Anda di halaman 1dari 10

KRITERIA KEBENARAN

PEMBAHASAN MATERI
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :

Arjianti Retno 4115155


Carina Kusuma Wardani 4115155591
Fia Rusmiyanti 4115155231

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015
Latar Belakang

Manusia ingin tahu yang benar. Hanya kebenaran yang memuaskan rasa ingin

tahu manusia. Dengan kata lain, tujuan pengetahuan ialah mengeahui yang benar

(kebenaran). Tujuan ilmu juga mencapai kebenaran. Dengan kata lain, dalam ilmu

manusia ingin memperoleh pengetahuan yang benar. Karena ilmu merupakan

pengetahuan yang sistematis, maka pengetahuan yang dituju ilmu ialah pengetahuan

imiah. Pembahasan dalam bab ini berkisar pada pertanyaan: apa itu kebenaran?

Misal, Tari berkata saya melihat pelangi di angkasa, apa maksudnya bahwa saya

melihat pelangi di angkasa itu benar?

Menurut Reuben Abel, masalahnya adalah hakikat kebenaran, bukan mencari

kriteria kebenaran. Dengan kata lain, menjelaskan bagaimana dan dengan cara apa

suatu proposisi yang benar berbeda dari proposisi yang tidak benar (palsu), dan

bukannya mengidentifikasi kapan suatu proposisi itu benar (Abel, hal.74).

Dalam materi ini dibahas kriteria kebenaran dalam kaitan dengan Filsafat Ilmu.

Pengetahuan dan Kebenaran

Telah dikatakan bahwa manusia bukan tidak sekedar ingin tahu, tetapi ingin

tahu kebenaran. Ia ingin memiliki pengetahuan yang benar. Sumber pengetahuan

dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang meragukan setiap gejala yang ada di

alam semesta ini. Manusia tidak mau menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib

dirinya sendiri. Rene Descarte pernah berkata DE OMNIBUS DUBITANDUM

yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus diragukan. Keraguan terhadap
sesuatu mendorong manusia untuk menggunakan fungsi panca inderanya, untuk

mendapatkan pengetahuan. Sesuatu yang diketahui manusia disebut pengetahuan.

Dorongan mendapatkan pengetahuan didasari oleh beberapa tujuan yakni antara lain :

1. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup

2. Mengembangkan arti kehidupan

3. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.

4. Mencapai tujuan hidup.

Dari keempat tujuan diatas jelaslah bahwa pengetahuan adalah bagian dari

kehidupan manusia itu sendiri. Pengetahuan yang memuaskan manusia adalah

pengetahuan yang benar. Pengetahuan tidak benar adalah kekeliruan. Pengetahuan

yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Keliru seringkali

lebih jelek daripada tidak tahu. Pengetahuan yang keliru dijadikan tindakan/perbuatan

akan menghasilkan kekeliruan, kesalahan dan malapetaka.Untuk Mendapatkan

pengetahuan tersebut maka manusia harus melakukan proses berfikir.

Berfikir adalah suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran.Apa

yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh karena itu

diperlukan suatu kriteria atau ukuran kebenaran.

Kebenaran ialah persesuian antara pengetahuan dan obyeknya. Dalam

Kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI) Kebenaran berarti keadaan yang cocok

dengan keadaan atau hal yang sesungguhnya. Atau sesuatu yang sungguh benar
benar ada. Sementara Kriteria berarti ukuran yang menjadi dasar penilaian atau

ketetapan sesuatu. Inilah kebenaran obyektif. Seperti dikatakan oleh Poedjawidjatna,

pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang obyektif. Penggambarannya adalah

sebagai berikut:

Jika saya mengatakan bahwa diluar sedang hujan, proposisi itu benar jika apa yang

saya katakana memang sesuai dengan fakta. Jadi, ketika saya mengucapkan kalimat

itu, hujan sedang turun. Apabila hujan tidak turun atau pun sedang panas terik, maka

proposisi tersebut tidak benar.

3 Jenis Kebenaran

Ada tiga jenis kebenaran, yakni kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis dan

kebenaran semantic. Kebenaran epistomologis berkaitan dengan pengetahuan,

kebenaran ontologis berkaitan dengan hakikat sesuatu, dan kebenaran semantic

berkaitan dengan tutur kata atau bahasa. Penjelasan atau uraian dari masing-masing

jenis kebenaran sebagai berikut:

1. Kebenaran Epistemologis

Disebut juga kebenaran logis. Yang dipersoalkan atau ruang lingkup bahasan disini

ialah apa artinya pengetahuan yang benar? Atau pun, kapan sebuah pengetahuan

disebut pengetahuan yang benar?

Jawabannya: bila apa yang terdapat dalam pikiran subyek sesuai dengan apa yang ada

dalam obyek.
2. Kebenaran Ontologis

Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek. Misalnya,

kita mengatakan batu adalah benda padat yang keras. Ini sebuah kebenaran ontologis,

karena batu pada hakikatnya merupakan benda padat yang sangat keras. Manusia

yang benar adalah manusia yang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. Kebenaran

ontologis dibedakan menjadi:

a. Kebenaran Ontologis Esensialis: menyangkut sifat dasar atau kodrat sesuatu


b. Kebenaran Ontologis Naturalis: menyangkut kodrat seperti yang diciptakan

Tuhan
c. Kebanaran Ontologis Artifisial: menyangkut kodrat yang diciptakan oleh

manusia

3. Kebenaran sistematik

Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Ini tergantung pada kebebasan

mansuia sebagai makhluk yang bebas melakukan sesuatu. Bahasa merupakan

ungkapan dari kebenaran.

Teori Kriteria Kebenaran:

1. Teori Koherensi (coherence theory)

Teori ini dikembangkan oleh kaum idealis dan sering disebut teori konsistensi

atau teori saling berhubungan.Dikatakan demikian karena teori ini menyatakan bahwa

kebenaran tergantung pada adanya saling hubungan secara tepat antara ide ide yang

sebelumnya telah diakui kebenarannya.The Consistence theory of truth/Coherence

theory of truth mengatakan bahwa kebenaran ditegakkan atas hubungan antara


putusan yang baru dengan putusan-putusan lain yang telah kita ketahui dan akui

kebenarannya terlebih dahulu. Bochenski berpendapat bahwa kebenaran itu terletak

pada adanya kesesuaian antara suatu benda atau hal dengan pikiran atau idea.Titus

dkk berpendapat

Kebenaran itu adalah sistem pernyataan yang bersifat konsisten secara timbal

balik , dan tiap tiap pernyataan memperoleh kebenaran dari sistem tersebut secara

keseluruhan.

Jadi suatu pernyataan cenderung benar bila pernyataan tersebut koheren

(saling berhubungan) dengan pernyataan lain yang benar atau bila arti yang

dikandung oleh pernyataan tersebut koheren dengan pengalaman kita.

Misalnya :

- Pernyataan bahwa di luar hujan turun, adalah benar apabila pengetahuan

tentang hujan (air yang turun dari langit) bersesuaian dengan keadaan cuaca

yang mendung,gelap dan temperatur dingin dan fakta fakta yang menunjang.
- Pernyataan bahwa Semua manusia pasti mati adalah sebuah pernyataan yang

benar, maka pernyataan bahwa si fulan adalah manusia dan si fulan pasti mati

adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan

pertama.

Kesimpulan Teori :
1. Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan

pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui.

2. Teori ini dinamakan juga teori justifikasi /penyaksian tentang kebenaran, karena

menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian

penyaksian /justifikasi oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah

diketahui, diterima, diakui kebenarannya.

3. Ukuran dari teori ini adalah konsistensi dan persisi

Teori Korespondensi (corespondence theory)

Teori ini diterima oleh kaum realis dan kebanyakan orang. Teori ini

menyatakan bahwa jika suatu pernyataan sesuai dengan fakta, maka pernyataan itu

benar, jika tidak maka pernyataan itu salah menerangkan bahwa kebenaran atau

sesuatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang

dimaksud suatu pernyataan/pendapat dengan objek yang dituju/dimaksud oleh

pernyataan/pendapat tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta,

yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi aktual. Titus dkk

berpendapat Kebenaran

adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta itu sendiri.

Misalnya :

- Bila ada orang yang menyatakan bahwa sungai Nil adalah sungai terpanjang

di dunia, maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu sesuai
dengan fakta.Karena secara faktual sungai Nil adalah sungai terpanjang di

dunia.
- Pernyataan Ibukota Indonesia adalah Jakarta, maka pernyataan ini adalah

benar sebab pernyataan ini sesuai dengan fakta yakni Jakarta adalah Ibukota

Indonesia.

Kesimpulan Teori ini :

1. Menurut teori ini kita mengenal 2 (dua) hal yaitu : Pernyataan dan Kenyataan.

2. Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan

kenyataan sesuatu itu sendiri.

Teori Pragmatis (pragmatic theory)

Teori dicetuskan oleh Charles S.Pierce (1839-1914). Teori ini menganggap

suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan

manfaat bagi kehidupan manusia.Kaum pragmatis menggunakan kriteria

kebenarannya dengan kegunaan(utility), dapat dikerjakan(workability), dan akibat

yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran

yang mutlak/tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.

Kriteria pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam menentukan

kebenaran ilmiah dalam perspektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang

sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan

dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu
fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya

pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri

yang menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan (Jujun,

1990:59),

Misalnya :

- Teori tentang partikel tak akan berumur lebih dari 4 (empat) tahun. Ilmu

Embriologi diharapkan mengalami revisi setiap kurun waktu 15 tahun.


- Kedua ilmu di atas disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada.

Kesimpulan Teori ini :

1. Kebenaran suatu pernyataan dapat diukur dengan kriteria apakah pernyataan

tersebut bersifat pragmatis atau fungsional dalam kehidupan praktis.

Kesimpulan Ketiga Teori dan Kriteria Kebenaran

Ketiga teori diatas memiliki beberapa persamaan yakni meliputi :

- Seluruh teori melibatkan logika baik formal maupun material (deduktif dan

induktif).
- Melibatkan bahasa untuk menguji kebenaran itu.
- Menggunakan pengalaman untuk mengetahui kebenaran.

Kriteria kebenaran cenderung menekankan salahsatu atau lebih dari tiga

pendekatan yaitu :

(1) yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita. (2) yang benar adalah yang

dapat dibuktikan dengan eksperimen, (3) yang benar adalah yang membantu dalam
perjuangan hidup biologis. Oleh karena teori-teori kebenaran (koresponden,

koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling menyempurnakan daripada

saling bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi

tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari pertimbangan dan

ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya. Akan tetapi

karena kita dengan situasi yang sebenarnya, maka dapat diujilah pertimbangan

tersebut dengan konsistensinnya dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang kita

anggap sah dan benar, atau kita uji dengan faidahnya dan akibat-akibatnya yang

praktis (Titus, 1987:245).

Sumber Pustaka :

- Suriasumantri S. Jujun. FILSAFAT ILMU Sebuah Pengantar Populer. Jakarta

Penerbit Sinar Harapan,1985.


- Suhartono,Ph.D. Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta Penerbit

AR RUZZ MEDIA. 2005.


- Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

.Sekolah Farmasi ITB 20084.

Anda mungkin juga menyukai