Anda di halaman 1dari 81

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

DENGAN TEKNIK MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR


BIOLOGI SISWA PADA KONSEP VIRUS
(Kuasi Eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

LISNAWATI
NIM: 106016100584

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN TEKNIK


MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi


syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

OLEH

LISNAWATI
106016100584

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Zulfiani, M. Pd Nengsih Juanengsih, M. Pd


NIP: 19760309 200 501 2 002 NIP: 19790510 200 604 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME


DENGAN TEKNIK MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA (Kuasi Eksperimen di MAN 2 Kota Bogor, Bogor) disusun
oleh Lisnawati, NIM 106016100584, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada Ujian
Munaqasyah tanggal 15 Desember 2010 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada bidang
Pendidikan Biologi.
Jakarta, 15 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia Ujian Munaqasyah,
Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. ........... ...........
NIP. 19681228 200003 1 004

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)


Nengsih Juanengsih, M.Pd. ........... ...........
NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji I,
Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. ............ ...........
NIP. 19681228 200003 1 004

Penguji II,
Tonih Feronika, M. Pd. ............ ...........
NIP. 19670107 200501 1 007

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.


NIP. 1957 1005 198703 1 003
DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 5 Januari 2009
FORM (FR) No. Revisi: : 00
FITK
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Lisnawati
Tempat/Tgl.Lahir : Bogor, 11 Mei 1986
NIM : 106016100584
Jurusan / Prodi : P. IPA/P. Biologi
Judul Skripsi : Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dengan Teknik Mind
Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep
Virus

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Zulfiani, M.Pd


2. Nengsih Juanengsih, M.Pd

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta,
Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Lisnawati
NIM.106016100584
ABSTRACT
Lisnawati, The Effect of Constructivism Approach with Mind Mapping
Technique on Students Achievement in Biology. (Quasi experimental Studies
in Class X-1 MAN 2 Kota Bogor, Bogor), Program of Biology Study, The
Department of Natural Science, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training,
State Islamic University of Syarif hidayatullah Jakarta.

The study aims to know the effect of Constructivism Approach with Mind Mapping
Technique on Students Achievement in Biology. The research is conducted in
MAN 2 Kota Bogor. The research is a quasi experimental study with pretest-
posttest control group design. The technique sampling is purposive sampling. The
first sample is 33 students for experimental group with constructivism approach
with Mind Mapping technique, and the second sample is 37 students with
constructivism approach with discussion. The posttest data analysis of both
groups utilizest test with to is 7, 49 and ttable is 2, 00 in 5 % significance,
therefore to > ttable. Therefore, it indicates that theres effect of constructivism
approach with Mind Mapping technique on students achievement in biology.

Keywords: Constructivism Approach, Mind Mapping

i
ABSTRAK
Lisnawati, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Dengan Teknik Mind
Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa (kuasi eksperimen di MAN 2
Kota Bogor, Bogor). Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan


konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi
siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Kota Bogor. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian pretest posttest
control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Sampel penelitian yang pertama berjumlah 33 siswa
untuk kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan
teknik Mind Mapping. Sampel yang kedua berjumlah 37 siswa untuk kelas kontrol
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan diskusi. Analisis data
postes kedua kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 7,49 dan
ttabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,00, maka thitung > ttabel. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dengan teknik
Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi siswa.

Kata kunci: Pendekatan Konstruktivisme, Mind Mapping

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat


Allah, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah
islam dan pembawa syafaat bagi ummatnya di hari akhirat kelak.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan, dengan judul Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme
dengan Teknik Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada
Konsep Virus.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, disampaikan kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik
dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus ucapan
terima kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.
4. Ibu Nengsih Juanengsih, M. Pd, Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam
penelitian ini.
5. Bapak Drs. Asep Encu, M. Pd, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota
Bogor, yang telah memberikan izin penelitian.
6. Ibu Ruafni, M. Pd, dan Ibu Nani, M. Pd, guru mata pelajaran Biologi, yang
telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.

i
7. Seluruh sivitas akademik Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor, yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
8. Teristimewa kedua orang tua, Ayahanda Usuf Yusuf dan Ibunda Siti Masitoh
serta kakanda tercinta, Endang, M. Sadili, Mulyadi, Yana, dan Siti Halimah
yang telah memberikan doa, dorongan moril dan materil serta motivasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Teruntuk L. Pindarto yang selalu memberikan semangat dan tempat berkeluh
kesah.
10. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2006, terutama Naeli
Zakiyah, Marwiyah, Iyoh Maspiroh dan Himmatululya serta semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Kami berharap skripsi ini menjadi kontribusi yang positif serta menambah
pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan
dari para pembaca untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan.

Ciputat, Desember 2010

Lisnawati

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan
suatu bangsa bergantung pada bagaimana bangsa tersebut mengenali,
menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia. Dalam hal ini berkaitan
erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat
terutama kepada peserta didik.
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting penentu keberhasilan
pembangunan nasional, baik dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional sebagaimana yang tercantum
dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Tujuan sistem pendidikan nasional juga berfungsi memberikan arah
pada semua kegiatan pendidikan dalam satu-satuan pendidikan yang ada.
pendidikan nasional tersebut, merupakan tujuan umum yang hendak dicapai
oleh semua satuan pendidikan nasional tersebut, meskipun setiap satuan
pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri-sendiri, namun semua itu tidak
terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang ada.
Persepsi dan interpretasi mengenai isi pasal 3 UU sisdiknas ini menjadi
dasar pada prinsip dasar tujuan pendidikan yang menginginkan pengarahan

1
Diknas, Undang-Undang Sisdiknas, dari www.inherent
dikti.net/files/sisdiknas.pdf. 10 Januari 2010

1
2

kualitas dalam bidang pendidikan agar dapat lebih ditekankan pemahaman


terhadap masalah-masalah dalam berbagai aspek kehidupan, serta dapat
membangun manusia yang beradab dan memiliki akhlak mulia.
Dalam proses belajar dan mengajar yang efektif dibutuhkan
penyelenggara pendidikan yang selalu konsisten berupaya membentuk sumber
daya manusia yang berkepribadian dalam pendidikan, yaitu manusia yang
beriman, cerdas, jujur dan berkepribadian sosial. Dalam proses belajar
mengajar yang efektif harus didukung oleh tenaga pendidik yang memiliki
kompetensi pedagogik, sehingga seorang pendidik dapat melakukan tugasnya
dengan baik dan sesuai dengan perkembangan pendidikan. Guru berperan
penting dalam membentuk pribadi siswa. Dengan menggunakan metode
konvensional umum yaitu ceramah, tidak cukup untuk memenuhi kriteria
belajar efektif.
Dalam dunia pendidikan, masih banyak yang menerapkan
pembelajaran yang bersifat teacher centred, yaitu pembelajaran berpusat pada
guru. Guru yang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa hanya
duduk mendengarkan penjelasan guru. Hal ini menyebabkan siswa hanya
menerima transfer pengetahuan dari seorang guru dan pencapaian hasil belajar
kurang optimal.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) erat kaitannya dengan cara mencari
tahu mengenai alam secara terstruktur, sehingga IPA bukan hanya merupakan
penguasaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pendidikan IPA
diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitarnya, selain itu peserta didik dapat menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.2
Dalam pembelajaran IPA, khususnya Biologi, sangat diperlukan
strategi pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal
mungkin baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Strategi

2
Zulfiani, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains
Dasar sebuah Antologi, (Jakarta: PIC UIN, 2007), h. 5
3

belajar mengajar harus dirancang dengan baik sesuai dengan tuntutan


kurikulum dengan cara memilih pendekatan, metode dan media, sehingga
hasil belajar siswa dapat tercapai dengan optimal. Selain itu, pengajaran
Biologi menekankan pada keterampilan proses, yang jika dikaitkan dengan
hakikat IPA sebagai proses merupakan strategi atau cara yang dilakukan para
saintis dalam menemukan berbagai hal sebagai implikasi adanya temuan-
temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam.
Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. IPA juga berperan penting dalam usaha menciptakan manusia yang
berkualitas. Selain itu biologi mempelajari tentang struktur dan fungsi alat-alat
tubuh makhluk hidup. Dalam studi biologi banyak digunakan istilah-istilah
yang pada umumnya berupa istilah latin atau kata yang dilatinkan. Banyaknya
istilah tersebut menyebabkan kurangnya minat siswa untuk mempelajari
konsep-konsep biologi. Hal itu juga menyebabkan siswa merasa malas untuk
meringkas materi biologi. Padahal membuat ringkasan materi akan sangat
membantu dalam proses belajar. Membuat ringkasan adalah proses resitasi
dan refleksi secara tertulis .3 Membuat ringkasan sangat besar perannya untuk
memudahkan belajar, dengan membuat ringkasan siswa akan dipaksa belajar
secara aktif. Kebanyakan siswa merasa malas dan bosan jika ditugaskan untuk
membuat ringkasan. Hal ini disebabkan materi biologi merupakan materi
hapalan.
Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa. Selain menguasai materi
seorang guru juga dituntut untuk menguasai strategi-strategi penyampaian
materi tersebut, cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh
terhadap respon siswa dalam proses pembelajaran. Apabila guru berhasil
menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar
akan memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar.

3
Thabrany Hasbullah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995), h.
92
4

Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya


bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada
pengetahuan awal siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh
dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri
melalui pengalaman nyata.
Berdasarkan wawancara dan pengamatan di sekolah pembelajaran
biologi banyak dilakukan dengan hanya memberi konsep-konsep materi
biologi dengan mengacu pada buku paket saja, tanpa ada pengolahan materi
yang melibatkan potensi siswa, sehingga siswa belajar menghapal konsep,
bukan memahami konsep. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa siswa
mengenai pembelajaran biologi yang umumnya mengaku bahwa pembelajaran
biologi itu sulit, karena banyak materi yang harus dihapalkan dan terlalu
banyak istilah-istilah dalam bahasa latin.
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru hanya menggunakan satu
metode pembelajaran dalam memberikan materi pelajaran biologi, dengan
kata lain penggunaan metode pembelajaran kurang variatif, sehingga proses
pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bagi siswa. Untuk
menghindari hal itu, maka seorang guru harus menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Virus merupakan salah satu konsep dalam ilmu biologi di SMA,
berdasarkan kurikulum, konsep virus dicantumkan dalam pelajaran biologi
SMA kelas X semester I. Konsep virus meliputi pendeskripsian sejarah
penemuan, ciri-ciri, klasifikasi, reproduksi, dan peranannya dalam kehidupan.
Pembelajaran virus umumnya kurang menarik bagi siswa, bahkan masih
banyak siswa yang merasa sulit untuk memahaminya. Hal ini disebabkan
dalam materi tersebut banyak istilah yang harus dihapalkan dan siswa
cenderung malas untuk membuat catatan. Hal itu dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Oleh karena itu, diperlukan teknik mencatat yang menarik
dan efektif agar siswa mudah memahami konsep tersebut.
5

Dalam proses belajar tujuan mencatat adalah mendapatkan poin-poin


kunci dari buku-buku, laporan dan sebagainya. Catatan yang baik dan efektif
membantu untuk mengingat detail tentang poin-poin dan kunci untuk
memahami konsep-konsep yang utama sehingga dapat mengaitkan hubungan
antar konsep. Penelitian tentang bagaimana otak menyimpan dan mengingat
informasi telah menghasilkan teknik-teknik mencatat yang baru, yang dapat
meningkatkan pemahaman dan daya nalar yang tinggi, sehingga penyimpanan
informasi lebih lama.4
Salah satu teknik mencatat yang efektif yaitu Mind Mapping (peta
pikiran). Mind Mapping dapat membantu kita dalam membuat catatan yang
menyeluruh dalam satu halaman, dengan menggunakan citra visual dan
perangkat grafis lainnya. 5 Penggunaan teknik pencatatan Mind Mapping (peta
pikiran) dapat dijadikan strategi alternatif dalam pembelajaran. Menurut
Bobbi De Porter, Mind Mapping atau peta pikiran merupakan salah satu teknik
mencatat kreatif yang memudahkan dalam mengingat banyak informasi.
Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan
bantuan catatan. Peta pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton
karena Mind Mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan
saling berkaitan satu sama lain. Sehingga akan terjadi keseimbangan kerja
kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol,
citra, musik dan lain-lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan. 6
Cara belajar dengan menggunakan Mind Mapping merupakan salah
satu bentuk pembaharuan yang dapat diterapkan oleh guru-guru secara
individual dalam proses belajar mengajar sebagai pendukung keberhasilan
metode yang digunakan. Cara belajar Mind Mapping merupakan salah satu
cara belajar yang menggunakan instrumen-instrumen tertentu yang menjadi
kata kunci dari suatu konsep, seperti simbol, gambar, serta warna yang
bervariasi. Hal ini didasarkan pada prinsip kerja sistem otak kanan. Otak
manusia sangat menakjubkan, yaitu dapat menyimpan segala sesuatu yang
4
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 1999) h. 150
5
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 1999), h. 152
6
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Teaching, h. 175-176
6

dilihat, didengar, dan dirasakan. Memori otak manusia seperti kerja memori
komputer. Jika kita dapat mempergunakan memori tersebut dengan baik, maka
untuk memanggilnya kembali sangat mudah. Salah satu cara penyimpanan
data yang paling baik dan sistematis di dalam otak yaitu dengan menggunakan
Mind Mapping. Mind Mapping dapat membantu dalam membuat catatan
singkat yang baik dengan kata kunci, gambar disertai warna yang menarik.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses mengingat suatu konsep
tertentu. Gambar dan warna yang menarik dapat membantu prinsip kerja otak
kanan, sehingga dengan menggunakan Mind Mapping otak kanan dan otak kiri
bekerja secara simbang.
Dengan demikian diharapkan penggunaan pendekatan konstruktivisme
dengan teknik Mind Mapping dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan
pengkajian secara teoretis maupun praktis permasalahan ini dengan judul:
Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Dengan Teknik Mind Mapping
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran yang cenderung bersifat teacher centred
b. Kemunculan rasa bosan siswa akibat metode pembelajaran yang monoton
c. Kemunculan rasa malas siswa untuk mencatat atau membuat ringkasan
materi
d. Penggunaan metode pembelajaran kurang variatif
e. Kurangnya penguasaan konsep virus

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi
pada:
a. Penggunaan pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping
7

b. Hasil belajar yang yang diukur adalah hasip belajar ranah kognitif

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut: Adakah pengaruh pendekatan konstruktivisme
dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar Biologi siswa?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan
konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping berpengaruh terhadap hasil
belajar biologi siswa.
Manfaat penelitian ini antara lain:
1) Bagi guru:
a. Memberikan informasi kepada guru mengenai Mind Mapping serta
penerapannya di dalam kelas.
b. Memberikan masukan mengenai cara mengajar yang dapat
meningkatkan hasil belajar.
2) Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pembaca, khususnya
calon guru biologi yang ingin mengembangkan metode pembelajaran di
sekolah.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS , KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis
1. Pendekatan Konstruktivisme
a. Pengertian Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme (Constructivist Theory of
Learning) menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut
tidak lagi sesuai.
Menurut Ratna Wilis Dahar dalam Riyanto dinyatakan bahwa
sebagai filsafat, konstruktivisme sudah terungkap dalam tulisan ahli
filsafat Giambattista Vico mengemukakan bahwa orang hanya dapat
benar-benar memahami apa yang dikonstruksinya sendiri. 1
Selanjutnya Sofyan mengutip pendapat Good dan Brophy
menyatakan bahwa teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang
berhubungan dengan cara seseorang memperoleh pengetahuan, yang
menekankan pada penemuan makna (meaningfulness). Perolehan
pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah
ada hasil sebelumya dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan
baru.2
Menurut Von Glaserfeld dalam Bettercourt dalam Suparno,
konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realita). Pengetahuan
bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu
1
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), h. 143-144
2
Ahmad Sofyan, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains, Seminar
Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007 , h. 8

8
9

merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui


kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan
struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.3
Para ahli konstruktivisme menyatakan bahwa belajar melibatkan
konstruksi pengetahuan terdahulu. Persepsi yang dimiliki siswa
mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasi
pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasarkan realitas
yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.
Berdasarkan pandangan para ahli tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran
adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
untuk membangun sendiri pengetahuannya. Guru lebih berperan sebagai
fasilitator dan mediator pembelajaran. Menurut Riyanto, sistem
pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan siswa
untuk memulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan,
kemudian menemukan keterampilan dasar yang diperlukan dengan
bantuan bimbingan guru.4
Dari beberapa penjelasan mengenai pendekatan konstruktivisme
dapat dijelaskan bahwa siswa belajar dengan cara mengkonstruksi
pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya dan yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah
bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang mendapatkan penekanan.
Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka.
Mereka harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Penekanan belajar
siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Dengan kata lain
konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan
bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran seseorang. Unsur-unsur

3
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivismeme dalam Pendidikan, (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), h. 18
4
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan
dalam Implementasi Pembelajaran, h. 145
10

konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam pembelajaran di setiap


tingkatan sekolah atau pendidikan.

b. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Konstruktivisme


Ada lima prinsip dasar tentang konstruktivisme. Berikut uraian
singkat mengenai masing-masing prinsip:5
1) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa adalah dengan
bantuan prinsip-prinsip pedagogi yang konstruktivisme. Oleh karena
relevansinya tidak harus berkaitan dengan kehidupan atau keberadaan
siswa terdahulu.
2) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
Susunan sebuah kurikulum seputar konsep utama adalah sebuah
dimensi kritik tentang pedagogi konstruktivisme ketika mendesain
sebuah kurikulum, guru konstruktivisme mengorganisasi informasi
seputar problematika konsep, pertanyaan dan situasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu. Karena siswa merasa disibukkan dengan ide-ide atau
problem yang dipresentasikan secara holistik daripada secara terpisah.
3) Mencari dan menilai pendapat siswa
Dalam proses belajar mengajar, karakteristik para siswa harus
dipertimbangkan, karena hal itu dapat mempengaruhi jalannya proses
dan hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan. Para siswa akan
memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung
pada pengalaman dan perspektif yang digunakan dalam menggiatkan
prestasinya. Pemahaman dan karakteristik siswa tersebut sangat
membantu dalam mencari dan menilai pendapat siswa.
4) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

5
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan
dalam Implementasi Pembelajaran, h. 147
11

Belajar menjadi lebih baik jika tuntutan kognitif, social, dan emosional
dari kurikulum dapat dicapai oleh para siswa. Oleh karena itu harus
ada hubungan tertentu antara tuntutan kurikulum dan anggapan yang
dibawa oleh setiap siswa ke dalam kegiatan kurikuler.
5) Menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran
Dalam menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran harus
memperhatikan anggapan para siswa mengenai suatu pengetahuan,
karena setiap siswa memiliki anggapan tertentu mengenai
pengetahuan. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki
kemampuan kepribadian dan keterampilan kemasyarakatan dalam
proses pembelajaran untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang
memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran
konstruktivisme adalah siswa tidak didoktrinasi dengan pengetahuan yang
disampaikan oleh guru, melainkan siswa sendiri menemukan dan
mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka
ketahui dan pelajari sendiri. Secara rinci ciri-ciri model pembelajaran
konstruktivisme diuraikan oleh Driver dan Oldham dalam Matthews:6
1) Orientasi; siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi
dalam mempelajari suatu konsep.
2) Elicitasi; siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang
diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar, atau poster.
3) Restrukturasi ide; dalam hal ini ada tiga hal: klarifikasi ide yang
dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman melalui diskusi atau
pengumpulan ide, membangun ide yang baru, dan mengevaluasi ide
baru dengan eksperimen.
4) Penggunaan ide dalam banyak situasi; idea atau pengetahuan yang
telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada situasi yang
dihadapi.
6
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivismeme, h. 69-70
12

5) Review, bagaimana ide itu berubah; dalam mengaplikasikan


pengetahuannya seseorang perlu merevisi gagasannya baik dengan
menambahkan suatu keterangan ataupun dengan mengubahnya
menjadi lengkap.
d. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Paham konstruktivisme, berpandangan bahwa mengajar bukan
kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya
dengan menggunakan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Dengan
demikian model pembelajaran ini tidak lagi berpegang pada konsep
pengajaran dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya mentransfer
ilmu kepada siswa tanpa siswa itu berusaha sendiri dan menggunakan
pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki.
Menurut pendekatan konstruktivisme belajar merupakan proses
aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan
lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuan berkembang.
Ada beberapa implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran,
antara lain: 7
1) Memusatkan perhatian berpikir atau proses mental anak tidak hanya
pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga harus
memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada
jawaban yang dimaksud.
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri keterlibatan
aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas konstruktivisme,
penyajian pengetahuan tidak mendapat penekanan.
3) Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan
pengajaran top down daripada bottom up.

7
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan
dalam Implementasi Pembelajaran, h. 152
13

4) Discovery Learning. Dalam Discovery Learning siswa didorong


untuk belajar sendiri secara mandiri.
5) Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran khas menerapkan
Scafolding, dengan siswa semakin lama semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajarannya sendiri.
e. Tujuan Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Riyanto, tujuan pembelajaran konstruktivisme ditentukan
pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang
menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong
pembelajar untuk berpikir ulang lalu mendemonstrasikan.
Adapun beberapa tujuan yang dapat diwujudkan antara lain: 8
1) Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
sendiri.
2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan mencari sendiri jawabannya.
3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman
konsep secara lengkap.
4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
f. Tahapan Pembelajaran Konstruktivisme
Dalam perspektif konstruktivisme proses pembelajaran merupakan
proses membangun ulang/rekonstruksi pengetahuan. Layton dalam
Suratno menyatakan bahwa proses membangun pengetahuan ilmiah harus
bersifat useful (bermanfaat) dan mengarah pada hal-hal yang praktis.
Secara sederhana, proses pembelajaran konstruktivisme dapat dilihat pada
gambar 1.9

8
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan
dalam Implementasi Pembelajaran, h. 147
9
Tatang Suratno, Peranan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Sains, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007, h.7
14

Pengetahua
Penget Proses n untuk
Proses
ahuan Pengetahuan penterje kegiatan
pendidikan
sehari- ilmiah mahan/k praktis
di kelas
hari aji ulang dalam
situasi
spesifik

Pengetahuan
lain/pertimbang

Gambar 2.1
Proses Membangun Pengetahuan Ilmiah
(Layton, dalam Watts, 1994)
Berdasarkan teori ini menunjukkan bahwa proses belajar diawali
dari pengalaman nyata yang dialami oleh seseorang, pengalaman tersebut
direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi seseorang akan
berusaha memahami apa yang terjadi serta apa yang dialaminya. Karena
siswa harus membangun sendiri pengetahuannya, maka seorang guru harus
melihat mereka bukan sebagai lembar kertas kosong. Tetapi guru harus
menganggap siswa sudah membawa pengatahuan awal. Pengetahuan awal
tersebut merupakan dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.
Adapun tahapan pembelajaran konstruktivisme meliputi empat
tahap yaitu: 10
1) Tahapan pertama adalah apersepsi, guru mendorong siswa agar
mengemukakan pengetahuan awal mengenai konsep yang akan
dibahas. Guru memancing siswa dengan beberapa pertanyaan terbuka,
kemudian mengaitkan jawaban siswa dengan fenomena kehidupan
sehari-hari.

10
Daniel Muijs dan David Reynolds, Effevtive Teaching: The Central Issues,
(London: SAGE Publications Ltd, 2005), h. 67
15

2) Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan


dugaan sementara terhadap konsep yang akan dipelajari. Kemudian
siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai
jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap
sebelumnya.
3) Tahap ketiga adalah refleksi, pada tahap ini siswa menganalisis dan
mendiskusikan apa yang telah dilakukan.
4) Tahap keempat adalah aplikasi, diskusi dan penjelasan konsep, pada
tahap ini guru memberiikan penekanan terhadap konsep-konsep
esensial melalui penjelasan konsep, kamudian siswa membuat
kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman
konsep.

2. Teknik Mencatat Mind Mapping


a. Pengertian Mind Mapping
Menurut Tony Buzan Mind Mapping adalah cara mencatat yang
kreatif, efektif, dan secara harpiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.
Mind Mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi
kedalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak.11 Mind Mapping
pertama kali ditemukan dan sekaligus dikembangkan oleh Tony Buzan
pada tahun 1970-an. Mind mapping merupakan sistem pembelajaran yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia, baik dalam bidang pendidikan,
bisnis, maupun kehidupan sehari-hari.12
Menurut Silberman Mind Mapping adalah cara kreatif bagi peserta
didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran,
atau merencanakan penelitian baru.13 Dengan memerintahkan kepada
siswa untuk membuat Mind Mapping, maka mereka akan menemukan
11
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.
4
12
Sutanto Windura, Be an Absolute Genius, (Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo,2010), h. 69
13
Malvin L. Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), h. 188
16

kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah
mereka pelajari.
Sedangkan menurut Windura Mind Mapping adalah suatu teknis
grafis yang memugkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan
otak dalam berpikir dan belajar. Dalam pembuatan Mind Mapping
melibatkan kerja kedua belah otak, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak
kiri menginterpretasikan tulisan, urutan penulisan, dan hubungan antar
kata. Sedangkan otak kanan menginterpretasikan warna, gambar, dan
dimensi atau tata ruang. 14
Dari beberapa pengertian mengenai Mind Mapping maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa teknik pencatatan Mind Mapping adalah bentuk
catatan yang disertai lambang, gambar, dan warna yang menarik, sehingga
dapat memacu otak kanan, yang berperan dalam menginterpretasikan
keindahan (warna dan gambar) dan kreatifitas. Selain itu, Mind Mapping
juga memacu otak kiri yang berperan dalam menginterpretasikan logika
dan ide matematis. Mind Mapping juga dapat memberiikan motivasi
kepada siswa untuk berpikir secara kreatif dan menyeluruh serta dapat
memahami suatu konsep, karena dalam proses pembelajaran siswa banyak
melakukan kegiatan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai
segi dalam rangka mencari pemecahan masalah, baik dari siswa itu sendiri,
lingkungan maupun masyarakat.
Teknik mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan
dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu
mengorganisasi materi dan memberikan wawasan baru. 15 Mind Mapping
dapat memungkinkan terjadinya semua hal itu, karena Mind Mapping
merupakan teknik mencatat kreatif yang memudahkan dalam proses
mengingat banyak informasi.
Temuan Buzan ini didasarkan pada hasil riset Roger Sperry peraih
nobel dari California Institute of Technology pada tahun 1980-an yang
14
Sutanto Windura, Mind Map Langkah Demi Langkah, (Jakarta: PT Elek Media
Kompitindo, 2010), h. 16-17
15
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Teaching (Bandung: Kaifa, 1999), h. 175
17

menunjukkan bahwa otak memiliki dua belahan yang masing-masing


bekerja secara sangat berbeda. Secara ringkas, otak kiri berkaitan dengan
logika, kata, angka, dan sebagainya yang berkaitan dengan aktivitas
akademik. Sedangkan otak kanan berkaitan irama, imajinasi, warna,
angan-angan, dan dimensi. 16 Otak lebih cepat mengingat dalam bentuk
gambar atau warna dari pada tulisan, oleh karena itu belajar akan lebih
efektif jika menggunakan gambar dan warna.17 Menurut Buzan, dengan
memanfaatkan gambar dan teks ketika mencatat atau mengeluarkan
sesuatu yang ada di dalam diri, maka telah menggunakan dua belahan otak
secara sinergis. Apalagi jika dalam Mind Mapping itu kemudian
ditambahkan warna-warna dan hal-hal yang memperkuat emosi.
Dalam proses pembelajaran penyampaian informasi seringkali
dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting, padahal bagian ini
hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran.
Sebagian besar informasi diberikan kepada siswa melalui presentasi dan
demontrasi. Pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari
informasi secara singkat dan padat untuk menghadapi ulangan yang akan
dihapal kelak. Jika dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga
membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat
diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara lebih
efektif.
Dalam mencatat tidak sekedar mencatat, tetapi mencatat yang
dapat menunjang pencapaian tujuan belajar. Oleh karena itu membuat
catatan tidak boleh sembarangan, karena dapat mendatangkan kerugian
material dan pemikiran. Selain itu akan sia-sia catatan tersebut, karena
tidak dapat digunakan untuk kepentingan kemajuan dan kesuksesan
belajar. Catatan berguna untuk beberapa hal antara lain:18

16
Tony Buzan, Use Your Head: Gunakan Kepala Anda, (Batam: Interaksara, 2006),
h. 25
17
Femi Olivia, Teknik Meringkas, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2009), h.
71
18
Sutanto Windura, Mind Map Langkah Demi, h. 141
18

1) Membuat informasi menjadi tertulis dan permanen.


2) Mengetahui ide utama dari bahan pelajaran.
3) Membantu mengingat informasi.
4) Membantu dalam memahami informasi.
5) Sewaktu-waktu dapat ditunjukan kepada orang lain.
Kegiatan menulis mempunyai peranan penting bagi siswa dalam
mengembangkan keterampilan berpikir dan mendalami bahan ajar. Oleh
karena itu, sudah selayaknya kegiatan menulis menjadi aktivitas penting
dalam setiap pembelajaran di sekolah. Menulis tidak hanya bergantung
pada proses kognitif tetapi juga dapat memberii penguatan afektif terhadap
proses membaca. Jadi menulis merupakan alat belajar yang perlu
mendapat perhatian serius di sekolah.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Mind Mapping
Bentuk dari Mind Mapping sangat variatif tergantung cara berfikir
seseorang, tetapi ada suatu syarat bahwa sebuah Mind Mapping dapat
dikatakan Mind Mapping yang baik. Syarat-syaratnya yaitu,
mengandung gambar, menggunakan berbagai macam warna, konektor/
penghubung tidak saling berpotongan, hanya mengandung kata topik saja
bukan kalimat yang panjang. 19
Adapun langkah-langkah pembuatan Mind Mapping adalah sebagai
berikut:20
1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan mendatar (landscape). Karena memulai dari tengah
memberii kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah.
2) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama. Karena sebuah gambar
bermakna seribu kata dan membantu menggunakan imajinasi. Sebuah

19
Muhammad Iqbal Faruqi, Penggunaan Graf dalam Mind-Mapping serta
Kegunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari. tersedia di
www.informatika.org/~rinaldi/Matdis/2008.../Makalah0809-031.pdf. diakses pada 23 Februari
2010, h. 2
20
Tony Buzan, Buku Pintar Mind, h. 15-16
19

gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap terfokus,


membatu konsentrasi, dan mengaktifkan otak.
3) Gunakan berbagai warna. Karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan gambar. Warna membuat Mind Mapping lebih hidup dan
menyenangkan.
4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya. Hal ini berkaitan dengan prinsip kerja otak, dimana otak
bekerja menurut asosiasi, yaitu mengaitkan dua hal atau lebih
sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang konsep, kita akan
lebih mudah mengartikan dan mengingat suatu konsep.
5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena
garis lurus akan membosankan.
6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tunggal
memberii lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Mapping.
7) Gunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar
bermakna seribu makna.
Adapun contoh Mind Mapping dapat dilihat pada gambar 2.2 di
bawah ini.

Gambar 2.2 Contoh Mind Mapping Buatan Peneliti


20

Dalam pembuatan catatan dengan teknik Mind Mapping terdapat


beberapa alat bantu yang dapat digunakan, antara lain:21
1) Anak panah
Anak panah dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana
konsep yang muncul pada bagian lain dari suatu pola saling
berhubungan.
2) Kode
Tanda bintang, tanda seru, dan tanda Tanya dapat digunakan
disamping kata untuk menunjukkan hubungan.
3) Bentuk geometri
Bujur sangkar, lingkaran, dan elips dapat digunakan untuk
menandai suatu bidang atau kata yang memiliki persamaan sifat.
4) Gambar kreativitas
Kreativitas dapat digabungkan dengan penggunaan dimensi dengan
membuat berbagai aspek pola yang cocok dengan topik.
5) Warna
Warna sangat berguna sebagai alat bantu memori dan kreatif.
Warna dapat digunakan untuk menandai batas-batas antara bidang
utama dari suatu pola.
c. Implikasi Mind Mapping Dalam Pembelajaran
Dalam belajar biasanya siswa sulit mengingat materi pelajaran
yang terdapat dalam buku teks, sehingga membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk memahami isi buku teks tersebut. Oleh karena itu, dalam
belajar perlu menggunakan teknik mencatat yang lebih efisien dan mudah,
yaitu dengan teknik Mind Mapping. Dengan menggunakan teknik ini kita
dapat melihat pelajaran yang dipelajari secara keseluruhan dan mudah
untuk diingat kembali.
Aplikasi Mind Mapping dalam proses pembelajaran terdapat empat
langkah yang harus dilakukan yaitu: 22

21
Tony Buzan, Use Your Head, h. 141-142
21

1) Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses


pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberii
gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari.
Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal Semester,
Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat Master Mind
Mapping yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan
diajarkan selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam
Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik
apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi
siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di
perpustakaan.
2) Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga
gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada
Overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari Silabus.
Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal
yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang
lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana,
langkah Preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah
Inview.
3) Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses
pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail,
terperinci dan mendalam. Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat
mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar
atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai
bahan yang diajarkan.
4) Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam
pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta
ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus
diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa
22
Djoha, Aplikasi Real-time Buzan Mind Mapping, Indomindmap Learning Center
ILC, 2008, Applied RT-MM pdf. Tersedia di http://www.paxhigh.com/doc/applied-rt-mm.pdf,
diakses 03 Juni 2010, h. 8-10
22

untuk fokus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan di


sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat
pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu
siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya.
Mind Mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan
ide yang sudah ada , sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang
dilakukan oleh siswa. dengan penggunaan warna dan simbol-simbol yang
menarik akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan
berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang
dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar
Sebagian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai
berkomunikasi dan perolehan informasi dalam bentuk verbal ataupun
tertulis. Bidang pendidikan, bisnis, dan sains cenderung yang digunakan
adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu dituntut untuk
mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi pelajaran.
Materi pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk ingatan. Terkadang
siswa tidak dapat mempertahankaan ingatan tersebut dalan jangka waktu
yang lama. Hal itu disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara
kedua belahan otak yang akhirnya dapat menimbulkan terganggunya
kesehatan fisik dan mental seseorang.
Informasi yang diperloleh siswa dalam bentuk materi pelajaran
akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Ingatan jangka pendek
yang diubah menjadi sebuah ingatan jangka panjang memerlukan
keterlibaan kerja sistem limbik. Siswa menginginkan materi pelajaran
yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka
panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut
menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi
pelajaran yang telah dipelajari.
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya
ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat,
23

didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat


informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi
informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang
diajarkan.
Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan
linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga
catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan
monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi
pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi
dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan
merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi
dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan
oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami.
Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertama catat, tulis,
susun, yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri
dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh
kali lipat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengarkan
menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi
pelajaran yang telah dipelajari.23
Adapun keunggulan teknik mencatat dengan menggunakan Mind
Mapping antara lain adalah sebagai berikut:24
1) Ide utama materi pelajaran ditentukan secara jelas.
2) Menarik perhatian mata dan otak kita sehingga memudahkan
konsentrasi.
3) Dapat melihat gambaran secara menyeluruh dan detailnya.
4) Hubungan antar informasi yang satu dengan yang lainnya jelas.
5) Terdapat pengelompokan informasi.

23
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Learning, h. 152
24
Sutanto Windura, Be an Absolute, h. 70
24

6) Prosesnya menyenangkan, tidak membosankan karena banyak


menggunakan unsur otak kanan seperti gambar, warna dan dimensi.
7) Sifatnya unik sehingga mudah diingat.
Adapun manfaat yang diperoleh dengan menggunakan teknik
mencatat Mind Mapping ini diantaranya adalah:25
1) Anak cukup belajar dari kata-kata kunci yang penting saja.
2) Menghemat waktu membaca catatan sampai 95 % karena cukup
membaca kata kuncinya saja.
3) Pada saat bersamaan anak dapat melihat keseluruhan materi secara
utuh (overview) dan sekaligus detailnya (inview).
4) Adanya hubungan antar informasi yang lebih jelas sehingga
membantu meningkatkan pemahaman anak.
5) Adanya hierarki informasi, mana yang sangat penting, penting,
kurang penting, dan tidak penting. Semakin dekat ke pusat pemikiran,
maka informasi semakin penting. Dan sebaliknya, semakin menjauhi
pusat pemikiran, informasi itu sifatnya detail dan kurang penting.
Informasi yang disusun secara hierarki akan mudah dipahami oleh
otak.
6) Otak merasa lebih menyenangkan (fun) sehingga belajar lebih
menyenangkan.
d. Rubric Assessment Mind Mapping
Untuk menilai Mind Mapping digunakan rubric assessment yang
diadopsi dari University of Minnesota and Marieke van Dijk. Adapun
kriteria penilaiannya meliputi 3 bagian, yaitu (a) Mind Map, meliputi 4
aspek yakni struktur (structure), hubungan dengan ide (relationships),
komunikasi (communication), eksplorasi (exploratory), (b) Teks meliputi
2 aspek penilaian yaitu komunikasi (communication) dan hubungan
dengan ide (relationships), dan (c) lainnya meliputi 2 aspek penilaian

25
Sutanto Windura, Be an Absolute, h. 80
25

yaitu, relevansi artikel yang dipilih (article chosen is relevant), dan tugas
dikumpulkan tepat waktu (assignment was completed on time).26

Table 2.3 Rubric Assessment Tugas Mind Mapping


Acuan standar penilaian tugas mind mapping siswa
Skor total
Nama :
No absen :
Skor total : 20
Kriteria Poin Komentar
A. Mind Map
Struktur (S)
Hubungan dengan ide
(R)
Komunikasi (C)
Eksplorasi (E)
B. Teks
Komunikasi (C)
Hubungan dengan ide
(R)
C. Lainnya
Relevansi artikel yang
dipilih (bila
menggunakan sumber
lain)
Tugas lengkap pada
waktunya

Keterangan:
a. Mind Map (total poin 12)
1) Struktur (S): Struktur non linear yang dilengkapi dengan gambar yang
menjelaskan ide secara lengkap (3 poin)
2) Hubungan dengan ide (R): Relatif pentingnya ide dan hubungan
dipetakan dengan sangat efektif (3 poin)
3) Komunikasi (C): Informasi dituangkan dengan jelas dan dalam
tingkatan pemahaman yang baik (3 poin)
4) Eksplorasi (E): Peta menunjukkan pemikiran efektif antara makna
dengan ide, tema, dan kerangka (3 poin)

26
University of Minnesota and Marieke van Dijk, Published by the digital media
center (DMC), diakses pada 06 Juni 2010 di mc@umn.edu.
26

b. Teks (total poin 6)


1) Komunikasi (C): Informasi dituangkan dengan jelas dan dalam
tingkatan pemahaman yang tinggi (3 poin)
2) Hubungan dengan ide (R): Relatif pentingnya ide dan hubungan
dipetakan dengan sangat efektif (3 poin)
c. Lainnya (total poin 2)
1) Relevan dengan artikel/wacana: tulisan dengan kualitas ilmiah
(1 poin)
2) Tugas dikerjakan tepat waktu (1 poin)

3. Hakikat Hasil Belajar


a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Perubahan tersebut bersifat secara relatif konstan dan berbekas.27 Menurut
Hilgard dan Brower dalam Purwanto, belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengelamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,
dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang. Belajar juga merupakan proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan. 28
Menurut psikologi gestalt belajar akan terjadi jika ada pengertian
(Insight). Pengertian atau (Insight) muncul jika seseorang mencoba
memahami suatu masalah setelah beberapa saat. Secara singkat belajar
menurut psikologi Gestalt dapat diasumsikan sebagai berikut: pertama,
pemahaman atau (Insight) merupakan factor penting dalam belajar.

27
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran. (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 53.
28
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), h. 84
27

Dengan belajar seseorang akan memahami hubungan antara pengetahuan


dan pengalaman. Kedua, pribadi memegang peranan yang paling sentral,
karena belajar dilakukan dengan sadar dan bertujuan. 29
Sedangkan menurut Yamin belajar merupakan proses orang
memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari
masa kecil sampai akhir hayat seseorang. 30 Para ahli psikologi pendidikan
menekankan supaya pembentukan perilaku yang baik sudah dimulai pada
masa kecil seperti membiasakan melakukan kegiatan sehari-hari dengan
baik.
Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi
yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota
tubuh lainnya, demikian pula aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat,
motivasi, minat dan sebagainya. 31
Menurut Muhibin Syah, belajar adalah kegiatan yang berproses
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidika itu sangat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.32
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (learning is devined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan.33
Menurut teori konstruktivisme, jika dipandang dari pendekatan
kognitif, belajar hanya sebagai perolehan informasi yang terjadi secara

29
M. Ngalim Purwanto, Psikologi, h. 101
30
Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada
Press), h. 120
31
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.
49
32
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2003. H. 89
33
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 27
28

satu arah dari luar ke dalam diri siswa, tetapi merupakan pemberian makna
oleh siswa terhadap pengalamannya melalui proses asimilasi dan
akomodasi.34
Dari beberapa definisi mengenai belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses usaha dan perbuatan yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku akibat
pengalaman yang didapat melalui pengalaman, pendengaran, membaca,
dan meniru. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh
perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh pengalaman baru dalam
hidupnya.
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan tingkah laku, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, dan daya pikirnya. Selain itu seseorang yang melakukan
aktivitas belajar akan terjadi perubahan yang bersentuhan dengan aspek
yang mempengaruhi tingkah laku.
Beberapa ahli mencoba mengkategorikan jenis-jenis belajar yang
dikenal dengan taksonomi belajar, salah satu yang terkenal adalah
taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom (Taksonomi Bloom).
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama tujuan
umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya suatu program
diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang
dimaksud dengan taksonomi disini ialah berhasilnya pendidikan dalam
bentuk tingkah laku. Ada tiga macam tingkah laku yang dikenal umum,
yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga, tujuan yang lebih jelas
dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris menganggap bahwa
taksonomi yang dikemukakan Bloom adalah sangat bersifat mental.35

34
C Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h.58
35
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 115
29

b. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan realisasi penekanan dari kecakapan atau
kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang
dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. 36
Tenaga pendidik yang professional seyogianya melihat hasil
belajar siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan
menyeluruh. Seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya
ditandai dengan munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang
positif, yang diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap
dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif
(merusak).37
Penilaian hasil belajar siswa yang diberikan oleh guru sebenarnya
tidak hanya menilai hasil usaha siswanya saja tetapi juga menilai hasil
usaha guru itu sendiri, menilai hasil belajar siswa berfungsi untuk
membantu guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu mata pelajaran,
mengetahui status anak dalam kelas, membantu guru dalam usaha
memperbaiki metode belajar mengajar. Selain bagi guru kegunaan hasil
belajar bagi administrator adalah untuk memberii laporan kemajuan siswa
kepada orang tua, memberi ikhtisar mengenai hasil usaha yang dilakukan
oleh suatu lembaga pendidikan.38
Hasil belajar bidang kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman,
menerapkan, menganalisis, mengorganisasi, dan menilai. Sedangkan
bidang afektif mencakup sikap menerima, memberiikan respon, nilai
organisasi, dan karakterisasi. Bidang psikomotorik nampak dalam bentuk
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial, dan intelektual.
Hasil belajar biologi dapat dicapai oleh siswa dalam memahami konsep-

36
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2007), h. 101-103
37
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan, h. 96
38
Sukmadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 299-302
30

konsep biologi untuk memecahkan masalah-masalah biologi yang


berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang
melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-
informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan
penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman
dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar
maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui
menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.
Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari
hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan
mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.
Gagne dan Bloom menyatakan bahwa terdapat tiga dimensi hasil
belajar yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimensi kognitif
adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dn
memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif,
sintesis, dan pengetahuan evaluatif. Dimensi afektif adalah kemampuan
yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Sedangkan
dimensi psikomotor adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan motorik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap,
informasi, dan strategi kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah
berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana pembelajaran.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:39
1. Faktor internal

39
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan, h. 132-139
31

Faktor ini berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua
aspek, yaitu: (1) aspek fisiologis (bersifat jasmaniah), (2) aspek
psikologis (bersifat rohaniah).
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran di kelas. Kondisi organ tubuh yang
kurang fit dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajari kurang atau tidak berbekas.
Kondisi organ-organ khusus siswa seperti indera pendengar
dan indera penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang didapat di kelas.
Untuk itu dibutuhkan pola hidup yang sehat dan teratur agar
tercipta kelancaran dalam proses kegiatan belajar.
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa diantaranya adalah:
1) Inteligensi siswa
Pada umunya inteligensi diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi (IQ)
sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (resposen
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Seorang guru dituntut terlebih dahulu menunjukkan sikap
positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran
32

yang akan disampaikan. Dalam hal bersikap positif terhadap


mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk
senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Jadi seorang
guru tidak hanya menguasai mata pelajaran saja tetapi juga
mampu meyakinkan siswa manfaat pelajaran dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Bakat siswa
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang.
4) Minat siswa
Minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa.
5) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia
maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Menurut Gleitmen dan Reber dalam Muhibin Syah, motivasi
berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni; faktor
lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan yang dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa, yang termasuk lingkungan
sosial siswa yaitu sekolah, masyarakat, tetangga, dan teman
sepermainan di lingkungan sekitar tempat tinggal siswa.
b. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa
33

dan letaknya, peralatan belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar


siswa. Hal ini turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran. Strategi dalam hal ini merupakan
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar. Faktor ini
juga dapat mempengaruhi taraf keberhasilan proses pembelajaran
siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Nurlaila, dengan judul Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap
Retensi Siswa SMA Kelas X pada Pembelajaran Konsep Jamur. Kesimpulan
dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa skor rata-rata retensi
kelompok eksperimen sebesar 94 % lebih tinggi daripada kelompok kontrol
sebesar 89%. Hasil tersebut menunjukan bahwa Mind Map memiliki pengaruh
yang positif terhadap retensi siswa. 40
Taopik Hidayat, dengan judul Korelasi antara Kemampuan Membaca
Kritis Teks Biologi Melalui Mind Map Dengan Hasil Belajar Siswa pada
Konsep Sistem Saraf. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,87, hubungan kedua variable tersebut
signifikan karena thitung >ttabel. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara kemampuan membaca kritis melalui Mind Map dengan
hasil belajar siswa pada konsep sistem saraf.41
Lies Lisnawati, dengan judul Implementasi Mind Maping dalam
pembelajaran sub konsep sistem reproduksi manusia di SMA. Kesimpulan

40
Nurlaila, Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap Retensi Siswa SMA Kelas X
pada Pembelajaran Konsep Jamur, Skripsi pendidikan MIPA-UPI Bandung, 2008, h. 54
41
Taopik Hidayat, Korelasi antara Kemampuan Membaca Kritis Teks Biologi
Melalui Mind Map Dengan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Saraf, Skripsi pendidikan
MIPA-UPI Bandung, 2008, h. 58
34

dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Mind Mapping dapat


meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi pada
manusia. Hasil belajar siswa yang meningkat meliputi penguasaan konsep dan
Mind Mapping I dan II.42
Ida Bagus Putu Arnyana, dengan judul Pengembangan peta pikiran
untuk peningkatan kecakapan berpikir kreatif siswa.Kesimpulan dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa peta pikiran dapat melatih siswa untuk
berpikir kreatif, yang meliputi: (1) menghasilkan sesuatu yang berbeda dari
yang lain, (2) menghasilkan gagasan yang tidak terbatas atau menghasilkan
banyak ide, (3) mampu berpikir dari yang umum ke hal-hal yang lebih detail.
(4) mampu menilai karya sendiri sehingga ingin selalu memperbaikinya, dan
(5) melihat permasalahan dari berbagai aspek. 43
Noor Zurina bt. Kassim dkk, dengan judul penggunaan peta minda dan
gambar rajah dalam meningkatkan Keberkesanan pelajar menjawab soalan
esei bagi topik molecules of life dan Biocatalysis. kesimpulan dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan peta pikiran dan gambar
rajah menunjukkan adanya perubahan dalam pencapaian dan penguasaan
kemahiran pelajar dalam menjawab soal esei biologi.44
Alma Mueller dkk, dengan judul Joining mind mapping and care
planning to enhance student critical thinking and achieve holistic nursing
care. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah Mind Mapping
memungkinkan siswa untuk memahami materi dibandingkan dengan
menyalinnya dari buku.45

42
Lies Lisnawati, Implementasi Mind Maping dalam Pembelajaran Sub Konsep
Sistem Reproduksi Manusia di SMA, Skripsi pendidikan MIPA-UPI Bandung, 2006, h. 58
43
Ida Bagus Putu Arnyana, Pengembangan Peta Pikiran Untuk Peningkatan
kecakapan Berpikir Kreatif Siswa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH
XXXX Juli 2007, h. 681
44
Noor Zurina bt. Kassim dkk, Penggunaan Peta Minda dan Gambar Rajah Dalam
Meningkatkan Keberkesanan Pelajar Menjawab Soalan Esei Bagi Topik Molecules of Life
dan Biocatalysis, Unit Biologi Kolej Matrikulasi Perak, 2007, h. 10
45
Alma Mueller, et al. Joining Mind Mapping and Care Planning to Enhance student
critical thingking and Achieve Holistic Nursing Care, Nursing diagnosis volume 13, No.1,
January-March, 2002, h. 27
35

John W. Budd, dengan judul Mind Maps as Classroom Exercises.


Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah tugas Mind Maps dapat
mendorong siswa untuk aktif dalam belajar, memungkinkan siswa bekerja
sama dalam kelompok dan meningkatkan kerjasama diantara siswa, dan
memungkinkan munculnya bakat dan cara belajar yang baru.46

C. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang
bertujuan untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap sehingga
dapat mengubah perilaku seseorang secara bertahap. Biologi merupakan salah
satu pelajaran sains yang banyak menggunakan sains sebagai konten, maka
biologi berisikan konsep-konsep yang telah ada yang menuntut siswa untuk
hapal dan paham. Dalam belajar biologi siswa lebih dituntut aktif salah
satunya dengan membaca dan memahami konsep. Oleh karena itu dibutuhkan
suasana belajar yang bersifat student centred.
Namun sistem pembelajaran yang berjalan saat ini masih banyak yang
bersifat teacher centred dan , sehingga belum mendukung untuk menjadikan
siswa aktif dan memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Guru biologi masih banyak yang mengajar dengan asumsi
bahwa pengetahuan ditransfer sebanyak mungkin kepada siswa tanpa
memperhatikan sejauh mana siswa memahami konsep yang dipelajari.
Guru memegang peranan penting dalam proses pelaksanaan
pembelajaran di kelas, guru berperan sebagai fasilitator, organisator, motivator
dan model bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam hal ini semua faktor berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Semua itu sangat menentukan keberhasilan siswa sebagai hasil dari proses
pembelajaran di kelas.
Keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh pemilihan dan
penerapan metode dan strategi yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran di
46
John W. Budd, Mind Maps as Classroom Exercises, Industrial Relations Landgrant
Term Professor Industrial Relations Center University of Minnesota, Avenue South
Minneapolis, 2003, h. 12
36

kelas. Hal ini akan membantu guru dalam mengelola situasi kegiatan belajar
mengajar di kelas. Oleh karena itu, guru dituntut agar mampu menerapkan
metode dengan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.
Pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan
teknik Mind Mapping menuntut siswa agar aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme memfokuskan secara eksklusif
pada proses dimana siswa secara individual aktif mengkonstruksi realitas
biologi mereka sendiri. Sedangkan teknik Mind Mapping dapat menuntut
siswa agar kreatif dalam membuat catatan materi pelajaran, sehingga catatan
tersebut dapat membantu siswa dalam memahami materi biologi. Selain itu,
pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping diharapkan mampu
menjadikan siswa sebagai subjek belajar dan guru berperan sebagai fasilitator,
organisator dan motivator bagi siswa. Dengan demikian diduga bahwa
pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di berikut ini:
37

Pembelajaran yang masih Pembelajaran langsung


bersifat teacher centred yang menekankan pada
pemberian informasi

Siswa mengalami
kesulitan memahami
suatu konsep

Hasil belajar biologi


yang rendah

Penerapan pendekatan
konstruktivisme dengan
teknik Mind Mapping

Siswa membuat catatan


dengan memetakan ide
pikiran materi secara
kreatif

Hasil belajar meningkat

Gambar 2.5 Bagan kerangka piker

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut: Terdapat pengaruh pendekatan
konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi
siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2010/2011, pada bulan Agustus-September 2010. Penelitian ini dilaksanakan
di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor yang berlokasi di jalan Padjadjaran
No. 6 Kota Bogor Jawa Barat.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen atau eksperimen semu, yaitu metode penelitian yang menguji
hipotesis berbentuk sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji
perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut. Karena berbagai hal
yang berkenaan dengan pengontrolan variable, sehingga sulit digunakan
eksperimen murni. 1
Sampel dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
diberikan treatment (perlakuan khusus) berupa pembelajaran menggunakan
pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping. Sedangkan pada
kelompok kontrol, Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme. Desain penelitian yang digunakan adalah Desain
Kelompok Kontrol Prates-Pascates (Pretest-Posttest Kontrol Group Design).
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:2

Kelompok Pretes Perlakuan Postes


R1 O1 X O2
R2 O3 - O4

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2007), h. 207
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), h. 76

38
39

Keterangan:
R1 = Kelompok Eksperimen
R2 = Kelompok Kontrol
X = Perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan
teknik Mind Mapping
O1 = Pretes
O2 = Postes
O3 = Pretes
O4 = Postes
Dalam desain ini, kedua kelompok diberi tes awal (pretes) dengan tes
yang sama. Tes ini diberikan pada awal pembelajaran untuk mengukur
seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan
dipelajari. Kemudian kelompok A sebagai kelompok eksperimen diberi
perlakuan khusus, sedangkan kelompok B diberi perlakuan seperti biasanya.
Setelah beberapa saat, kedua kelompok di tes dengan tes yang sama sebagai
tes akhir (postes). Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran untuk mengukur
penguasaan kompetensi tertentu seperti yang dirumuskan dalam indikator
hasil belajar.3 Hasil kedua tes akhir diperbandingkan (diuji perbedaannya).
Perbedaan yang berarti (signifikan) antara kedua hasil tes akhir (postes) pada
kelompok eksperimen menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

C. Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi target penelitian adalah
seluruh siswa di MAN 2 Kota Bogor, sedangkan yang menjadi populasi
terjangkaunya adalah siswa kelas X. Dalam pengambilan sampel, Peneliti
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih subjek bukan
berdasarkan strata, random atau daerah tetapi berdasarkan adanya tujuan
tertentu.4 Pemilihan sampel berdasarkan tujuan peneliti dengan cara melihat
nilai rata-rata hasil pretes.

3
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2008), h. 236
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 139-140
40

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes
(objektif) dan nontes (lembar observasi dan rubric assessment). Dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data


Sumber Jenis data Teknik Instrumen
data pengumpulan penelitian
data
Siswa Hasil belajar Melaksanakan Butir soal pilihan
siswa sebelum pretes dan postes ganda
dan sesudah
dilakukan
perlakuan
dengan
pendekatan
konstruktivisme
dengan teknik
Mind Mapping
Siswa Hasil Mengamati Lembar observasi
pengamatan melalui lembar
aktivitas siswa observasi
pada saat proses
pembelajaran
Siswa Mind Mapping Rubric assessment

E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam
yaitu, tes hasil belajar, observasi interaksi pembelajaran di kelas dan rubric
assessment. Tes hasil belajar diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep dalam topik yang diajarkan. Observasi interaksi
pembelajaran dilakukan untuk melihat kuantitas interaksi yang terjadi antara
guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan rubric
assessment diberikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat
Mind Mapping.
Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes objektif
berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan, yaitu; a, b, c, d, dan e sebanyak
41

25 soal. Instrumen ini mengukur aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2),


aplikasi (C3), dan analisis (C4). Sebelum instrumen digunakan, terlebih
dahulu diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya bedanya sehingga instrument yang dipakai telah layak
untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun kisi-kisi instrumen tes kognitif
pada konsep virus dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar


Kompetensi Indikator Tingkat pengetahuan dan Jumlah
dasar nomor butir Soal
C1 C2 C3 C4
2.1 Mengidentifi 1, 2, 3 4
Mendeskripsika kasi ciri-ciri 4
n ciri-ciri virus
replikasi dan Mendeskripsi 6, 7 5, 8 4
peran virus kan habitat
dalam virus
kehidupan Mendeskripsi 11, 9 10 4
kan 12
klasifikasi
virus
Mendeskripsi 13, 15, 17, 7
kan sistem 14, 16 19
reproduksi 18
virus
Mendeskripsi 20, 3
kan peranan 21,
virus dalam 22
kehidupan
Mendeskripsi 23 24, 3
kan manfaat 25
virus dalam
kehidupan
Jumlah 14 6 3 2 25

F. Kalibrasi Instrumen Tes


Dalam hal ini, tes yang diberikan sebelumnya telah memenuhi dua hal,
yakni ketepatannya (validitas) dan keajegan (realibilitas).
42

1. Validitas
Validitas adalah ketetapan alat penilaian pada suatu konsep yang akan
dinilai sehingga menilai sesuai dengan keharusan mana yang harus dinilai.
Validitas suatu tes dikatakan valid apabila tes itu mengukur apa yang hendak
diukur.5
6
Untuk menguji validitas digunakan rumus poin biserial ( pbi).

pbi =

dimana:
pbi = Koefisien korelasi biserial
= rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya
= Rerata skor total
= Standar deviasi dari skor total
= Proporsi siswa yang menjawab benar
= Proporsi siswa yang menjawab salah

Secara empirik, tinggi rendahnya validitas ditunjukkan oleh suatu


angka yang disebut koefisien validitas. 7
Dengan besar koefisien korelasi sebagai berikut:8
1) Antara 0,8 sampai dengan 1,0 = sangat tinggi
2) Antara 0,6 sampai dengan 0,8 = tinggi
3) Antara 0,4 sampai dengan 0,6 = cukup
4) Antara 0,2 sampai dengan 0,4 = rendah
5) Antara 0,0 sampai dengan 0,2 = sangat rendah

Untuk mengukur keabsahan tes kognitif dilakukan dengan


menggunakan program ANATES.
Berdasarkan hasil perhitungan ANATES, dari 40 butir soal yang diuji
cobakan terdapat 25 butir soal yang valid.

5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 65
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, h. 72
7
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), cet 1, h. 105
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, h. 75
43

2. Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Untuk uji reliabilitas ini digunakan rumus
K-R 20 sebagai berikut:

R11=
Keterangan:
R11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
s = Standar deviasi dari tes

Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu


angka yang disebut koefisien reliabilitas, berkisar antara 0 sampai 1.9
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan program ANATES.
Berdasarkan hasil perhitungan ANATES, diperoleh nilai reliabilitas soal yaitu
0,77 yang termasuk dalam kategori tinggi.10
3. Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah,
sedang atau sukar, digunakan rumus sebagai berikut:11
P=

Keterangan:
P : Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh peserta tes

Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh,


maka soal tersebut termasuk kategori sukar. Sebaliknya semakin besar indeks
yang diperoleh, maka soal tersebut termasuk kategori mudah.
Adapun kriteria indeks tingkat kesulitan soal tersebut adalah:12
1. Proporsi 0,00-0,30 : soal kategori sukar
2. Proporsi 0,30-0,70 : soal kategori sedang
9
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis, h. 105
10
Lampiran 3, h. 88
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, h. 208
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, h. 210
44

3. Proporsi 0,70-1,00 : soal kategori mudah

Dalam penelitian ini, tingkat kesukaran untuk masing-masing butir


soal dihitung dengan menggunakan program ANATES.
4. Daya Pembeda
Pengujian daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
soal, dalam membedakan siswa pandai dengan yang kurang pandai. Rumus
yang digunakan adalah:13
D= =

Keterangan:
D : Daya pembeda
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya peserta tes kelompok atas
JB : Banyaknya peserta tes kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:14
1. Daya beda : 0,00-0,20 : Jelek (poor)
2. Daya beda : 0,20-0,40 : Cukup (satisfactory)
3. Daya beda : 0,40-0,70 : Baik (good)
4. Daya beda : 0,70-1,00 : Baik sekali (excellent)

Dari hasil pengujian daya pembeda soal, maka soal yang dapat dipakai
sebagai instrumen penelitian adalah soal dengan daya pembeda 0,20 ke atas,
dengan klasifikasi minimal cukup.
Dalam penelitian ini, daya beda untuk masing-masing butir soal
dihitung dengan menggunakan program ANATES.

G. Teknik Analisis Data


1. Analisis Data Kuantitatif
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis, yaitu uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji

13
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, h. 213-214
14
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, h. 218
45

homogenitas varians menggunakan Uji Fisher. Kemudian untuk pengujian


hipotesis data dianalisis dengan Uji-t.
Teknik analisis data yang digunakan oleh Peneliti adalah teknik
analisis dengan uji kesamaan dua rata-rata populasi dengan menggunakan Uji-
t. Sebelum melakukan Uji-t, terlebih dahulu harus dilakukan uji pemenuhan
asumsi Uji-t (uji persyaratan analisis untuk Uji-t). Uji persyaratan analisis
untuk Uji-t ada dua yaitu, kedua populasi berdistribusi normal (uji
normalitas); dan kedua populasi memiliki varians yang sama (uji
homogenitas).
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu disusun kedalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, yaitu penyusunan sistematis dari pengukuran individual
dari nilai yang tinggi ke rendah. Tabel distribusi frekuensi ini dapat dilihat
bentuk distribusinya, yaitu apakah nilai atau skor yang diperoleh terbagi
secara merata ataukah cenderung berkelompok, dimana pengelompokkan
terjadi dalam distribusi frekuensi tersebut.
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan uji persyaratan analisis
yaitu: uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, Gain menunjukan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Rumus uji normal gain
yaitu.15

g=

dengan kategorisasi perolehan sebagai berikut:16


g tinggi: nilai ( )>0,70
g sedang: nilai 0,70> ( ) >0,3
g rendah: nilai ( ): <0,3

15
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian, Science Education Research,
2008, h. 52
16
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Score, of Physics, Indiana University
24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA, h. 1
46

b. Uji normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran
data berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas
digunakan uji Liliefors, dengan langkah-langkah sebagai berikut:17
1. Kolom Xi
Data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar
2. Kolom Zi
Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:

Zi=
Keterangan:
Zi = Skor baku
= Mean
= Skor data
= Simpangan baku
3. Kolom Zt
Nilai Zt dikonsultasikan pada Ftabel, misalnya mencari -2,7167 maka
pada tabel dilihat baris ke 2,7 kolom 2 maka diperoleh Zt = 0,4967
4. Kolom F (Zi)
Jika Zi bernilai negative, maka F (Zi) = 0,5 Zt
Jika Zt bernilai positif, maka F (Zi) = 0,5 + Zt
5. Kolom S (Zi)
S (Zi) =

6. Kolom |F(Zi) S(Zi)|


Merupakan harga mutlak dari selisih antara F (Zi) dan S (Zi).
7. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisish
tersebut untuk mendapatkan Lo.
Ho = Sebaran data mengikuti distribusi normal
Ha = Sebaran data tidak mengikuti distribusi normal
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.

17
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), 466-467
47

c. Uji homogenitas
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas
dua varians atau uji fisher. Pengujian homogenitas dilakukan untuk
mengetahui sama atau tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi.
Rumus uji homogenitas yang digunakan adalah uji fisher, dengan
rumus:18

Fhitung=

Keterangan:
F = Homogenitas
2
S1 = Varians terbesar atau data pertama
2
S2 = Varians terkecil atau data kedua
Dengan derajat kebebasan (db)
db = 1
Kriteria pengujian jika
Fhitung <Ftabel maka Ho diterima
Fhitung >Ftabel maka Ho ditolak
d. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji normalitas, data berdistribusi normal dan
berdasarkan uji homogenitas, data berdistribusi homogen, maka untuk
melihat perbedaan hasil tes siswa dari kelompok eksperimen dan
kontrol dapat digunakan uji parametrik, yaitu uji-t. langkah-langkah
untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:19
to =


1. Mencari mean yaitu M=
( )
2. Mencari Standar Deviasi (SD), yaitu SD= ( )

18
Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung: IKIP
Bandung Press, 1998), h. 295
19
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1987), h. 314-316
48

3. Mencari Standar Error Mean (SEM), yaitu SEM1=



SEM2=

4. Mencari Standar Error dari perbedaan mean (SEM1-M2) antar


variabel, yaitu:
SEM1M2= +

5. Mencari t atau to, yaitu to =


Keterangan:
to = t hasil perhitungan
M1 = Mean kelompok eksperimen
M2 = Mean kelompok kontrol
SD1 = Simpangan baku kelompok eksperimen
SD2 = Simpangan baku kelompok kontrol
N1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen
N2 = Jumlah sampel kelompok kontrol
SEM1 = Standar error mean sampel kelompok eksperimen
SEM2 = Standar error mean sampel kelompok kontrol
SEM1M2 = Standar error mean gabungan

2. Analisis Data Kualitatif


a. Analisis Rubric assessment Mind Mapping
Untuk menilai hasil Mind Mapping siswa digunakan rubric
assessment dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Hasil Mind
Mapping siswa pada pertemuan pertama dan kedua diberi penilaian
dengan menggunakan rubric assessment. Adapun rubric assessment
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3.
Table 3.3 Rubric assessment Mind Mapping
Kriteria Poin Komentar
A. Mind Map
Struktur (S) 3 Baik
Hubungan dengan ide (R) 3 Baik
Komunikasi (C) 3 Baik
Eksplorasi (E) 3 Baik
B. Teks
Komunikasi (C) 3 Baik
Hubungan dengan ide (R) 3 Baik
C. Lainnya
Relevansi artikel yang dipilih Baik
1
(bila menggunakan sumber lain)
Tugas lengkap pada waktunya 1 Baik
Jumlah 20
49

Rubric assessment Mind Mapping meliputi 3 bagian, yaitu (a)


Mind Map, meliputi 4 aspek yakni struktur (structure), hubungan dengan
ide (relationships), komunikasi (communication), eksplorasi (exploratory),
(b) Teks meliputi 2 aspek penilaian yaitu komunikasi (communication)
dan hubungan dengan ide (relationships), dan (c) lainnya meliputi 2 aspek
penilaian yaitu, relevansi artikel yang dipilih (article chosen is relevant),
dan tugas dikumpulkan tepat waktu (assignment was completed on time).20
Adapun kriteria penilaian untuk setiap aspek yang diadopsi dari
University of Minessota and Marieke van Dijk dapat dilihat pada tabel 3.4
di bawah ini.

Tabel 3.4 Kriteria Rubric Assessment


Baik Cukup Rendah
Kriteria
(3 poin) (2 poin) (1 poin)
Struktur (S) Struktur non linear Struktur non Struktur non linear
yang dilengkapi linear dengan yang menunjukkan
dengan gambar gambar yang beberapa hubungan
yang menjelaskan menjelaskan ide ide
ide secara lengkap
Hubungan dengan Relatif pentingnya Relatif pentingnya Pentingnya ide
ide (Relationship) ide dan hubungan ide dan hubungan jelas tapi tidak
dipetakan dengan dipetakan khusus, hubungan
sangat efektif jelas tapi tidak
cukup
Eksplorasi (E) Peta menunjukkan Peta menunjukkan Peta menunjukkan
pemikiran efektif pemikiran tertentu beberapa pemikiran
antara makna antara makna ide. antara makna
dengan ide, tema, Tema, dan dengan ide, tema,
dan kerangka kerangka dan kerangka
Komunikasi (K) Informasi Informasi Informasi
dituangkan dengan diruangkan dituangkan dan
jelas dan dalam dengan jelas dan beberapa
tingkatan dalam tingkatan pemahaman dapat
pemahaman yang pemahaman dasar diperoleh
baik

Kriteria rubric assessment untuk setiap aspek yang tertera pada


tabel 3.4 diberi poin maksimal 3 dan minimal 1 poin.

20
University of Minnesota and Marieke van Dijk, Published by the digital media
center (DMC), diakses pada 06 Juni 2010 di mc@umn.edu.
50

b. Hasil Observasi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan
menggunakan analisis data deskriptif. Analisis data deskriptif yaitu data
yang diperoleh dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk deskripsi.

H. Hipotesis Statistik
Ho: A = B
H1 : A > B

Keterangan:

H0 :Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok


eksperimen dan kontrol
H1 :Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok eksperimen
dan kontrol
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Data hasil belajar biologi siswa berdasarkan pada tujuan yang telah
dirumuskan meliputi data nilai pretes dan postes dari dua kelompok yang
berbeda. Kelompok eksperimen dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping sebanyak 33 siswa
dan kelompok kontrol menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan
diskusi sebanyak 37 siswa.
Sebelumnya Kedua kelompok tersebut diberikan pretes dan postes.
Instrumen tes yang digunakan sebelumnya telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Sehingga instrumen tes tersebut telah layak digunakan untuk
mengukur pemahaman siswa. Hasil belajar siswa dianalisis untuk mengetahui
adanya pengaruh pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping
terhadap hasil belajar biologi siswa.

1. Data Hasil Pretes


a. Data Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil
pretes pada kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh data seperti yang
disajikan dalam tabel berikut ini.

51
52

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kelompok Kontrol dan


Eksperimen
Nilai Kontrol Eksperimen

Tertinggi 52 52
Terendah 16 16
Rata-rata 35,04 35,41
Median 34,10 36,50
Modus 30,50 47,30
Standar deviasi 10,89 11,56
Variansi 118,80 133,77

Dari hasil tersebut, diketahui bahwa rata-rata nilai pretes pada


kelompok eksperimen adalah 35,41 dan standar deviasi 11,56.1 Sedangkan
rata-rata nilai pretes pada kelompok kontrol adalah 35,04 dan standar
deviasi 10,89.2

2. Hasil Uji Data Postes


a. Data Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil
postes pada kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh data seperti yang
disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Hasil Postes Kelompok Kontrol dan


Eksperimen
Nilai Kontrol Eksperimen

Tertinggi 80 96
Terendah 36 56
Rata-rata 62,65 81,27
Median 64,8 82,00
Modus 72,1 86,12
Standar deviasi 11,23 8,83
Variansi 126,23 77,91

1
Lampiran 11, h. 120
2
Lampiran 12, h. 125
53

Dari hasil tersebut, diketahui bahwa rata-rata nilai postes pada


kelompok eksperimen adalah 81,27 standar deviasi 8,83. Sedangkan rata-
rata nilai postes pada kelompok kontrol adalah 62,65 dan standar deviasi
11,23.

3. Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes. Gain
menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa
setelah pembelajaran dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil perhitungan N-Gain diperoleh skor N-Gain pada
kelompok kontrol dan eksperimen sebagai berikut:3

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Normal Gain


Normal Gain Kontrol Eksperimen
Terendah 0.4737 0.4762
Tertinggi 0.6842 0.9231
Rata-rata 0.5883 0.6968
Kategori Sedang Sedang

Dari tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata N-gain kelompok


eksperimen sebesar 0,6968, standar deviasi 0,0812, dan varians 0,0066.
Hal ini menunjukan besarnya peningkatan penguasaan konsep siswa
secara langsung tampak dari rata-rata nilai N-gain sebesar 0,6968 yang
termasuk kategori sedang. 4 Sedangkan nilai rata-rata N-gain kelompok
kontrol sebesar 0,5883, standar deviasi 0,0557, dan varians 0,0031. Hal ini
menunjukan besarnya peningkatan penguasaan konsep siswa secara
langsung tampak dari rata-rata nilai N-gain sebesar 0,5883 yang termasuk
kategori sedang. 5

3
Lampiran 16, h 135 dan lampiran 18, h. 137
4
Lampiran 15, h. 134
5
Lampiran 17, h. 136
54

4. Pengujian Prasyarat Analisis Data


Sebelum dilaksanakan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu
dilaksanakan pengujian prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Lilliefors.
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas pretes dan postes
pada kelompok eksperimen diperoleh Lhitung (Lo) pretes sebesar 0.1419,
Lhitung (Lo) postes sebesar 0.1056,6 dan Lhitung (Lo) N gain sebesar 0.1482
dengan sampel sebesar 33 dan taraf signifikansi 0,05, maka Ltabel sebesar
0.1544.7 Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol


Data Eksperimen Kontrol
Statistik Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain
Lhitung 0.1419 0.1056 0.1482 0.1206 0.0900 0.1106
Ltabel 0,1544 0.1457
Kesimpulan Ho diterima Ho diterima

Dari tabel tersebut dapat diketahui L o pretes, postes dan N gain

Ltabel, maka hipotesis nol Ho diterima dengan demikian dapat


disimpulkan bahwa data sampel kelompok eksperimen berdistribusi
normal.
Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas pretes
dan postes pada kelompok kontrol dapat diketahui Lo pretes, postes dan

N gain Ltabel, maka hipotesis nol Ho diterima dengan demikian dapat

6
Lampiran 13, h. 131
7
Lampiran 16, h. 135
55

disimpulkan bahwa data sampel kelompok eksperimen berdistribusi


normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji F (Fisher).
Kriteria uji homogenitas adalah Ho ditolak jika Fhitung lebih besar dari Ftabel
dan jika F hitnug lebih kecil dari Ftabel maka Ho diterima. Dengan diterimanya
Ho berarti sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.
Data hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Perhitungan Uji Homogenitas


Kelompok Fhitung Ftabel Kesimpulan

Pretes 1,13 1,72


0,05 Ho diterima
Postes 1,62 1,76

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji


homogenitas data pretes pada kelompok kontrol dan eksperimen di dapat
Fhitung sebesar 1,13 dan Ftabel 1,72 artinya F hitung < Fhitung.8 Sedangkan Hasil
perhitungan uji homogenitas data postes pada kelompok kontrol dan
eksperimen di dapat Fhitung sebesar 1,62 dan Ftabel 1,76 artinya F hitung <

Fhitung.9 Hal ini menunjukkan bahwa pada taraf signifikan (5%)


Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui
bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Maka dari itu
pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Uji-t dilakukan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind
Mapping terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus. Uji ini

8
Lampiran 19, h. 138
9
Lampiran 20, h. 140
56

dilakukan dengan membandingkan pretes dan postes pada masing-masing


kelompok.
Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji-t disajikan dalam tabel
berikut.

Tabel 4. 6 Pengujian Hipotesis Nilai Postes dengan Uji-t


Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok Jumlah dk Thitung Ttabel Kesimpulan
Eksperimen NA=33
70 7,49 2,00 Ha diterima
Kontrol NB=37

Dari tabel tersebut diperoleh t hitung > ttabel, maka hipotesis nol (Ho)
ditolak.10 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Hal ini menjadi
indikasi bahwa pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping
berpengaruh terhadap hasil belajar Biologi pada konsep virus.

5. Data Hasil Observasi


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran terlihat bahwa proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan
sesuai dengan tahap-tahap pada pendekatan konstruktivisme.
Pada hasil observasi kegiatan guru, terlihat bahwa mengajar telah
melakukan tahapan dengan baik. Persentase pada pertemuan pertama
sebesar 100 %, pada pertemuan kedua sebesar 100 %. Pada pertemuan
pertama dan kedua guru mengawasi proses pembelajaran dengan
menggunakan teknik Mind Mapping. Selain itu guru menjawab
pertanyaan siswa jika ada hal yang kurang dimengerti selama proses
pembuatan Mind Mapping. Hal ini dilakukan agar siswa mampu membuat

10
Lampiran 22, h. 144
57

Mind Mapping sesuai dengan langkah-langkah pembuatan Mind Mapping


yang baik.
Pada hasil observasi kegiatan siswa, persentase pada pertemuan
pertama dan kedua sebesar 100 % siswa telah melakukan tahapan
pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping dengan baik,
hal ini terlihat dengan berjalannya proses pembuatan Mind Mapping
dengan baik. Hasil lembar observasi dapat dilihat pada lampiran.11

6. Skor Mind Mapping Kelompok Eksperimen


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
dengan teknik Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa
digunakan penilaian rubrik (rubric assessment) yang berfungsi sebagai
acuan penilaian hasil Mind Mapping siswa. Siswa dituntut untuk belajar
secara aktif dan menemukan sendiri apa yang akan dipelajari. Dalam
proses pembelajaran dengan teknik Mind mapping, siswa membangun
pengetahuannya sendiri atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
Penilaian rubrik dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir.
Dari hasil Mind Mapping buatan siswa pada pertemuan pertama
skor Mind Mapping tertinggi yaitu 16, skor terendah yaitu 11 dan rata-rata
skor yaitu 13,06. Sedangkan pada pertemuan kedua skor Mind Mapping
tertinggi yaitu 20, skor terendah yaitu 11 dan rata-rata skor yaitu 13,88.12
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Skor Mind Mapping


Skor Mind Mind Mapping
Mapping 1 2
Tertinggi 16 20
Terendah 11 11
Rata-rata 13 14

11
Lampiran 8, h. 114
12
Lampiran 23, h. 146
58

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa skor Mind Mapping


hasil buatan siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada rata-
rata skor Mind Mapping 1 dan 2 yang mengalami peningkatan dari 13
menjadi 14.
Adapun kategorisasi skor Mind Mapping berdasarkan standar lima
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 8 Kategorisasi Skor Mind Mapping


Skor Kategori Frekuensi
M1 M2
16-20 Sangat baik 2 3
14-15 Baik 5 18
12-13 Cukup 25 10
11 Kurang 1 2
< 11 Sangat kurang 0 0
Jumlah 33 33

Keterangan:
M1: Mind Mapping pertemuan pertama
M2: Mind Mapping pertemuan kedua

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa skor Mind Mapping hasil


buatan siswa pada pertemuan pertama didominasi pada rentang skor 12-13
yang termasuk kedalam kategori cukup. Sedangkan pada pertemuan
kedua skor Mind Mapping didominasi pada rentang 14-15 yang kategori
baik. Hal ini menunjukan bahwa skor Mind Mapping siswa pada
pertemuan pertama dan kedua mangalami peningkatan dari kategori cukup
menjadi baik.

B. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap data pretes kelompok
eksperimen dan kontrol dengan menggunakan Uji-t menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen
dan kontrol. Artinya kelompok eksperimen dan kontrol memiliki kemampuan
59

awal yang sama. Setelah diterapkan pendekatan konstruktivisme dengan


teknik Mind Mapping pada kelompok eksperimen dan pendekatan
konstruktivisme dengan diskusi pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-
rata postes pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada nilai rata-rata
postes pada kelompok kontrol. Data hasil analisis disajikan dalam bentuk
histogram berikut ini:

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol


dan Eksperimen
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata kelompok eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (81,27 > 62,65). Hal ini
menunjukan bahwa kelompok eksperimen memperoleh hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap data postes kelompok
eksperimen dan kontrol dengan menggunakan Uji-t diketahui bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan
kontrol. Hal ini dibuktikan dengan thitung > ttabel (7,49 > 2,00). Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dalam penggunaan pendekatan
konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar Biologi
pada konsep virus. Hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih tinggi yaitu
sebesar 87,89 % sebanyak 29 siswa, sedangkan pada kelompok kontrol lebih
rendah yaitu sebesar 24,32 % sebanyak 9 siswa.
Sedangkan berdasarkan perhitungan N-gain rata-rata kelompok
eksperimen sebesar 0,6968 dan kelompok kontrol sebesar 0,5883. Hal ini
menunjukan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa termasuk kategori
60

sedang. Berdasarkan perhitungan skor Mind Mapping siswa pada pertemuan


pertama termasuk kategori cukup dengan rata-rata 13, kemudian meningkat
menjadi 14 pada pertemuan kedua yang termasuk kategori baik. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa setiap siswa telah membuat Mind Mapping
sesuai dengan langkah-langkah yang berlaku. Jika dihubungkan antara hasil
belajar biologi dengan hasil Mind Mapping dapat dikatakan bahwa hasil
belajar ada hubungannya dengan hasil Mind Mapping, hal ini terbukti dengan
rata-rata hasil belajar 81,27 yang tergolong tinggi dan Mind Mapping yang
tergolong kategori baik.
Hasil tersebut diperoleh karena dalam penerapan pendekatan
konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping dalam proses pembelajaran
guru selalu memberikan motivasi belajar siswa terhadap materi yang akan
dipelajari pada setiap awal pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan
apersepsi pada tahap awal berupa pertanyaan yang bersifat korelasional,
kontekstual dan menimbulkan rasa keingintahuan siswa terhadap materi yang
akan dipelajari. Selain itu, guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran
sehingga siswa mengetahui target yang harus dicapai.
Pada tahap eksplorasi siswa membuat catatan dengan teknik Mind
Mapping dari hand out yang sudah diberikan. Pada tahap ini semua siswa
melakukan kegiatan yang sama yaitu membuat catatan dengan teknik Mind
Mapping dan melakukan diskusi bersama kelompoknya. Selama tahap ini guru
menjadi fasilitator yakni menjawab pertanyaan siswa jika ada hal yang kurang
dimengerti, selain itu guru bertindak sebagai organisator yakni
mengkondisikan kelas dengan cara berkeliling ke setiap kelompok.
Selanjutnya pada tahap diskusi dan penjelasan konsep, setiap
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil Mind Mapping di depan kelas.
Selanjutnya pada tahap aplikasi, guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait
materi. Pada tahap ini siswa antusias menjawab pertanyaan dan menanggapi
jawaban dari temannya berdasarkan literatur dan argumen masing-masing
sehingga terjadi pertukaran informasi antara siswa yang satu dengan siswa
61

lainnya. Sedangkan guru menanggapi jawaban-jawaban dari siswa dan


mengarahkannya kepada jawaban yang benar.
Dalam proses pembelajaran biologi yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping menuntut siswa untuk berperan
aktif mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata, dan
mengaplikasikan serta mentransfer pengetahuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dari pada siswa
hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Hal ini dapat dilihat pada
hasil observasi selama proses pembelajaran konstruktivisme dengan teknik
Mind Mapping yang menunjukan bahwa siswa aktif dan mengikuti tahapan-
tahapan konstruktivisme dengan baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lies
Lisnawati yang menyatakan bahwa Mind Mapping dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia. Hasil belajar siswa
yang meningkat meliputi penguasaan konsep dan Mind Mapping I dan II.13
Sedangkan berdasarkan penelitian Alma Mueller dkk, menyatakan bahwa
Mind Mapping memungkinkan siswa untuk lebih memahami materi
dibandingkan dengan menyalinnya dari buku.14
Tony Buzan menyatakan bahwa Mind Mapping merupakan cara
mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harpiah akan memetakan pikiran-
pikiran kita.15 Bobbi De Porter juga mengungkapkan bahwa teknik mencatat
Mind Mapping dapat membantu dalam mengingat perkataan dan bacaan,
meningkatkan pemahaman terhadap materi, dan memberikan wawasan baru.16
Mind Mapping juga merupakan teknik mencatat kreatif yang memudahkan
dalam proses mengingat banyak informasi yang sesuai dengan cara kerja
kedua belahan otak.

13
Lies Lisnawati, Implementasi Mind Maping dalam Pembelajaran Sub Konsep
Sistem Reproduksi Manusia di SMA, Skripsi pendidikan MIPA-UPI Bandung, 2006, h. 58
14
Alma Mueller, et al. Joining Mind Mapping and Care Planning to Enhance
student critical thingking and Achieve Holistic Nursing Care, Nursing diagnosis volume 13,
No.1, January-March, 2002, h. 27
15
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.
4
16
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 1999), h. 175
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping pada konsep virus
dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, dapat diketahui
bahwa hasil belajar biologi siswa kelompok eksperimen (81,27) lebih tinggi
daripada hasil belajar biologi siswa kelompok kontrol (62,65). Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya t hitung > ttabel yaitu 7,49 > 2,00. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping berpengaruh terhadap hasil
belajar biologi siswa.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi sekolah dan pihak guru pada khususnya, hendaknya dalam mencatat
pelajaran menggunakan teknik Mind Mapping. Sebelum proses belajar
mengajar dimulai, hendaknya guru benar-benar harus memastikan bahwa
siswa tersebut sudah mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk membuat
catatan dengan Mind Mapping.
2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan
teknik Mind Mapping dapat dijadikan alternatif variasi dalam proses
pembelajaran, khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, sebaiknya sebelum melakukan
penelitian, pada kelas yang akan diterapkan penggunaan teknik Mind
Mapping dilakukan persiapan yang lebih matang, misalnya
mempersiapkan alat tulis berupa pensil warna dan kertas sebelum jam
pelajaran berlangsung dan memberikan arahan cara membuat Mind

62
63

Mapping yang baik sebelum penelitian dimulai, sehingga jam pelajaran


tidak terpotong.
3. Diharapkan ada penelitian mengenai hubungan antara hasil Mind Mapping
dengan hasil belajar dalam pembelajaran konstruktivisme.
64

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi


Aksara. 2006.

____________, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2006),

Buzan, Tony. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010.

____________, Use Your Head: Gunakan Kepala Anda. Batam: Interaksara.


2006.

Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.

Diknas. Undang-Undang Sisdiknas. dari www.inherent-


dikti.net/files/sisdiknas.pdf. 10 Januari 2010

Djoha. Aplikasi Real-time Buzan Mind Mapping. Indomindmap Learning Center


ILC. 2008. Applied RT-MM pdf. Tersedia di
http://www.paxhigh.com/doc/applied-rt-mm.pdf, diakses 03 Juni 2010.

Faruqi, Muhammad Iqbal. Penggunaan Graf dalam Mind-Mapping serta


Kegunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari. tersedia di
www.informatika.org/~rinaldi/Matdis/2008.../Makalah0809 031.pdf.
diakses pada 23 Februari 2010.

Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Score, of Physics, Indiana University


24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2001.

Hasbullah, Thabrany. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Grafindo Persada. 1995.

Hidayat, Taopik. Korelasi antara Kemampuan Membaca Kritis Teks Biologi


Melalui Mind Map Dengan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem
Saraf. Skripsi pendidikan MIPA-UPI Bandung. 2008.

L. Silberman, Malvin. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.


Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2009.

Lisnawati, Lies. Implementasi Mind Maping dalam Pembelajaran Sub Konsep


System Reproduksi Manusia di SMA. Skripsi pendidikan MIPA-UPI
Bandung. 2006.
65

Muijs, Daniel dan Reynolds, David. Effevtive Teaching: The Central Issues.
London: SAGE Publications Ltd. 2005.

Noor Zurina bt. Kassim dkk. Penggunaan Peta Minda dan Gambar Rajah Dalam
Meningkatkan Keberkesanan Pelajar Menjawab Soalan Esei Bagi
Topik Molecules of Life dan Biocatalysis. Unit Biologi Kolej
Matrikulasi Perak. 2007.

Nurlaila. Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap Retensi Siswa SMA Kelas X
pada Pembelajaran Konsep Jamur. Skripsi pendidikan MIPA-UPI
Bandung. 2008.

Olivia, Femi. Teknik Meringkas. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. 2008.

Porter, Bobbi De. dkk. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. 1999.

____________, Quantum Learning. Bandung: Kaifa. 1999.

Purwanto , M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.


2007.

Putu Arnyana, Ida Bagus. Pengembangan Peta Pikiran Untuk Peningkatan


kecakapan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
UNDIKSHA. No. 3 TH XXXX Juli 2007.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi


Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.

Ruseffendi. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP


Bandung Press. 1998

Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana. 2008.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka


Cipta. 2003.

Sofyan, Ahmad. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN


Jakarta Press. 2006. cet 1.

____________, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains. Seminar


Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 31 Mei 2007.
66

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 1987.

Sukmadinata , Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosda Karya. 2007.

___________, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda


Karya. 2007.

Suparno, Paul. Filsafat Konstruktivismeme dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Kanisius. 1997.

Suratno, Tatang. Peranan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran dan Pengajaran


Sains. Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 31 Mei 2007.

Suryabrata, Sukmadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


2005.

Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya. 2005.

University of Minnesota and Marieke van Dijk. Published by the digital media
center (DMC). diakses pada 06 Juni 2010 di mc@umn.edu.

Windura, Sutanto. Mind Map Langkah Demi Langkah. Jakarta: PT Elek Media
Kompitindo. 2010.

____________, Be an Absolute Genius. Jakarta: PT Elek Media Kompitindo.


2010.

Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. 1996.

Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada


Press. 2008.

Zulfiani. Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains


Dasar sebuah Antologi. Jakarta: PIC UIN. 2007.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................vi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................6
C. Pembatasan Masalah.........................................................................6
D. Perumusan Masalah ..........................................................................7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................7

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR,


DAN HIPOTESIS ................................................................................8
A. Deskripsi Teoretis .............................................................................8
1. Pendekatan Konstruktivisme .........................................................8
a. Pengertian Konstruktivisme .....................................................8
b. Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Konstruktivisme ...............10
c. Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivisme ...................................11
d. Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ......................12
e. Tujuan Pembelajaran Konstruktivisme .....................................13
f. Tahapan Pembelajaran Konstruktivisme ...................................13
2. Teknik Mencatat Mind Mapping ...................................................15
a. Pengertian Mind Mapping ........................................................15
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan Mind Mapping ............18
c. Implikasi Mind Mapping dalam Pembelajaran ..........................20
iii
d. Rubric Assessment Mind Mapping ............................................24
3. Hakikat Hasil Belajar ....................................................................26
a. Pengertian Belajar ....................................................................26
b. Pengertian Hasil Belajar ............................................................29
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ......................30
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..........................................................33
C. Kerangka Berpikir ...........................................................................35
D. Hipotesis Penelitian ..........................................................................37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................38


A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................38
B. Metode dan Desain Penelitian. ..........................................................38
C. Populasi dan Sampel.........................................................................39
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................40
E. Instrumen Penelitian ........................................................................40
F. Kaliberasi Instrumen Tes .................................................................41
1. Validitas .....................................................................................42
2. Reliabilitas ..................................................................................43
3. Tingkat kesukaran ......................................................................43
4. Daya pembeda.............................................................................44
G. Teknik Analisis Data ........................................................................44
1. Analisis Data Kuantitatif .............................................................44
a. Normal gain .........................................................................45
b. Uji normalitas ......................................................................46
c. Uji homogenitas ...................................................................47
d. Uji Hipotesis .......................................................................47
2. Analisis data kualitatif ................................................................48
a. Analisis Rubric Assessment Mind Mapping .........................48
b. Hasil Observasi ...................................................................50
H. Hipotesis Statistik .............................................................................50

iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................51
A. Deskripsi Data ..................................................................................51
1. Data Hasil Pretes ..........................................................................51
2. Hasil Uji Data Postes ....................................................................52
3. Normal Gain .................................................................................53
4. Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................................54
a. Uji normalitas data kelompok eksperimen dan kontrol .............54
b. Uji Homogenitas ......................................................................55
c. Uji Hipotesis ............................................................................55
5. Data Hasil Observasi ....................................................................56
6. Skor Mind Mapping Kelompok Eksperimen .................................57
B. Pembahasan . ....................................................................................58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................62


A. Kesimpulan .....................................................................................62
B. Saran ................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................64


LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................67

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Membangun Pengetahuan Ilmiah .......................................14


Gambar 2.2 Contoh Mind Mapping Buatan Peneliti .........................................19
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir .............................................................37
Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol dan
Eksperimen ....................................................................................59

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Assessment Rubric Tugas Mind Mapping ..........................................25


Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar ......................................................41
Table 3.3 Assessment Rubric Mind Mapping ....................................................49
Tabel 3.4 Kriteria Assessment Rubric ...............................................................49
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kelompok Kontrol dan Eksperimen... 52
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Hasil Postes Kelompok Kontrol dan Eksperimen ...52
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Normal Gain ........................................................53
Tabel 4.4 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...........................54
Tabel 4.5 Perhitungan Uji Homogenitas ...........................................................55
Tabel 4.6 Pengujian Hipotesis Nilai Postes dengan Uji-t Kelompok Eksperimen
dan Kontrol .......................................................................................................56
Tabel 4.7 Rekapitulasi Skor Mind Mapping ......................................................57
Tabel 4. 8 Kategorisasi Skor Mind Mapping .....................................................58

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Tes kognitif ....................................................................... 67


Lampiran 2 Kisi-kisi Soal Uji Kognitif .............................................................. 87
Lampiran 3 Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen ............................................ 88
Lampiran 4 Instrumen hasil Belajar ................................................................... 90
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 95
Lampiran 6 Hand Out 1 ..................................................................................... 105
Lampiran 7 Hand Out 1 ..................................................................................... 109
Lampiran 8 Lembar Observasi 1 ........................................................................ 114
Lampiran 9 Lembar Observasi 2 ........................................................................ 116
Lampiran 10 Hasil Observasi ............................................................................. 118
Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ......................................... 120
Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol................................................ 125
Lampiran 13 Uji Normalitas Kelas Eksperimen.................................................. 131
Lampiran 14 Uji Normalitas Kelas Kontrol ........................................................ 132
Lampiran 15 Persiapan Uji Normalitas N-gain Eksperimen ............................... 134
Lampiran 16 Uji Normalitas N-gain Eksperimen ................................................ 135
Lampiran 17 Persiapan Uji Normalitas N-gain Kontrol ...................................... 136
Lampiran 18 Uji Normalitas N-gain Kontrol ...................................................... 137
Lampiran 19 Persiapan Uji Homogenitas Pretes ................................................. 138
Lampiran 20 Persiapan Uji Homogenitas Postes................................................. 140
Lampiran 21 Uji Hipotesis Data Pretes ............................................................... 142
Lampiran 22 Uji Hipotesis Data Postes .............................................................. 144
Lampiran 23 Skor Mind Mapping ...................................................................... 146
Lampiran 24 Mind Mapping 1 Skor Tertinggi .................................................... 147
Lampiran 25 Mind Mapping 1 Skor Terendah .................................................... 149
Lampiran 26 Mind Mapping 2 Skor Tertinggi .................................................... 150
Lampiran 27 Mind Mapping 2 Skor Terendah .................................................... 151

viii
ix

Anda mungkin juga menyukai