Anda di halaman 1dari 16

Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KONTROL


SOSIAL OLEH MEDIA MASSA UNTUK MENEKAN KEJAHATAN DI
INDONESIA

Ariesta Wibisono Anditya


Fakultas Ekonomi dan Sosial, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Jl. Siliwangi, Jl. Ring Road Barat, Area Sawah, Banyuraden, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman
E-mail: ariesta@unjaya.ac.id

ABSTRACT
The mass media is an essential support for the criminal policy, namely providing the role of crime
prevention. Whilst penal policy is still available as solution, prevention through mass media is highly
recommended because penal policies should not employed as the only way of suppressing crime. Nevertheless,
the mass media must carries the values of Pancasila as the fundamental way of life of each Indonesian
citizen. This is a legal normative research which studies norms in the legal system. The law is examined by
its principles, analysed thoroughly particulary any regulations regarding mass media. Norms that
correspond to mass media are juxtaposed with the principles and doctrines related to social control of the
mass media to be analysed based on the inculcation of Pancasila values in the lives of Indonesian citizen. The
results showed that the practice of Pancasila values in the role of the mass media had not been implemented.
There are still many untrustworthy news that detrimental to social order. The mass media only contains
news as a satisfactory to the society without instilling the importance of Pancasila values.

Keyword: Media Massa, Pancasila, Kejahatan, Kontrol Sosial

ABSTRAK
Dalam bidang hukum pidana, media massa adalah pendukung dari kebijakan hukum
pidana, yaitu memberikan peran pencegahan kejahatan. Pencegahan melalui media massa sangat
disarankan karena kebijakan hukum pidana tidak selamanya dapat digunakan sebagai sarana
utama menekan kejahatan. Meski demikian, peran tersebut harus disertai dengan pengamalan
nilai-nilai Pancasila dalam kesadaran diri masing-masing manusia Indonesia. Penelitian ini
dilakukan secara normatif yakni penelitian yang mendasarkan pada kajian norma yang ada pada
sistem hukum. Hukum ditelaah asas-asasnya, dijabarkan dari undang-undang, peraturan yang
terkait media massa. Norma-norma terkait media massa disandingkan dengan asas-asas serta
doktrin mengenai kontrol sosial oleh media massa untuk dianalisis berdasarkan penanaman nilai-
nilai Pancasila pada kehidupan masyarakat Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam peran media massa memberitakan informasi belum
terlaksana. Masih banyak terdapat berita yang tidak teruji kebenarannya yang dapat merusak
tatanan sosial. Media massa hanya memuat berita sebagai pemuas informasi saja tanpa
menanamkan pembentukan pribadi sosial yang berjiwa Pancasila.

Kata Kunci: Media Massa, Pancasila, Kejahatan, Kontrol Sosial

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 29


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

A. PENDAHULUAN oleh Satjipto Rahardjo, bernegara hukum


seharusnya memaknai hukum sebagai
Dasar adalah sesuatu yang
tatanan, meliputi tatanan transedental,
bersifat tetap, suatu ajaran yang menjadi
tatanan sosial maupun tatanan politk.6
pedoman, pegangan dalam melakukan
Order dalam pengertian ini
perbuatan. Antara dasar dan tujuan ada
adalah hukum yang lebih utuh,
hubungan yang erat sekali. Jika dasarnya
merupakan substansi yang paling luas
liberalisme, tujuan yang akan dicapai
dan kompleks daripada segala yang
ialah masyarakat liberal. Jika dasarnya
biasa tampil menjadi objek ilmu hukum
fascisme, tujuan yang akan dicapai ialah
konvensional.7 Apabila hukum hendak
masyarakat fascis. Dasar negara
melaksanakan fungsinya sebagai tatanan
Indonesia adalah Pancasila, karena itu
(order) pada masa sekarang ini, maka
tujuan yang hendak dicapai oleh bangsa
perlu ditinjau kembali salah satunya,
Indonesia adalah masyarakat yang
melalui tatanan sosial. Indonesia terdiri
berdasarkan Pancasila.1
atas masyarakat yang melek informasi.
Masyarakat selalu mengalami
Pada tahun 2014, informasi statistik
perkembangan, karenanya juga
Kementerian Komunikasi dan
mengalami perubahan-perubahan,
Informatika Republik Indonesia,
termasuk tata nilai yang ada.2 Akibat
menunjukkan sebanyak 67,80 persen
perkembangan teknologi yang
penduduk Indonesia menggunakan
sedemikian, segala bentuk
internet untuk mengakses informasi.8 Hal
telekomunikasi dapat terjadi tanpa
ini memberikan makna bahwa,
mengenal waktu, sehingga aliran dalam
persebaran informasi melalui media
filsafat, ideologi, dan kebudayaan pada
komunikasi massa, salah satunya berupa
umumnya mudah dikenal oleh berbagai
internet, adalah bukti bahwa Cicero
jenis kelompok masyarakat dan
mengatakan hal yang relevan mengenai
mempengaruhi tata nilai yang mereka
masyarakat jauh di masa yang akan
miliki.3 Hukum sudah cukup tua
datang.
menjadi bagian kehidupan manusia dari
Diundangkannya peraturan
masa ke masa dan terus berubah seiring
mengenai Informasi dan Transaksi
perubahan sosial, ilmu pengetahuan, dan
Elektronik pada tanggal 21 April 2008
teknologi.4
serta perubahan-perubahannya di
Maksim ubi societas ibi ius yang
kemudian hari, merupakan contoh
dikatakan oleh Cicero, filsuf zaman
perkembangan hukum yang nyata atas
Yunani Kuno, mencerminkan hukum
dampak perubahan teknologi, ilmu
sebagai order dijalankan secara konsisten
pengetahuan, ekonomi, dan lain
atas dasar kesadaran, moralitas, dan
sebagainya. Diamandemennya peraturan
komitmen kerakyatan.5 Hukum
yang sudah tidak sesuai perkembangan
merupakan kontrol sosial, namun bukan
juga merupakan contoh terjadinya
berarti dengan cukup memahami hukum
saja lantas masyarakat dapat
6 Sudjito, Kebangkitan Hukum Indonesia,
dikendalikan. Seperti yang diajarkan
LinkMed Pro, Yogyakarta, 2016, hlm. 34.
7 Sudjito, Ilmu Hukum Holistik Studi Untuk
1 Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila III Memahami Kompleksitas dan Pengaturan Pengelolaan
Pendekatan Melalui Etika Pancasila, PT Hanindita, Irigasi, UGM Press, Yogyakarta, 2014, hlm. 96.
Yogyakarta, 1985, hlm. 8. 8 Data dan Statistik Kementerian
2 Ibid., hlm. 14. Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,
3 Ibid. Persentase Kegiatan yang Dilakukan dalam Mengakses
4 Derita Prapti Rahayu, Budaya Hukum Internet Pada Tahun 2014, Website Kominfo,
Pancasila, Thafa Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 8. http://statistik.kominfo.go.id/site/data?idtree=4
5 Sudjito, Memaknai Keistimewaan DIY, 24&iddoc=1328&data-data_page=8, diakses pada
LinkMed Pro, Yogyakarta, 2016, hlm. 4. 2 Oktober 2019.

30 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

perubahan sosial. Namun, perlu ditinjau, antara tatanan sosial dan tatanan politik
apakah perubahan tersebut lantas juga disambung oleh media massa, artinya
menggeser nilai-nilai Pancasila? Maka media massa ini saling mengisi dan
perlu ada sebuah kajian yang melengkapi dalam bentuk komunikasi.
menyeluruh untuk mengetahuinya. Tidak semua orang mengetahui hukum,
Definisi dari media massa apabila namun dengan media massa,
ditelusuri dari kata “media” sendiri masyarakat akan mengetahui hukum
berarti alat, corong, instrumen, jalan, dengan membaca maupun mendengar
medium, penghubung, perangkat, informasinya. Tidak dapat dipungkiri,
perantara, peranti, saluran, sarana, meskipun terdengar seperti solusi, justru
wahana. Sedangkan kata “massa” berarti masalah hukum sebagai tatanan akan
agregat, jasad, kawula, komposit, terus muncul apabila tidak ditanamkan
konglomerat, korpus, pengikut, publik, pada diri dengan baik hakekat isi
substansi. Sementara pengertian “media Pancasila.
massa” sendiri adalah sarana dan Hakekat isi Pancasila menurut
saluran resmi sebagai alat komunikasi Sunoto yakni terdiri atas hakekat Tuhan,
untuk menyebarkan berita dan pesan hakekat manusia, hakekat satu, hakekat
kepada masyarakat luas.9 rakyat, dan hakekat adil.12 Inti sila-sila
Media massa di Indonesia, Pancasila tersebut merupakan norma
menurut tinjauan pustaka oleh penulis Pancasila. Sebagai suatu postulat, maka
merupakan media atau alat yang norma Pancasila tersebut harus menjadi
dipergunakan oleh lembaga sosial dan tolok ukur bagi seluruh penilaian
wahana komunikasi massa yang terhadap segala kegiatan kenegaraan,
melaksanakan kegiatan jurnalistik kemasyarakatan, dan perorangan di
seperti yang tersebut dalam Pasal 1 Butir Indonesia.13 Masyarakat tunduk kepada
1 Undang-undang Republik Indonesia peraturan yang dibuat oleh negara,
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, namun juga tidak lupa bahwa semua
dengan demikian yang bertanggung manusia adalah ciptaan Tuhan. Causa
jawab atas beredarnya muatan prima atau sangkan paraning dhumadhi
komunikasi massa dalam media tersebut adalah yang tertinggi. Akal, rasa, dan
adalah sebuah lembaga yang disebut karsa manusia diciptakan oleh Tuhan
sebagai pers. untuk menilai apa yang hendak
Media massa adalah suatu jenis dilakukan manusia sehingga terwujud
komunikasi yang ditujukan kepada sebuah tindakan. Dalam pandangan
sejumlah khalayak yang tersebar, holistik, tujuan ilmu hukum adalah
heterogen dan anonim melewati media berupa pengungkapan kesatuan yang
cetak atau elektronik, sehingga pesan mendasari alam ciptaan.14
informasi yang sama itu dapat diterima Pemanfaatan media massa pada
secara serentak dan sesaat.10 umumnya dapat diklasifikasikan ke
Pemanfaatan media massa artinya dalam dua jenis, yaitu media cetak dan
penggunaan berbagai bentuk media media elektronik. Dimana untuk surat
massa, baik cetak maupun elektronik kabar sebagai bagian dari media cetak
untuk tujuan tertentu.11 Hubungan pengertiannya adalah “lembaran
tercetak yang memuat laporan yang
9 Eka Nugraha Putra, “Media Massa dan
Perannya dalam Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi”, Perspektif, Volume XVIII,
Kejahatan”, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Nomor 1, Tahun 2013, Edisi Januari, Op-Cit., hlm.
Indonesia, Jakarta, 2012, hlm. 13. 3.
10 Ibid., hlm. 54 12 Ibid., hlm. 6
11 Budiyono, 2013, “Pemanfaatan Media 13 Ibid., hlm. 4.

Massa oleh Penegak Hukum Dalam Penanggulangan 14 Sudjito, 2014, Op-Cit, hlm. 96.

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 31


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri propaganda militer yang mendominasi


terbit secara periodik, bersifat umum, pada masa perang.18 Penduduk di
isinya termasa dan aktual, mengenai apa Amerika termasuk ilmuwan diantara
saja dan dari mana saja di seluruh dunia mereka percaya bahwa media massa,
yang mengandung nilai untuk diketahui khususnya televisi, tayangan film, dan
khalayak pembaca.”15 Sementara untuk radio telah memberikan perubahan
definisi televisi sebagai bagian dari kepada audiensnya.19
media elektronik berdasarkan Pasal 1 Kekuatan besar media massa
Butir 4 Undang- Undang RI Nomor 32 pada masa awal abad ke-20
Tahun 2002 Tentang Penyiaran adalah digambarkan sebagai peluru yang
“media komunikasi massa dengar ditembakkan atau obat yang
pandang, yang menyalurkan gagasan disuntikkan. Istilah ini kemudian
dan informasi dalam bentuk suara dan memunculkan gagasan teori kekuatan
gambar secara umum, baik terbuka pengaruh media massa.20 Memasuki era
maupun tertutup, berupa program yang akhir abad ke-20, penelitian tentang
teratur dan berkesinambungan.” dampak pemberitaan media massa yang
Penulis mengemukakan media dapat mempengaruhi penegakan hukum
massa sebagai alat untuk kontrol sosial menciptakan perdebatan dimana
didasarkan pada pemikiran pribadi sebagian sarjana berpendapat
bahwa alat komunikasi seperti televisi, pemberitaan media dapat
radio, dan surat kabar sudah menjadi mempengaruhi sudut pandang
konsumsi sehari-hari penduduk di audiensnya terhadap poin-poin tertentu.
Indonesia apalagi dengan masuk dan Sementara sebagian lagi berpendapat
dikenalnya telepon genggam, perangkat bahwa dampaknya meskipun ada
seperti laptop, maupun perangkat lain sangatlah minim, karena berbeda
yang dapat memuat informasi metode dan kondisi dari audiensnya,
didalamnya, maka seperti yang tergantung dari bagaimana audiensnya
diutarakan Hoefnagels dalam buku menerima informasi yang disajikan
Barda Nawawi Arief16 bahwa, media media massa.21
massa dapat mempengaruhi pandangan Dari beberapa paparan pendapat
masyarakat terhadap hukum. tersebut di atas diketahui bahwa media
Pengaruh media massa dalam massa mempunyai peran yang strategis
kehidupan sehari-hari kini, misalnya, dalam kontrol sosial. Melalui
iklan di perempatan, layar informasi di pemberitaan, media massa dapat
lampu lalu lintas, surat kabar, majalah, melakukan kontrol atau pengawasan
komik, dan sebagainya, sudah diteliti terhadap hukum. Dalam bidang hukum
oleh ilmuwan sejak pecahnya Perang pidana, media massa adalah pendukung
Dunia Pertama pada tahun 1914.17 dari kebijakan hukum pidana, yaitu
Menurut Bryant, tidak heran bahwa memberikan peran pencegahan
pada masa itu, hampir semua orang kejahatan.22 Barda Nawawi Arief
menganggap media massa pengaruhnya mendukung pencegahan melalui media
sangat kuat, hal ini disebabkan adanya massa karena kebijakan penal memiliki
keterbatasan.23 Meski demikian, peran
15 Eka Nugraha Putra. Op-Cit., hlm. 14.
16 Barda Nawawi Arief, Masalah 18 Ibid.
Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana 19 Ibid.
dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta, 20 Ibid.

2014, hlm. 78. 21 Eka Nugraha Putra, Op-Cit., hlm. 8.


17 Jennings Bryant, et al, Fundamentals of 22 Fathul Achmadi Abby, Op-Cit., hlm. 51.

Media Effects : Second Edition, Waveland Press, 23 Keterbatasan kebijakan penal adalah,

Illinois, 2012, hlm. 37. bersifat fragmentaris, tidak struktural fungsional,

32 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

tersebut harus disertai dengan Pancasila dalam pengertian


pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam sebagai pandangan hidup asal-usulnya
kesadaran diri masing-masing manusia dari falsafah hidup. Kata falsafah atau
Indonesia. Artikel ini akan membahas filsafat merupakan kata majemuk dan
mengenai bagaimana peran media massa berasal dari kata-kata (philia =
pada masa kini menciptakan persahabatan, cinta) dan (sophia =
keharmonisan sosial sebagai alternatif kebijaksanaan).26 Orang yang bijaksana
dari hukum pidana retributif. adalah orang cinta kepada subyek atau
obyek tertentu berdasarkan akal sehat.
Metode Penelitian Bijaksana dalam bercinta akan terlahir
dalam sikap rela atau ikhlas berkorban
Penelitian ini dilakukan secara
demi yang dicintai, senantiasa bersedia
normatif yakni penelitian yang
memberikan pelayanan yang terbaik,
mendasarkan pada kajian norma yang
dan dilakukan dengan penuh kasih
ada pada sistem hukum. Hukum
sayang.27
ditelaah asas-asasnya, dijabarkan dari
Pancasila dalam pengertian ini,
undang-undang, peraturan yang
isinya berupa nilai-nilai. Nilai (value)
terkait. Norma-norma terkait media
24
merupakan pengertian filsafat, artinya
massa disandingkan dengan asas-asas
tolok ukur untuk menimbang-nimbang
serta doktrin mengenai kontrol sosial
dan memutuskan apakah sesuatu benar
oleh media massa untuk dianalisis
atau salah, baik atau buruk. Notonagoro
berdasarkan penanaman nilai-nilai
menjelaskan mengenai nilai-nilai
Pancasila pada kehidupan masyarakat
Pancasila, dengan membaginya ke dalam
Indonesia. Pendekatan penelitian ini
3 (tiga) kategori, yaitu :28
menggunakan pendekatan undang-
1. nilai materiil, yaitu segala sesuatu
undang (statute approach), pendekatan
yang berguna bagi unsur manusia,
sosial (social approach), serta pendekatan
2. nilai vital, yaitu segala sesuatu
asas. Analisis dan pembahasan disajikan
yang berguna bagi manusia untuk
secara deskriptif-eksplanatoris yaitu
dapat mengadakan kegiatan atau
dengan menjabarkan temuan asas-asas,
aktivitas,
doktrin, teori dengan peristiwa yang
3. nilai kerohanian, yaitu segala
terjadi serta memberikan penjelasan
sesuatu yang berguna bagi rohani
dengan rinci.25
manusia.
B. PEMBAHASAN Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa secara
Tinjauan Umum Mengenai Pancasila yuridis konstitusional berlaku mulai
tanggal 18 Agustus 1945 yaitu sejak
disahkannya Undang-Undang Dasar
simptomatik, tidak kausatif, tidak eliminatif, Negara Republik Indonesia oleh Panitia
individualistik atau “offender-oriented”, tidak
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
mengutamakan korban, lebih bersifat represif,
tidak preventif, oleh karenanya harus didukung (PPKI). Pancasila sebagai dasar negara
dengan kebijakan non-penal, baca Barda Nawawi
Arief, 2014, Masalah Penegakan Hukum dan
Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan
Kejahatan, Kencana, Jakarta, hlm. 78.
24 Mukti Fajar, Yulianto Achmad,
Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, 26 Sudjito, “Implementasi Pancasila Sebagai

Cetakan Ketiga, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2015, Way of Life”, Bahan Pelatihan Pancasila dan
hlm. 35. Konstitusi, Pusdik Mahkamah Konstitusi, Cisarua,
25 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Bogor, 2015, hlm. 2.
Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 27 Ibid.

2012, hlm. 50. 28 Ibid.

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 33


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

rumusan materinya tertuang dalam jiwa – raga, individu – sosial, mandiri –


Pembukaan UUD 1945 alinea keempat :29 terikat sebagai makhluk Tuhan.33
" ..... maka disusunlah Hakekat yang ketiga, yakni
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia hakekat satu. Kata “satu” menunjukkan
dalam suatu Undang-Undang Dasar sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam lagi. Hakekat yang keempat, yakni
suatu susunan Negara Repub1ik rakyat, berarti segenap penduduk suatu
Indonesia, yang berkedau1atan rakyat negara, anak buah, orang kebanyakan,
dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan atau orang biasa.34 Kemudian hakekat
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil yang kelima, adalah hakekat adil, yakni
dan beradab. persatuan Indonesia dan tidak berat sebelah, tidak sewenang-
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat wenang, seimbang, atau perlakuan yang
kebijaksanaan dalam sama.35 Dengan memahami serta
permusyawaratan/perwakilan, serta menerapkan dasar nilai-nilai tersebut,
dengan mewujudkan suatu keadilan maka segala kegiatan kenegaraan,
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” kemasyarakatan, maupun perorangan di
Oleh karena kedudukannya, Indonesia dapat dikatakan beretika
maka nilai-nilai Pancasila tersebut Pancasila. Etika membicarakan manusia
merupakan norma dan pedoman yang terutama tingkah laku dan perbuatan
harus diterapkan. Norma Pancasila yang dilakukan dengan sadar dilihat
dapat ditemukan melalui hakekat isi dari kacamata baik dan buruk.
Pancasila.30 Globalisasi merupakan situasi
Hakekat yang pertama yakni dan kondisi kehidupan intemasional
hakekat Tuhan, ditemukan dalam yang seolah tanpa batas, sehingga
pernyataan-pernyataan seperti causa kehidupan manusia berubah, besar
prima, sangkan paraning dhumadhi, dzat kemungkinan untuk menjadikan
yang mutlak dan mudah dipahami manusia individualistik. Tidak dapat
melalui sifat-sifat Tuhan seperti Maha disangkal, bahwa globalisasi timbul
Kuasa, Maha Adil, Maha Mengetahui, karena didorong kemajuan pesat di
Maha Bijaksana, dan lain sebagainya.31 bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
Hakekat yang kedua, yakni terutama teknologi komunikasi,
hakekat manusia. Menurut Notonegoro, menyebabkan semakin derasnya arus
hakekat manusia terbagi menjadi dua informasi dengan segala dampaknya
teori, yaitu teori monodualisme dan baik positif maupun negatif.
monopluralisme. Monodualisme Peluang yang timbul adalah
mengajarkan bahwa manusia terdiri atas makin terbukanya pasar intemasional
dua asas yang merupakan kesatuan, bagi hasil produksi dalam negeri,
misalnya kesatuan antara jiwa dan terutama yang memiliki keunggulan
raga.32 Monopluralisme mengajarkan komperatif dan keunggulan kompetitif
bahwa manusia terdiri atas banyak asas kemampuan memanfaatkan peluang
yang merupakan kesatuan, misalnya tersebut akan meningkatkan volume
perdagangan, yang berarti
meningkatkan produksi dan berarti pada
29 M. Budiarto, “Pemberdayaan Pancasila
meningkatkan lapangan kerja dan usaha,
Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dalam Era Globalisasi (Aspek Yuridis sehingga meningkatkan kesejahteraan
Ketatanegaraan)”, Bahan Ceramah “Continuing
Legal Education” Badan Pembinaan Hukum
Nasional, 2003, hlm. 189.
30 Sunoto, Op-Cit., hlm. 4. 33 Ibid.
31 Ibid. 34 Ibid.
32 Ibid., hlm. 5. 35 Ibid.

34 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

masyarakat.36 Dampak negatif yang Nilai-nilai Pancasila sudah sejak


dapat timbul dari globalisasi adalah dahulu tertanam secara spontan dalam
makin kuatnya persaingan di pasaran masyarakat Indonesia yang berpadu
intemasional, karena adanya liberalisasi dengan adat-istiadat, kebudayaan, dan
pandangan dan investasi, munculnya agama.41 Pengamalan nilai-nilai
pengelompokan antara-negara yang Pancasila sudah dimulai sejak zaman
cenderung meningkatkan sebelum Indonesia merdeka sebagai
profesionalisme dan diskriminasi pandangan hidup sehingga berujung
pasar. 37 pada diraihnya kemerdekaan. Pada
Ketetapan MPR RI No. III/MPR/ masa kini, tinggal bagaimana, kita
1978 tentang Pedoman Penghayatan dan memahami nilai-nilai Pancasila dan
Pengamalan Pancasila telah dicabut menerjemahkannya ke dalam pemikiran,
dalam Sidang Istimewa MPR Rl Tahun sikap dan perilaku sehari-hari sebagai
1998 dengan Ketatapan MPR RI No. pribadi maupun makhluk sosial.42
XVIII/MPR/1998. Dalam Pasal 7 TAP
MPR Rl No. XVIII/MPR/1998 Tinjauan Umum Mengenai Media
disebutkan, bahwa "Pancasila
Massa
sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah dasar 1. Perkembangan Media Massa di
negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indonesia harus dilaksanakan secara Ketika membahas media massa,
konsisten dalam kehidupan bernegara. maka akan terkait juga dengan pers.
Catatan risalah TAP MPR Rl No. Definisi dari media massa apabila
VIIIIMPR/1998 mengemukakan, "bahwa ditelusuri dari kata “media” sendiri
dasar negara yang dimaksud dalam berarti alat, corong, instrumen, jalan,
ketetapan ini di dalamnya mengandung medium, penghubung, perangkat,
makna idiologi nasional sebagai cita-cita perantara, peranti, saluran, sarana,
dan tujuan nasional.”38 wahana. Sedangkan kata “massa” berarti
Disayangkan ketika keterikatan agregat, jasad, kawula, komposit,
tersebut sampai dengan sekarang konglomerat, korpus, pengikut, publik,
sekedar merupakan rumusan belaka, substansi. Sementara pengertian “media
tidak nampak adanya unsur baik dari massa” sendiri adalah sarana dan
pihak ekseklitif maupun legislatif untuk saluran resmi sebagai alat komunikasi
merealisasikannya secara nyata alasan untuk menyebarkan berita dan pesan
masyarakat sebagai pelaksanaan kepada masyarakat luas.43
kehidupan berbangsa dan bernegara.39 Secara historis, pers telah
Jauh sebelumnya. Notonegoro pernah mengalami perjalanan periodik waktu
mengemukakan, bahwa apabila cukup panjang. Kehidupan pers
pelanggaran moral Pancasila itu terus Indonesia diawalai dari masa Hindia
menerus dilakukan banyak orang akan Belanda, penjajahan Jepang, masa
merusakkan derajat hidup seluruhnya, kemerdekaan, era Orde Lama, era Orde
tidak hanya moral tetapi juga kultural, Baru, hingga kini tanpa mengenal lelah.44
religius, sosial ekonomi, dan akan Pada masa perjuangan, pengaruh pers
membawa keburukan bagi bangsa, sangat kuat dan tidak seperti masa kini,
rakyat dan negara.40

36 M. Budiarto, Op-Cit., hlm. 200. Sudjito, 2015, Op-Cit., hlm. 3.


41
37 Ibid. Ibid., hlm. 5.
42
38 Ibid., hlm. 202. 43 Eka Nugraha Putra, Op-Cit., hlm. 13.
39 Ibid. 44 Armansyah, Pengantar Hukum Pers,
40 Ibid. Gramata Publishing, Bekasi, 2015, hlm. 23.

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 35


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

pers cenderung mencari keuntungan.45 sebuah sarana, media massa adalah


Meskipun demikian, jika dibiarkan tanpa sarananya. 49
mencari keuntungan, maka pers masa Setelah mengetahui definisi
kini juga tidak dapat bertahan.46 media massa dan pers, maka patut
Pers definisinya menurut Pasal 1 diketahui pula mengenai jurnalistik.
Butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Jurnalistik berasal dari kata journal yang
Tahun 1999 Tentang Pers adalah, berarti catatan harian, ia berasal dari
“Lembaga sosial dan wahana bahasa Yunani diurnalis yang berarti
komunikasi massa yang harian atau tiap hari.50 Dari Yunani pula
melaksanakan kegiatan jurnalistik dikenal Acta Diurna, yakni sebuah
meliputi mencari, memperoleh, catatan harian atau pengumuman
memiliki, menyimpan, mengolah, tertulis dari kegiatan senat di jaman
dan menyampaikan informasi baik Kasiar Romawi Julius Caesar pada abad
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, 60 sebelum Masehi.51 Maka secara
suara dan gambar, serta data dan sederhana dapat diartikan jurnalistik
grafik maupun dalam bentuk lainnya merupakan kegiatan pencatatan dan
dengan menggunakan media cetak, pelaporan kepada masyarakat tentang
media elektronik, dan segala jenis apa yang terjadi sehari-hari. Hikmat
saluran yang tersedia.” Kusumaningrat dan Purnama
Kusumaningrat dengan menyelaraskan
Dari pengertian media massa dan pendapat McDougall, mengatakan
pers di atas maka jelas bahwa media bahwa jurnalisme adalah kegiatan
massa merupakan bagian dari pers, menghimpun berita, mencari fakta dan
dimana media massa merupakan melaporkan peristiwa.52
perantara bagi pers dalam penyiaran Dalam masyarakat modern,
berita dengan beberapa bentuk. Media jurnalistik telah menjadi media edukasi
massa merupakan sarana masyarakat massa yang mengembangkan suplemen
memperoleh informasi, media massa edukasi kepada pelajar dalam beragam
memiliki fungsi atau peranan yang besar tingkat dan masyarakat umum, baik
dalam membagikan informasi kepada yang berpendidikan atau tidak.53 Hal ini
audiensnya, yaitu sebuah sebutan untuk sejalan dengan fungsi dari pers yaitu
konsumen media.47 Media massa sendiri fungsi edukasi, penulis berpendapat
kajian ilmunya berasal dari ilmu bahwa dalam konteks masyarakat
komunikasi, dimana ilmu komunikasi modern saat ini, fungsi pers yang
menjelaskan, sebuah informasi berasal nampak dominan yaitu fungsi kontrol.
dari komunikator yang memberikan Fungsi ini semestinya sejalan dengan
informasi tersebut kepada komunikan.48 fungsi edukasi, artinya pers tetap perlu
Komunikasi sebagai sebuah sistem bisa memberikan kontrol terhadap kebijakan-
juga digunakan masyarakat dalam kebijakan pemerintah, namun juga tidak
menyampaikan warisan sosial berupa lupa untuk memberikan edukasi
nilai atau gagasan dari individu ke terhadap isu dan kebijakan yang
individu lainnya, bahkan kepada
generasi lainnya. Penyampaian informasi
kepada komunikasi itu membutuhkan 49 Ibid.
50 Eka Nugraha Putra, Op-Cit., hlm. 101.
51 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama
45 Ibid. Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik,
46 Eka Nugraha Putra, Op-Cit., hlm. 101. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 15.
47 William L. Rivers, et al., Media Massa 52 Ibid.

dan Masyarakat Modern, Kencana Prenada Media 53 B.N. Ahuja, Theory & Practice of

Grup, Jakarta, 2008, hlm. 30. Journalism: Set to Indian Context, Surjeet
48 Ibid., hlm. 31. Publications, 1979, hlm. 1.

36 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

berkembang, bukan kemudian malah b. Pers dalam arti luas memasukkan


mengarahkan masyarakat dengan di dalamnya semua media massa
pendekatan kontrol yang salah. Fungsi komunikasi yang memancarkan
edukasi juga bisa berdiri sendiri, yakni pikiran dan perasaan baik
dalam hal konten pers memiliki muatan dengan kata-kata tertulis
edukatif seperti pengetahuan umum, maupun dengan kata-kata lisan.
sejarah dan lain-lain. Merujuk dari pengertian yang
Pers sendiri berasal dari bahasa diuraikan Oemar Seno Adji di atas maka
Belanda yang memiliki arti menekan jelas bahwa media massa merupakan
atau mengepres, arti yang sama bagian dari pers yang berfungsi untuk
ditemukan pula dalam padanan kata memancarkan pikiran dan perasaan baik
pada bahasa Inggris melalui kata press.54 dengan kata-kata tertulis maupun
Pengertian menekan atau mengepres ini dengan lisan, atau dalam konteks
sendiri berawal dari pengertian sekarang untuk menyalurkan aspirasi
perantara berkomunikasi antar individu dan gagasan masyarakat.
dalam masyarakat melalui mekanisme Dewasa ini dengan
percetakan, namun pada perkembangan teknologi
perkembangannya hingga sekarang memungkinkan manusia menciptakan
istilah pers sendiri mengalami perluasan berbagai bentuk media massa sebagai
makna, dimana pers merujuk kepada perangkat berkomunikasi. Di antaranya
seluruh kegiatan jurnalistik, mulai dari adalah media cetak, media penyiaran,
kegiatan mencari dan menghimpun dan media elektronik. Media cetak ini
berita sampai menyebarkannya, meliputi koran atau surat kabar, majalah,
pengertian ini pun tidak hanya berlaku tabloid, bulletin, buku dan sebagainya.
pada jurnalistik cetak, namun berlaku Secara fisik berbentuk lembaran kertas
pula untuk jurnalistik elektronik.55 yang di dalamnya dicetak informasi-
Dari pengertian jurnalistik, media informasi untuk dibaca. Sedangkan
massa dan pers di atas, penulis media penyiaran merupakan media
berpendapat bahwa jurnalistik informasi yang menggunakan
merupakan bentuk kegiatan yang bisa gelombang frekuensi sebagai sarana
dilakukan oleh siapa saja tanpa harus penyampaian informasi.57 Bentuk media
memiliki profesi tertentu, sedangkan penyiaran ini dapat berupa audio
media massa merupakan wadah, maupun audio visual seperti radio,
perantara atau bahkan institusi formal televisi, dan internet. Semua media
dari pers yang mengesahkan kegiatan penyiaran bisa dimasukan dalam
jurnalistik tersebut. kategori media elektrik, karena hampir
Pengertian pers juga dapat semua perangkat komunikasi ini
diuraikan dalam arti sempit dan dalam menggunakan sumber listrik untuk
arti luas, seperti yang diuraikan oleh mengoperasikannya. Namun media
Oemar Seno Adji yaitu :56 elektronik tidak mesti menggunakan
a. Pers dalam arti sempit gelombang frekuensi, misalnya film,
mengandung penyiaran pikiran, electricboard advertising dan sebagainya.
gagasan berita dalam jalan kata Berbagai bentuk media massa
tertulis tersebut memiliki kelebihan dan

57 Joko Tri Haryanto, “Etika Pemberitaan


Politik Dalam Media Massa Tinjauan Etika Islam
54 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama (Studi Analisis Berita Pergantian Kepemimpinan
Kusumaningrat, Op-Cit., hlm. 17. Nasional Bulan September-Oktober 2004 di Media
55 Ibid. Cetak Nasional”, Tesis, Institut Agama Islam
56 Eka Nugraha Putra, Op-Cit., hlm. 23. Negeri Walisongo, Semarang, 2008, hlm. 25.

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 37


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

kekurangannya masing-masing. Media media massa memiliki ketergantungan


cetak yang penyajian materinya secara terhadap kehidupan politik. Kajian
tertulis memungkinkan informasi dapat mengenai media massa senantiasa
dibaca berulang-ulang dan relatif dapat berkaitan dengan sistem politik,
menampilkan informasi yang rinci. ekonomi, sosial dan budaya yang
Namun media cetak memiliki berkembang.60
keterbatasan dalam hal kecepatan Media massa dalam suatu negara
penyampaian informasi karena harus terikat dalam jejaring sistem sosial dan
melewati proses cetak dan pengiriman politik, sebagaimana dijelaskan oleh
kepada khalayak, itupun khalayak McQuail sebagai berikut :
terbatas wilayah geografis yang dapat a. Media massa sebagai bagian dari
dilalui saja. Media radio dan televisi sistem kenegaraan, maka
keunggulannya selain bisa kalangan otoritas kebijakan
menyampaikan secara lebih cepat juga negara (society/nation) akan
bisa menampilkan informasi yang menentukan mekanisme
“hidup” yakni dapat didengar dan operasionalisme media massa
dilihat secara langsung, serta dapat dalam menjalankan fungsinya
menjangkau khalayak yang lebih luas. sesuai kepentingan
Sesuai dengan konsep Habermas nasional/negara.
tentang publicsphere, media massa dapat b. Sementara itu pemilik media
didudukan sebagai salah satu ruang (media owner) memperlakukan
publik.58 Ruang publik yang dimaksud media massa sebagai sarana
adalah ruang di mana negara dan bisnis, sedangkan bagi para
masyarakat, individu-individu di komunikator terutama wartawan
dalamnya memeiliki kesempatan dan yang ditujuan adalah kepuasan
peran yang setara untuk melibatkan diri profesi dan idealisme. Bagi
dalam dirkursus tentang berbagai isu kalangan masyarakat tertentu
permasalahan bersama untuk berupaya memanfaatkan media
mendapatkan konsensus di antara massa sebagai infrastruktur
mereka. Peran media secara ideal adalah kekuasaan.
mewadahi atau sarana berbagi informasi, Adapun regulasi, kebijakan
jalur komunikasi yang diperlukan untuk perundang-undangan, peraturan-
nentukan sikap dan menfasliitasi peraturan mengenai media merupakan
pembentukan opini publik dengan refleksi keterlibatan kalangan kelas
menempatkan diri secara independen dominan (dominant class) dalam
dan otonom sehingga berbagai isu dapat kehidupan media massa. Sementara
diperdebatkan secara obyektif dan kalangan masyarakat umum (subordinate
setara.59 class) mengharapkan media massa
Media massa memiliki mewakili dirinya sebagai alat kontrol
keterkaitan yang erat dengan sosial dan perubahan.61
masyarakat. Bahkan dalam sistem sosial,
media massa menjadi salah satu institusi 2. Peran Media Massa dalam Kontrol
sosial yang memiliki potensi dan efek Sosial
yang sangat besar dalam kehidupan Pasca era reformasi, muncul
masyarakat, sebagai sumber kekuatan revolusi informasi sebagai akibat euforia
perubahan yang dapat mempengaruhi jurnalisme seiring lahirnya regulasi di
kehidupan sosial politik. Sebaliknya, bidang kebebasan pers sebagaimana

58 Ibid., hlm. 26. 60 Ibid.


59 Ibid. 61 Ibid.

38 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

adanya Undang-undang Nomor 40 korupsi, kolusi, nepotisme, maupun


Tahun 1999 tentang Pers. Namun di sisi akan penyelewengan dan penyimpangan
lain, akibat perkembangan masyarakat lainnya.
dan kian pesatnya kemajuan teknologi Berdasarkan perumusan fungsi
telah menimbulkan persoalan hukum pers atau media massa dalam Undang-
karena sebagian regulasi media belum Undang Pers di atas dapat diketahui
ada pengaturannya, padahal hukum bahwa fungsi dari pers atau media
mengatur untuk menyelesaikan massa adalah sebagai media informasi,
persoalan yang mengemuka.62 Adanya pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.
teknologi informasi ketika internet Pemanfaatan media massa dalam
menjadi medium baru pada bulan penanggulangan tindak pidana korupsi
Januari 1998, karena saat Matt Drudge contohnya, fungsi media massa di sini
mempublikasikan bahwa Newsweek telah terutama sebagai media informasi dan
menyembunyikan berita kasus Presiden kontrol sosial. Penulis dapat
Bill Clinton dengan Monica Lewinsky di mengemukakan bahwa dalam
Gedung Putih sehingga pamor internet pemanfaatan media massa baik cetak
sebagai sumber berita meningkat.63 maupun elektronik, kaitannya untuk
Di sisi lain, pembentukan opini penanggulangan tindak pidana, salah
publik dan komunikasi massa sebagai satu contohnya tindak pidana korupsi,
kecenderungan masyarakat modern antara lain berupa:66
pada akhirnya dapat menciptakan a. Informasi atau berita-berita
persepsi publik berupa personal kultur aktual dari berbagai isu yang
masyarakat dan mengubah nilai-nilai berkaitan dengan praktik-praktik
arah kehidupan sampai dengan struktur korupsi;
sosial dan lembaga-lembaga dalam b. Pengungkapan dan peliputan
masyarakat.64 kasus-kasus korupsi dan modus
Secara umum, media massa operandi dari praktik-praktik
mempunyai fungsi sebagai media korupsi;
informasi, pendidikan, hiburan dan c. Mengangkat berbagai berita
kontrol sosial. Hal ini seperti korupsi di berbagai level
dirumuskan dalam Pasal 3 ayat 1 dan pemerintahan dan lembaga
ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun penegak hukum secara objektif;
1999 tentang Pers, yaitu Fungsi Pers d. Pemberitaan penanganan akan
Nasional adalah sebagai media tindak pidana korupsi oleh
informasi, pendidikan, hiburan dan penegak hukum sejak
kontrol sosial, serta dapat berfungsi penyidikan, penuntutan,
sebagai lembaga ekonomi.65 pengadilan dan pemasyarakatan.
Fungsi kontrol sosial dari pers Fungsi kontrol sosial media
tersebut selanjutnya dijelaskan dalam massa terkait dengan penanggulangan
Penjelasan Umum Undang-Undang Pers tindak pidana korupsi disini antara lain
No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, yang dapat berupa pemantauan terhadap
antara lain dinyatakan, pers yang mana pengungkapan kasus-kasus korupsi
juga melaksanakan kontrol sosial sangat yang ditangani oleh penegak hukum
penting pula untuk mencegah terjadinya yang dimulai sejak penyidikan,
penyalahgunaan kekuasaan baik penuntutan, pengadilan dan
pemasyarakatan.
Peranan pers atau juga media
62 Armansyah, Op-Cit., hlm. 15. massa sebagaimana dirumuskan dalam
63 Ibid.
64 Ibid.
65 Budiyono, Op-Cit., hlm. 3. 66 Ibid.

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 39


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

Pasal 6 Undang-Undang Pers No. 40 dengan hukum yang biasanya dimuat di


Tahun 1999 tentang Pers disebutkan media massa terbatas antara lain :68
bahwa Pers Nasional akan melaksanakan a. Melibatkan tokoh atau orang
peranan sebagai berikut: terkenal
a. Untuk memenuhi hak Sengketa hukum yang
masyarakat untuk mengetahui; melibatkan tokoh atau orang yang
b. Menegakkan nilai-nilai dasar terkenal di masyarakat, seperti
demokrasi, mendorong pejabat pemerintahan, anggota DPR,
mewujudkan supremasi hukum, artis atau tokoh masyarakat. Media
dan Hak Asasi Manusia, serta melihat dalam posisi apakah tokoh
menghormati kebhinekaan; ini bersalah atau tidak.

c. Mengembangkan pendapat b. Berkaitan dengan skandal hukum
umum yang berdasarkan Skandal hukum ini bisa terjadi
informasi yang tepat, akurat dan pada individu atau pada suatu
benar; institusi baik swasta maupun
d. Melakukan pengawasan, kritik, pemerintahan. Pada persoalan ini
koreksi dan juga saran terhadap media melihatnya dalam bentuk
hal-hal yang berkaitan dengan kontrol, bagaimana individu atau
kepentingan umum; instansi yang dipercaya masyarakat
e. Memperjuangkan keadilan dan ternyata terlibat skandal hukum.
kebenaran. c. Pertama kali terjadi
Sehubungan dengan pendapat Persoalan hukum yang diangkat
Hoefnagels bahwa fungsi media massa adalah ketika ada suatu kasus
adalah untuk mempengaruhi hukum yang baru pertama kali
pandangan-pandangan masyarakat terjadi dan menarik perhatian publik.
tentang penyimpangan dalam hukum Media massa melihat dalam proses
dan pemidanaan maka apabila pertimbangan hakim terhadap kasus
dihubungkan dengan fungsinya dalam tersebut.
hal penerapan hukum, media massa di d. Memiliki problem hukum
sini diharapkan dapat untuk Persoalan ini diangkat oleh
berpengaruh terhadap pandangan media massa ketika ada suatu kasus
masyarakat tentang pengetahuan, hukum yang masih memunculkan
perasaan atau keyakinan dan perilaku perdebatan pro dan kontra atau
partisipatif masyarakat dalam dengan kata lain masih abu-abu.
memahami hukum. Media massa Media massa mengangkat persoalan
sebagai suatu sarana yang bersifat ini dengan menampilkan silang
preventif dapat diterapkan juga sebagai pendapat tentang kasus tersebut agar
pendorong bekerjanya hukum yang masyarakat bisa mengambil
represif agar menjadi lebih efektif.67 kesimpulan terhadapnya.
Media massa dalam konteks kontrol e. Proses pembuatan undang-
sosial, berdasarkan sebuah penelitian, undang
berita hukum memiliki klasfikasi Media massa mengangkat
tersendiri untuk yang akan dimuat atau persoalan ini dalam rangla
ditayangkan, karena tidak semua berita menginformasikan sekaligus
akan diangkat dalam media massa. mengontrol proses pembuatannya,
Peristiwa-peristiwa yang berkaitan apakah ada kepentingan politik
tertentu dan apakah undang-undang
ini dibuat oleh para wakil rakyat

67 Ibid., hlm. 4. 68 Eka Nugraha Putra, Op-Cit., hlm. 90.

40 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

untuk kepentingan rakyat yang mengenai hukum, apalagi mengenai


diwakilinya. kekerasan secara berlebihan, khususnya
f. Melihat penerapan undang- dalam hal pemuatan foto pelaku, korban,
undang baru judul yang bombastis dan penggunaan
Media massa melihat bagaimana bahasa yang tidak etis.69 Bahwa media
penerapan undang-undang baru ini, massa mengangkat suatu permasalahan
apakah berjalan efektif atau tidak di lapangan sebagai bentuk realita dan
dan juga seberapa siap masyarakat mengikuti apa yang diinginkan publik
atau para aparat hukum tentu hal tersebut memang merupakan
mengantisipasi berlakunya aturan bagian dari pekerjaan media massa,
baru ini. namun pemuatan berita hukum dengan
g. Perselisihan antara lembaga berlebihan seperti yang dilakukan koran
hukum kuning tersebut tentu menimbulkan
Dalam persoalan ini, media pertanyaan karena belum tentu itu
massa melihat dan mengangkat merupakan apa yang diinginkan oleh
wewenang yang tumpang tindih masyarakat.70
atau juga perselisihan yang muncul Maka dalam konteks
menyangkut persoalan saling lempar pemberitaan kekerasan yang dilakukan
tanggung jawab. oleh beberapa media massa maka
h. Pemilihan petinggi hukum diperlukan penegakan aturan dan
Media massa pada persoalan ini pemahaman etika yang lebih tegas,
membeberkan dan ikut memberi tanggung jawab sosial pers dalam
penilaian, apakah seseorang cocok meliput berita hukum yaitu :71
untuk mendapat dan menduduki a. Dalam peliputan berita hukum,
jabatan-jabatan pada lembaga tinggi pers harus tetap berpedoman
hukum tertentu. pada dua aspek, yaitu aspek idiil
i. Kisah-kisah pencari keadilan dan aspek komersial. Keduanya
Persoalan hukum ini cukup berkaitan satu dengan yang
banyak terjadi dan pada beberapa lainnya dan mutlak untuk
kasus terjadi pada masyarakat yang menegakkan eksistensi pers, agar
miskin. Media massa mengangkat ia mampu melaksanakan fungsi
persoalan ini dalam bentuk feature, sebagaimana mestinya. Hal
mengungkap suka dukanya sehingga tersebut hanya dapat terwujud
dapat menggugah masyarakat bila para penyelenggara mampu
sekaligus bentuk kritik kepada mempertemukan secara
berjalannnya sistem hukum. Apabila harmonis atau menyelaraskan
masyarakat tergugah bisa jadi akan kedua aspek tersebut di dalam
membantu para pencari keadilan ini. pelaksanaannya.
j. Berkaitan dengan lembaga b. Di dalam menyajikan suatu
hukum atau aparat hukum informasi tidak diharapkan yang
Media massa mengangkat terlalu serius, dengan gaya yang
seputar profil dan tugas yang memaksa pembaca selalu
dikerjakan oleh lembaga atau aparat mengerutkan dahinya. Ia juga
hukum yang bersangkutan dengan tidak hanya memusatkan diri
melihat dari sisi kemanusiaannya. pada upaya membentuk opini
Satjipto Rahardjo berpendapat, masyarakat. Pers dengan media
dengan melihat beberapa media massa
yang lazim disebut dengan koran
69 Ibid., hlm. 94.
kuning, jenis media massa yang 70 Armansyah, Op-Cit., hlm. 39.
kontennya cenderung memberitakan 71 Ibid.

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 41


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

massanya perlu pula antara lembaga penegak hukum, dimana


memberikan suatu hiburan segar masih ditemui persaingan antara
kepada para pembacanya, tanpa lembaga penegak hukum dalam upaya
harus tergelincir dalam sensasi, kontrol sosial, maka peran media massa
yakni tulisan-tulisan yang baik isi di sini adalah dalam rangka
maupun penulisannya dapat mengembalikan citra dan kepercayaan
merangsang atau masyarakat yang sama di antara semua
membangkitkan emosi yang lembaga penegak hukum.
tidak sehat pada rata-rata Sisi sebaliknya, media massa
pembacanya. yang melakukan jurnalisme yang tidak
c. Selain memiliki integritas beretika lambat laun akan kehilangan
profesional yang tinggi, para audiensnya sendiri, mengingat seiring
wartawan diharapkan dapat dengan perkembangan zaman,
meningkatkan kemampuan baik masyarakat sudah semakin sadar akan
lewat pendidikan atau retraining, pentingnya informasi yang
oleh karena hanya dengan mengedukasi. Konstruksi media massa
demikian ia dapat melakukan akan berita hukum tetap dapat memiliki
fungsinya dengan baik. Dalam nilai jual kepada audiens sekaligus
meliput berita hukum yang beretika, asalkan media massa punya
menyangkut tubuh, kesehatan sumber daya yang memahami
dan nyawa manusia kalangan bagaimana jurnalisme hukum dan etika
pers diharapkan memiliki pemberitaan.
pengetahuan ilmu kedokteran Permasalahan yang sering
forensik praktis agar dapat ditemui adalah, karena mengejar tenggat
memberikan informasi yang baik waktu dan kurangnya pemahaman akan
dan benar. etika pemberitaan maka konstruksi
Salah satu bentuk lain untuk berita hukum menjadi berlebihan dan
memperkuat posisi media massa dalam tidak memberikan edukasi. Selain
kontrol sosial adalah dengan memberikan pelatihan ulang kepada
merekonstruksi kembali sebuah sumber daya manusia di dalam media
pelanggaran hukum dan para penegak massa, pengawasan kepada media massa
hukumnya, rekonstruksi harus terhadap konstruksi pemberitaan
memperhatikan kepentingan korban, dilakukan oleh Komisi Penyiaran
pelaku, keluarga korban, penegak Independen.72
hukum dan masyarakat.
Berdasarkan tinjauan pustaka
C. PENUTUP
oleh penulis, kerjasama media massa
dengan lembaga penegak hukum masih Pengamalan nilai-nilai Pancasila
sebatas antara media pencari berita oleh media massa dalam menerapkan
dengan narasumbernya saja, memang fungsi kontrol sosial di Indonesia
wajar mengingat kerjasama yang lebih khususnya belum terlaksana secara
jauh dapat memungkinkan adanya menyeluruh. Berita yang diedarkan
intervensi dari kedua belah pihak yang kepada khalayak ramai seringkali tidak
sama-sama menganggu. Namun hal ini sesuai dengan fakta dan disebarkan oleh
di satu sisi menjadi masalah karena oknum yang tidak bertanggung jawab.
dalam konteks kontrol sosial tidak ada Tanpa menelusuri kembali berita dan
integrasi antara pemerintah dan sumber berita tersebut, masyarakat
masyarakat. Kerjasama media massa justru mempercayai hal tersebut.
dengan penegak hukum dapat
membantu juga timbulnya kerjasama 72 Ibid.

42 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

Seharusnya sebagai insan yang berakal, masyarakat, artinya, masyarakat hanya


cipta, rasa, dan karsa, petunjuk sudah terpuaskan keingintahuannya saja
diturunkan oleh Allah dalam Al Hujurat mengenai berita hukum melalui sajian
ayat 6 bahwa berita yang datang gambar maupun suara tanpa terdorong
kedepan kita harus diteliti kembali pembentukan kepribadiannya. Media
sebelum dipercaya. Hal demikian telah massa di Indonesia belum sampai pada
melanggar nilai-nilai Pancasila keadaan yang dapat membuat
khususnya mengenai nilai materiil, nilai masyarakat mengubah moral untuk
kerohanian, dan nilai vital yang berujung menerapkan nilai-nilai Pancasila, hal
pada pelanggaran hak manusia lainnya. demikian tercermin pada pudarnya jiwa
Pengamalan jiwa Pancasila yang masih patriotik, berkembangnya manusia
kurang ditunjukkan dengan adanya individual-liberalistik, masih
berita-berita yang menyesatkan. tertanamnya kepentingan pribadi atau
Media massa berdasarkan golongan di atas kepentingan bangsa
tinjauan pustaka oleh penulis, hanya dan negara.
memberikan pemuas informasi kepada
Korupsi”, Perspektif, Volume
DAFTAR PUSTAKA XVIII, Nomor 1, Tahun 2013.
Buku:
Data dan Statistik Kementerian
Abby, Fathul Achmadi. Pengadilan
Komunikasi dan Informatika
Jalanan Dalam Dimensi Kebijakan
Republik Indonesia, Persentase
Kriminal, Jakarta: Jala Permata
Kegiatan yang Dilakukan dalam
Aksara, 2016.
Mengakses Internet Pada Tahun
Ahuja, B.N., Theory & Practice of 2014, Website Kominfo,
Journalism: Set to Indian Context, http://statistik.kominfo.go.id/sit
Surjeet Publications, 1979. e/data?idtree=424&iddoc=1328&
Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan data-data_page=8, diakses pada 2
Hukum dan Kebijakan Hukum Oktober 2019. Derita Prapti
Pidana Dalam Penanggulangan Rahayu, Budaya Hukum Pancasila,
Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2007. Yogyakarta: Thafa Media, 2014.

Armansyah, Pengantar Hukum Pers, Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama


Bekasi: Gramata Publishing, 2015. Kusumaningrat. Jurnalistik Teori
dan Praktik, Bandung: Remaja
Bryant, Jennings et al., Fundamentals of Rosdakarya, 2005. Putra, Eka
Media Effects : Second Editio,. Nugraha, “Media Massa dan
Illinois: Waveland Press, 2012. Perannya dalam Kebijakan
Budiarto, M., “Pemberdayaan Pancasila Penanggulangan Kejahatan”,
Sebagai Dasar Negara dan Jakarta: Tesis Fakultas Hukum
Pandangan Hidup Bangsa Dalam Universitas Indonesia, 2012.
Era Globalisasi (Aspek Yuridis Rivers, William L, Media Massa &
Ketatanegaraan)”, Bahan Ceramah Masyarakat Modern Edisi Kedua,
“Continuing Legal Education” Jakarta: Kencana, 2004.
Badan Pembinaan Hukum
Nasional, 2003. Sudjito, Ilmu Hukum Holistik Studi Untuk
Memahami Kompleksitas dan
Budiyono, “Pemanfaatan Media Massa oleh Pengaturan Pengelolaan Irigasi,
Penegak Hukum Dalam UGM Press, Yogyakarta. 2014.
Penanggulangan Tindak Pidana
Sudjito, “Implementasi Pancasila Sebagai
Way of Life”, Bahan Pelatihan

Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169 | 43


Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Kontrol Sosial Oleh Media Massa Untuk Menekan Kejahatan Di Indonesia

Pancasila dan Konstitusi, Cisarua Sudjito, Memaknai Keistimewaan DIY,


Bogor: Pusdik Mahkamah Yogyakarta: LinkMed Pro, 2016.
Konstitusi, 2015.
Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila III
Sudjito, Kebangkitan Hukum Indonesia, Pendekatan Melalui Etika Pancasila,
Yogyakarta: LinkMed Pro, 2016. Yogyakarta: PT Hanindita, 1985.

44 | Nurani Hukum, Vol. 3 No. 1 Juni 2020. ISSN. 2655-7169

Anda mungkin juga menyukai