Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI

BAB II
DASAR FILOSOFIS,SOSIOLOGI,
DAN YURIDIS SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN PEMERINTAHAN
NAMA : JOSEPHINA RETTOB

2.1 Dasar Filosofis Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pemerintahan

Berbicara tentang Filosofis SIM Pemerintahan. Hal ini dikarenakan bahwa yang menjadi fokus utama
dalam sistem informasi manajemen adalah informasi

Dalam membahas dasar filosofis informasi, secara konsep akan dikaji dari tiga sisi deskripsi filsafata,
yaitu, epistimologi, ontologi, dan aksiologi.

 Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan
pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran
dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang
diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode adalah tata cara dari suatu
kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan,sistematis dan logis.
 Ontologi: Cabang filsafat mengenai sifat (wujud ) atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang
ingin kita ketahui. Menurut Stephen Litle Jhon, ontologi adalah mengerjakan terjadinya
pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi
memiliki keluasaan eksistensi kemanusiaan.
 Aksiologis: Adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau
agama. Litle Jhon mengistilahkan kajian tiga asumsi dasar teori ini adalah metatori. Metatori
adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang ap yang diobservasi bagaimana observasi
dilakukan dan apa bentuk teorinya. "Metatori adalah teori tentang teori"
2.1.1 Ontologi Informasi

Dalam waktu yang cukup lama, informasi dipandang sebagai sesuatu yang matematis. Infomasi
dipandang sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif. Pandangan yang dipengaruhi oleh
pendapat Shannon dan Weaver ini mendominasi pandangan para pakar hingga waktu yang cukup lama.

Informasi oleh Shannon dan weaver dipandang sebagai suatu yang matematik, yang didominasi oleh
simbol-simbol dan merupakan himpunan simbol yang memiliki arti. Sebagianmana dikemukakan
dimuka, dewasa ini informasi dipandang sebagai ilmu multidisiplin bukan sekedar "data-data yang
memiliki arti". Tetapi mencangkup konteks sosial, budaya, teknologi, hukum, statistik, dan sebagainya.

Informasi adalah pengetahuan bersama yang membentuk Masyarakat dan menciptakan struktur
masyarakat. Tanpa adanya informasi, maka tidak ada struktur masyarakat, tidak ada komunikasi, dan
tidak ada kehidupan itu sendiri.

Dalam era informasi ini kehidupan kita adalah dalam realitas yang dibentuk oleh informasi yang
melingkupi kita, dan seringkali realitas tersebut bersifat

Artifisial, tidak nyata, tapi seolah-olah nyata dihadapan kita dan nyata kita hadapi.
2.1.2 Epistemologi Informasi

Informasi tidak hanya di dekati dari proses, mekanisme, dan strukturnua saja akan tetapi harus dilihat
aspek sosial, kultural, hukum, dan aspek lainnya. Fungsi perpustakaan sebagai agen informasi,apabila
pada masa lalu perpustakaan memegang peran yang sangan strategis dalam penyebaran dan transfer
informasi. Perpustakaan harus dapat memegang peran kepengarangan (authorship) yang menciptakan
informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.

2.1.3 Aksiologi Informasi

Tujum informasi tidak lain adalah untuk kemakmuran masyarakat. Dengan adanya informasi makan
masyarakat dapat memilih tindakan yang tepattepat, membuat perencanaan hidup, dan dapat
mengakses sumber daya yang dapat dibutuhkan olehnya untuk mencapai kesejahteraan.

Oleh karenanya setiap warga negara hendaknya dijamin oleh sistem dan undang-undang untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Disamping jaminan tersebut, ilmuan dan praktisi informasi
harus mampu membimbing masyarakatnya dalam mencari dan memperoleh informasi yang dibutuhkan

2.2 Dasar Sosiologis sistem informasi manajemen pemerintahan

Dasar sosiologis mengandung norma dasar sistem informasi manejemen pemerintah daerah yang
bersumber atau berasal dari norma kehidupan masyarakat. Untuk memahami kehidupan masyarakat,
kita harus memusatkan perhatian kita pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam
masyarakat itu sendiri. Ada pola antar kelompok maupun pribadi dalam kelembagaan
pemerintahpemerintah, pola pertukaran data infromasi, dan bagaimana data atau informasi itu tersedia
dan bertukaran dari satu pihak ke pihak yang lain membentuk dan kemudian melembaga kedalam
tatanan kehidupan sosial dan menjadi bagian dari nilai yang berlaku. Nilai itulah yang kemudian
mengikat kehidupan berorganisasi dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota.

Ada 3 macam norma yang dianut oleh para anggota organisasi, yaitu:

1) Individualisme
2) Kolektivisme
3) Integralistik

Masing-masing anggota dalam organisasi bisa berbuat apa saja menuruti semua keinginannya asalkan
tidak mengganggu orang lain.

Anggota organisasi dan kedudukan anggota secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi organisasi.
Organisasi integralistis menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam konteks
strukturnya manusia adalah pribadi dan juga relasi.

Dalam praktik sistem informasi manajemen pemerintahan daerah, nilai sosiologis yang melandasinya
adalah nilai integralistik yaitu nilai dari norma kehidupan masyarakat dimana:

1) Kekeluargaan, gotong royong, kebersamaan, dan musyawarah


2) Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup berorganisasi
3) Organisasi melindungi anggotanya
4) Akselerasi serasi seimbang antara hak dan kewajiban.

Pendekatan perilaku memandang sistem informasi manajemen pemerintahan tetkait dengan aspek-
aspek SIM pemerintahan daerah yang berkenan dengan:

1) Desain
2) Implementasi
3) Integrasi, dan
4) Manajemen.

Dalam hal ini pendekatan sosiologi memandang keempat aspek SIM pemerintahan dari sudut pandang
bagaimana kelompok, atau kelembagaan pemerintahan secara bersama-sama ampun bekerja untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3 Dasar Yuridis Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan

Terkait dengan dasat yuridis sistem informasi manajemen pemerintahan, brikut adalah beberapa acuan
yang bisa dijadikan payung hukumnya.

1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; sebagaimana diubah dengan perubahan ketujuh
UUD 1945.
Dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 F disebutkan
bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.Hak setiap orang mendapatkan
informasi juga relevan untuk meningkatkan kualitas pelibatan masyarakat dalam
proses pengambilan putusan publik

2. UU Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.


Undang-undang yang menandai Reformasi penyelenggaraan pemerintahan,
yaitu perubahannya sistem sentralisasi menjadi desentralisasi pemerintahan.
Selain itu, Undang-undang tersebut juga mengedepankan peningkatan aspek
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek hubungan antarsusunan pemerintahan dan antar
pemerintahan daeradaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan
tantangan persaingan global dan memberikan kewenangan yang seluas_luasnya
kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
Undang-undang tentang informasi dan transaksi elektronik merupakan perundangan yang
melandasi penyelenggaraan sistem informasi manajemen pemerintahan daerah. Undang-
undang tersebut menjadi acuan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi informasi yang
digunakan didalam sistem informasi pemerintahan yang dikembangkan agar mampu
menjaga,memelihara, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.

4. Undang-undang Republik Indonesia NomoNomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi


publik

Sistem informasi pemerintahan yang dikembangkan didaerah memanfaatkan informasi


sebagasebagai rau input untuk ditransformasi sebagai bahan kebijakan pembangunan. Terkait
dengan itu, UU No 14 Tahun 2008 ini mengatur tentang arti penting informasi ini. Ini jelas harus
dijadikan landasan dalam penyelenggaraan sistem informasi pemerintahan daerah.

5. Instruksi presiden nomor 3 tahun 2003 Tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-
Government.

Kebijakan E-Government didasari oleh adanya asumsi bahwa pemanfaatan teknologi dan
informasi dalam proses pemerintahan akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi,
dan akuntabilitas pemerintahan.
Peraturan perundang-undangan diatas. Menginstruksikan 4 hal yang harus dilakukan oleh
seluruh perangkat pemerintah, termasuk pemerintah daerah.
1) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagian tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing guna terlaksananya E-Government secara nasional dengan berpedoman
pada kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-Government sebagaiman tercantum
dalam lampiran instruksi presiden ini.
2) Merumuskan rencana tindakan dilingkungan instansi masing-masing dengan berkoordinasi
dengan mentri negara komunikasi dan informasi.
3) Melaksanakan rencana tindakan sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua yang
dikoordinasikan oleh mentri negara komunikasi dan informasi.
4) Melaksanakan istruksi presiden ini sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab dan
melaporkan hasil pelaksanaannya secara berkala atau sewaktu-waktu kepada Presiden.

6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009(RPJM 2010-2014)

Dalam dokumen RPJM 2004-2009 banyak bagian yang menyebutkan tentang target atau
capaian pengelolaan urusan pemerintahan yang dikelola secara transparan , akuntabel, dan
profesional.
Realisasinya adalah pengembangan sistem-sistem informasi yang relevanrelevan dengan
urusan/bidang pemerintahan atau sektor pembangunan. Termasuk didaerah, pengembangan
sumber daya yang dikelola secara transparan, akuntabel, dan profesional ini direalisasikan
dengan melakukan pengembangan sistem informasi manajemen pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai