PENDAHULUAN
DEFINISI
Kondisi berikut ini dapat mirip seperti KTS dan dapat dianggap sebagai
diagnosis banding: limfedema, malformasi limfatik, malformasi vena, malformasi
kapiler (dengan atau tanpa pertumbuhan yang berlebihan), malformasi kapiler difus
dengan pertumbuhan berlebihan (DCMO), hemihipertrofi, sindrom Parkes Weber,
lipedema, hemangioma infantil, hemangioendotelioma kaposiform dan
lipofibromatosis.
TUJUAN
Disini kami menuliskan gambaran klinis dari KTS dan memberikan pedoman
penatalaksanaan berdasarkan bukti terbaik yang tersedia. Pedoman ini bertujuan
untuk membantu dokter menangani pasien dengan KTS serta memperbaiki pelayanan
dengan menonjolkan berbagai aspek klinis dari sindrom yang langka ini dan
rekomendasi saat ini untuk tatalaksana lebih baik. Rekomendasi ini diurutkan
berdasarkan tipe dan anatomi area yang terlibat. Pedoman ini tidak bertujuan untuk
menjelaskan standar pelayanan ataupun diinterpretasikan sebagai alur tatalaksana
eksklusif.
REKOMENDASI UMUM
Terapi Awal
Rujukan
Karena kasus ini jarang dan kompleks, pasien dengan KTS harus dirujuk ke
pusat spesialistik yang berpengalaman dalam kasus anomali vaskular dan
pertumbuhan berlebihan yang kompleks untuk mengonfirmasi diagnosis, pengkajian
interdisipliner, penjelasan mengenai risiko dan komplikasi, tatalaksana selanjutnya
serta koordinasi pelayanan.
MRI
Pasien KTS dapat diuntungkan dari pemeriksaan MRI abdomen, pelvis, dan
ekstremitas inferior yang dilakukan saat periode infantil awal atau saat datang
pertama kali. Pemeriksaan ini dapat melihat komponen yang lebih dalam (misalnya
ektasis vena masif, anomali limfatik dan vena, keterlibatan gastrointestinal dan
genoturinaria), sekaligus menggambarkan pertumbuhan ekstremitas yang berlebihan
dan penyebarannya ke pelvis.
Genetik
Pemberian Nutrisi
Pasien KTS dengan peningkatan berat badan yang kurang atau gizi kurang
dapat berkonsultasi mengenai masalah gizi untuk diberikan suplementasi dan
dukungan lebih lanjut serta pengkajian ulang masalah gizinya.
Dukungan Psikososial
ANOMALI VASKULAR
Malformasi Limfatik
Malformasi limfatik (LM) pada KTS dapat berupa vesikel kutan berukuran
kecil sampai lesi besar yang dalam. Akibat dan terapi klinis dari lesi ini ada berbagai
macam sesuai ukurannya.
LM makrokistik yang mengalami infeksi dapat didrainase secara perkutan dan dterapi
dengan skleroterapi saat pasien pertama masuk untuk mempercepat proses
penyembuhan dari infeksi.
Rekomendasi: Vesikel kutan dapat diterapi elektif dengan berbagai metode termasuk
CO2 laser fotovaporisasi dan skleroterapi Bleomycin.
Vena-vena yang inkompeten ini dapat mencapai ukuran yang lebih besar
karena pooling akibat gravitasi dan stagnansi darah di ekstremitas inferior sehingga
dapat menyebabkan nyeri, meningkatnya risiko tromboemboli dan, pada beberapa
kasus yang berat, dapat menyebabkan hipotensi postural. Risiko tromboemboli lebih
tinggi saat operasi intervensi terhadap ekstremitas yang terlibat.
Akibat besarnya ukuran vena yang mengalami anomali, aliran balik vena dari
ekstremitas inferior dialihkan dari sistem vena profunda kecil ke vena yang
mengalami anomali dan tidak memiliki katup ini.
Selain itu, pasien juga dapat terjadi sumbatan intralesi yang menimbulkan
nyeri (tromboplebitis). Pasien dengan anomali vena yang berat dapat memiliki hasil
lab darah yang menunjukkan kelainan (kadar fibrinogen rendah, D-dimer tinggi,
pemanjangan PT/PTT) akibat aliran darah yang terhambat dan peningkatan aktivasi
kaskade pembekuan darah sebagai indikator pembentukan jendalan darah di vena
yang mengalami anomali.
Rekomendasi: Stoking kompresi meningkatkan hemodinamik vena dan meringankan
gejala. Custom-fit compression hoses (misalnya kelas III 30-40 mmHg, thigh-high
with waist attactment atau pantyhose style) juga dapat mengurangi risiko
tromboplebitis superfisial.
Rekomendasi: Pemantauan rutin harus tetap dilakukan dengan klinisi dan ahli
psikologi sosial yang mengenal kelainan ini. Manajemen nyeri mungkin dibutuhkan
untuk nyeri kronik, namun harus meminimalisir penggunakan antinyeri opioid jangka
panjang dan memaksimal terapi adjuvant (biofeedback, pemijatan terapetik,
gabapentin). Dukungan sosial dan edukasi terhadap keluarga dan pasien sangat perlu
dilakukan dan merupakan bagian dari terapi multidisipliner.
Rekomendasi:
Keterlibatan Gastrointestinal
Rekomendasi: Pasien harus dievaluasi oleh ahli gastroenterologi dan bedah umum.
Evaluasi dapat termasuk studi MRI dan kolonoskopi. Anemia akibat perdarahan
kronik dapat diberikan suplementasi besi atau transfusi darah. Sirolimus dapat
memperbaiki perdarahan GI pada pasien KTS. Perdarahan anorektal akibat
malformasi juga dapat diterapi dengan skleroterapi atau operasi reseksi. Untuk
perdarahan berulang dapat dilakukan kolektomi parsial, mukosektomi anorektal, dan
pull-through koloanal. Adanya vena ektasis portomesenterik harus dipelajari dengan
pencitraan belah lintang. Vena mesenterika inferior dan superior besar dapat diterapi
awal dengan menggunakan antikoagualan sambil menunggu intervensi dilakukan.
Vena mesenterika yang terdilatasi dan inkompeten harus diligasi dengan vena splenic
untuk mencegah aliran darah dari vena porta dan menyebabkan trombosis vena porta.
Keterlibatan Genitourinaria
Pembesaran, hipotonia dan penebalan dari dinding kandung kemih pada KTS
dapat merupakan perubahan di dinding anterosuperior. Anomali vena di lapisan
urotelial kandung kemih dan uretra dapat menyebabkan hematuria.
MALFORMASI MUSKULOSKELETAL
MRI: Metode pencitraan yang dipilih untuk mengevaluasi sebagian besar temuan
pada KTS.
Berikut ini urutan MRI yang direkomendasikan untuk anomali vaskular dan
pertumbuhan berlebihan:
o Axial Fat-Sat T1
o Axial Fat-Sat T2
o Coronal Fat-Sat T2
o Sagittal Fat-Sat T2
o Contrast enhanced: Axial Fat-Sat T1
o Venografi MR (MRV): dapat berguna untuk pencitraan vena profunda yang
berdilatasi (misalnya saphena, iliaca, dan IVC). Akan tetapi, MRV dapat kurang
mencerminkan keadaan sistem vena profunda akibat aliran darah diambil alih
oleh vena anomali yang besar. MRV tidak dilakukan sebagai alternatif urutan
pencitraan dasar.
Ultrasonografi: Gambaran USG umum dapat dilengkapi dengan warna dan gambar
spektral Doppler kapanpun bila dibutuhkan. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk
mengetahui vena, trombosis vena, malformasi limfatik, dan organ internal lain. USG
adalah alat peenting untuk panduan prosedur invasif minimal.
CT scan: Karena risiko radiasi, penggunaan CT scan dibatasi untuk indikasi tertentu
seperti pencitraan tulang dan abdomen sekaligus untuk emboli paru akut.