Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

PENETAPAN KADAR ASETAMINOFEN


TABLET

Kelompok I :
Amir Hamzah 1415005
Dede Kurnia Indra 1415014

AKADEMI KIMIA ANALISIS


CARAKA NUSANTARA
CIMANGGIS, KELAPA DUA
DEPOK, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan,
memperelok badan atau bagian badan menusia biasa kita kenal dengan nama obat. (Anief,
2004).
Salah satu jenis obat yang sering digunakan oleh masyarakat adalah obat
penghilang rasa nyeri dan penurun panas atau dikenal dengan istilah analgetik
antipiretik. Salah satu contoh obat analgetik antipiretik yang banyak dan umum
digunakan adalah parasetamol.
Parasetamol dikenal dengan nama lain asetaminofen, merupakan senyawa
metabolit aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat karsinogenik (menyebabkan kanker)
seperti halnya fenasetin. Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh
satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa
ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat
dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol
direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu menetapkan kadar asetominofen dalam tablet secara
spektrofotometri UV.

3 Manfaat
Setelah melakukan praktikum kali ini mahasiswa dapat :
1 Menjelaskan cara menetapkan kadar Asetaminofen tablet secara spektrofotometri UV.
2 Menjelaskan kegunaan dari senyawa Asetaminofen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori
Nama Kimia : N-asetil-p-aminofenol atau p-asetamidofenol atau 4hidroksiasetanilid

Rumus Molekul : C8H9NO2

Berat Molekul : 151.17

pH : stabil pada pH > 6 namun tidak stabil pada pH asam atau kondisi alkalis.

Sifat fisik,kimia : warna putih, serbuk kristal, agak pahit.

Struktur : Ikatan jenuhnya mudah diputus menjadi asam asetat dan p-aminofenol.

Parasetamol larut dalam air, alkohol, aseton, gliserol, propilen glikol,

gliserol, eter, kloroform. Mempunyai titik lebur 169 C (336 F) dengan

densitas 1,263 g/cm dan massa molar 151,17 g/mol.

Struktur dari parasetamol adalah sebagai berikut :

Parasetamol
Nama Generik dan Nama Dagang

Nama Generik : Parasetamol

Nama Dagang : Sanmol, Procet, Panadol, Progesic, Tempra. Nalgesik, Paracetol,

Xepamol, dll.
Farmakologi

Paracetamol adalah suatu analgesik antipiretik terpilih yang cepat diabsorbsi tanpa

menimbulkan iritasi pada lambungdan bebas dari sifat-sifat toksis seperti

methemoglobinemia dan anemia,sehingga Paracetamol relatif lebih aman dibanding dengan

obat-obat analgesik-antipiretik yang lain.

Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik /

analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang

disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga

dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia

aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau

tidak sengaja sering terjadi.

Sifat antipiretik yang dimiliki parasetamol disebabkan oleh gugus aminobenzen dan

mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol memiliki sebuah cincin

benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada

posisi para (1,4). Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan

menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila

senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.

Sifat analgesik dari parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai

sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin

atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin,

parasetamol berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit

aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAIDs.

Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti pegel

linu dan anti-inflammatory. Inflamasi adalah kondisi pada darah pada saat luka pada bagian

tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit).
Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya leukosit

sedang bekerja, gejala inflamasi lainnya adalah iritasi kulit.

Sifat antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai

antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran

cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit

setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa

mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Karena parasetamol

memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) rendah, sehingga tidak menyebabkan gangguan

saluran cerna maupun efek kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman

digunakan untuk semua golongan usia pada dosis yang aman.

Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme

utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang

dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim

sitokrom P450. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek

toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina).

Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini

segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui

ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau N-

acetyl-p-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril. Namun apabila pasien

mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi

jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril

pada glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal.


BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

1 Alat yang digunakan


1 Spektrofotometer UV
2 Labu Takar 100 mL
3 Pipet Volume 10 mL
4 Erlenmeyer
5 Kertas saring
6 Aquadest

3.2 Bahan yang digunakan


1 Larutan NaOH

2 Asetaminofen baku

3 Sampel Tablet

3.3 Prosedur Kerja


a Pembakuan Larutan Baku

Ditimbang seksama 75 mg serbuk baku asetaminofen, dimasukkan ke dalam labu


takar 100 mL. kemudian tambahkan 25 mL NaOH 0,1 N, kocok hingga larut,
tambahkan aquadest sampai tanda batas pipet 10 mL larutan, masukkan ke dalam labu
takar 100 mL dan encerkan hingga tanda batas. Dari larutan yang terakhir ini pipet 10
mL, masukkan ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan 10 mL NaOH 0,1 N dan
encerkan dengan aquadest hingga tanda batas.

b Pembuatan larutan Uji

Ditimbang dan serbukkan 20 tablet uji. Timbang dengan seksama serbuk setara
dengan 75 mg. masukkan kedalam labu takar 100 mL, tambahkan 25 mL NaOH 0,1
N, kocok dan tambahkan aquadest hingga tanda batas, saring. Buang lebih kurang 10
mL filtrat pertama dan tampung filtrat selanjutnya. Dipipet 10 mL filtrat masukkan ke
dalam labu takar 100 mL. tambahkan 10 mL NaOH 0,1 N dan encerkan dengan
aquadest hingga tanda batas.

c Pengukuran maksimum dan serapan larutan baku (AB)


Buat Kurva serapan dari 200 300 nm. Catat yang menghasilkan serapan tertinggi
dan catat serapannya (AB).

d Pengukuran Serapan Larutan Uji (Au)

Ukur serapan larutan uji pada maksimum.

BAB IV
HASIL DAN DATA PENGAMATAN
1 Data Pengamatan
a Pembakuan Larutan Baku
W baku = 75,1 mg
b Pembakuan Larutan Uji
c W sampel = 75,3 mL
d Pengukuran maks dan serapan larutan baku (AB)
Abs
200 0,2
210 0,160
220 0,123
230 0,218
240 0,372
250 0,487
260 0,503
270 0,434
280 0,330
290 0,258
300 0,200

e Pengukuran serapan Larutan Uji


Abs sampel = 1,058

2 Perhitugan
W baku 75,1 mg
C= V akhir = 100 mL = 0,751 mg/mL

C 0,751mg/mL
Cb = V akhir = 10 mL = 0,0751 mg/mL

Cs = 0,1579 mg/mL
Bobot 10 tablet = 6028 mg
Bobot rata rata = 602,8 mg
Etiket = 500 mg
Bobot ratarata tablet
Kadar zat uji dalam tablet % = Cu x Fp Bobot serbuk yang ditimbang 100 %

Kandungan uji dalam setiap tablet menurut etiket


100 602,8 mg
Kadar zat uji dalm tablet (%) = 1,058 x 10 x 75,1mg x 100% = 2,5348 %

500 mg
3 Pembahasan
Pada praktikum penetapan kadar asetaminofen di gunakan metode spektrofotometri
UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV.
Adapun alasan asetaminofen dapat dianalisis dengan spektrofotometri UV karena
asetaminofen memiliki gugus OH- digugus kromofor (-CO) sehingga bisa menyerap
sinar UV.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah parasetamol tablet.
Pelarut yang digunakan adalah NaOH 0,1 N. larutan ini digunakan untuk pelarut
karena asetaminofen sukar larut dalam air.
Dilakukannya penyaringan dengan kertas saring bertujuan agar partikel padat dan
ketosan yang ada tidak ikut dalam larutan yang dapat memungkinkan mempengaruhi
daya absorbansi sampel.
Pelarut yang digunakan adalah NaOH 0,1 N. larutan ini digunakan untuk pelarut
karena asetaminofen sukar larut dalam air.
Dilakukannya penyaringan dengan kertas saring bertujuan agar partikel padat dan
ketosan yang ada tidak ikut dalam larutan yang dapat memungkinkan mempengaruhi
daya absorbansi sampel.
Pada praktikum didapatkan kadar asetaminofen dalam tablet sebesar 2,5348 %. Pada
farmakope Indonesia Edisi IV, range kadar asetaminofen dalam tablet adalah 90 % -
110 %. Kadar yang didapat dalm praktikum ini berada diluar range yang telah
ditentukan. Hal ini disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam pengukuran
adanya zat lain yang ikut bereaksi dalam larutan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari Parktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1 C = 0,751 mg/mL
2 Cb = 0,0751 mg/mL
3 Cs = 0,1571 mg/mL
4 Kadar zat uji dalam tablet = 2,5348 %
Sediaan asetaminofen tidak sesuai dengan literatur yang terdapat pada Farmakope
edisi IV

5.2 Saran
Diharapkan untuk percobaan selanjutnya sebaiknya lebih teliti lagi dalam mengencerkan
sediaan Asetaminofen jangan sampai melebihi batas tanda tera karena dapat
mempengaruhi pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA

Tjay dan Kirana.1991. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Anonymous. Paracetamol. www.wikipedia.com diakses 6 januari 2017

Anonymous. Parasetamol. www.dinkestasikmalaya.go.id diakses 6 januari 2017


Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi (editor). 1995.

Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, ed. IV. Jakarta: Dep. Kesehatan Republik Indonesia.

Siswandono, Bambang Soekardjo. 1998. Prinsip-Prinsip Rancangan Obat, hal 85. Surabaya:
Airlangga University Press.

Team Laboratorium AKA Caraka. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi II. Jakarta:
AKA Caraka.

Anda mungkin juga menyukai