Anda di halaman 1dari 68

Judul/Title : Sistem Informasi

Manajemen Pemerintahan; Konsep dan


Aplikasinya pada Organisasi
Pemerintahan /Pemda

Penulis/Author : Etin Indrayani & Gatiningsih

Penerbit/Publisher : IPDN Press Jatinangor

Edisi/Edition : 2013

Halaman/Pages : 248

Buku ini membahas tentang pentingnya sistem informasi dan


komunika si pada pemerintah. Sistematika buku ini diawali dengan
penjelasan mengenai sistem informasi dan komunikasi dilanjutkan dengan
pengadopsiannya pada pemerintahan sehingga memunculkan konsep E-
Government. Konsep E-Government di sajikan beserta contoh-contoh
pengaplikasiannya pada pemerintah dan pemerintah daerah.

Buku ini dirancang untuk mengupas tentang konsep-konsep dan


teori yang melandasi implementasi sistem informasi manajemen pada
organisasi publik., Teori-teori manajemen organisasi modern secara
intensif yang mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an. Keberadaan TIK.
Teknologi informasi ini merupakan subsistem dari sistem informasi
(information system). Terutama dalam tinjauan dari sudut pandang
teknologinya. Sejarah Sistem Informasi. Untuk menggali sejauhmana
perkembangan sistem informasi, akan menyangkut banyak aspek yang
terkait dengannya, yaitu sejarah perangkat keras, bagaimana perangkat
keras itu digunakan serta perangkat lunak.

Adapun ringkasan buku tersebut adalah sebagai berikut :

1
BAB I
TEORI DAN KONSEP
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN

1.1 Sistem Informasi Pemerintahan

Dalam Oxford English Dictionary, informasi adalah the act of


informing, or giving form or shape to the mind, as in education, instruction,
or training. Dalam bahasa latin informare artinya memberikan bentuk
atau membentuk suatu ide.

Keberadaan informasi bagi lembaga sekarang ini sama pentingnya


dengan sumber sumber daya produksi lainnya. Ia disetarakan dengan
sumber daya yang sangat penting dalam penciptaan produk yang
bermutu, efisien, dan dalam rangka memenangkan persaingan. Informasi
yang bernilai tinggi sangat menentukan kualitas pembuatan putusan yang
dilakukan pimpinan. Certo dan Certo (2006:534) menyebutkan beberapa
faktor berikut yang menentukan kebernilaian dari informasi:

1. Ketepatan informasi
2. Mutu informasi
3. Informasi yang up to date
4. Kuantitas informasi

Keberadaan informasi di suatu lembaga, termasuk pemerintahan


sangat kompleks. Satu unit yang satu dengan yang lain saling
memproduksi informasi, membutuhkan informasi, dan bertukaran
informasi. Putusan yang dihasilkan oleh satu unit tidak hanya
membutuhkan informasi dari unit asal saja, tapi bisa terkait dan
memengaruhi unit yang lain pula dan dalam prakteknya, sistem informasi

2
merupakan jaringan yang terdapat dalam suatu organisasi yang membuat
para pimpinan bisa mengakses informasi secara terus menerus. Dengan
informasi tersebut, para pimpinan bisa membuat putusan yang ditujukan
untuk meningkatkan kinerja organisasi. Karena pada umumnya sistem
informasi ditandai dengan penggunaan komputer, para pimpinan bisa
menggunakan sistem informasi untuk mengakses catatan-catatan
lembaga secara on line dan membuat ringkasan informasi yang diperoleh
serta membuat laporan-laporan.

1.2 Keberadaan Teknologi Informasi dalam Sistem Informasi


Teknologi informasi sering disingkat dengan TI (teknologi
informasi), IT (informastion technology), atau infotech. Dalam bahasa
indonesia disebut dengan teknologi informasi atau dikenal juga dengan
istilah telematika.
Secara umum, masyarakat menerjemahkan teknologi informasi sebagai
perangkat teknologi yang berfungsi mengumpulkan informasi,
memproses, menyimpan, dan menyebarkannya. Namun, ternyata
penafsiran awam tentang teknologi informasi tersebut sekarang memiliki
konotasi yang berbeda jika mengacu pada perkembangannya akhir-akhir
ini.
Komputer dengan kemampuan yang hebat sekarang bisa ada di
atas meja atau pankuan kita, berbeda dengan komputer lama yang
memakan tempat luas. Trend sekarang teknologi komputer menjadi
semaking murah. Tahun 1980-an adalah akhir dari era komputer generasi
pertama dan awal dari era generasi komputer kedua (berbasis mikro).
Dibanding dengan kemajuan teknologi lainnya, teknologi komputer
mengalami perkembangan yang sangat cepat dan sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat secara luas dan memberikan sumbangan yang
luar biasa terhadap kemajuan sosial dan ekonomi dunia.

3
BAB II
DASAR FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN

2.1 Dasar filosofis sistem informasi manajemen (SIM) pemerintahan

Dalam membahas dasar filosofis informasi, secara konsep akan


dikaji dari tiga sisi deskripsi filsafat, yaitu :

Epistimologi informasi: Merupakan cabang filsafat yang menyelidiki


asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang
bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan
kepalsuan. Epistimologi pada dasarnya adalah cara bagaimana
pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya
menggunakan metode ilmiah. Metode adalah tata cara dari suatu kegiatan
berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.

Informasi tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang matematis


dan statis, maka pendekatan terhadap informasi harus diubah dan
dilakukan pendekatan multidisiplin. Informasi tidak hanya didekati dari
proses, mekanisme dan struktur saja, akan tetapi harus dilihat aspek
sosial, kultur, hukum, dan aspek lainnya.

Ontologi informasi: Merupakan cabang filsafat mengenai sifat (wujud)


atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu
pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sisten interaksi
sosial. Menurut Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan
terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi
ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.

4
Dalam waktu yang cukup lama, informasi dipandang sebagai
sesuatu yang matematis. Informasi dipandang sebagai fenomena
mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi
pesan dan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media
komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh bamglang dari mazhab
proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi
pesan dan menterjemahkannya (encoding dan decoding).
Informasi adalah pengetahuan bersama yang membentuk
masyarakat dan menciptakan struktur masyarakat. Informasi adalah
sesuatu yang membentuk diri kita, menciptakan struktur masyarakat, dan
memengaruhi pola kehidupan masyarakat. Kehidupan ini menjadi ada,
karena informasi yang diterima oleh kita dan orang lain. Tampa adanya
informasi, maka tidak ada struktur masyarakat, tidak ada komunikasi, dan
tidak ada kehidupan itu sendiri.

Aksiologi informasi: Merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan


nilai seperti etika, estetika atau agama. Litle John menyebutkan bahwa
aksiologi merupakan bidang kajian filsafat yang membahas value (nilai-
nilai). Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori
ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai
teori seperti tentang apa yang di observasi, bagaimana observasi
dilakukan dan apa bentuk teorinya. Metatori adalah teori tentang teori
berbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970-an mengajukan
berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma sosial.
Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistimologi)
berkembang. Sampai sejauh manakah eksistensi (ontologi)
perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologi)
bagi kehidupan manusia.

Aksiologi informasi mempertanyakan tentang untuk apa informasi


itu dan akan dibawa ke mana informasi tersebut. Apa mamfaat dari ilmu
informasi dan untuk siapa manfaat ilmu informasi tersebut. Karena

5
sifatnya yang multidisiplin, maka tujuan dan manfaat ilmu informasi harus
berhubungan dengan masyarakat. Informasi tidak boleh hanya dipandang
sebagai inforamsi an-sich, tetapi merupakan produk sosial budaya,
teknologi, hukum, dan relasi sosial dalam masyarakat.
Tujuan informasi tidak lain adalah untuk kemakmuran masyarakat.
Oleh karenanya, akses terhadap informasi harus menjadi fokus praktisi
informasi. Setiap warga negara hendaknya dijamin oleh sistem dan
undang-undang untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tidak
boleh ada dalam suatu masyarakat yang terbuka dan modern sekelompok
masyarakat yang tidak dapat akses ke sumber-sumber informasi yang
dibutuhkan.

2.2 Dasar sosiologis sistem informasi manajemen pemerintahan

Dasar sosiologis mengandung norma dasar sistem informasi


manajemen pemerintah daerah yang bersumber atau berasal dari norma
kehidupan masyarakat. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat, kita
harus memusatkan perhatian kita pada pola hubungan antarpribadi dan
antar kelompok dalam masyarakat itu sendiri. Dalam sistem informasi, ada
pola hubungan antar pribadi ataupun kelompok dalam kelembagaan
pemerintah (di mana kelembagaan pemerintahan daerah merupakan
bagian dari kelompok-kelompok masyarakat) terkait dengan tukar-
menukar informasi dalam rangka proses hubungan sosial. Pola pertukaran
data informasi, dan bagaimana data atau informasi itu tersedia dan
bertukaran dari satu pihak ke pihak yang lain membentuk dan kemudian
melembaga ke dalam tatanan kehidupan sosial, dan menjadi bagian dari
nilai yang berlaku. Nilai itulah yang kemudian mengingat kehidupan
berorganisasi dan harus dipatuhi oleh masing masing anggota.

Dalam praktek sistem informasi manajemen pemerintahan daerah,


nilai sosiologi yang melandasinya adalah nilai integralistik. Yaitu nilai yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat di mana :

6
1. Kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan dan musyawarah;

2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup berorganisasi;

3. Organisasi melindungi anggotanya; dan

4. Akselerasi serasi seimbang antara hak dan kewajiban.

Memandang sistem informasi manajemen pemerintahan dalam


konteks sosiologis merupakan bagian kecil dari analisis sistem informasi
manajemen pemerintahan dari sisi pendekatan prilaku. Pendekatan
prilaku mamandang sistem informasi manajemen pemerintahan terkait
dengan aspek aspek SIM pemerintahan daerah yang berkenaan
dengan:

1. Desain
2. Implementasi
3. Integrasi
4. Manajemen

2.3 Dasar hukum sistem informasi manajemen Pemerintahan

Adapun dasar hukum yang mengatur sistem informasi manajemen


pemerintahan, berikut adalah beberapa acuan yang bisa dijadikan payung
hukumnya :

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 28 F disebutkan bahwa


setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran tersedia.

2. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah


yaitu undang-undang yang menandai reformasi penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu berubahnya sistem sentralisasi menjadi
desentralisasi pemerintahan. Undang-undang tersebut mengharapkan
pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan

7
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk mempercepat terwujudnyakesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan, pelanyanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3. Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik (ITE) merupakan perundangan yang melandasi
penyelenggaraan sistem informasi manajemen pemerintahan daerah.

4. Undang - Undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan


Informasi Publik. Undang-undang ini mengatur tentang arti penting
informasi dan memberikan perlindungan kepada pemerintahan
daerah, termasuk warga perseorangan, untuk memperoleh informasi
secara seluas-luasnya dan menjamin membuka akses informasi
publik sebagai salah satu indikasi penyelenggaraan pemerintahan
yang baik.

5. Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi


Nasional Pengembangan E-Government. Peraturan p[erundangan ini
menginstruksikan empat hal yang harus dilakukan oleh seluruh
perangkat pemerintah, termasuk pemerintah daerah.
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 2009
(RJPM Nasional 2010-2014) tentang target atau pencapaian
pengelolaan urusan pemerintahan yang dikelola secara transparan,
akuntabel, dan profesional. Realisasinya adalah pengembangan
sistem-sistem informasi yang relevan dengan
urusan/bidangpemerintahan atau sektor pembangunan. Termasuk di
daerah, pengembangan sumber dayayang dikelola secara transparan,
akuntabel, dan profesional ini direalisasikan dengan melakukan
pengembangan sistem informasi manajemen pemerintahan.

8
BAB III

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM


SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH YANG EFEKTIF

9
3.1 TIK untuk Keunggulan Kompetitif Wilayah

Keunggulan kompetitif digambarkan sebagai sesuatu yang harus


dicapai dengan pengelolaan sumber daya fisik, juga tentunya sumber
daya konseptual. Porter adalah sosok yang pertama kali memopulerkan
istilah keunggulan kompetitif ini. Porter memberikan ide tentang rantai nilai
(value chain) dari sistem nilai yang disesuaikan dengan sistem mengambil
sudut pandang dari lembaga ke lingkungannya.

Tugas manajemen informasi terus mengalami perubahan secara


terus menerus. Sejak 1967 pemerintah menggunakan komputer, format
data, dan teknik penyimpangan telah mengalami perubahan, meski
demikian data yang telah ada sebelumnya tetap memberikan masukan
yang berharga bagi kecenderungan perkembangan pelanyanan dan tugas
pemerintahan. Jika dalam sistem lama penyimpanannya hanya berupa
teks dan gambar, dalam sistem masa kini, gambar merupakan bagian
penting yang harus disertakan. Perbedaan tajamnya adalah bahwa
manajemen informasi memahami bahwa sebenarnya informasi
menggambarkan sumber daya pengetahuan yang dimiliki oleh
pemerintah.

1.2 TIK Pemerintahan dan Lingkungannya


Efektifitas TIK dalam pemerintahan bisa dicapai bila proses
aplikasinya memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam konteks
pemerintahan.Jika mengacu pada Mcleod dan Schell (2007), konteks TIK

10
pemerintahan bisa digambarkan dalam satu model umum. Model ini
menggambarkan aliran sumber daya mulai dari lingkungan, kemudian
masuk ke lembaga pemerintahan, dan kembali ke lingkungannya,
kemudian masuk ke lembaga pemerintahan, dan kembali ke
lingkungannya.

1.3 Dimensi Keunggulan Kompetitif


1. Keunggulan strategis
2. Keunggulan taktis
3. Keunggulan operasional

1.4 Evaluasi Penggunaan TIK di Sektor Publik

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor publik


dikembangakan dalam bentuk :

1. Otomasi kantor, dikembangkan dengan harapan untuk meningkatkan


efisiensi dan produktivitas kinerja kantor
2. Sistem informasi, ditujukan pada pengorganisasian dan pemanfaatan
informasi untuk mendukung administrasi dan manajemen, misalnya
untuk pengembangan kebijakan dan pembuatan putusan, agar
efektivitas dan produktivitas lembaga meningkat secara keseluruhan.

1.5 Peran Pemerintah dalam Pemanfaatan TIK

Pemerintah hadir dalam rangka melayani masyarakat. Kegiatan


utama mereka melakukan penyimpanan catatan. Proses administrasi
publik bisa juga dipandang sebagai kegiatan pengolahan data dan
informasi. Pemerintah mengumpulkan, memproses berbagai jenis data
dan informasi perorangan, keluarga, organisasi, dan perusahaan, dan
berdasarkan pada data dan informasi, menghasilkan informasi baru untuk

11
publik seperti kebijakan, strategi, rencana, peraturan dan berbagai
layanan publik lainnya. Pada intinya, teknologi informasi digunakan untuk
mendukung pengolahan informasi pemerintahan, termasuk pencarian
data, penyimpanan, pengolahan, deseminasi, dan penggunaanya.

Setidaknya ada 3 alasan mengapa penggunaan teknologi informasi


menjadi penting di sektor publik dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan ekonomi dan masyarakat:

1. Terkait dengan pentingnya ekonomi masyarakat, produktivitas yang


meningkat di sektor publik akan meningkatkan perolehan ekonomi
secara umum.
2. Sektor publik biasanya merupakan pengumpul data / informasi publik
terbesar dan terluas. Data yang dibutuhkan mereka meliputi data
ekonomi sampai dengan data sosial, data sumber daya alam, sampai
dengan geografis.
3. Pada era meningkatnya informasi ekonomi global, sistem informasi
pemerintah yang efektif bisa memfasilitasi akses pengetahuan global
dan database international dan juga penciptaan pilihan baru dalam
memobilisasi dan menggunakan sumber daya pengetahuan dan
informasi lokal.

3.6 Tiga Tingkatan Sistem Informasi Pemerintahan :


1. Tingkatan strategis merupakan tingkatan paling tinggi di lembaga
pemerintahan.
2. Tingkatan administrasi atau manajerial mengawasi dan mengorganisir
kegiatan lembaga
3. Tingkatan operational selalu berorientasi pada data dan pemprosesan.

Ada dua jenis sistem informasi khusus yang memiliki potensi besar
dalam administrasi publik dan sangar berharga yaitu :

12
1. Document management and retrieval system (sistem manajemen
dokumen dan sistem retrieval informasi / DMRS).
2. Sistem informasi geografis (GIS).

3.7 Pengalaman dan Pelajaran dari Pemamfaatan TIK pada


Pemerintahan

Pendekatan yang efektif dalam menggunakan teknologi informasi di


sektor pemerintahan harus didasarkan atas tujuan manajemen
pelanyanan masyarakat, seperti misalnya keefektifan, produktivitas, dan
efisiensi. TIK yang berorientasi pada hasil harus diperkuat dengan
memadukannya dengan kebijakan umum pemerintahan yang terkait
dengan modernisasi peningkatan efesiensi, termasuk pengukuran kinerja
dan hasil. Dorongan yang bersifat demand-driven harus lebih menonjol
dari pada technologi-driven. Teknologi yang terbaik merupakan salah satu
yang terbaik dapat memenuhi kebutuhan user. Kesadaran manajemen
dan apresiasi terhadap TIK serta perhatiannya pada upaya TIK harus
terus dibangunkan.

3.8 Peluang dan Tantangan

Bermunculnya komputer yang berkinerja tinggi dan teknologi yang


mendukung lainnya, sistem informasi pemerintahan menjadi perangkat
yang penting dalam mengelola pemerintahan. Hal ini dikarenakan :

1. Perubahan teknologi yang cepat telah memperpendek siklus produk


dan pemesanan di manapun di dunia ini.
2. Daya saing pada era ekonomi global saat ini bukan lagi terletak pada
tenaga yang berupa rendah.

13
3. Daya saing international menghendaki dikuasainya teknologi canggih
untuk menghasilkan informasi, memproses, dan menyebarkannya.

Peran teknologi informasi pada era ekonomi negara yang kompetitif


memiliki dua sisi, yaitu :

1. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan dan mereformasi ekonomi


nasional.
2. Penggunaan teknologi informasi untuk memperoleh dan memproduksi
informasi.

Tantangan yang kita hadapi terkait dengan implementasi TIK dalam


pemerintah sangat banyak. Tak seperti di negara maju dimana mereka
telah membangun kebijakan yang baik, melakukan reformasi
kelembagaan, dan membangun jaringan nasional yang luas. Saat ini kita
masih berhadapan dengan permasalahan tarik ulur antara perluasan
jaringan untuk memenuhi pelayanan masyarakat dengan menyediakan
layanan yang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di
sektor usaha. Yang telah dilakukan adalah mengejar dan menerapkan
reformasi dengan membuat berbagai macam layanan telekomunikasi,
mengatur sistem pentarifan, dan mengatur sektor telekomunikasi dalam
rangka meningkatkan pelayanan.

3.9 Kebijakan Pemerintah dalam Penggunaan TIK pada Sektor Publik


Kebijakan pemerintahan dalam penggunaan TIK yang lengkap
adalah kebijakan yang mempertimbangkan sisi permintaan dan
persediaan ( supply and demand). PBB mengidentifikasi ada lima aspek
yang harus ada dalam kebijakan penggunaan TIK, yaitu :
1. Kebijakan pemerintah untuk industri teknologi informasi
2. Kebijakan pemerintah untuk industri jasa informasi
3. Kebijakan pemerintah untuk infrastruktur informasi
4. Kebijakan pemerintah untuk sistem informasi, yang memuat sistem
informasi pemerintahan di semua di semua tingkatan, operational,

14
manajemen, sistem pendukung putusan, dan juga otomasi kantor, dan
sebagainya.
5. Kebijakan pemerintahan untuk sumber informasi yang di dalamnya
meliputi penggalian sumber informasi nasional, pengembangan,
administrasi, dan manajemennya.

Kebijakan merupakan hal penting dalam keberhasilan menguasai


dan menyebarkan TIK di sektor publik. Kebijakan pemerintah yang tepat
merupakan hal penting dalam rangka menghilangkan hambatan dalam
memenuhi kebutuhan TIK secara efisiensi. Selain itu, pemerintah juga
bisa memerangkan peran penting sebagai fasiltator, komunikator, dan ahli
strategi.

Kebijakan publik yang baik untuk TIK adalah kebijakan yang


memuat peran-peran pemerintah sebagai konsumen, regulator, dan
pembuat kebijakan, serta pengembang strategi TIK. Intervensi yang
dilakukan haruslah selektif, ada prioritas dan diarahkan pad aarea di mana
intervensi itu memiliki dampak maksimun tanpa menggangu.

Keberadaan sebuah kebijakan adalah dalam rangka memberikan


legitimasi dan paduan perkembangan dan manajemen sistem informasi
pemerintahan, dan juga dalam rangka menghindari terjadinya itu,
kebijakan juga paduan bagi semua aktivitas yang terkait dengan para
pemberi bantuan. Kebijakan infrastruktur informasi pemerintah harus juga
mempertimbangkan perubahan kerangka hukum dan peraturan.

Ada beberapa isu yang diharapkan harus menjadi perhatian para


pembuat kebijakan dalam menyusun kebijakan, yaitu :

1. Penetapan strategi
2. Mendefinisikan tujuan sistem informasi pemerintah
3. Mendesain prioritas
4. Menciptakan kerangka kelembagaan yang tepat.

15
BAB IV

PENGELOLAAN SUMBER DAYA INFORMASI :


ASET INFORMASI

Informasi, dengan kata lain, diakui dan diperlakukan sebagai aset


penting yang dimiliki oleh organisasi. Dengan pemanfaatan yang tepat,
informasi menjadi suatu kekuatan kompetitif yang kuat, terutama untuk
perusahaan. Pada ekonomi global dan bersaing seperti saat ini, informasi

16
mungkin dapat menjadi faktor penentu dalam menentukan siapa yang
kalah atau siapa yang sukses.

Instansi-instansi pemerintah yang berwewenang dalam


pengelolaan sumber daya informasi harus :

1. Mempersiapkan sebuah inventarisasi kegiatan-kegiatan pengumpulan


informasi
2. Menetapkan instansi-instansi sebagai pengumpulan utama bagi
instansi-instansi lainnya
3. Menentukan sasaran untuk pengurangan pengumpulan data
4. Pemenuhan pemeriksaan dengan rekomendasi dari pemerintah
5. Membuat dan mengoperasikan sistem locator informasi pemerintah
6. Melaporkan masalah-masalah yang harus diselesaikan dan dikerjakan
kepada pemerintah.

Ada empat masalah dalam keamanan meliputi :

1. Penyesuaian data dengan pengguna yang legal


2. Penolakan akses terhadap pengguna yang tidak mempunyai hak
3. Pencegah virus
4. Keamanan komunikasi

BAB V
PERAN BUDAYA ORGANISASI DAN TIK DALAM
IMPLEMENTASI SIM PEMERINTAHAN

Reeves dan Baden mendefinisikan budaya terdiri dari pola khas


dari ide-ide, kenyakinan, dan norma-norma yang mempunyai karakter
cara hidup dan hubungan dari suatu masyarakat atau kelompok dalam
masyarakat (Reeves dan Baden, 2000). Keesing (1981) berpendapat
bahwa budaya mengacu pada pengetahuan manusia, bukan pada apa
yang mereka lakukan dan perbuat. Ini adalah pengetahuan yang

17
memberikan standar untuk memutuskan: apa......, apa yang bisa
......,bagaimana seseorang merasakan tentang hal ini ...., apa yang harus
dilakkukan tentang itu..... (Keeseing, 1981:68-69 dikutip oleh Hardon, et
al, 2001: 3). Karena itu budaya dapat dianggap sebagai seperangkat ide-
ide dan aturan, yaitu budaya terdiri dari sistem gagasan bersama, sistem
konsep dan aturan-aturan serta makna yang dinyatakan dalam cara
bahwa manusia hidup.

Ada beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan


memahami faktor-faktor yang mempengaruhi di terimanya penggunaan
teknologi komputer, diantaranya adalah :

1. TRA ( theory of reasoned action)


2. TPB ( theory of planned behavior)
3. TAM ( thehnology acceptance model), (wibowo, 2008, jogiyanto,
2007).

BAB VI
PERAN KNOWLEDGE MANAGEMENT (KM) DI DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS SDM PENGELOLA SIM
PEMERINTAHAN

Tantangan umum dan kekhawatiran yang memengaruhi sektor


publik di seluruh dunia dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Arahan efisiensi di semua pelanyanan publik


2. Meningkatkan akuntabilitas pembuatan putusan

18
3. Meningkatkan kemitraan dengan para pemangku kepentingan,
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja, serta
meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

Untuk menghadapi tantangan ini sektor publik mulai melakukan


upaya reformasi termasuk knowledge management (KM) dan yang paling
baru, adalah e-government. Keberhasilan e-government bergantung pada
manajemen pengetahuan

Empat aktivitas yang mendasari knowledge management system


adalah :

1. Using knowledge,
2. Finding knowledge,
3. Creating knowledge,
4. Packaging knowledge.

OBrien (2005:56) mengilustrasikan bagaimana setting yang


melatar belakangi lahirnya knowledge management, bahwa :

In an economy where the only certainty is uncertainty, the one sure


of lasting competitive advantage is knowledge. When market shift,
technologies proliferate, competitor multiply, and products become
obsolete almost overnight, succesful companies are those that
consistently create new knowledge, disseminate it widely
throughout the organization, and quickly embody it in new
technologes and product.

Dari ilustrasi itu, kemudian OBrien menyimpulkan bahwa aktivitas


tersebut merupakan definisi dari knowledge creating company, yang pada
perkembangan berikutnya menjadi knowledge management dan learning
organization. Wikipadia menerjemahkan knowledge management adalah
suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organissi untuk
mengindentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan dipelajari di dalam
organisasi (http://id.wikipedia.org/wiki/manajemen-pengetahuan).

19
Tabel : Proses knowledge management

Major process Activities

Gathering 4. data entry


5. OCR and scanning
6. Voice input
7. Pulling information from various sources
8. Searching for information to include

Organizing 9. Cataloging
10. Indexing
11. Filtering
12. Linking

Refining 13. Contextualizing


14. Collaborating
15. Compacting
16. Projecting
17. Mining

Disseminating 18. Flow


19. Sharing
20. Alert
21. push

Angus J. & Jeetu Patel (1998)

Lebih lanjut, OBrien (1997:323) menyatakan bahwa knowledge


management secara umum dimaksudkan untuk mengorganisir dan
membuat know-how (informasi) yang penting tersedia kapan pun dan
dimana pun itu diperlukan. Kemudian ia menambahkan bahwa
kegiatannya meliputi memproses manajemen, prosedur-prosedur, paten,
referensi kerja, formula, best practise, ramalan dan perbaikan.

Knowledge management adalah proses berbagai informasi untuk


mencapai inovasi, memenangkan kompetisi, dan hasil yang produktif.
Hubungan ini secara detail dijelaskan oleh Sanches (2005) yang pada

20
awal diskusinya menerangkan tentang tiga proses penting dalam
knowledge management, yaitu :

1. Melakukan siklus pembelajaran dalam setiap proses organisasi


2. Secara sistematis menyesialisasikan pengetahuan yang ada ataupun
yang baru ke dalam organisasi
3. Menerapkan pengetahuan dalam organisasi

Organisasi pemerintah pada berbagai level memiliki peluang yang


signifikan untuk menerapkan knowledge management di dalam mencapai
semua visi dan misinya. Ini mengandung makna bahwa dalam mencapai
tugas pokok dan fungsinya dalam menyelenggarakan pelayanan pada
masyarakat sudah selayaknya menerapkan itu. Pada praktiknya, kita
sudah sering melihat sejauhmana kebijakan paperless ataupun lesspaper
kemudian berkembang menjadi otomasi dan bahkan cenderung menjadi
semacam e-government administration.

Knowledge dan knowledge management dikelompokkan ke dalam


dua kelompok knowledge, yaitu :

1. explicit adalah informasi yang terdokumentasikan, yang bisa


memfasilitasi tindakan.
2. Tacit adalah pengetahuan yang sudah ditransfer ke orang lain melalui
tulisan ataupun ucapan.

TIK dalam knowledge manajemen bisa sebagai alat dan tujuan dari
knowledge management (Ho,2007). Sebagai tujuan, TIK merupakan
penyebab pertumbuhan ekonomi. Sebagai sarana, TIK merupakan
pendorong dari inovasi. TIK menyediakan seperangkat alat dan sarana
untuk memfasilitasi terjadinya penciptaan nilai. Untuk perolehan
pengetahuan kita bisa melihat bagaimana populernya wikipedia, database
online, dan sistem manajemen modal intelektual (Intellectual Capital
Management) dengan database yang baik dengan teknik yang canggih
dalam text mining dan data mining.

21
Tobing (2007:30), menjelaskan bahwa selain berfungsi sebagai
media utama dalam menyebarkan knowledge TIK juga sangat berperan
dalam mengeksekusi proses knowledge management dalam organisasi,
termasuk pada organisasi publik dan pemerintahan, yaitu :

1. Capture, generate atau akuisisi knowledge


2. Kodifikasi knowledge
3. Knowledge maintenance (validasi, pemeliharaan integritas knowledge)
4. Security dari knowledge
5. Memonitor pemanfaatan knowledge.

BAB VII
FAKTOR KEBERHASILAN YANG PENTING DALAM
IMPLEMENTASI SIM PEMERINTAHAN

Faktor faktor keberhasilan yang penting dalam implementasi SIM


Pemerintahan adalah :

1.1 Komitmen pimpinan


Kesadaran dari para pimpinan manajemen akan perannya dalam
memainkan sistem informasi pemerintah dan bagaimana mereka
memberikan dukungan bagi instansi pemerintah untuk membuat putusan,
pengembangan kebijakan serta administrasi dan manajemen sangat
penting, jika sistem-sistem informasi pemerintah dengan baik. Semakin
baik pemahaman terhadap sistem informasi dari para pimpinan
manajemen pada suatu instansi pemerintah, maka sistem informasi
manajemen akan semakin baik pula.
Sangat jelas bahwa komitmen untuk pembangunan sistem
informasi manajemen harus dimulai oleh para pimpinan dari suatu instansi
pemerintah. Di satu pihak, semua pembangunan sistem harus mempunyai
sponsor sistem, biasanya pemimpin administrasi. Tanggung jawab para
sponsor adalah membuat sasaran dan tujuan dari sistem tersebut,

22
memberikan pendanaan, menunjuk manajer proyek, dan menjalankan
kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya. Di lain pihak, konflikkonflik
kepentingan terjadi di dalam pembangunan sistem antar bagian di dalam
suatu instansi pemerintah juga perlu diselaraskan pada level yang paling
tinggi. Selanjutnya, ketahanan terhadap perubahan dan perbaikan-
perbaikan sistem bisnis yang dibawa oleh sistem operational
komputerisasi baru harus di atasi dengan kepemimpinan dari para
pimpinan.

1.2 Hubungan pengguna yang efektif


Faktor lain yang penting untuk keberhasilan setiap pengembangan
sistem informasi terletak pada efektifitas hubungan usernya. Namun,
efektivitas hubungan penggunannya ini adalah salah satu tantangan
paling sulit yang dihadapi oleh para pimpinan. Banyak organisasi
melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengelola sumber-sumber
teknis mereka, sementara melakukan perkerjaan yang kurang harmonis
dalam hubungan dengan atau sesama pengguna.
Kelemahan pada area ini telah menyebabkan menurunnya kinerja
para pimpinan selama bertahun-tahun. Alasannya tidak sederhana.
Tingginya permintaan dan harapan, kekurangan sumber daya, laju
pertumbuhan teknologi, waktu yang lama diperlukan untuk perencanaan
peralatan dan pengembangan sistem, persyaratan selalu berubah,
keusangan teknis, masalah komunikasi, hubungan interpersonal, semua
ini merupakan faktor penyebab. Namun, bagian dari jawabannya harus
terletak pada pemahaman yang lebih baik dari masing-masing masalah
bisnis dan peluang. Para pimpinan perlu memahami kebutuhan para user.
Pimpinan dan user perlu memahami lebih lanjut tentang pengolahan data
data dan cara kerja sistem informasi. Keberhasilan mengganbungkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dengan teknologi memerlukan
partisipasi manajemen baik dari pimpinan, penyedia (provider), maupun
pemakai.

1.3 Pengaturan kelembagaan

23
Susunan rencana yang sesuai diperlukan untuk kelancaran
pembangunan sistem informasi, khususnya di negara-negara
berkembang. Perumusan rasional dan implementasi sistem informasi
pemerintah tidak dapat dijalankan tampa penyusunan industri yang sesuai
di dalam pemerintahan. Dukungan teknis yang terpusat termasuk
metodologi-metodologi pembangunan sistem yang modern, usaha
mendapatkan dan memelihara hardware dan software, pendidikan dan
latihan, dll. Tidak diragukan lagi akan memberikan mamfaaat yang besar.
Di tingkat nasional, komisi tingkat kementerian dengan perwakilan
pada tingkat legislatif maupun eksekutif perlu diselenggarakan. Peran dari
komite atau dewan ini terpusat pada :
a). Petunjuk petunjuk pada rumusan kebijakan kebijakan pemerintah
dalam TIK,
b). Merumuskan sasaran, strategi, prioritas dan rencana pemerintah bagi
penggunaan TIK dalam jangka panjang.
c). Alokasi sumber-sumber penghasilan pemerintah bagi penggunaan TIK
dan membuat aturan pendanaan yang realistis
d). Koordinasi, interpretasi dan resolusi terhadap konflik-konflik
kepentingan, kebutuhan, dan ekspetasi kementerian dan instansi
pemerintah.
e). Meninjau kembali rencana, evaluasi pengajuan investasi penting dan
persetujuan proyek sistem informasi tahunan dan jangka panjang
pada dasar-dasar yang diprioritaskan sesuai dengan sumber-sumber
yang tersedia dan sesuai dengan kebutuhan pemerintah.
f). Masalah penting lainnya yang penting untuk di atasi oleh Anggota
Dewan.

Instansi pusat yang mempunyai tanggung jawab untuk membangun


sistem informasi pemerintah di dalam suatu negara harus berada pada
level atas dan harus di kepalai oleh seseorang yang berkualitas tinggi.
Instansi ini tidak hanya merupakan instansi yang mengeluarkan kebijakan
TIK saja tapi juga merupakan pusat pengembangan sistem informasi dan
pusat dukungan teknis paling tidak dalam penggunaan TIK di dalam sektor
publik. Fungsi fungsi instansi ini adalah :

24
a) Untuk memprakarsai, mengembangkan, dan menjamin pelaksanaan
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penggunaan TIK di sektor
publik.
b) Untuk menjalankan rencana strategis jangka panjang dan rencana
tahunan dalam penggunaan TIK di dalam pemerintahan.
c) Untuk mengatur, merancang dan menyelaraskan proyek-proyek
pembangunan yang berkaitan dengan penggunaan TIK di dalam
pemerintahan.
d) Untuk mengatur, merancang dan menyelaraskan sumber-sumber
informasi atau data sebagai pusat informasi nasional.
e) Untuk mempromosikan aplikasi metodologi-metodologi dan
pengembangan standarisasi sistem informasi pemerintah.
f) Untuk memberikan bantuan teknis dan mendukung pelayanan kepada
instansi-instansi pemerintah di dalam pembangunan sistem informasi,
operasi dan pemeliharaan sistem informasi mereka.
g) Untuk mengatur dan melaksanakan berbagai macam program
pelatihan dan merangsang populasi TIK dalam sektor publik.

1.4 Rumusan pembuatan sistem informasi pemerintahan


Komputer dan sistem komunikasi sekarang berbeda dari paket
komputasi tradisional. Sistem berbasis mikroprosesor, jaringan terbuka,
dan perangkat lunak standar industri sekarang menawarkan ekonomi
alternatif yang menarik menjadi rancangan konvensional, tetapi ada
kebutuhan untuk strategi komputasi baru yang akan menggabungkan
produk-produk ini untuk mengubah lingkungan komputasi tradisional dan
membuat pelanggan dapat mengikuti perubahan masa depan sambil
menampung lingkungan sistem informasi mereka saat ini. Merumuskan
rancangan sistem informasi pemerintahan yang logis merupakan faktor
keberhasilan yang penting dalam mengoptimalkan penggunaan teknologi
informasi.

1.5 Aksesibilitas pada sumber-sumber berbagai organisasi


Kombinasi teknologi baru dengan hasil-hasil pembuatan sistem
sistem informasi modern didalam suatu lingkungan di mana sumber

25
informasi dan sistem dapat diakses oleh semua pengguna di mana pun
berada melalui jaringan internet .
Di dalam pembuatan sistem informasi modern, aplikasi-aplikasi
terpisah dari protokol, dengan demikian pengguna baru dapat dengan
mudah mengakses remote dan pelanyanan sistem lokal tanpa adanaya
modifikasi apapun pada software aplikasi.

1.6 Ketersediaan software aplikasi


Pesatnya implementasi aplikasi-aplikasi baru juga difasilitasi oleh
vendor yang menghubungkan pemograman aplikasi standar industri.
Pembuatan sistem imformasi modern menawarkan sebuah kerangka kerja
aplikasi terbuka yang mempertinggi portabilitas aplikasi.
Interface pengguna akan meningkatkan melampaui interface
berbasis ikon ini melalui penggunaan metaphor yang berorientasi objek
yang dapat secara otomatis meneksekusi serangkaian tugas yang telah
ditentukan. Kemudian interface ini akan mengintegrasikan penggunaan
gambar, suara, dan video full motion, dimana pelaksanaan aplikasi
multimedia dari masa depan dapat dilakukan. Karena interface tersebut
akan bekerja dengan cara yang alami dan intuitif, dari pada memaksa
pengguna untuk mempelajari bahasa komputer, maka interface ini tidak
memerlukan waktu dan biaya pengembangan dan pelatihan yang lebih
sedikit.

BAB VIII

26
JARINGAN INFRASTRUKTUR SIM PEMERINTAHAN

8.1 Manfaat komputasi jaringan

Ada empat manfaat komputasi jaringan :

1. Untuk pengguna, mereka memiliki semua mamfaat dari sebuah


komputer pribadi yang fleksible dengan keuntungan global dalam memiliki
akses mudah ke mesin lain dan pengguna pada jaringan, tanpa
mengetahui di mana file, aplikasi, atau pengguna lain berada secara fisik.

2. Untuk administrator jaringan, sebuah sistem komputasi jaringan adalah


sistem dengan biaya yang efektif yang memungkinkan administrator untuk
menyediakan layanan manajemen dan untuk backup data secara rutin,
dimanapun dan pada jaringan apapun, dan data aman terhadap akses
yang tidak benar atau akses yang dimodifikasi. Para administrator jaringan
dapat mengontrol apa yang ada dalam sistem untuk menghakhiri
proliferasi pada hardware dan software yang tidak kompatibel.

3. Untuk pengembang aplikasi, pendekatan komputasi jaringan yang


didasarkan pada standar industri menarik bagi pengembang perangkat
lunak karena memberikan landasan yang kuat untuk membangun aplikasi.
Para pengembang dapat merasa yakin bahwa lingkungan dimana mereka
membuat produknya untuk waktu yang lama. Selanjutnya produk mereka
harus mudah dipasangkan pelanggan yang lebih luas bagi para
pengemban.

4.untuk organisasi pemerintah, sistem komputasi jaringan adalah


pendekatan yang paling serbaguna yang belum dibuat, karena
kemampuannya untuk mengakomodasi perangkat keras dan perangkat
lunak dari vendor yang berbeda.

27
8.2 Topologi LAN

Topologi LAN terdiri dari :

6. Topologi pertama : star / bintang


7. Topologi kedua : ring
8. Topologi ketiga : bus linier

LAN (local area networks) adalah pola yang dibentuk oleh struktur
kabel LAN dan merupakan jaringan jarak pendek (biasanya dengan
kisaran kurang dari dua kilometer).

8.3 Implementasi LAN

Dunia LAN pada dasarnya memiliki tiga standar besar :

1. Ethernet menggunakan bus linier


2. Token ring menggunakan cincin
3. ARCnet menggunakan bintang

8.4 Pembuatan server / klien

Manfaat komputasi klien / server adalah sebagai berikut :

1. Menghemat biaya
2. Peningkatan produktivitas
3. Fleksibilitas dan skalabilitas
4. Sumber daya
5. Kontrol terpusat
6. Sistem terbuka

8.5 Sistem Operasi Jaringan

Inti dari jaringan adalah operasi jaringan (networking operating


system). Sistem operasi jaringan mengawasi komunikasi antar
mikrokomputer, mengelola program bersama dan sumber daya data pada
file server, dan memungkingkan akses pada jaringan. Sistem operasi

28
jaringan terinstal pada mesin server, tapi sebagian berjalan pada setiap
mesin klien yang terhubung juga. Setiap sistem operasi jaringan memiliki
protokol sendiri.

8.6 LAN Nirkabel

LAN nirkabel menghubungkan perangkat komputer dalam sebuah


kantor atau bangunan dengan radio atau gelombang cahaya. Nirkabel
memiliki daya tarik kuat bagi dua kelompok yang berbeda dari pengguna
dalam pemerintahan. Nirkabel dapat memperpanjang Ethernet
konvensional atau LAN token-ring secara langsung dimana kabel akan
sulit atau mustahil untuk dipasang secara berbaring.

8.7 Internetworking dan WAN

WAN (wide area networks) yang digunakan untuk menghubungakn


bangunan, kompleks bangunan, dan kota-kota dengan jarak yang lebih
jauh. WAN saat ini sering mengintegrasikan lalu lintas suara, data, dan
video dengan fasilitas-fasilitas transportasi berkapasitas tinggi. Proses
pembuatan jaringan mudah diterapkan dalam konteks yang luas dalam
layanan-layanan terpadu.

BAB IX
INTERNET: DUKUNGAN TERHADAP ONLINE SIM
PEMERINTAHAN

29
Internet adalah sumber informasi, media komunikasi dan media
transaksi yang bisa berlaku secara global. Internet memiliki keunggulan
berupa kemudahan akses dari berbagai tempat. Sehingga informasi tidak
hanya bisa di input dan dibaca dari kantor, namun dari seluruh penjuru
dunia tanpa harus melakukan instalasi perangkat lunak khusus, dalam hal
ini yang dibutuhkan adalah browser internet yang biasanya telah terinstal
pada saat menginstalasi sistem operasi. Tentu saja dengan prasyarat
semua sistem terhubung dengan jaringan internet. Internet merupakan
jaringan dari jaringan komputer. Internet merupakan koleksi unit dari dari
jaringan di seluruh dunia. Komputer pada internet menggunakan standar-
standar komunikasi yang kompatibel dan berbagi kemampuan untuk
berhubungan antara satu dengan lainnya serta kemampuan untuk
bertukar data.

Jalan satu-satunya untuk berhubungan dengan internet melalui


komputer. Untuk berhubungan dengan internet ada beberapa alat bantu
yang dibutuhkan yaitu :

1. Komputer untuk mengaksesnya


2. Jaringan komunikasi
3. Modem (modulator demodulator)
4. Komputer server
5. Program aplikasi untuk mengaksesnya

Ada beberapa jenis layanan di internet antara lain :

1. Web browser atau word wide web (WWW)


2. Surfing / browsing
3. Elektronik mail
4. Mailing list dan news group

Sistem informasi berbasis web umumnya dibangun dengan


menggunakan HTML, CSS, PHP dan MySQL. Di mana HTML dan CSS
akan memberikan bentuk tampilan pada web. Sedangkan PHP akan

30
digunakan untuk melakukan proses di server sebelum informasi siap
ditampilkan dengan HTML+CSS pada Browser Internet. dan MySQL akan
digunakan sebagai manajemen data base untuk mengelola data-
base/pangkalan.

BAB X

KOMUNIKASI INFORMASI DAN DATA DALAM SISTEM


PEMBUATAN PUTUSAN PEMBANGUNAN

31
Putusan-putusan pembangunan baik di pusat maupun daerah
adalah seperangkat aktivitas yang berisi program-program dan kegiatan
yang dibuat pemerintah atau pemerintah daerah dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi.Putusan merupakan hal yang melandasi
semua aktivitas pencapaian tujuan. Certo dan Certo (2006)
menerjemahkan pembuatan putusan adalah aktivitas atau proses memilih
satu alternatif dari sekian alternatif yang tersedia. Di sisi lain, Robin dan
Coulter (2007) menerjemahkan putusan sebagai pilihan diantara dua atau
lebih alternatif (2007:162). Lebih lanjut, Certo dan Certo menyatakan
bahwa Decision is the process of choosing the best alternative for
reaching objectives ( Certo dan Certo, 2006:156).

Terkait dengan proses pembuatan putusan, Robins dan Coulter


(2007) mengindentifikasi delapan langkah proses pengambilan putusan.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Mengenali masalah
2. Mendeskripsikan komponen putusan
3. Mengalokasikan bobot kriteria komponen masalah
4. Mengembangkan alternatif
5. Menganalisis alternatif
6. Memilih satu alternatif yang paling tepat
7. Mengimplementasikan alternatif yang terpilih
8. Mengevaluasi keefektifan putusan

Proses pengolahan data menjadi informasi bisa dijelaskan dengan


model input-output. Levin, dkk. (2012:14) menggambarkan sebagai berikut
ini :

input processing output


Data disajikan sebagai
Data Data dianalisis informasi untuk
dikumpulkan membantu
dan diorganisir pengambilan keputusan

32
Gambar: Model pengolahan data menjadi informasi (diadopsi dari Levin,
dkk. (2002)

Dari gambar di atas bisa dijelaskan bahwa input informasi berupa


data. Setelah data terkumpul dan di organisasikan sedemikian rupa agar
bisa diolah, kemudian di analisis. Hasil dari analisis data menghasilkan
informasi. Informasi inilah yang akan menjadi dasar atau pijakan para
pimpinan ataupun pelaksana dalam mengambil putusan.

BAB XI
MODUL-MODUL APLIKASI LAYANAN SIM
PEMERINTAHAN

Modul adalah komponen dan merupakan bagian dari blok fungsi.


Dengan pendekatan ini, fungsi kepemerintahan kemudian di kelompokkan

33
menjadi blok-blok fungsi dasar umum (pelanyanan, administrasi,
manajemen, pembangunan, keuangan, kepegawaian) dan fungsi lainnya,
khususnya yang berkaitan dengan fungsi kedinasan dan kelembagaan.

Aplikasi layanan SIM pemerintahan disusun berdasarkan


pendekatan fungsional layanan dari sistem kepemerintahan yang harus
diberikan oleh suatu pemerintah atau pemerintah daerah kepada
masyarakatnya, dan urusan administrasi serta fungsi lain yang
berhubungan dengan kelembagaan daerah, yang diperlukan guna
terselenggaranya sistem kepemerintahan daerah.

Fungsi fungsi pelayanan, administrasi dan kelembagaan


kemudian dikelompokan dalam grup-grup blok fungsi. Setiap grup blok
fungsi terdiri dari satu atau lebih modul fungsi yang mencerminkan
kelompok dari unit fungsi yang lebih kecil.

Membangun sistem aplikasi SIM Pemerintahan diperlukan


standarisasi kebutuhan pengembangan sistem aplikasi yang akan
menjamin bahwa komunikasi antar sistem tersebut dapat dilakukan oleh
siapapun vendor pengembang sistem.

Berikut adalah standar kebutuhan sistem aplikasi yang harus


dipenuhi oleh setiap sistem aplikasi SIM Pemerintahan :

1. Reliable
2. Interoperable
3. Scale
4. User friendly
5. Integrateable

Modul-modul layanan dalam SIM Pemerintahan yang dapat


dikembangkan dan diimplementasikan oleh instansi pemerintahan terkait
baik lingkup pemerintahan maupun pemerintah daerah untuk dapat
memilih dan memilah kebutuhannya disesuaikan dengan visi, misi dan
rencana pembangunan daerah yang ada.

34
Modul-modul layanan dalam SIM Pemerintahan antara lain :

1. Aplikasi layanan pembuatan paspor online


2. Aplikasi layanan informasi dan layanan pengaduan online
3. SIAK (sistem informasi administrasi kependudukan)
4. Penerapan E-KTP
5. Aplikasi layanan pengadaan barang dan jasa online (E-Procurement)
6. SIMPOTDA (sistem informasi manajemen potensi daerah)
7. SIMPEG (sistem informasi manajemen kepegawaian)
8. SIMADA (sistem informasi manajemen aset daerah)
9. SIMKEUDA (sistem informasi manajemen keuangan daerah)
10. SIMYANDU (sistem informasi pelayanan terpadu)
11. SIMRS (sistem informasi manajemen rumah sakit)
12. SIMKERS (sistem informasi manajemen kesehatan)
13. SIMPATDA (sistem informasi pendapatan daerah)
14. SIMONEV (sistem informasi monitoring & evaluasi pembangunan)
15. SIMPAR (sistem informasi manajemen parawisata)
16. Sistem informasi manajemen lainnya.

BAB XII
INTEROPERABILITAS DAN SIM PEMERINTAHAN

Pemerintah di seluruh dunia mengadopsi model e-government


terutama di dalam pemanfaatan TIK di bidang layanan pemerintahan. Hal
ini berarti integrasi secara utuh teknologi baru bagi perubahan
pemerintahan dan fasilitas arus informasi antar lembaga pemerintah,
masyarakat dan dunia bisnis. Interoperabilitas muncul sebagai alat untuk
mencapai informasi penghubung, aplikasi sistem dan cara bekerja tidak
hanya dalam pemerintahan saja tetapi juga dalam interaksi mereka
dengan perusahaan dan sektor publik. Pada saat yang sama, organisasi
sektor publik dan swasta menerapkan aplikasi berbasis web yang sangat

35
interaktif, yang dapat diakses untuk setiap pengguna dengan
menggunakan infrastruktur yang diperlukan seperti komputer, web
browser dan koneksi internet. Aplikasi tersebut berdampak pada semua
dimensi kehidupan kita sehari-hari. Ribuan situs web baru yang
diluncurkan setiap hari yang menyediakan layanan eletronik (e-service)
dapat diakses melalui internet, serta dapat mengurangi prosedur birokrasi
yang menuntut kontak langsung.

Penggunaan framework interoperabilitas akan memberikan


manfaat antara lain :

1. Kolaborasi
2. Sharing knowledge, experience dan data
3. Simplicity
4. Indepedensi
5. Forward looking

Awalan e ini telah diterapkan untuk sejumlah aplikasi domain


misalnya e-commerce, e-bisnis, e-learning, e-health, e-banking, dll. Dalam
hal ini, pemerintah di seluruh dunia telah menyadari bahwa sumber daya
informasi mereka merupakan aset ekonomi yang berharga, dan
merupakan roda ekonomi pengetahuan. Dengan memastikan bahwa
informasi yang mereka miliki mudah dicari dan dapat di integrasikan baik
pada sektor publik dan swasta, maka hal ini akan mendorong dan
merangsang ekonomi nasional dan internasional. Pemerintah
mendapatkan manfaat dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan
ekspansi berkelanjutan dari web dan memulai beberapa strategi e-
government untuk memperbaharui sektor publik dan menghilangkan
birokrasi yang ada yang pada akhirnya akan mengurangi biaya.

Tipe-tipe e-gov dikategorikan berdasarkan empat kelompok dalam


memberikan pelayanan elektronik :

1. Perseorangan / masyarakat (G2C)


2. Bisnis, pemerintah kepada bisnis (G2B)
3. Antar pemerintah (G2G)

36
4. Intra pemerintah (G2E)

BAB XIII

PENUTUP

E-government memiliki potensi untuk mengubah lembaga dan


kegiatan pemerintah dan menfasilitasi interaksi dengan stake holdernya.
Transisi dari model tradisional pemerintah menjadi digital melibatkan
dimensi-dimensi teknologi, kelembagaan, ekonomi, sosial, hukum dan
politik. Selain itu sejumlah tantangan dan resiko telah diidentifikasi dan
harus diselesaikan dari dua sisi : pemerintah (misalnya infrastruktur
teknologi informasi, sumber daya manusia, kendala keuangan, masalah
hukum yang komplek dan kurang memadai) dan pengguna (misalnya
kurangnya kepercayaan dan kesenjangan digital).

Dalam buku ini menekankan bahwa interoperabilits adalah salah


satu hambatan yang paling penting yang harus dapat diatasi dalam
implementasi dan integrasi sim pemerintahan sebagai bagian dari
pengembangan domain e-government. Persyaratan ini berkaitan dengan
pemerintah daerah, sektor usaha dan juga melampaui batas-batas

37
nasional dan melibatkan pemerinthan negara lainnya. Selain itu, sistem
TIK dan interperabilitas aplikasi, sharing dan penggunaan kembali layanan
informasi di dalam dan antar sektor merupakan faktor penting bagi
pengiriman pelayanan elektronik yang berkualitas tinggi, inovatif, dan
mudah.

Berdasarkan kerangka ini representasi model interperabilitas serta


langkah-langkah yang diperlukan untuk memudahkan pengadopsian yang
integrasi sim pemerintahan sebagai bagian domain e government. Model
ini dapat mengelola proses bisnis yang berhubungan dengan administrasi
dan konten yang menggunakan SOA dan paradigma web service
orchestration dan mengikuti pendekatan one stop services atau pelayanan
satu pintu. Model tersebut terdiri dari suatu upaya yang sesuai dengan
ketika tingkat interoperabilitas yaitu organisasi, semantik dan teknis.
Manfaatnya meliputi: waktu yang signifikan, menghemat biaya dan tenaga
kerja, kenyamanan yang lebih besar, aksesibilitas yang lebih baik, pilihan
pengiriman e-service yang lebih banyak dan lebih cepat.

Terakhir, perlu difokuskan dalam rangka mengintergrasikan semua


proses administratif secara bertahap di mana semua proses bisnis dapat
berinteraksi dengan lembaga-lembaga pemerintah. Tampa adanya standar
e-government, akan terjadi inefisiensi berupa duplikasi dan tumpang tindih
pembangunan e-government oleh berbagai lembaga pemerintah, serta
menciptakan pulau-pulau sistem informasi. Kebijakan tentang standard e-
government harus dapat mengantisipasi adanya perubahan akibat
kemajuan teknologi dan dinamika manajemen kepemerintahan seperti
otonomi daerah.

38
Judul/Title : Electronic Government :
Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik
Berbasis Teknologi Digital.

Penulis/Author : Richardus Eko Indrajit

Penerbit/Publisher : Andi Yogyakarta

Edisi/Edition : 2004

Halaman/Pages : 163

Buku ini membahas tentang konsep-konsep E-Government dalam


kaitannya dengan pembangunan dan pengembangan sistem pelayanan
publik.

Seperti layaknya dua sisi pada mata uang, fenomena globalisai


menjajikan sebuah lingkungan dan suasana kehidupan bermasyarakat
yang jauh lebih baik; namun disisi lain, terdapat pula potensi terjadinya

39
chaos jika perubahan ini tidak dikelola dan dijalani secara baik. Karena
pada suatu titik ekstrem seorang individu di sebuah negara dapat
melakukan apa saja yang dikehendakinya (misalnya berdagang, bermitra,
berkolaborasi, dan lain-lain) dengan individu yang berada di negara lain,
maka jelas bahwa kehidupan masyarakat harus ditata lebih dulu di dalam
sebuah sistem yang menjamin bahwa negara yang bersangkutan akan
memperoleh manfaat yang besar di dalam lingkungan global, bukan
sebaliknya. Sebagian besar isi buku ini berisi konsep dan prinsip-prinsip
dasar penerapan e-Goverment di berbagai negara, karena itu merupakan
bahan referensi yang sangat baik bagi para pengambil keputusan dalam
pemerintahan maupun mereka yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung dengan proses pengembangan e-Goverment di Indonesia.
Adapun ringkasan buku tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I

Berbeda dengan definisi e-Commerce maupun e-Business yang


cenderung universal, e-Government sering digambarkan atau
dideskripsikan secara cukup beragam oleh masing-masing individu atau
komunitas.

Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan e-Government sebagai


berikut E-Government refers to the use by government agencies of
information technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and
mobile computing) that have the ability to transform relations with citizens,
businesses, and the other arms of government.

Janet Caldow, Direktur dari Institute for Electronic Government (IBM


Corporation) dari hasil kajiannya bersama Kennedy School of
Government, Harvard Unversity, memberikan sebuah definisi yang
menarik, yaitu Electronic government is nothing short of a fundamental

40
transformation of governance at a scale we have not witnessed since the
beginning of the industrial era.

Definisi menarik dikemukakan pula oleh Jim Flyzik (US Department


of Treasury) ketika diwawancarai oleh Price Waterhouse Coopers, dimana
yang bersangkutan mendefinisikan E-Government is about bringing the
government into the world of the Internet, and work on Internet time.

Pemerintah federal Amerika Serikat mendefinisikan e-Government


secara ringkas, padat dan jelas, yaitu E-Government refers to the delivery
of government information and services online through the Internet or
other digital means.

Sementara, Nevada, salah satu negara bagian di Amerika Serikat,


mendefinisikan e-Governmet sebagai :

1. Online services that eradicate the traditional barriers that


prevent citizens and businesses from using government
services and replace those barriers with convenient access;
2. Government operations for internal constituencies that simplify
the operational demands of government for both agencies and
employees.
Berikut adalah manfaat e-Government yaitu :
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para
stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis dan industry)
terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai
bidang kehidupan bernegara;
2. Meningkatkan transparansi, control dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan
konsep Good Corporate Governance;
3. Mengurangi secara sigifikan total biaya administrasi, relasi dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakehodernya
untuk keperluan aktivitas sehari-hari;

41
4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan
sumber-sumber pendapatan baru melalui interasksinya dengan
pihak-pihak yang berkepentingan; dan
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat
secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang
dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan ternd
yang ada; serta
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pegambilan berbagai kebijakan public
secara merata dan demokratis.
Dengan kata lain, negara-negara maju memandang bahwa
implementasi e-Government yang tepat akan secara signifikan
memperbaiki kualitas kehidupan asyarakat di suatu negara
secara khusus.
BAB II

Pemicu Utama e-Government


Dilihat dari sejarahnya, konsep e-Government berkembang karena
adanya 3 (tiga) pemicu (drivers) utama, yaitu :
1. Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan
telah membuat isu-isu semacam demokratisasi, hak asasi
manusia, hukum, transparansi, korupsi, civil society, good
corporate governance, perdagangan bebas, pasar terbuka dan
lain sebagainya menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan
oleh setiap bangsa jika yang bersangkutan tidak ingin
diasingkan dari pergaulan dunia.
2. Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian cepatnya
sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakan
dengan teramat sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke
seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat di dunia tidak
terlepas dari semakin membaiknya kinerja industry swasta
dalam melakukan kegiatan ekonominya.
Konsep e-Government ini berkembang di atas tiga kecenderungan,
yaitu :

42
1. Masyarakat bebas memilih bilamana dan darimana yang
bersangkutan ingin berhubungan dengan pemerintahnya untuk
melakukan berbagai transaksi atau mekanisme interaksi yag
diperlukan secara non-stop.
2. Untuk melakukan mekanisme interaksi tersebut masyarakat
dapat dan boleh memilih berbagai kanal akses baik yang
sifatnya tradisional maupun modern.
3. Pemerintah berperan sebagai coordinator utama yang
memungkinkan berbagai hal yang diinginkan masyarakat
tersebut terwujud.
BAB III

Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of


Government, untukn menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor
public, ada tiga elemen sukses yang harus dimiliki dan diperhatikan
sungguh-sungguh. Masing-masing elemen sukses tersebut adalah:
Support, Capacity dan Value.
1. Support
Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh
pemerintah adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan
pejabat public dan poliik untuk benar-benar menerapkan konsep e-
Government, bukan hanya sekedar mengikuti trend atau justru
menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip e-
Government.
2. Capacity
Yang dimaksud dengan elemen kedua ini adalah adanya unsure
kemampuan atau keberdayaan dari pemerintah setempat dalam
mewujudkan impian e-Government terkait menjadi kenyataan.
Ada tiga hal minimum yang paling tidak harus dimiliki oleh
pemerintah sehubungan dengan elemen ini, yaitu :
- Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk pelaksanaan
e-Government khususnya finansial.
- Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai
karena fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan
penerapan konsep e-Government.

43
- Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dan keahlian.
3. Value
Pemerintah harus benar-benar teliti dalam memilih prioritas value
(manfaat) pada masyarakatnya.

BAB IV

Berdasarkan hasil studi sejumlah praktisi e-Government di berbagai


negara, secara pokok ada 3 (tiga) tantangan terbesar yang dihadapi oleh
pemerintah maupun masyarakat dalam mengembangkan konsep e-
Government di negaranya masing-masing, yaitu :
1. Tantangan yang berkaitan dengan cara menciptakan dan
menentukan kanal-kanal akses digital (maupun elektronik) yang
dapat secara efektif dipergunakan oleh masyarakat maupun
pemerintah.
2. Tantangan yang berkaitan dengan keterlibatan lembaga-
lembaga lain di luar pemerintah (pihak komersial swasta
maupun pihak-pihak non komersial lainnya) dalam
mengembangkan infrastruktur maupun superstruktur e-
Government yang dibutuhkan.
3. Tantangan yang berkaitan dengan penyusunan strategi institusi
terutama yang berkaitan dengan masalah biaya investasi dan
operasional sehingga program manajemen perubahan e-
Government ini dapat berjalab dengan lancer sesuai dengan
yang diinginkan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa


terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan e-
Government, yaitu:

1. Tantangan penentuan kanal akses.


2. Tantangan keterlibatan pihak non-pemerintah.
3. Tantangan pembiayaan manajemen perubahan.

44
BAB V

Dalam implementasinya, dapat dilihat sedemikian beragam tipe


pelayanan yang ditawarkan oleh pemerintah kepada masyarakatnya
melalui e-Government. Salah satu cara mengkategorikan jenis-jenis
pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari dua aspek utama:

1. Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit


anatomi sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun
dan diterapkan.
2. Aspek Manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan
dengan besarnya manfaat yang dirasakan oleh para
penggunanya.

Berdasarkan dua aspek di atas, maka jenis-jenis proyek e-


Government dapat dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu: Publish, interact
dan transact.

1. Publish
Jenis ini merupakan implementasi e-Government yang termudah
karena selain proyeknya yang berskala kecil juga tidak perlu
sumber daya yang besar.
2. Interact
Berbeda dengan kelas Publish yang sifatnya pasif, pada kelas
interact telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah
dengan mereka yang berkepentingan.
3. Transact
Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada
kelas interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang
berhubungan dengan pepindahan uang dari satu pihak ke pihak
lainnya.

45
BAB VI

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya implementasi


konsep e-Government merupakan sebuah tantangan transformasi. Fungsi
teknologi informasi di dalam kerangka ini adalah tidak sekedar sebagai
penunjang manajemen pemerintahan yang ada, tetapi justru merupakan
driver of change atau sebagai hal yang justru menawarkan terjadinya
perubahan-perubahan mendasar sehubungan dengann proses
penyelenggaraan pemerintahan di era modern.
Pertama, adalah bagaimana e-Government dapat merubah prinsip
Service to Citizens menjadi Service by Citizens.Jika pada awal evolusi
e-Government, pemerintah memanfaatkan teknologi informasi untuk
memperbaiki kinerja dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.
Kedua, adalah mengubah fenomena Citizens in Line menjadi
Citizens on Line, dalam arti kata bagaimana jika dahulu masyarakat
harus mengantri dan menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan.
Ketiga, adalah mencoba untuk mengatasi permasalahan Digital
Divide (kesenjangan digital) dan menjamin terciptanya sebuah Digital
Democracy (demokrasi digital).
Keempat, adalah dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemerintah dengan menggantikan proses-proses yang Paper-
Based (manual, berbasis dokumen/ kertas) dengan
mengimplementasikan secara utuh konsep Government Onine.
Kelima, adalah mencoba untuk menggunakan Digital Knowledge
sebagai pengganti dari physical Knowledge yang selama ini
dipergunakan sebagai sumber daya untuk meningkatkan kualitas
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.Maksudnya adalah bagaimana
hasil pengolahan data dan informasi yang mengalir dalam e-Government.

BAB VII

46
Seperti halnya di dalam dunia aplikasi e-Commerce yang kerap
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu tipe B-to-B dan B-to-C, di dalam
konsep e-Government dikenal pula empat jenis klasifikasi, yaitu: G-to-C,
G-to-G dan G-to-E.

1. Government to Citizens
Merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, yaitu
dimaa pemerintah membangun dan menerapkan teknologi
informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan
interaksi dengan masyarakat (rakyat).
2. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah
membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda
perekonomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
3. Government to Governments
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi
negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens
dari hari ke hari.
4. Government to Employees
Pada akhirnya, aplikasi e-Governmet juga diperuntukkan untuk
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri
atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi
sebagai pelayan masyarakat.

BAB VIII

Bagaimana sebenarnya model pemerintahan lama berevolusi


menjadi sebuah e-Government?Ada sebuah teori yang cukup menarik
untuk disimak dari seorang praktisi pemerintahan di Kanada.Secara
umum, evolusi terjadi melalui empat tahapan besar.
A. Pertumbuhan Knowledge Society

47
Ciri-ciri utama dari Knowledge Society adalah :
1. Menyadari bahwa asset terbesar komunitas terletak pada
kompetensi, keahlian dan pengetahhuan dari masing-masing
anggotanya, bukan terletak ada sumber daya lainnya semacam
kekayaan finansial, relasi dengan industry Mupun hal-hal
sejenis lainnya.
2. Pengetahuan merupakan hasil metabolism berbagai entity yaitu
data/informasi, pengalaman, content dan context.
B. Pembangunan Infrastruktur Teknologi Informasi
Perkembangan industry computer dan telekomunikasi dalam
sebuah negara ditandai dengan semakin tersedianya fasilitas oleh
berbagai kalangan.
C. Pemberlakuan Enabling Policy
Perkembangan kehidupan manusia akibat teknologi informasi yang
berkonvergensi dengan tumbuhnya masyarakat berbasis pengetahuan
secara signifikasn memaksa pemerintah untuk mulai memikirkan berbagai
kebijakan yang harus disusun dan diberlakukan segera agar perubahan
paradigma di berbagai aspek kehidupan dijamin akan mengarah ke hal-
hal yang positif.
D. Pembangunan dan Pengembangan e-Government
Sosialisasi penggunaan e-Government yang paling baik dan efektif
adalah dari mulut ke mulut, dalam arti kata adlah bahwa pengalaman
sukses seseorang berinteraksi melalui pemerintah melalui fasilitas
teknologi informasi merupakan hal yang sangat berharga.

BAB IX

Paradigma birokrat yang selama ini efektif dipergunakan harus


mulai digantikan dengan paradigm e_government. Setidak-tidaknya ada 8
(delapan) aspek yang membedakan antara kedua buah paradigm
tersebut, yaitu :

1. Orientation
2. Process Organization

48
3. Management Principle
4. Leadership Style
5. Internal Communication
6. External Communication
7. Mode of Service Delivery
8. Principle of Service Delivery
A. Orientation
Orientasi dari paradigm birokrat adalah menghasilkan produk atau
pelayanan yang cost-efficient kepada masyarakat dan mereka yang
berkepentingan (stakeholders).
B. Process Organization
Sebagaimana layaknya organisasi birokrat kebanyakan, struktur
organisasi yang rigid dan kaku merupakan ciri khas mesin manajemen
pemerintahan.
C. Management Principle
System manajemen yang diterapkan disini adalah management by
mandate and rule, artinya seseorang baru akan bergerak jika
mendapatkan mandate dari atasannya yang biasanya secara sah
dinyatakan dalam surat keputusan. Buruknya gaya manajemen ini adalah
tidak maunya seseorang karyawan untuk bekerja dengan mengamil
inisiatif jika belum diberikan perintah.
BAB X

Terdapat 8 (delapan) elemen sukses di dalam melakukan


manajeman proyek e-Government menurut riset dari University of
Maryland, yaitu :
A. Political Environment
Merupakan suasana politik dimana proyek yang bersangkutan
berada atau dilaksanakan.
B. Leadership
Faktor kepemimpinan biasanya menempel pada mereka yang
bertugas sebagai pemimpin dari penyelenggaraan proyek, yaitu para
manajer proyek.
C. Planning
Sesuai dengan siklus manajemen proyek yang ada, perencanaan
merupakan sebuah tahap yang sangat penting, karena pada tahap awal
inilah gambaran menyeluruh dan detail dari rencana keberadaan sebuah
inisiatif e-Government diproyeksikan.

49
D. Stakeholders
Merupakan berbagai pihak yang merasa memiliki kepentingan
terhadap penyelenggaraan e-Government terkait.
E. Transparency/Visibility
Bahwa harus selalu tersedia seluruh data dan informasi mengenai
seluk beluk dan status proyek yang sedang berlangsung untuk secara
bebas diakses oleh stakeholders yang beragam tersebut.
F. Budgets
Kekuatan sumber daya finansial yang dianggarkan pada sebuah
proyek e-Government merupakan salah satu elemen strategis dan sangat
menentukan berhasil tidaknya sebuah proyek.
G. Technology
Pilihan teknologi yang akan diimplementasikan di dalam sebuah
proyek e-Government sangat tergantung dengan yang tersedia.
H. Innovation
Akhirnya elemen terakhir yang turut memberikan kontribusi
terhadap berhasil tidaknya sebuah tidaknya sebuah proyek e-Government
adalah kemampuan anggota proyek untuk melakukan inovasi-inovasi
tertentu.

50
BAB XI

Ada sebuah kerangka menarik sehubungan dengan usaha


peningkatan kinerja di sektor pelayanan public yang diimplementasikan
oleh pemerintah negara singapura yang disebut sebagai konsep
Managing for Excellence (MFE). Kerangka konsep ini diperuntukkan
sebagai panduan strategis bagi pemerintah di tingkat kementerian dalam
menyusun konsep penerapan e-Government di departemennya masing-
masing.
Berikut merupakan 4 (empat) aspek utama dalam penentuan tahap
keberhasilan MFE, yaitu :
1. Public-Center Management
2. System-Oriented Approach
3. Customer-Fokuses Culture
4. Networked Government

BAB XII

Kanal akses merupakan sarana atau fasilitas yang dipergunakan


oleh masyarakat dalam menghubungkan dirinya dengan
pemerintah.Melalui alat inilah berbagai interaksi dan transaksi
dilakukan.Kecenderungan yang terjadi dari masa ke masa sejlan dengan
kemajuan teknologi adalah semakin manjanya pelanggan (dalam hal ini

51
masyarakat) dalam melakukan tuntutan terhadap kualitas dan kinerja
pelayanan pemerintah.
Pelanggan pemerintah dapat dikategorikan menjadi beberapa
segmen (Customer Layer), yaitu : Individual (consumers), bisnis (swasta),
keluarga, lembaga, dan komunitas. Semua jenis pelanggan ini memiliki
tuntutan uniknya masing-masing yang bermuara kepada adaya
fleksibilitas bagi mereka selama 24 jsm seminggu untuk mendapatkan
pelayanan dari pemerintah.
Pada Location Layer terlihat bahwa para pelanggan ini ingin leluasa
berinteraksi dengan pemerintah dari lokasi yang disukainya. Seperti dari
rumah, dari kantor, dari pusat-pusat keramaian, maupun dari kendaraan
transportasi sehari-hari (mobi, motor, pesawat, kapal laut dan kereta api).
Berdasarkan permintaan di atas (sisi demand) tentu saja
pemerintah sebagai ppihak yang memberikan pelayanan (sisi supply)
harus mampu membangu sebuah Integration Management Layer yang
terintegrasi dan dapat mengakomodasi beragam kebutuhan dan tuntutan
masyarakattersebut.
Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masih
banyak masyarakat yang tidak mau menggunakan teknologi moderen dan
lebih memilih mempertahankan interkasi dengan cara tradisional atau
lama.

BAB XIII

Ada sebuah konsep menarik yang ditawarkan oleh Oracle


sehubungan dengan proses pengelolaan e-Government yang disebut
dengan Citizen Interaction Center (CIC). Seperti diketahui bersama,
terdapat ratusan bahkan ribuan jenis pelayanan/interaksi antara
pemerintah dengan masyarakatnya. Dan tentu saja, dipandang dari mata
masyarakat, menghafalkan cara berhubungan dengan seluruh jajaran
pemerintahan merupakan masalah tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan
sebuah prosedur yang sederhana, mudah dan ringkas agar masyarakat

52
dapat dengan mudah mengetahui car berhubungan dengan pemerintah
melalui infrastruktur dan aplikasi e-Government CIC befungsi semacam
pusat informasi segala hal yang berkaitan dengan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat.
Berbeda dengan operator yang hanya dapat dihubungi melalui
telepon, CIC merupakan pusat informasi yang dapat diakses melaluii
berbagai macam cara. Bagi mereka yang terbiasa menggunakan telepon,
CIC dapat dihubungi melalui sebuah nomor khusus, seperti halnya
fasilitas 108 atau 104 yang disediakan oleh Telkom.
Melalui telepon ini, seorang pelanggan dapat dengan mudah
berhubugan dengan seseorang Customer Service yang siap menjawab
dan memberikan panduan praktis kepada pelanggan yang ingin
mengetahui cara-cara berhubungan dengan pemerintah, misalnya untuk
keperluan: pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Permohonan Surat
Izin Mengemudi (SIM), perubahan data pada Kartu Keluarga (KK),
permintaan formulir tender pemerintah, pertaanyaan mengenai urusan
perpajakan dan lain sebagainya.Selain telepon, CIC dapat pula diakses
melalui internet, yaitu lewat sebuah website atau homepage yang
dirancang khusus untuk menjadi portal informasi bagi semua produk e-
Government.

BAB XV

Sistem pemerintahan di negara-negara besar biasanya memiliki


struktur yang disesuaikan dengan bentuk negara dan pembagian wilayah
geografisnya. Contohnya adalah negara federal Amerika Serikat yang
dibagi menjadi 50 buah negara bagian (state), dimana masing-masing
negara bagian dibagi lagi menjadi county dan city (kota). Hal yang sama
dilakukan pula oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbagi
menjadi sejumlah propinsi (Daerah Tingkat I), kabupaten dan/atau
kotamadya (Daerah Tingkat II), kecamatan (daerah Tingkat III) dan kota.
A. Customer Facing
Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari e-Government yang
menghubungkan system dengan para penggunanya.Ada tiga jenis

53
perangkat pada lapisan ini.Yang pertama adalah infrastruktur, yang berarti
jenis lokasi para pengguna (user) melakukan akses terhadap system e-
Government. Secara fisik, lokasi ini dapat bermacam-macam, seperti
melalui rumah, melalui kantor, melalui pusat keramaian, melalui mobil, dan
lain sebagainya.
B. Delivery Service
Di belakang lapisan terluar (Customer Facing) terdapat lapisan
Delivery Service yang terdiri dari modul-modul dimana aplikasi utama dari
e-Government berada. Lapisan yang biasanya dialihdayakan (outsource)
ke pihak ketiga ini pada intinya terdiri dari perangkat lunak system operasi,
aplikasi dan database telah deprogram sedemikian rupa sehingga
berbagai inisiatif e-Government dapat ditawarkan oleh pemerintah ke
pihak pelanggan.
C. Structure
Lapisan terakhir merupakan lapisan pendukung yang berfungsi
sebagai tulang punggung kedua lapisan sebelumnya.Dikatakan sebagai
tulang punggung karena pada lapisan inilah mengalir data dan informasi
yang telah dikemas ke dalam sinyal-sinyal digital untuk dikirimkan dari
satu tempat ke tempat lainnya berdasarkan aturan-aturan yang
disepakati.Ada dua modul penting dalam lapisan ini.

54
BAB XVI

Esensi dari teknologi informasi sebenernya terletak pada kata


informasi-nya, dalam arti kata bagaimana bahan mentah tersebut dapat
dipergunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia. Demikian pula dalam implementasi e-Government, hampir
keseluruhan jenis aplikasi yang dipergunakan pasti melibatkan
pengolahan data menjadi informasi yang selanjutnya akan dipergunakan
oleh mereka yang berkepentingan (stakeholders) dalam proses
pengembilan keputusan.
Dalam kerangka inilah sering dikatakan bahwa informasi
merupakan bahan mentah dari pengetahuan (knowledge), karena
dipergunakan oleh manusia sebagai penunjang proses pengambilan
keputusan untuk berbagai kepentigan. Di dalam pemerintahan, sangat
jelas terlihat seberapa besar dan kritikalnya keberadaan informasi yang
berkualitas.Hampir setiap hari para birokratdi pemerintahan harus
mengambil keputusan-keputusan pentig yang menyangkut hajat hidup
orang banyak dan keberlangsungan/keberadaan negara yang
bersangkutan.
Di dalam IVC ada delapan tahapan proses yang biasa dilakukan,
masing-masing adalah: Capture,Store, Update, Query, Distribute, Analyze,
Act and Learn.
Capture adalah proses dimana berbagai data dan informasi sehubungan
dengan fakta yang terjadi sehari-hari diambil dan direkam serta
ditransformasikan ke dalam format digital. Selanjutnya adalah Store
dimana data dan informasi yang telah berhasil dicapture terdahulu harus

55
disimpan di dalam berbagai jenis media penyimpan. Selanjutnya adalah
proses Update yaitu aktivitas yang mudah tetapi sekaigus sulit dikelola
Karena dengan adanya internet, perubahan data dan informasi dapat
terjadi setiap detik.

BAB XVII

Data yang berasal dari fakta transaksi sehari-hari merupakan


bahan mentah dari informasi. Hasil informasi ini akan diharapkan diolah
lebih lanjut agar dapat menjadi pengetahuan (knowledge) yang
dibutuhkan oleh pemerintah sebagai pelaku pengambilan keputusan
strategis. Yang menjadi masalah di dalam birokrasi adalah sedemikian
menggunungnya dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki,
sehingga sangat sulit mencari data mana saja yang memiliki nilai strategis
tertentu untuk diolah menjadi informasi dan knowledge.
Teknologi yang kerap dipergunakan untuk mencari data atau
informasi dari berbagai dokumen atau arsip elektronik adalah search
engine atau mesin pencari yang sering dipakai dalam sebuah situs portal
atau intranet. Walaupun teknologi ini telah berkembang sedemikian pesat,
tentu saja mencari berbagai dokumen yang relevan dengan hanya
mengandalkan sebuah atau serangkaian search key (kunci pencarian)
tetap saja menyulitkan atau memperlambat kerja search engine. Untuk
itulah diperkenalka sebuah konsep yang dikenal dengan Metadata.
Metadata sering didefinisikan sebagai data about data (data dari
data).Definisi yang cenderung merupakan simplifikasi ini sebenarnya
mengandung arti bahwa metadata merupakan ringkasan dariini sebuah
dokumen atau arsip elektronik yang dinyatakan beberapa kata
kunci.Metadata inilah yang kelak dimanfaatkan sebagai domain pencarian
ketika sebuah kata kunci dinyatakan oleh seseorang yang berniat mencari
data atau informasi yang diinginkan.

56
BAB XVIII

Salah satu penyebab sangat sulitnya sebuah sektor public untuk


dapat berkompetisi memberikan pelayanan secara baik dan professional
kepada pelanggannya (dalam hal ini masyarakat dan mereka yang
berkepentingan) adalah karena adanya perbedaan karakteristik dengan
sektor swasta.
Konsep Reinvention of Government Movement yang dilakukan
Clinton-Gore pada tahun 1993 telah terbukti mampu mentransformasikan
peranan pemerintah dari sebuah entity sektor public yang kaku menjadi
sebuah institusi yng hidup dan berkembang. Ada sepuluh buah prinsip
yang harus dipegang oleh para birokrat yang ingin melakukan
transformasi menuju kepada konsep e-Government. Penjelasan ringkas
kesepuluh prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
Prinsip 1: Steer more than row
Belajarlah mengemudi, tidak hanya mendayung, mungkin
begitulah translasi ke bahasa Indonesianya.Yang dimaksud disini adalah
bahwa seluruh lapisan birokrat harus belajar menempatkan dirinya
sebagai seorang pemikir (thinker), tidak hanya pelaksana (doer).Intinya
jadilah birokrat yang memiliki inisiatif yang baik.
Prinsip 2: Empower communities rather than simply supply services
Target akhir dari penerapan konsep e-Government bukanlah untuk
sekedar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan pemerintahan kepada
masyarakat, tetapi lebih pada usaha memberdayakan berbagai komunitas
yang ada di masyarakat agar dapat mandiri (bagian dari konsep
masyarakat madani).
Prinsip 3: Encourage competition rather than monopoly
Berbagai kenyataan sejarah telah memperlihatkan bahwa konsep
monopoli, selain tidak populer, telah terbukti bukanlah pilihan strategi yang
tepat bagi sebuah pemerintahan dalam usahanya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat di era moderen seperti saat ini.
Prinsip 4: Be driven by mission, not rules
Selama ini yang terjasi di pemerintahan adalah sebuah budaya
kerja yang didasarkan pada peraturan-peraturan yang ada.Seringkali

57
terjadi peristiwa dimana pemerintah tidak dapat dan tidak mampu
mengambil langkah-langkah strategis tertentu karena belum adanya
peraturan-peraturan yang mengaturnya.
Prinsip 5: Fund outcomers rather than inputs
Di dalam kerangka konsep IPO (Input-Proses-Output), hal yang
penting dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai customer dari
pemerintah adalah hasil keluaran (outcomes) dari setiap inisiatif.
Prinsip 6: Meet the needs of customers, not bureaucracy
Hal selanjutnya yang perlu diubah adalah orientasi pemerintah
yang selama ini lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat internal, yaitu
lebih mementingkan kalangan pemerintahan, menjadi sesuatu yang
berorientasi untuk melayani pihak eksternal seperti masyarakat, pelaku
bisnis dan lembaga-lembaga lainnya.
Prinsip 7: Concentrate on earning, not just spending
Adalah merupakan suatu kenyataan dan kebiasaan, bahwa hampir
seluruh perangkat pemerintahan merupakan sebuah cost center yang
dibiayai oleh anggaran belanja negara.
Prinsip 8: Invest in prevention rather than cure
Pepatah lama mengatakan bahwa mencegah lebih baik dari
mengobati. Hal yang sama berlaku pula dalam format kepemerintahan.
Biaya dan kerugian yang dikeluarkan untuk mengatasi sebuah
permasalahan yang terjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya
dan kerugian yang perlu dialokasikan untuk melakukan tindakan
pencegahan (preventif).
Prinsip 9: Decentralize authority
Konsep e-Government akan efektif diimplementasikan pada
sebuah lingkungan pemerintahan yang menganut system desentralisasi.
Prinsip 10: Solve problems by leveraging the marketplace, rather
than simply creating public programs
Prinsip terakhir yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah
merubah pola piker dari kegiatan untuk menciptakan berbagai produk dan
jasa inovatif di sektor public sebagai jawaban terhadap permasalahan
yang dihadapi, menajdi sebuah semangat untuk memecahkan problema
yang ada melalui usaha-usaha untuk mendewasakan pasar
(marketplace).

58
BAB XIX

Salah satu langkah awal yang baik untuk dilakukan oleh


pemerintahan di sebuah negara adalah mencoba menakar seberapa jauh
kesiapan pemerintah di negara terkait dalam mengimplementasikan
konsep e-Government. KPMG, sebuah perusahaan konsultan terkemuka
di dunia, memperkenalkan sebuah cara yang disebut sebagai e-
Government capacity check atau kerap diistilahkan pula sebagai e-
Government capability check. Ada 6 (enam) buah aspek yang perlu dikaji
menurut metodologi tersebut untuk mengetahui kesiapan pemerintah
dalam menghadapi penerapan konsep dan prinsip e-Government, yaitu :
1. Aspek e-Strategy
Hal pertama yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah pada level
strategis, dimana dicoba dianalisa seberapa jauh pemerintah serius
memahami, menginginkan dan memiliki konsep yang benar serta jelas
mengenai e-Government yang ingin diimplementasikan.
2. Aspek Architecture

59
Aspek kedua yang perlu pula untuk dikaji adalah yang
berhubungan dengan arsitektur system dan teknologi informasi yang
dimiliki saat ini oleh pemerintah terkait.
3. Aspek Risk and Program Management
Aspek selanjutnya yang perlu dipahami adalah sehubungan
dengan manajemen proyek e-Government beserta resiko yang dihadapi
dalam proses pengembangan dan implementasinya.
4. Aspek Organizatinal Capabilities
Aspek ini erat kaitannya dengan kemampuan dari pihak-pihak
internal yang ada di dalam system pemerintahan untuk beradaptasi
dengan konsep organisasi baru yang ditawarkan e-Government.

5. Aspek Value Chain Management


Aspek ini berhubungan dengan kemampuan pemerintah dalam
mengelola rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk atau
pelayanan di dalam system e-Government.
6. Aspek Performance Management
Aspek terakhir yang perlu diperhatikan keberadaannya adalah
berhubungan dengan kemampuan pemerintah dalam menentukan dan
mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program e-Government yang
ada.

60
BAB XX

Hampir setiap implementasi proyek e-Government pasti melibatkan


sebuah konsorsium yang terdiri dari berbagai pihak yang bermitra dengan
pemerintah. Konsorsium pelaksana proyek pengembangan e-Government
ini harus terdiri dri berbagai pihak yang tidak saja saling bekerja sama
untuk membangun aplikasi yang ada, namun lebih jauh lagi harus saling
melengkapi agar implementasi yang ada dapat terus berkesinambungan
untuk jangka waktu yang panjang.
Secara prinsip, paling tidak sebuah konsorsium proyek
pengembangan e-Government harus terdiri dari empat kalangan, masing-
masing: pemerintah, perguruan tinggi, industry swasta dan lembaga non-
komersial.
A. Pemerintah
Pihak pertama tentu saja pemerintah itu sendiri, baik yang berada
di tingkat pusat maupun daerah.Sebagai stakeholder pertama dari
e-Government, peranan pemerintah dalam konsorsium terkait
adalah sebagai pihak yang menentukan tujuan, kebijakan, standard
dan pola kerjasama dari segala hal yang berkaitan dengan
perencanaan, penerapan dan pengembangan konsep e-
Government.
B. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan pusat dari tenaga ahli dan ilmu
pengetahuan di berbagai bidang dalam sebuah negara.Melalui
institusi ilmiah diciptakan berbagai solusi teknologi maupun teori
manajemen yang berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk
menerapkan e-Government.
C. Industri Swasta
Hasil riset dari perguruan tinggi biasanya dibeli dan dikembangkan
oleh industry untuk menghasilkan beragam produk teknologi

61
informasi yang secara masal diproduksi dan diperdagangkan ke
berbagai pihak yang membutuhkan.
D. Lembaga Non-Komersial
Pada akhirnya, pihak keempat yang juga harus dilibatkan adalah
berbagai lemabag non-komersial semacam Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), yayasan, perhimpunan, asosiasi, dan institusi
non-profit lainnya yang berfungsi sebagai pemantau dan evaluator
dari proyek e-Government yang berjalan.

BAB XXI

Salah satu bagian terpenting pada sebuah master plan


pengembangan e-Government di suatu negara biasanya beberapa proyek
e-Government untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.Tentu saja
karena adanya keterbatasan sumber daya, tidak semua royek di dalam
portofolio dapat dijalankan sekaligus pada waktu yang
bersamaan.Pemerintah harus dapatmemilah-milah proyek mana yang
harus didahulukan (prioritas) dan proyek yang mana yang lebih baik di

62
kembangkan belakangan.Untuk menentukan skala prioritas tersebut, ada
suatu matrik yang dapat dipergunakan sebagai bantuan.
A. External & Government-Wide
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aplikasi e-Government
harus dimulai dari kebutuhan masyarakat yang ada (customer focused)
sehingga mengutamakan sejumlah aplikasi yang stakeholder utamanya
masyarakat merupakan pilihan yang tepat. Artinya, jika proyek e-
Government ini selesai, masyarakat dapat melihat hasil dan manfaatnya
(high visibility) secara langsung.
B. External & Depertemental
Prioritas kedua diberikan kepada aplikasi e-Government yang
dtunjukan kepada masyarakat sebagian pelanggan eksternal dan
melingkupi wilayah satu departemen atau satu institusi saja.Walaupun
dampak yang terjadi tidak sebesar jika dilakukan dengan ruang lingkup
lintas sektoral.
C. Internal dan Government-Wide
Tipe aplikasi selanjutnya di dalam skala prioritas adalah yang
memiliki pelanggan dari kalangan pemerintah sendiri, namun sifatnya
lintas sektoral.

D. Internal and Departemental


Prioritas terndah ditujukan ke proyek-proyek yang sifatnya hany
dilakukan dan bermanfaat bagi sebuah departemen atau lembaga
pemerintah saja.

63
BAB XXII

Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa untuk dapat sukses


mengimplementasikan konsep e-Government, pemerintah harus menjalin
kemitraan strategis dengan sektor swasta, dalam hal ini kalangan bisnis di
beragam industry. Sebelum menentukan bagaimana format win-win yang
dapat dijalin antara dua lembaga yang sangat berbeda tersebut, ada
baiknya dikaji terlebih dahulu hal-hal apa saja di dalam pemerintahan (e-
Government) yang dapat menjadi entity pemicu terjalinnya hubungan
kerjasama tersebut.
Terdapat 3 (tiga) peluang bisnis yang dapat menjadi pemicu
terjalinnya hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta, yang
berkaitan dengan tugas dan peranan pemerintah dalam sebuah negara.
A. Policy Making
Peluang kerja sama pertama yang dapat dimanfaatkan berasal dari
peranan pemerintah sebagai sebuah lembaga yang bertugas membuat
dan menyusun berbagai kebijakan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan negara.
B. Program Administration
Peranan pemerintah selanjutnya adalah sebagai administrator
public, karena jelas dalam proses penyelenggaraan negara, diperlukan
aktivitas administrasi yang sangat intens, dengan frekuensi dan volume
transaksi yang sangat tinggi
C. Compliance

64
Aspek ketiga yang juga berpeluang untuk memicu kerja sama
antara pemerintah dengan kalangan bisis berasal dari peranan
pemerintah sebagai pihak yang selalu memonitor berbagai sisi kehidupan
bermasayarakat agar seluruh entity negara yang ada benar-benar
berperilaku sesuai denga aturan yang disusun oleh pemerintah.

BAB XXIII

Situasi ideal membangun e-Government di berbagai institusi dan


lembaga pemerintahan dalam sebuah negara apabila pemerintah yang
bersangkutan telah berhasil menyusun sebuah master plan atau cetak
biru (blue print) perencanaan, pembangunan dan pengembangan e-
Government di negara yang bersangkutan.
Contohnya adalah pemerintah Australia yang mendirikan sebuah
lembaga yang diberi nama National Office for the Information Economy
Roles (NOIER) di ibukota negaranya Canberra. Secara strategis,
lembaga ini memiliki 5 (lima) peranan penting dalam rangka koordinasi
proyek-proyek e-Government yang ada di pemerintahan yaitu :
A. Framework and Strategic Directions
Fungsi utama pertama dari NOER dan yang terpenting adalah
menentukan arah pengembangan e-Government di Australia, terutama
yang berhubungan dengan penentuan visi dan misi yang sejalan dengan
strategi pembangunan negara.
B. Facilitate Agency Activities
Fungsi berikutnya adalah menjadi sebuah lembaga fasilitasi yang
memberikan konsultasi bagi institusi-institusi pemerintah lain yang berniat
mengembangkan e-Government.
C. Coordination and Collaboration
Proyek e-Government pada dasarnya memerlukan kerjasama antar
sektor (lintas sektoral), maka dibutuhkan koordinasi yang efektif agar
berjalan dengan baik.
D. Monitor and Asses Progress
Fungsi berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
kemajuan masing-masing proyek e-Government.

65
E. Best Practice
Peranan terakhir yang perlu dimiliki oleh NOIER adalah secara
kontinyu selalu mempelajari berbagai perkembangan e-Government yang
ada di dunia untuk dapat memilih mana yang terbaik.

BAB XXIV

Digital Park adalah salah satu konsep e-Government yang telah


berhasil dilaksanakan dan diterapkan di Beijing.Proyek ini merupakan
modul terbesar dari proyek besar Digital Beijing yang dipromosikan
pemerintah setempat. Disamping itu, proyek ini juga merupakan program
perintis (pioneer) bagi pemerintah Beijing yang ingin menerapkan konsep
e-Government.

66
Proyek ini berawal dari keluhan anggota masyarakat (praktisi
bisnis) yang ingin mendirikan dan mendaftarkan sebuah perusahaan baru.
Yang biasa pengusaha lakukan di Beijing adalah pergi menghubungi
kurang lebih lima departmenen, dimana keperluan administrasi, yang
bersangkutan harus paling tidak mendatangi masing-masing departemen
tiga kali. Hal tersebut terbilang berbelit-belit, membuang waktu dan biaya.
Oleh karena itu, pemerintah Beijing mencoba untuk membuat
sebuah pilot project kecil yag diberi nama Digital Park (dikerjakan oleh
Haidian Science Park Administrative Committee) yang pada dasarnya
merupakan sebuah usaha untuk menyatukan dan mengintegrasikan data,
process dan teknologi dari kelima terkait, agar rosedur pendirian dan
pendaftaran perusahaan baru di wilayah kota Beijing dapat berlangsung
secara cepat.

BAB XXV

Di dalam mengembangkan dan mengimplementasikan konsep e-


Government, ada sebuah prinsip dari Oracle yang baik untuk diterapkan,
yaitu: Think Big, Start Small, Scale Fast, Deliver Value!.Yang dimaksud
dengan perkataan tersebut adalah bahwa pemerintah harus memiliki visi
yang jauh dan besar terhadap pemerintah harus memiliki visi yang jauh
dan besar terhadap konsep e-Government yang ingin diterapkannya di
masa mendatang.
Pekerjaan e-Government ini dimulai dengan mencari konsep
modul-modul pembentuk sebuah e-Procurement yang terintegrasi.
Berdasarkan proses bisnis yang ada, paling tidak ada tiga aplikasi besar
yang mendasari pembentukan system e-Procurement, yaitu: e-Tendering,

67
e-Purchasing dan e-Shopping. Pada tahap awal, sesuai dengan rangkaian
proses yang ada, pemerintah Meksiko memutuskan untuk menjalankan
sebuah pilot project untuk mengimplementasikan proses yang paling awa
terjadi di sebuah system e-Procurement, yaitu e-Tendering. Misi akhir dari
penerapan konsep e-Tendering ini adalah bagaimana proses tender-
tender yang ada di pemerintahan (sehubungan dengan pengadaan
barang yang diperlukan seluruh divisi pemerintah yang ada) dapat
dilakukan secara online dan real-time, melalui dunia maya (internet), dan
e=dengan secara oenuh memanfaatjan teknologi informasi, agar tidak
banyak membuang-buang waktu dan biaya seperti yang saat ini terjadi.

68

Anda mungkin juga menyukai