gipita Puspa Safira 24040113140081
Isnan Nurul Huda 24040113130085
Ines Septiani Putri 24040113130099
Riski Hari Fitri 24040113140108
Astri Nila Sari 24040113130111

JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
I. Pendahuluan
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara
mendeteksinya di dalam bumi dan di permukaan bumi. Dalam hal ini
meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang
terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi.
Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara lain: metoda potensial
diri, arus telluric, magnetotelluric, IP (Induced Polarization),
resistivitas (tahanan jenis) dan lainlain. Dalam praktikum kali ini,
dibahas khusus metoda geolistrik tahanan jenis.

Pada metoda geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik


diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian beda
potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang
berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis
masing-masing lapisan dibawah titik ukur (sounding point).

Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang


sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman
lebih dari 1000 feet atau 1500 feet. Oleh karena itu metoda ini jarang
digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan
dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman
batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi
geothermal. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda
potensial dan elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metoda
resistivitas tahanan jenis, antara lain : Metoda Schlumberger, Wenner,
Dipole-dipole, Pole-dipole, Wenner Schlumberger

II. Macam Macam Konfigurasi Geolistrik Berdasarkan Letak


Elektroda
2.1 Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat
sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah.
Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB
sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak
MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. lebih besar dari 1/5
jarak AB.
Konfigurasi Schlumberger
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah
pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama
ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur
multimeter yang mempunyai karakteristik high impedance dengan
akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit
atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan
peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang
sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan
pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu
ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya,
maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga
diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap
jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada
multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah
tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20.
Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila
mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran
tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih,
sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih
kecil dari 1.0 milliVolt.
Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode
penyamaan kuva (kurvamatching). Ada 3 (tiga) macam kurva yang
perlu diperhatikan dalam intepretasi Schlumberger dengan metode
penyamaan kurva, yaitu:
Kurva Baku
Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q
Kurva Lapangan
Untuk mengetahui jenis kurva bantu yang akan dipakai, perlu
diketahui bentuk umum masing-masing kurva lapangannya.
o Kurva bantu H, menunjukan harga minimum dan adanya variasi 3
lapisan dengan 1 > 2 < 3.
o Kurva bantu A, menunjukkan pertambahan harga dan variasi lapisan
dengan 1 < 2 < 3.
o Kurva bantu, K menunjukan harga maksimum dan variasi lapisan
dengan 1 < 2 > 3.
o Kurva bantu Q, menunjukan penurunan harga yang seragam : 1 >
2 > 3
Pada konfigurasi Schlumberger ini elektroda-elektroda potensialdiam
pada suatu tempat pada garis sentral AB sedangkan elektroda-
elektrodaarus digerakkan secara simetri keluar dalam langkah-
langkahtertentu dan sama. Pemilihan konfigurasi ini didasarkan atas
prinsipkemudahan baik dalam pengambilan data maupun dalam
analisisnya.
Sebagai contoh: mula-mula diambil jarak MN = 1 m dan
pembacaan dilakukan untuk setiap AB sama dengan 10 m, 20 m, 30 m,
50 m, 70 m, 100 m, 125 m, 200 m, dan seterusnya bergantung
kebutuhan. Semakin lebar jarak AB, maka semakin dalam jangkauan
geolistrik ke dalam tanah. Jika kemudian potensial antara elektoda-
elektroda terlalu kecil, maka jarak MN dapat di perbesar.

Gambar 3.2 Skema peralatan resistivitas konfigurasi Schlumberger

Data yang diperlukan untuk pengukuran resistivitas struktur


lapisan tanah meliputi:
a. Jarak antara dua elektroda arus (AB)
Jarak ini diubah-ubah untuk memperoleh gambaran tiap-tiap lapisan.
Semakin jauh jarak antara elektroda arus, maka semakin dalam pula
alat geolistrik dapat mendeteksi struktur lapisan tanah di bawahnya
(juga bergantung pada besarnya arus yang diinjeksikan). Jarak AB
biasanya dituliskan dalam bentuk AB/2.
b. Jarak antara dua elektroda potensial (MN).
c. Arus listrik ( I ) yang diinjeksikan ke dalam tanah.
d. Beda potensial ( V ) antara kedua elektroda potensial.
e. Dari dua data AB dan MN ini akan diperoleh harga faktor koreksi
geometri (K) dan dapat diturunkan nilai tahanan jenis ().
Untuk konfigurasi Schlumberger di atas, nilai K dapat diturunkan
menjadi:
(2 2)
= dimana = dan =
2 2
Pengukuran ini dilakukan untuk beberapa titik sounding dengan tujuan
memperoleh informasi yang cukup bagi analisis, pemodelan, dan
interpretasi datanya.

2.2 Wenner
Metode ini dikembangkan di Amerika. Jarak MN selalu 1/3 dari
jarak AB. Jika jarak AB diperlebar maka, jarak MN juga harus diubah,
sehingga jarak MN tetap 1/3 jarak AB.
Kelebihan dan kekurangannya:
1. Ketelitian pembacaan nilai tegangan pada elektroda MN lebih
baik dengan angka yang relatif besar
2. Tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan,
yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan

Penyusunan elektroda pada konfigurasi wenner adalah


dengan kedua elektroda potensial (P) beada di tengah di antara
kedua elektroda arus (C) dengan jarak yang sama antar masing-
masing elektroda. Untuk pergerakan elektroda dilakukan secara
bersamaan dengan jarak antar elektroda yang tetap namun dengan
spasi yang berbeda-beda. Biasanya digunakan untuk maping atau
identifikasi nilai resistivitas bawah permukaan secara lateral atau
horisontal. Nilai potensial yang dihasilkan cukup besar karena
jarak elektroda potensial yang saling berdekatan dan juga
berdekatan dengan elektroda arus dengan jarak yang selalu tetap.
Tidak dianjurkan menggunakan metode ini untuk sounding
(mengukur kedalaman) karena memang tidak dapat mencakup
target sasaran yang tidak berada di bawah daerah pengukuran.
2.3 Dipole Dipole
Metode pengukuran resistivitas konfigurasi elektroda dipole-
dipole. Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan
elektroda potensial terpisah dengan jarak a. Sedangkan elektroda arus
dan elektroda potensial bagian dalam terpisah sejauh na, dengan n
adalah bilangan bulat (Waluyo, 2005). Variasi n digunakan untuk
mendapatkan berbagai kedalaman tertentu, semakin besar n maka
kedalaman yang diperoleh juga semakin besar. Tingkat sensitivitas
jangkauan pada konfigurasi dipole-dipole dipengaruhi oleh besarnya a
dan variasi n.
Metode geolistrik resistivitas konfigurasi dipole-dipole dapat
diterapkan untuk tujuan mendapatkan gambaran bawah permukaan
pada obyek yang penetrasinya relatif lebih dalam dibandingkan dengan
metode sounding lainnya seperti konfigurasi wenner dan konfigurasi
schlumberger. Metode ini sering digunakan dalam survey-survei
resistivitas karena rendahnya efek elektromagnetik yang ditimbulkan
antara sirkuit arus dan potensial (Loke, 1999).

Spasi antara dua elektroda arus dan elektroda potensial sama


yaitu a. Konfigurasi ini mempunyai faktor lain yaitu n yang merupakan
rasio jarak antara elektroda C1 dan P1 ke C2 C1 atau P1 P2 dengan
jarak pisah a. Pengukuran ini dilakukan dengan memindahkan
elektroda potensial pada suatu penampang dengan elektroda arus tetap,
kemudian pemindahan elektroda arus pada spasi n berikutnya diikuti
oleh pemindahan elektroda potensial sepanjang penampang seterusnya
hingga pengukuran elektroda arus pada titik terakhir di penampang itu

Faktor geometri pada konfigurasi elektroda dipole-dipole :


Nilai resistivitas semu dari konfigurasi dipole-dipole adalah

= .
dengan K adalah faktor geometri :

= ( + 1)( + 2)
2.4 Pole Dipole
Penggukuran dengan Konfigurasi Pole-Dipole dengan nilai
K = 2n ( n+1) a

Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan:


1. Memanfaatkan metode mapping konfigurasi pole-dipole untuk
penentuan nilai resitivitas Metode mapping adalah metode golistri
untuk menggukur nilai resitivitas secara lateral. Metode ini sangat
dibutuhkan karenalebih mudah dalam praktiknya. Konfigurasi pole
dipole menggunakan prinsip bahwa arus yang disalurkan ke elektroda
di tempatkan pada jarak tertentu dengan besaran tertentu juga sehingga
hal ini bisa dianggap bahwa arus yang di gunakan tak berhingga jadi
nilai resitivitasnya akan semakin bervariasi.
2. Memunculkan variasi bentangan elektroda yang digunakan dengan
penetrasi kedalaman elektroda Memunculkan variasi bentangan
elektroda dengan penetrasi kedalaman elektroda dilakukan untuk
mencari variasi hubungan yang ditunjukkan antara tegangan dan arus
yang digunakan. Semakin panjang bentangan elektroda yang digunakn
dan semakin dalam penetrasi elektroda maka tegangan yang di
tunjukkan akan semakin besar.
3. Menggunakan data perubahan tegangan dan arus untuk menentukan
resitivitas permukaan bawah tanah. Berdasarkan data perubahan antara
tegangan dan arus kita bisa menentukan nilai resitivitas dengan
menggunakan rumusan diatas. Selanjutnya data resitivitas tersebut kita
buat dalam data 2D agar kita bisa menggetahui pola penyebaran air
tanah dan mineral batuan dengan jelas. Selain itu kita gunakan grafik
hubungan antara perubahan tegangan dengan arus yang digunakan
dengan menggunakan microsof excel.
2.5 Self Potensial
Metode Potensial Diri (Self Potential, SP) merupakan suatu
metode survei Geofisika yang dapat dimanfaatkan untuk
mengeksplorasi sumberdaya alam bawah permukaan. Metode ini
didasarkan pada pengukuran potensial diri massa endapan batuan
dalam kerak bumi tanpa harus menginjeksikan aruys listrik ke dalam
tanah, seperti metode geolistrik lainnya. Metode Potensial Diri dapat
digunakan untuk mendeteksi reservoir panas bumi, mineral logam, air
bawah tanah dan sebagainya. Selain itu, metode ini juga dapat
digunakan untuk mendeteksi rembesan limbah cair bawah permukaan
dan analisis geokimia (Sehah, 2011).
Potensial diri merupakan tegangan statis alam yang terdapat di
permukaan bumi, akibat proses mekanik dan elektrokimia di bawah
permukaan. Pada dasarnya potensial diri merupakan tegangan listrik
searah (DC) yang terjadi di permukaan bumi yang bervariasi secara
lambat.Kemunculan potensial diri terkait dengan pelapukan
batuan/mineral, variasi mineral di dalam batuan, aktivitas biolistrik
bahan organik, gradien tekanan dan temperatur pada permukaan cairan,
serta gejala alam lainnya. Pada proses mekanik dihasilkan potensial
difusi (liquid-junction), potensial shale dan potensial mineralisasi
(Sehah, 2011).
Pada mulanya metode Potensial Diri digunakan untuk
menentukan daerah yang mengandung mineral logam.Selanjutnya
metode ini digunakan untuk mencari mineral logam yang terkait
dengan sulfida, grafit, dan megnetit
2.6 Induksi Polarisasi
Metode polarisasi terimbas merupakan salah satu metode geofisika yang
mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral logam
di bawah permukaan bumi. Metode IP pada hakekatnya adalah pengembangan
lebih lanjut dari metode tahanan jenis yang mampu memberikan informasi
tambahan ketika tidak ditemukan kontras tahanan jenis yang memadai. Metoda
polarisasi terimbas ini terutama dipahami dalam eksplorasi logam dasar (Base
Metal) dan penyelidikan air tanah (Ground Water).
Pada metoda ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua
elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektroda potensial

Dalam metoda polarisasi terimbas ada 3 macam metoda pengukuran


yaitu:
1) Pengukuran dalam domain waktu
2) Pengukuran dalam domain frekuensi
3) pengukuran sudut fasa.
III. Aplikasi Metode Geolistrik
Beberapa contoh aplikasi geolistrik adalah untuk identifikasi sesar, identifikasi daerah
panas bumi, dan lain sebagainya. Sebagai contoh:

1. Identifikasi sesar
Daerah : Jeberang, Sulawesi Selatan
Masalah : adanya pergerakan tanah pada daerah ini yang disebabkan struktur geologi
yang tidak stabil yaitu adanya sesar.
Metoda geolistrik digunakan dalam mengidentifikasi sesar-sesar di bawah permukaan
sebagai data yang akan direkomendasikan untuk pemeliharaan/penyelamatan
bendungan pada masa yang akan datang.

Hasil penampang pada lintasan pengukuran geolistrik


Gambar diatas adalah gambar penampang resistivitas semu dari hasil pengukuran yang
telah di inversikan. Terlihat bahwa pada kedalaman 9.26 m terdapat perbedaan batuan
pada lapisan. Dapat dilihat adanya bidang lemah dengan harga resistivitas rendah yang
berkisar antara 128-288 Ohmmeter (Telford)

Tabel jenis batuan (Telford)

Bidang ini memotong perlapisan batuan yang ada di sekitarnya dengan haraga
resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan tersebut mungkin telah terjadi sesar
yaitu pada titik 50m. Pada titik tersebut juga dapat dilihat adanya rekahan di atas
permukaannya. Hal ini membuktikan bahwa pada lintasan tersebut mungkin terjadi
patahan dangkal atau sesar minor.
2. Identifikasi daerah panas bumi
3. Monitoring stabilitas lereng gunung
4. Identifikasi bidang gelincir
5. Eksplorasi emas
6. Eksplorasi batubara
7. dll

Anda mungkin juga menyukai