Anda di halaman 1dari 24

Teori Konsep Dasar MT

Nama :
Salsabila Naqiyah
Mitsalina Awanis
Arina Akmali Y
Aditya Permadi
Hilya Ayu Noor A
Anik Fitrochaton C
Mohammad Wahyu R

Dasar Teori
- Metode Telurik Magnet (MT) merupakan salah satu
metode Geofisika pasif yang digunakan untuk
memetakan struktur bawah permukaan dengan
prinsip sounding.
- Mempunyai rentang frekuensi 10-5 Hz 104 Hz
- Metode ini memanfaatkan variasi medan
elektromagnetik yang terdapat pada permukaan
bumi (berasal dari batuan-batuan di bawah
permukaan bumi yang terinduksi oleh medan
elektromagnetik yang terdapat pada atmosfer
bumi)

- Medan elektromagnetik di permukaan


bumi diukur menggunakan alat akuisisi
data magnetollurik.
- Variasi medan EM terukur
diterjemahkan menjadi nilai resistivitas
yang kemudian dimodelkan baik
secara vertikal maupun lateral.
- Dari model tersebut dapat diprediksi
jenis-jenis dan susunan batuan yang
terdapat di bawah permukaan bumi.

Sumber Metode MT
a. Solar Wind
- Merupakan suatu fenomena pergerakan ion H
dan He yang kemudian berinteraksi dengan
medan maget bumi.
- Interaksi dengan medan magnet bumi
menyebabkan solar wind terdefleksi sehingga
timbullah magnetosfer bumi. (Unsworth, 2008).
- Perubahan nilai medan magnet di bagian
magnetosfer dapat menyebabkan terjadinya
induksi yang cukup besar di bagian ionosfer.
- Ionosfer berada di 50-1500 km di atas
permukaan bumi yang merupakan daerah
dimana plasma dan konduktivitas yang sangat
besar berada.
- Perubahan arus di ionosfer akibat magnetosfer

b. Petir
- Penyebab:
- Awan di angkasa ada yang bermuatan negatif dan
ada yang bermuatan positif.
- Muatan positif berkumpul dengan muatan positif,
dan sebaliknya.
- Sedangkan pada permukaan bumi bermuatan netral.
- Timbullah perbedaan potensial antara bumi dan
awan.
- Pada saat terjadi beda potensial yang tinggi antara
awan dengan bumi, maka awan akan melepaskan
muatan negatifnya agar terjadi kesetimbangan
muatan.

-Elektron atau muatan negatif yang mengalir ke bumi itu


disebut dengan petir.
- Lighting activity terjadi di ionosfer pada seluruh bagian
bumi yang kemudian akan menjalar pada permukaan bumi.
- Pada saat lighting activity mencapai permukaan bumi,
dengan seketika itu pula medan magnet bumi mengalami
perubahan.
- Apabila lighting ini mencapai permukaan bumi secara
berulang, maka perubahannya pun secara berulang.
- Sehingga menghasilkan fluks magnet yang kemudian
menginduksi arus listrik di bawah permukaan dan
menimbulkan medan magnet sekunder yang kemudian
terekam pada alat MT.

Metodemagnetotellurikmenggunakan
pengukuran dari variasi waktu
medanelekttromagnetikbumi (Hx, Hy,
Hz, Ex, dan Ey) untuk memperoleh
penyebaran nilai resistivitas batuan
bawah permukaan.
Metodemagnetotellurikmenggunakan
pengukuran dari variasi waktu
medanelekttromagnetikbumi (Hx, Hy,
Hz, Ex, dan Ey) untuk memperoleh
penyebaran nilai resistivitas batuan
bawah permukaan.

Pembahasan konsep dasar medan


elektromagnetik erat kaitannya
dengan penggunaan persamaan
Maxwell.

Persamaan diatas merupakanHukum


Faraday yang menjelaskan bahwa
perubahan medan magnetik terhadap
waktu akan menimbulkan arus listrik
melewati loop tertutup. Hukum
Ampere yang menjelaskan bahwa
setiap lintasan tetutup pada arus listrik
akan mengasosiasikan medan magnet
dari nilai tertentu sehingga
mengasilkan total arus listrik yang
mengalir. Dengan menerapkan asumsiasumsi yang berlaku makaHukum

Persamaan yang menyatakan medan magnet tidak mengenal


monopole atau medan magnet bersifat dipole. Pada kasus
medium homogen isotropis berlaku hubungan:

Berdasarkan persamaan diatas dan Hukum Ohm, maka


persamaan Maxwell dapat ditulis kembali menjadi :

Penetrasi kedalaman gelombang


elektromagnetik yang masuk ke bumi
merupakan informasi kedalaman yang
dapat dicapai oleh gelombang
elektromagnetik. Energi gelombang
elektromagnetik yang masuk ke dalam
bumi akan mengalami pelemahan
sehingga membuat informasi yang
diperoleh juga menjadi kurang akurat.

Skin Depth dan Fungsi


Transfer
Gelombang elektromagnetik dianggap
sebagai gelombang bidang yang
merambat secara vertikal ke dalam bumi.
Hal ini mengingat besarnya kontras
konduktivitas udara dan bumi.
Model bumi paling sederhana adalah
homogenhalf-spaceyang terdiri dari
lapisan udara yang non-konduktiv dengan
lapisan yang konduktif.

Polarisasi E (Modus TE) dan Polarisasi B


(Modus TM)
Polarisasi E (Modus TE) dan Polarisasi B (Modus
TM) dikenal dalam kasus 2 dimensi. Pada kasus 2
dimensi, nilai resistivitas tidak hanya bervariasi
secara vertical tetapi juga horizontal.
Polarisasi E dan polarisasi B berhubungan dengan
arahstrikekondisi lapangan pengukuraan.
Dikatakan polarisasi E karena arah pengukuran
medan listrik E sejajar dengan arahsrike.
Sedangkan polarisasi B ketika arah pengukuran
medan E memotongstrike.

Gambar.Modus TE dan TM pada model 2


Dimensi
Interprestasi pengukuran medan listrik bumi umumnya dapat
dibantu dengan metoda inversi. Dalam kasus
metodaelectromagnetikdigunakan untuk mendapatkan
parameter fisika di bawah permukaan bumi (resistivitas lapisan
dan ketebalan lapisan).

InversiOccam 1 Dimensi
Inversi data elektromagnetik umumnya tidak
menghasilkan solusi yang unik, tetapi penggunaan
sebuah model untuk menginterprestasikan suatu data
pengamatan juga tidak dapat dihindarkan. Permasalahan
lain adalah perubahan kecil pada datapengamatan
menyebabkan perubahan yang besar pada parameter
hasil inversi serta memperpanjang proses iterasi.
Dengan kata lain, parameter hasil inversi sangat
tergantung kepada harga parameter estimasi awal.
Untuk mengatasi permasalahan, diperlukan suatu bentuk
lain metoda inversi yang hasilnya tidak tergantung
kepada harga estimasi awal.Salah satu metodenya
adalah occam dengan memanfaatkan tingkat kekasaran
model (Roughness).

Tingkat kekasaran model dapat


dedefinisikan sebagaiberikut:

Anda mungkin juga menyukai